Oleh Kelompok 5:
Daniel Bestri (2)
Mochammad Isvan Alif Vian (11)
Shofia Rossya Millah (19)
Zetha Flandira Martan (22)
Kelas 5-04
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 KELAS 5-04
PRODI D-III AKUNTANSI ALIH PROGRAM
TA 2022/2023
No. Nama Mahasiswa Foto setengah badan No. Urut Daftar Paraf
Hadir
1 Daniel Bestri 2
A. LATAR BELAKANG
Reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara telah dimulai sejak tahun 2003,
dengan diberlakukannya satu paket perundang-undangan bidang keuangan negara, yang
salah satunya adalah UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara sebagai dasar pelaksanaan
reformasi manajemen keuangan pemerintah. Diberlakukannya undang-undang tersebut,
memiliki konsekuensi diberlakukannya perubahan-perubahan mendasar dalam pengelolaan
keuangan negara, termasuk didalamnya proses penyusunan APBN.
Penyusunan APBN merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
1945) sebagai wujud pengelolaan keuangan negara. Selain itu APBN juga merupakan
perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena penetapan APBN dilakukan setiap tahun dengan
undang-undang melalui proses pembahasan yang cukup seksama dan mendalam bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN memiliki peran yang penting dan strategis dalam mendukung jalannya
ekonomi nasional terutama dalam upaya mencapai target-target pembangunan nasional.
APBN yang baik juga merupakan salah satu indikator baiknya pengelolaan negara. Salah
satu peran tersebut adalah menyediakan dana untuk melaksanakan tiga fungsi ekonomi
pemerintah yang tidak dapat dilaksanakan oleh sektor swasta secara optimal, yaitu fungsi
alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Oleh karena itu APBN harus didesain sesuai
dengan fungsi tersebut, dalam upaya mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkualitas.
Beberapa tahun kebelakang sistem APBN Indonesia disusun dengan konsep
anggaran defisit (Kusumaningrum, 2014). Konsekuensi dari penerapan kebijakan fiskal
ekspansif adalah meningkatnya pengeluaran pemerintah. Peningkatan pengeluaran
pemerintah yang tidak diikuti meningkatnya sumber pajak sebagai sumber utama
keuangan pemerintah akan mengakibatkan defisit anggaran (Anderson, 2015). Untuk
menutup defisit APBN tersebut diperlukan pembiayaan anggaran. Pembiayaan anggaran
adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan ketika perekonomian sedang mengalami
resesi/depresi dan jumlah pengangguran yang tinggi. Pandemi Covid-19 membuat
pertumbuhan ekonomi menurun tajam. Hal tersebut dikarenakan efek bola salju dari
kebijakan pembatasan fisik (physical distancing). Kebijakan pembatasan fisik membuat
produktivitas perekonomian menurun yang berdampak pada tingginya angka Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Pemerintah perlu membuat langkah untuk mengatasi hal tersebut
diantaranya dengan melakukan pelebaran defisit menjadi diatas 3% untuk periode Tahun
Anggaran 2020 sampai dengan 2023. Hal tersebut tentunya membawa konsekuensi yaitu
angka pembiayaan APBN yang semakin besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), defisit, dan
pembiayaan?
2. Apa urgensi dari pembiayaan anggaran?
3. Bagaimana cara pemerintah melakukan pembiayaan anggaran dalam rangka
menutup defisit dan bagaimana postur APBN bagian pembiayan untuk Tahun
Anggaran 2023?
4. Apa kendala yang dihadapi pemerintah terkait pembiayaan APBN?
C. Landasan Teori
1. Keuangan Negara
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
khususnya pasal 1 dan 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Keuangan
Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan
negara tersebut meliputi:
1. Hak Negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum, Pemerintahan
Negara, dan melakukan pinjaman.
3. Penerimaan dan pengeluaran Negara
4. Penerimaan dan pengeluaran daerah
5. Kekayaan Negara dan kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
Negara/daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum
7. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
2. Defisit
Idealnya APBN disusun secara berimbang antara penerimaan dan
pengeluaran. Namun, kondisinya tidak selalu seperti itu. Berimbang artinya jumlah
keseluruhan pengeluaran harus sama dengan jumlah keseluruhan penerimaan
(termasuk bantuan dan pinjaman luar negeri). Setiap tahunnya sistem APBN
Indonesia disusun dengan konsep anggaran defisit (Kusumaningrum, 2014).
Konsekuensi dari penerapan kebijakan fiskal ekspansif adalah meningkatnya
pengeluaran pemerintah. Peningkatan pengeluaran pemerintah yang tidak
diikuti meningkatnya sumber pajak sebagai sumber utama keuangan
pemerintah akan mengakibatkan defisit anggaran (Anderson, 2015). Dalam
rangka menutup defisit anggaran (yaitu selisih kurang antara pendapatan
negara dan belanja negara) biasanya setiap negara mencari sumber-sumber
pembiayaan agar pembangunan yang telah direncanakan dapat berjalan
dengan baik. Defisit tersebut didanai dengan pinjaman, baik internal
maupun eksternal, mencetak uang dan sebagainya, yang akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya inflasi dan terkadang malah menjurus ke resesi dan
depresi ekonomi (Chaudhry,2016).
3. Pembiayaan anggaran
Pembiayaan Anggaran adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali, penerimaan kembali atas pengeluaran pembiayaan tahun-tahun anggaran
sebelumnya, pengeluaran kembali atas penerimaan pembiayaan tahun-tahun
anggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran lebih, dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan anggaran meliputi:
a. Pembiayaan utang
b. Pembiayaan investasi
c. Pemberian pinjaman
d. Kewajiban penjaminan
e. Pembiayaan lainnya
Kebutuhan pembiayaan anggaran nampak cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya defisit anggaran terutama akibat adanya pandemi Covid-19.
Kebutuhan pembiayaan anggaran tersebut dipenuhi, baik dari sumber pembiayaan
utang maupun pembiayaan lainnya. Pemenuhan pembiayaan defisit anggaran pada
dasarnya merupakan bagian integral dari kebijakan anggaran sebagai bagian dari
kebijakan pengelolaan ekonomi makro keseluruhan. Oleh sebab itu, isu pembiayaan
defisit anggaran sangat tergantung pada mekanisme pembiayaan defisit yang
digunakan.
Utang adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah,
dimana utang pemerintah mencakup Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Surat Berharga
Negara (SBN). Dilansir melalui laman Kementerian Keuangan RI, utang diperlukan
karena adanya kebutuhan belanja negara yang penting seperti penyediaan fasilitas
kesehatan dan ketahahan pangan, pembiayaan pembangunan untuk penyediaan
infrastruktur dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Peningkatan IPM ini juga harus didasari dengan peningkatan sektor pendidikan,
kesehatan, dan perlindungan sosial. Untuk memenuhi kebutuhan di berbagai sektor
tersebut, sedangkan pendapatan negara/modal operasional tidak mencukupi untuk
pembiayaannya maka perlu suatu solusi. Salah satunya dapat ditempuh dengan cara
memangkas belanja negara tersebut, yang mana akan mengakibatkan beberapa tujuan
negara tidak tercapai dan rakyat yang akan terkena dampaknya. Sedangkan cara
lainnya dapat dilakukan oleh negara yakni dengan melakukan pinjaman, tentu diiringi
dengan beberapa konsekuensi. Negara Indonesia sejak dahulu memilih solusi yang
kedua dengan melakukan utang.
● SBSN Domestik
● SBSN Internasional
Pemerintah mengembangkan dan menerbitkan
instrumen Sukuk Negara untuk pasar internasional, yaitu
Sukuk Negara Indonesia (SNI) atau yang dikenal dengan
Sukuk Global/Valas. SNI adalah Sukuk Negara yang
diterbitkan dalam denominasi valuta asing di pasar perdana
internasional, memberikan tingkat imbalan tetap (fixed coupon),
serta dapat diperdagangkan (tradable).
Jika kita telisik lebih dalam, berdasarkan data yang dihimpun dari
laman resmi Bank Indonesia melalui publikasi SULN (Statistik Utang Luar
Negeri) Indonesia, utang luar negeri yang dimiliki oleh Indonesia pada bulan
April tahun 2022 bernilai sebesar 409,464 miliar US$ atau sekitar 6.030,995
triliun rupiah (Kurs US$1 = Rp. 14.729 per 14 Juni 2022). Dari angka
tersebut, utang luar negeri dapat diposisikan menjadi beberapa cakupan,
antara lain menurut sektor ekonomi dan kreditor (negara pemberi pinjaman).
a) Pinjaman Program:
Pinjaman program digunakan ntuk budget support dan pencairannya
dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang kegiatan untuk
mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberantasan
korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate change
dan infrastruktur. change.
b) Pinjaman Proyek
2) Penerusan pinjaman
3) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri.
c. Pembiayaan KBPU
Infrastruktur merupakan pondasi dasar dalam pertumbuhan ekonomi.
Penyediaan infrastruktur demi pemenuhan kebutuhan publik memiliki banyak
tantangan, utamanya adalah keterbatasan anggaran pembangunan yang dapat
dirinci diantaranya menjadi biaya persiapan, biaya pembangunan, pemeliharaan, dan
mekanisme operasionalnya. Tantangan ini pada dasarnya memastikan infrastruktur
yang dibutuhkan dapat dipersiapkan, dibangun, dipelihara, dan dapat dikelola untuk
memenuhi kebutuhan publik semaksimal mungkin. Menjawab tantangan tersebut,
diperkenalkan alternatif pengadaan proyek infrastruktur yaitu melalui mekanisme
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau Public Private Partnership
(PPP).
Definisi KPBU adalah kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur dan/atau layanannya untuk kepentingan umum mengacu
pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha dengan memperhatikan
pembagian risiko di antara para pihak. Terkait hal tersebut, Pemerintah Indonesia
memperkenalkan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
dalam penyediaan infrastruktur untuk memberikan ruang bagi pemerintah untuk
bekerjasama dengan swasta berdasarkan prinsip alokasi risiko yang proporsional.
Implementasi skema ini, diatur dalam Perpres Nomor 38 Tahun 2015.
Untuk mendukung penerapan KPBU di Indonesia, Kementerian Keuangan
melakukan inovasi pembiayaan infrastruktur dengan menyediakan berbagai fasilitas
dan dukungan pemerintah, yaitu fasilitas penyiapan proyek, dukungan kelayakan,
dan penjaminan infrastruktur. Kementerian Keuangan juga memperkenalkan skema
pengembalian investasi proyek KPBU yakni skema Pembayaran Berdasarkan
Ketersediaan Layanan atau yang biasa dikenal dengan Availability Payment atau AP.
Beberapa kelebihan skema AP ini antara lain, tidak adanya risiko permintaan atau
demand risk bagi Badan Usaha dan kepastian pengembalian investasi bagi Badan
Usaha.
Untuk mendukung penerapan KPBU di Indonesia, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap KPBU sesuai dengan
lingkup kegiatan KPBU, dalam bentuk Dukungan Kelayakan dan/atau insentif
perpajakan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan berdasarkan usulan
PJPK. Lebih lanjut, Dukungan Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi
alternatif lain untuk membuat Proyek Kerja Sama layak secara finansial.
Contoh proyek KPBU dengan menggunakan VGF adalah Proyek SPAM (Sistem
Penyediaan Air Minum) Umbulan. Proyek SPAM Umbulan bertujuan untuk
mengalirkan air curah dengan kapasitas produksi 4.000 liter air per detik dengan
jaringan sistem transmisi dari mata air Umbulan ke lima perusahaan daerah air
minum (PDAM) di Provinsi Jawa Timur (Kab. Pasuruan, Kota Pasuruan, Kab. Gresik,
Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan
pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat mencapai target 100%. SPAM
Umbulan akan mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 92,3 kilometer
melewati 16 titik pasokan. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2019
dan menelan biaya Rp 2,3 triliun. PT Meta Adhya Tirta Umbulan adalah badan usaha
pemenang lelang menerima dana dukungan Pemerintah Pusat melalui dukungan
kelayakan proyek sebesar Rp 818 miliar dan memperoleh penjaminan dari PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
D. Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)
PINA adalah Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah yang menggalang
sumber- sumber pembiayaan alternatif agar dapat digunakan untuk berkontribusi
dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional yang emmpunyai
nilai komersial dan berdampak untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
PINA penting untuk dilaksanakan sebab ruang fiskal anggaran pemerintah sangat
terbatas akibat adanya pembatasan lebar defisit anggaran. Kebutuhan investasi
infrastruktur sangatlah besar sehingga anggaran pemerintah difokuskan untuk
infrastruktur yang tidak dapat dikelola secara komersial (filling the gap).
Dengan skema PINA, pembangunan infrastruktur dan non infrastruktur yang
membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia dapat dilaksanakan tanpa
menggunakan anggaran pemerintah. Skema PINA melengkapi skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur.
Sumber pembiayaan PINA tidak menggunakan anggaran pemerintah, melainkan
dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber pembiayaan yang berasal dari:
• Penanaman Modal, merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
• Dana Kelolaan, merupakan dana yang dikelola oleh sebuah perusahaan investasi
untuk sejumlah investor.
• Perbankan, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
• Pasar Modal, merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum
dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
• Asuransi, merupakan suatu perjanjian di mana seorang penanggung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.
• Lembaga Pembiayaan, merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
• Lembaga Jasa Keuangan lain, termasuk pegadaian, lembaga penjaminan,
lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder
perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat
yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan
kesejahteraan.
2. Postur pembiayaan APBN Tahun Anggaran 2023
Grafik 1
Perkembangan Defisit APBN Tahun Anggaran 2019-2023
Grafik 2
Perkembangan Pembiayaan Anggaran 2019-2023
Sumber: Kementerian Keuangan
Jika dilihat lebih rinci terkait utang, porsi utang terbesar adalah berasal dari Surat
Berharga Negara (SBN). Pinjaman luar negeri mengalami penurunan yang signifikan dari
outlook 2022 ke RAPBN 2023. Penarikan pinjaman luar negeri pada outlook 2022 sebesar
Rp128,1 triliun menjadi Rp62,1 triliun pada RAPBN 2023. Pinjaman luar negeri secara neto
pada RAPBN 2023 minus Rp17,4 triliun. Angka minus tersebut menandakan bahwa
pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri yang dilakukan pemerintah lebih besar
dibandingkan penarikan pinjaman luar negeri.
Tantangan lain yang juga dihadapi Pemerintah di tahun 2023 adalah adanya
peningkatan risiko ekonomi global yang ditandai lonjakan dan tekanan inflasi tinggi
berupa naiknya harga komoditas dan pangan sebagai akibat ketegangan geopolitik
Rusia-Ukraina. Selain itu pasar keuangan global semakin memperketat kebijakan
moneter berupa kenaikan suku bunga akibatnya akan terjadi peningkatan risiko
volatilitas pasar keuangan global, meningkatnya biaya utang serta munculnya potensi
stagflasi dan meningkatnya ketidakpastian yang ditandai melemahnya momentum
pemulihan dan meningkatnya tekanan inflasi secara global. Peningkatan risiko global
tersebut berdampak pada penurunan daya beli (konsumsi masyarakat), meningkatkan
cost of fund dan berpotensi menghambat tren pemulihan, sehingga APBN didorong
untuk berperan sebagai shock absorber dalam rangka menjaga agar momentum
pemulihan ekonomi semakin menguat dan melindungi daya beli masyarakat, sehingga
kondisi fiskal perlu dijaga tetap sehat dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Pembiayaan anggaran diperlukan karena merupakan konsekuensi dari kebijakan
fiskal ekspansif yang diambil oleh pemerintah. Selain itu, urgensi dari dilakukannya
pembiayaan anggaran adalah untuk menjaga kestabilan ekonomi, untuk menghindari
opportunity loss, konsekuensi atas penerimaan negara yang belum optimal, untuk
memberikan aset bagi generasi selanjutnya, dan untuk mengembangkan pasar uang.
Adapun cara pemerintah melakukan pembiayaan anggaran adalah dengan menggunakan
berbagai instrumen pembiayaan. Secara garis besar instrumen pembiayaan dibedakan
menjadi pinjaman dan Surat Berharga Nasional (SBN).