Anda di halaman 1dari 4

JUDUL: Review Artikel: Perbandingan Metode Ekstraksi dan Isolasi Senyawa Kurkumin pada

Curcuma longa L.

PENDAHULUAN

Penjelasan kunyit  metabolit sekunder di kunyit dan khasiatnya apa  cara ambil metabolitnya
dgn metode ekstraksi  ekstraksi tradisional dan modern (pembedanya apa)  dilanjutkan dgn
proses isolasi (tujuannya apa dan metodenya apa2 aja)  yg udh dilaporkan/dilakukan, kurkumin
diekstraksi dan metode isolasinya pake apa  tujuan pembuatan artikel: memberikan informasi
mengenai metode ekstraksi dan isolasi yang tepat dan efektif untuk menarik kurkumin dari kunyit.

Kunyit (Curcuma longa L.) merupakan salah satu tanaman yang digolongkan ke dalam famili
Zingiberaceae dan genus Curcuma. Kunyit memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia,
seperti menjadi bumbu penyedap dalam masakan, pengawet dan pewarna alami. Tidak hanya
berhenti digunakan pada bidang kuliner, kunyit telah digunakan secara luas dalam pengobatan
tradisional di seluruh dunia (Verma, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh et al.,
(2010), di India serbuk kunyit digunakan untuk mengobati penyakit empedu, selesma, batuk,
diabetes, penyakit hepatik, rematik, dan sinusitis. Penggunaan kunyit sebagai obat tradisional
dipengaruhi oleh adanya beberapa kandungan senyawa metabolit sekunder. Komponen metabolit
sekunder yang terdapat pada kunyit adalah komponen fenolik seperti kurkumin, terpenoid, alkaloid,
steroid, dan asam lemak (Li et al., 2011 ; Aggarwal et al., 2006). Melalui beberapa senyawa
metabolit sekunder tersebut, kurkumin merupakan senyawa utama yang menjadi dasar penilaian
kualitas kunyit. Selain itu, kurkumin memiliki aktivitas antioksidan, digunakan sebagai pembersih
oksigen dan nitrogen reaktif spesies, atau bertanggung jawab dalam melindungi DNA terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan melindungi hepatosit dari berbagai racun (Kohli
et al., 2005).

Senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dalam tanaman dapat dipisahkan melalui
proses ekstraksi, yaitu proses pemisahan metabolit sekunder berdasarkan perbedaan kelarutan
senyawa dalam pelarut. Ekstraksi dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu ekstraksi
tradisional dan ekstraksi modern. Beberapa jenis metode yang digolongkan ke dalam ekstraksi
tradisional adalah ekstraksi dingin dan panas. Perbedaan kedua metode tersebut adalah adanya
proses pemanasan pada ekstraksi panas. Terdapat dua jenis metode pada ekstraksi dingin yaitu
metode maserasi dan perkolasi. Sedangkan pada ekstraksi panas, terdapat beberapa metode seperti
soxhlet, infus, refluks, digesti, dan dekok. Ekstraksi tradisional menggunakan metode yang
sederhana (Gonzἀlez et al., 2020). Namun, ektraksi tersebut memerlukan pelarut dalam jumlah
yang besar dan waktu ekstraksi yang lama, sehingga penerapannya kurang efisien (Zhang et al.,
2018). Oleh karena itu, ekstraksi modern digunakan sebagai alternatif. Ekstraksi modern
menawarkan beberapa keuntungan seperti penggunaan pelarut yang lebih sedikit, waktu ekstraksi
yang lebih pendek, dan selektivitas yang lebih tinggi. Beberapa jenis metode yang dapat digolongkan
ke dalam ekstraksi modern adalah Ultrasound-assisted Extraction (UAE), Microwave-assisted
Extraction (MAE), Enzyme-assisted Extraction (EAE), Pressurized Liquid Extraction (PLE), Supercritical
Fluid Extraction (SFE), Ionic Liquids-based Extraction, dan sebagainya (Jiang et al., 2021). Setelah
proses ekstraksi dilakukan maka akan dilanjutkan dengan proses isolasi dan karakterisasi yang
bertujuan untuk memisahkan lebih lanjut dan melakukan pemurnian pada senyawa yang dituju.
Umumnya, proses isolasi dilakukan dengan menggunakan beberapa alat dan bahan tertentu seperti
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), LC/MS, High-Performance Liquid Chromatoghraphy (HPLC), Ultra-
HPLC, dan sebagainya (Ahmad et al., 2017).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mencatat bahwa terdapat berbagai jenis metode
ekstraksi tradisional maupun modern dan metode isolasi yang digunakan dalam menarik kurkumin
dari rimpang kunyit. Menurut Kwon et al., (2015), metode ekstraksi tradisional yang telah digunakan
dan terdaftar dalam beberapa jurnal penelitian adalah metode ekstraksi maserasi dan soxhlet,
sedangkan untuk metode ekstraksi modern terdapat metode Ultrasound-assisted Extraction (UAE),
Microwave-assisted Extraction (MAE), Enzyme-assisted Extraction (EAE), dan Supercritical Fluid
Extraction (SFE). Selain itu, berbagai macam metode isolasi juga digunakan dalam pemurnian
kurkumin, seperti HPLC, KLT, Kromatografi Kolom, dan Ultra-HPLC (Degot et al., 2021 ; Eltoum et al.,
2020 ; Nurjanah & Saepudin, 2019 ; Ahmad et al., 2017 ; Kiamahalleh et al., 2016).

Adanya berbagai macam penggunaan metode ekstraksi dan isolasi pada kurkumin menjadi
tujuan utama pembuatan artikel ini, yaitu melakukan review untuk membandingkan metode
ekstraksi dan isolasi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, kemudian dapat memberikan
informasi mengenai metode ekstraksi dan isolasi yang tepat dan efektif untuk menarik kurkumin dari
rimpang kunyit.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah penelusuran pustaka melalui database elektronik seperti Google
Scholar, Science Direct, dan Pubmed. Literatur disajikan dalam bentuk data primer berupa artikel
internasional maupun nasional yang telah terakreditasi. Penelusuran literatur menggunakan kata
kunci “Kurkumin”, “Curcuma longa L”, “Extraction Methods of Curcumin”, “Traditional and Modern
Extraction Techniques”. Dilakukan skrining dengan kriteria inklusi metode ekstraksi dan isolasi
kurkumin pada Curcuma longa L. yang dipublikasi pada tahun 2015-2022. Setiap artikel yang
diperoleh dilakukan analisis dari judul penelitian, kesesuaian topik penelitian, metode penelitian,
serta hasil yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka pada beberapa database yang digunakan, terdapat …
artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Review artikel dilakukan pada tanaman Curcuma longa L.
yang memiliki kurkumin sebagai senyawa utama. Melalui beberapa artikel tersebut, terdapat
berbagai metode ekstraksi dan isolasi yang digunakan untuk menarik dan melakukan pemurnian
terhadap kurkumin. Berdasarkan beberapa penelitian, metode ekstraksi yang paling sering
digunakan adalah metode ekstraksi tradisional yaitu soxhlet dan maserasi, kemudian terdapat
metode ekstraksi modern yaitu Microwave-assisted Extraction (MAE). Oleh karena adanya
perbedaan metode ekstraksi beserta penggunaan pelarut yang berbeda-beda, sehingga
menghasilkan rendemen yang beragam.

No. Metode Ekstraksi Pelarut Curcumin Sumber


Yield (%)
Etanol 70% 17,93% Wati et al., 2022
Etanol 96% 42,1% Cobra et al., 2019
1. Soxhlet Aseton 6,9% Sahne et al., 2016
N-heksana <4% Perko, 2022
Diklorometana 9,01% Nurjanah & Saepudin, 2019
2. Maserasi Etanol 70% 7,73% Ihsan et al., 2018
Etanol 96% 17,64%
N-heksana 4,89% Lestari et al., 2022.
Microwave-assisted Aseton 3,72% Sahne et al., 2016
3.
Extraction (MAE) Etanol 5,68% Lateh et al., 2022
Dalam suatu penelitian, esktraksi merupakan tahapan awal untuk mengambil senyawa
tertentu dari tanaman asalanya. Ekstraksi menggunakan pelarut dengan kepolaran tertentu,
sehingga senyawa akan ditarik oleh pelarut tersebut. Keberhasilan proses ekstraksi terhadap
simplisia dapat dilihat dari nilai rendemen, dimana dapat menunjukkan banyaknya ekstrak yang
diperoleh selama proses ekstraksi. Selain itu nilai rendemen memiliki keterkaitan dengan senyawa
aktif, dimana semakin tinggi nilai rendemen maka semakin tinggi senyawa aktif yang terdapat pada
sampel (Harbone, 1987). Setelah dilakukan penelusuran literatur mengenai metode ekstraksi
kurkumin, terdapat tiga metode yang akan dibandingkan pada review artikel ini, yaitu metode
soxhlet, metode maserasi, dan Microwave-assisted Extraction (MAE).

Metode soxhlet merupakan salah satu metode ekstraksi panas dengan prinsip pemanasan
dan perendaman simplisia. Soxhlet disebut sebagai metode ekstraksi kontinu yang membutuhkan
waktu dan pelarut lebih sedikit jika dibandingkan dengan maserasi. Soxhlet menggunakan pelarut
organik dengan titik didih yang sesuai untuk mengekstraksi senyawa yang dituju (Azmir et al., 2017).
Menurut Maskooki & Eshtiaghi (2012), pemanasan pada suhu 70℃-80℃ dalam 12-20 menit dapat
merusak membran sel tumbuhan. Oleh karena itu, adanya pemanasan pada titik didih pelarut dapat
meningkatkan hasil ekstraksi suatu senyawa. Pada ekstraksi soxhlet, simplisia akan direndam pada
pelarut tertentu. Perendaman ini menyebabkan terjadinya pemecahan membran sel tumbuhan
karena adanya perbedaan tekanan pada bagian dalam dan luar sel. Metabolit sekunder akan terlarut
dalam pelarut, yang selanjutnya pelarut akan mengalami pemanasan dan menguap melewati
kondensor yang akan mengembunkan uap dan kembali menjadi tetesan. Menurut Pavia (1995),
kelebihan metode soxhlet adalah waktu yang lebih efisien dan proses ekstraksi dapat terus berjalan
tanpa menambah volume pelarut. Oleh karena itu, metode ini dapat menghasilkan ekstrak yang
lebih pekat. Namun, terdapat pula kekurangan dari metode soxhlet dimana larutan yang dipanaskan
terus-menerus kurang sesuai untuk zat aktif yang tahan panas (Depkes RI, 1985).

Metode maserasi merupakan salah satu metode tradisional yang paling sering dilakukan
dalam penelitian karena prosesnya yang sederhana. Maserasi digolongkan ke dalam ekstraksi dingin,
sehingga metode ini dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Maserasi
menggunakan prinsip perendaman simplisia, dimana pelarut yang digunakan dapat menembus
dinding sel tumbuhan dan masuk ke dalam rongga sel yang terdapat senyawa aktif, sehingga
senyawa tersebut didesak keluar dari sel oleh karena perbedaan konsentrasi antara bagian dalam
dan luar dinding sel tumbuhan (Wahyulianingsih et al., 2016). Namun, metode maserasi
memerlukan waktu yang cukup lama karena prinsip kerja dari metode ini hanya mengandalkan pada
perendaman simplisia, oleh karena itu dianggap kurang efisien (Nurasiah, 2010).

Microwave-assisted Extraction (MAE) merupakan salah satu metode ekstraksi modern yang
dikembangkan oleh peneliti. Metode ekstraksi ini melibatkan optimasi volume pelarut, komposisi
pelarut, waktu ekstraksi, dan suhu yang digunakan selama proses ekstraksi berlangsung. Metode
ekstraksi ini menggunakan prinsip pemanasan dengan pelarut organik, namun sampel akan diberi
tekanan dan dipanaskan oleh gelombang mikro. Kemampuan pemanasan tergantung pada sifat
penyerap gelombang mikro dari pelarut (Turner, 2006). Pemanasan dapat terjadi apabila gelombang
mikro dari pelarut dapat melewati dan berinteraksi dengan senyawa yang dituju (Chan et al., 2011).
Melalui ketiga metode ekstraksi tersebut, nilai rendemen yang dihasilkan sangat beragam.
Pada metode soxhlet, digunakan lima pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Nilai
rendemen tertinggi diperoleh ketika menggunakan etanol 96% sebesar 42,1%, sedangkan nilai
rendemen terkecil diperoleh pada pelarut n-heksana sebesar <4%. Kemudian pada metode maserasi,
digunakan tiga pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Nilai rendemen tertinggi diperoleh
ketika menggunakan etanol 96% sebesar 17,64%, sedangkan nilai rendemen terkecil diperoleh pada
pelarut n-heksana sebesar 4,89%. Kemudian pada metode MAE, digunakan dua pelarut dengan
tingkat kepolaran yang berbeda. Nilai rendemen tertinggi diperoleh ketika menggunakan etanol
sebesar 5,68%, sedangkan nilai rendemen terkecil diperoleh pada pelarut aseton sebesar 3,72%.
Berdasarkan hasil ekstraksi dari ketiga metode tersebut, nilai rendemen dipengaruhi oleh kepolaran
kurkumin, dimana kurkumin dikelompokkan ke dalam kelompok fenolik yang bersifat polar. Oleh
karena itu, jumlah kurkumin akan lebih besar pada pelarut polar. Selain itu, dari ketiga metode
tersebut informasi lainnya yang dapat diperoleh adalah metode soxhlet menghasilkan nilai
rendemen yang lebih besar. Sifat kimia kurkumin dapat tahan suhu panas 140°C selama 15 menit
(Rahayu 2010; Cahyono et al., 2011; Andarwulan dan Faradillah, 2012). Namun pemanasan metode
soxhlet dilakukan pada titik didih pelarut dan tidak melampaui suhu 140°C, sehingga kurkumin
dianggap tidak mengalami degradasi. Selain itu metode MAE memiliki selektivitas yang tinggi, namun
kapasitas pengujian metode MAE sangat kecil dimana simplisia dan pelarut yang digunakan terbatas,
sehingga menghasilkan nilai rendemen yang cukup rendah.

Isolasi senyawa metabolit sekunder dapat dilakukan setelah proses ekstraksi.

http://www.theplantlist.org/tpl1.1/record/kew-235249

Anda mungkin juga menyukai