DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
MATA KULIAH:
TAFSIR TEMATIK
DOSEN PENGAMPU:
1
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, cet. (Bandung : PT Persada, 1995), hal. 6-7
2
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. 3
Abdul Majid Khon didalam buku Hadist Tarbawi mengatakan
seorang pendidik harus memiliki sifat kepribadian yang positif.
Bagaimanapun alasannya seorang pendidik harus memiliki sifat kelebihan
dari anak didiknya. Karena dia bertugas mendidik dan mengajar anak-
anak didik, serta mengantarkannya menuju keberhasilan tujuan yang di
cita-cita yakni memiliki kepribadian yang bertaqwa kepada Allah SWT.3
Untuk memberi solusi dalam membangun mindset dan
kepribadian guru berhati nurani dengan akhlak mulia dan mendidik
dengan hati, kami harapkan guru memiliki sembilan kepribadian guru
berhati nurani :
1. Mendidik adalah panggilan dari hati yang ikhlas
2. Mendidik adalah panggilan jiwa dengan kasih sayang yang tulus
3. Mendidik adalah amanah dan tanggung jawab
4. Mendidik adalah dengan penuh kesabaran dan rasa syukur
5. Mendidika adalah berfikiran maju
6. Mendidik adalah dengan kecerdasan
7. Mendidik adalah dengan kreatif
8. Mendidik adalah dengan keteladanan
9. Mendidik adalah melayani dengan hati
4
Muhammad Thaifuri, Pedoman Belajar Bagi Penuntun Ilmu Secara Islam (Terjemah
Ta‟lim Muta‟allim), (Surabaya : Menara Suci, 2008), Hal. 25
5
Muhammad Surya Dkk, Landasan Pendidikan : Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor :
GahaliaIndonesia, 2010), Hal. 37
Didalam buku Bukhori Umar berjudul Hadits Tarbawi Pendidikan
dalam Perspektif Islam menerangkan tentang kedudukan dan peran seorang
guru sebagai berikut :
1. Sebagai Orang Tua
Menurut Rasulullah SAW pendidik berkedudukan sebagai
orang tua sehubungan dengan ini terdapat hadist sebagai berikut :
6
HR. At- Tirmdzi, Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud, dan Ad-Darimi
7
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan : TafsirAl-Ayat Al-Tarbawy, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2009), Hal. 92
tidak tersesat dari rel kebenaran. Untuk itulah para nabi dan rasul diutus
dengan membawa risālah Ilāhi dalam tangka mengingatkan kembali
manusia agar kembali ke jalan yang benar.Menurut Fazlurrahman bahwa
Nabi diutus oleh Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan
kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh. Itulah sebabnya mengapa
istilah-istilah yang menyampaikan kabar gembira dan yang menyampaikan
peringatan sering dinyatakan Alquran, terutama sekali di masa-masa awal
kenabian Muhammad saw.
Senada dengan itu, Dr. Syekh Syaukat Husain menyatakan bahwa
manusia menerima hukum Allah swt melalui medium yang dikenal
sebagai risalah. Misi yang diembang oleh para nabi tersebut adalah
menyebarkan risalah tersebut dengan cara menyampaikan firman Allah
kepada umat manusia, mendakwahkannya di muka bumi ini.Tentu,
pengutusan para nabi dan rasul dengan risalah yang diamanahkan
kepadanya memiliki tujuan yang agung yaitu membimbing manusia.
Begitu pula risalah tersebut bertujuan untuk mensucikan dan member-
sihkan jiwa manusia agar senantiasa patuh dan taat pada aturan-aturan
Allah swt dengan berpijak pada kesucian akidah.28 Dari uraian singkat
tersebut, jelas sekali, peranan risalah Ihali dalam kehidupan manusia.
Tanpa tuntunan risalah Allah yang telah disampaikan oleh para
nabi dan rasul niscaya kehidupan manusia di muka bumi ini akan meng-
alami kekacauan. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pedoman yang.
Rasulullah tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi
huda dan dienul Haq. Selain pitu hadirnya Rasulullah Saw di tengah kita
adalah sebagai saksi, pembawa berita gembira dan peringatan, menyeru ke
jalan Allah dan sebagai pelita yang menerangi.
1. Khatama Al Anbiya (Nabi penutup).
Allah Swt telah menurunkan Nabi sebanyak 124.000 dan
Rasul sebanyak 313 orang. Namun demikian di dalam Al-Qur’an
yang disebutkan hanya sebanyak 25 orang saja. Perhatikan Al-
Qur’an surat 40: 78, 4: 163-164, 6: 84-86. Seperti juga ada
diungkapkan bahwa setelah Rasul Musa AS ada sebanyak 36
pelanjut Risalahnya. Sedangkan penutup bagi semua Rasul dan
Nabi itu adalah Nabi Muhammad Saw.
2. Nasikhu Ar Risalah (penghapus risalah).
Risalah terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga
hanya sesuai untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu
mengikuti keadaan dan situasi serta keperluan semasa waktu itu
sehingga hanya sesuai pada saat tersebut saja.
Risalah Nabi Muhammad sebagai pelengkap dari risalah
sebelumnya dan sekaligus memansukhkan risalah sebelumnya.
Risalah Nabi Muhammad Saw sesuai dan dapat digunakan oleh
semua manusia dan dapat diamalkan hingga hari kiamat.
Risalah terdahulu yang dibawa oleh ratusan Nabi dan Rasul
mempunyai pendekatan dakwah yang sesuai dengan pendekatan
kaumnya misalnya pendekatan dakwah Nabi Daud dengan
kekuatan fisikal, Nabi Sulaiman pandai bercakap dengan hewan,
pohon, jin dan mempunyai kekuatan memindahkan kerajaan dan
sebagainya, Nabi Ibrahim berdakwah dengan memotong semua
kepala berhala, Nabi Isa AS tidak berkahwin dan banyak contoh
lainnya. Disimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan dakwah dan
risalah yang dibawa oleh Nabi sebelumnya tidaklah sesuai lagi bagi
zaman sekarang.
3. Musoddiqu Al Anbiya (membenarkan para nabi).
Banyak tantangan dan cabaran yang mencoba
menghapuskan agama Allah, namun demikian Allah Swt
senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum kafir.
Diantaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya atau
dengan menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali
menegakkan kesilapan atau kejahiliyahan ummat. Nabi
Muhammad Saw sebagai nabi akhir melengkapi risalah
sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi ummat
Islam.
4. Mukammilu Ar Risalah (penyempurna risalah).
Selain membenarkan Rasul dan Nabi sebelumnya yang
membawa risalah Islam. Kehadiran nabi Muhammad Saw juga
diperuntukkan menyempurnakan risalah sebelumnya. Risalah
sebelumnya cenderung diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu
saja dan bagi saat tertentu. Berbeda dengan Nabi Muhammad Saw
yang diutus untuk semua manusia (tidak untuk kaumnya saja) dan
berlaku hingga kiamat.
5. Kaafatalinnaas (untuk seluruh manusia).
Rasul Muhammad Saw berbeda dengan para Rasul dan
Nabi sebelumnya dimana Nabi Muhammad Saw diutus bagi
kepentingan ummat manusia secara keseluruhan dengan tidak
mengira suku, bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya.
Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini dimana
muslim tersebar di seluruh pelosok dunia.
6. Rahmatul Alamin (rahmat bagi alam semesta).
Kehadiran Nabi Muhammad Saw dimuka bumi ini adalah
sebagai rahmat bagi seluruh alam yang tidak saja manusia tetapi
juga alam, hewan, pokok dan sebagainya. Manusiapun dengan
kehadiran Nabi Muhammad mendapatkan rahmat dan kebaikan.
Manusia kafir dan jahiliyahpun mendapatkan rahmat dari
kedatangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad
tidak hanya untuk ummat Islam tetapi kebaikannya juga dirasakan
oleh manusia lainnya. Islam adalah membawa agama fitrah yang
sesuai dengan penciptaan manusia, jadi apabila Islam disampaikan
maka akan dirasakan sesuai oleh manusia.
Alam, hewan dan pokokpun dilindungi dan dipelihara dengan
kedatangan Islam. Umat Islam sebagai khalifah di muka bumi
melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan alam dengan demikian
kestabilan terwujud dan alam serta isinya menjadi damai.
7. Risalatul Islam.
Risalah Nabi Muhammad Saw adalah risalah Islam, yang
dibawanya adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari
akhlak, kepribadian dan sifat-sifat Nabi yang mulia.
Inti dari risalah Nabi Muhammad Saw adalah huda (petunjuk) dan
dien yang benar. Risalah membawa huda karena Islam itu sendiri
sebagai panduan bagi manusia.
8. Ad Dakwah.
Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah
menangkan Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama
lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan
dakwah.
2. Penjelasan Ayat
8
Nata, Abudin. 2010. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press
Berkaitan dengan penjelasan ayat ini, Quraisy Shihab
menyebutkan dua kemungkinan. Pertama; ayat ini turun untuk satu
sebab tertentu, yang mengundang adanya ayat yang pengukuhkan
beliau agar menyampaikan apa yang berat untuk beliau sampaikan.
Atau kedua; ayat ini turun sebelum turunya surah ini.
Thahir ibn Asyur menolak kemungkinan kedua, karena
katanya, ini berarti ayat telah bertahun-tahun turun dan dibaca tanpa
ada tempatnya pada satu surah, dan dengan demikian tulisnya,
semua riwayat yang menguraikan sebab turunya ayat ini pada masa-
masa sebelum turunnya surah al-Maidah semuanya tertolak.
Fakhruddin ar-Razi sendiri menyebut sepuluh sebab nuzul, tidak
mengandalkan sebab itu untuk menguraikan penempatan ayat ini di
sini.
Thabathaba‟i yang juga secara panjang lebar juga membahas
penempatan ayat ini, menegaskan bahwa ayat ini berbicara tentang
satu masalah agama yang sangat khusus, yang bila tidak
disampaikan maka ajaran agama secara keseluruhan tidak beliau
sampaikan. Hal tersebut terasa berat untuk beliau sampaikan karena
adanya hubungan kemaslahatan pribadi dan keistimewaan
menyangkut apa yang harus beliau sampaikan itu, apalagi hal ini
juga harus disampaikan itu juga yang diinginkan oleh orang lain.
Karena itu, beliau khawatir menyampaikanya sampai turunya ayat
ini. Menurut Thabathaba‟i yang bermadzhab syiah, hal yang
diperintahkan untuk disampaikan itu adalah persoalan kedudukan
Ali bin Abi Thalib sebaga wali dan pengganti beliau dalam urusan
agama dan keduniaan. Ini baru beliau sampaikan di Gadir Khum,
setelah melaksanakan haji Wada‟. Dan karena itu pula, beliau
dipanggil dengan gelar Rasul, karena gelar itulah yang paling sesuai
dengan kandungan apa yang harus disampaikan ini.
Teguran-teguran keras yang disampaikan kepada Ahl al-Kitab
itulah yang dihadapkan pada sikap lemah lembut Nabi SAW. yang
merupakan hal khusus, dan yang mengantar pada turunya peringatan
tentang kewajiban menyampaikan risalah disertai dengan jaminan
keamanan beliau. Itulah inti dari firman-Nya; Hai Rasul,
sampaikanlah kepada siapapun khususnya Ahl al- Kitab, apa, yakni
petunjuk Allah yang diturunkan kepadamu dari Tuhan yang selalu
memeliharamu. Dan jika emgkau kerjakan apa yang diperintahkan
ini, walau hanya meninggalkan sebagian kecil yang harus engkau
sampaikan, maka itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-
Nya secara keseluruhan.
Jangan khawatir sedikitpun menyangkut akibat penyampaian
ini. Allah memliharamu dari gangguan yang berarti manusia,
khususnya dari Ahl al- Kitab yang bermaksud buruk terhadapmu
akibat teguran-teguran keras itu. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir termasuk orang-orang
Yahudi dan Nasrani itu sehingga tidak tercapai maksudnya
terhadapmu.9
Dalam Tafsir Nurul Quran, Allamah Kamal Faqih Imani
menjelaskan secara terperinci bahwa: Dalam ayat ini, yang diajak
berbicarahanya Nabi SAW. Ayat ini hanya menyatakan keajiban
beliau. Teks ayat di atas dimulai dengan kata-kata “Wahai Rasul!”
dan selanjutnya secara eksplisit dan penuh penekanan ia
memerintahkan kepada beliau demikian, ...sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu...
Kemudian, untuk penekanan lebih lanjut, ia memperingatkan
beliau bahwa jika beliau tidak melaksanakan hal itu (sesuatu hal
yang tidak akan pernah terjadi pada beliau), berarti beliau tidak
menyampaikan sama sekali risalah-Nya kepada umat manusia. Ayat
di atas mengatakan, Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berati) kamu sama sekali tidak menyampaikan
risalah-Nya.
Setelah itu, wahyu di atas menghibur Nabi SAW. seolah-olah
beliau cemas dan khawatir bahwa akan terjadi insiden tertentu, dan
mengatakan kepada beliau agar tidak merasa takut terhadap manusia
dalam melaksanakan kewajiban ini. Ayat di atas mengatakan, Allah
9
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Bermasayarakat. Bandung: Mizan
akan memelihara kamu dari (gangguan) manusia ...
Dan di akhir ayat, sebagai ancaman dan hukuman bagi mereka
yang menolak atau mengingkari pesan khusus ini dan dengan keras
hatinya menolaknya, ayat di atas mengatakan, Sesungguhnya Allah
tidak memberipetunjuk kepada orang-orang kafir.
Sungguh, betapa pentingnya masalah yang ada dalam bulan-
bulan terakhirdari kehidupan Nabi, yang disebutkan ayat di atas,
sehingga jika ia tidak disampaikan kepada masyarakat maka hal itu
sama dengan tidak disampaikannya risalah kerasulan itu sendiri
secara keseluruhan. Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai
salah satu mukjizat Al- Qur‟an dengan alasan keterbuktian
kebenaran jaminan pemeliharaan itu kendati berbagai upaya telah
dilakukan oleh kaum musyrik Mekah dan orang Yahudi untuk
membunuh Rasul SAW. Menurut Quraish Shihab, walaupun
jaminan ini terbukti kebenaranya, dan sekaligus menunjukan
kebenaran informasi Al-Qur‟an, namun ia belum dapat dinilai
sebagai salah satu mukjizat, antara lain karena unsur tantangan
untuk melakukan hal serupa yang harus menyertai sesuatu yang
dinamai mukjizat tidak ditemukan disini.10
10
Allamah, Kamal Faqih. 2004. Tafsir Nurul Quran. Jakarta. Nur Al-Huda
sebagai berikut:
a. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW. untuk
menyampaikan wahyu yang sudah diterima dengan baik
tanpa ada yang dirahasiakan atau disembunyikan.
b. Allah SWT dengan tegas memberikan cara untuk
berdakwah yakni dengan metode penyampaian.
c. Allah SWT memberi jaminan keselamatan bagi Rasul
dalam cobaan berdakwah dari orang-orang kafir, munafik
dan orang fasik.
d. Allah SWT. memberi ancaman terhadap orang yang tidak
menyampaikanamanat yang telah diberikan kepada Rasul.
e. Di akhir ayat, Allah SWT. menegaskan bahwasannya
hidayah akan diberikan kepada hamba yang tidak ingkar
dan mengganggu Rasul-Nya.11
12
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Jakarta:
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Baqir Syarif, Al-Qarashi. 2003. Seni Mendidik Islami. Jakarta: Pustaka Zahra.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Faqih, Allamah Kamal. 2004. Tafsir Nurul Quran. Jakarta. Nur Al-Huda
Hariyanto dan Muchlas Samani. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet.
3. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
M. Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu
dalamKehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan
Surya Muhammad Dkk. 2010. Landasan Pendidikan : Menjadi Guru Yang Baik.
Bogor : Gahalia Indonesia.