Anda di halaman 1dari 19

PERINTAH MENGAJAR

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. TRI MARTINI (1810202066) NNJJJ


2. MUHAMMAD ZUHUD ALISHOM (1820202137)

MATA KULIAH:

TAFSIR TEMATIK

DOSEN PENGAMPU:

MIUHAMMAD ICHSAN Lc, M. Pd.I

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKUTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2021
A. PERINTAH MENGAJAR DARI ALLAH SWT
Seluruh manusia yakin bahwa pendidik memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan peserta didik. Guru sangat berperan yang
cukup besar kematangan intelektual, spritual, dan emosional peserta
didik. Dalam dunia pendidikan, komponen guru sangatlah penting, yakni
orang yang bertanggung jawab mencerdasaklan kehidupan anak didik,
dan bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam rangka membina anak didik agar menjadi orang yang bersusila
yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai
berikut :
1. Seseoang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan
akhlak yang baik. Seorang guru hars ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya
2. Seorang guru harus memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan
untuk mengutamakan materi dalam tugasnya, melainkan
menghrapkan keridhoanAllah SWT semata
3. Seorang guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya
Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.
Dari keempat sifat tersebut dapat diisyaratkan bahwa guru harus
memiliki sifat profesional maupun berkarakter yang harus tertanam
dalam hati seorang guru. Oleh karena itu, semua orang bisa menjadi guru
namun tidak semua orang memiliki jiwa guru.
Seorang guru sebagai pelaksana dari sebuah kegiatan pendidikan
tentu harus didukung dengan beberapa seperangkat keahlian. Dalam
istilah lainnya, guru juga mempunyai batasan-batasan tertentu sehingga ia
dikatakan sebagai pendidik atau guru yang profesional. Hal ini perlu
ditekankan, mengingat banyak orang yang berprofesi sebagai guru tapi
tidak bertindak dan berakhlaq layaknya seorang guru profesional. Sebagai
penulis bukan ingin mengecilkan image sosok guru pada saat ini, tapi
fakta banyak diberitakan di media massa ada sebagian guru yang tidak
punya susila serta tidak pantas disebut sebagai guru.
Urgensi pendidikan harus mengantarkan peserta didik menjadi
pribadi yang tidak hanya cerdas otak juga cerdas watak. Hal ini
dibutuhkan keteladanan pada seorang guru dan tidak salah kiranya bila
sekarang ini pendidikan membutuhkan guru-guru super yang profesional
namun berkarakter guna menjadikan siswa berkarakter.1
Menurut Mukhlas Samani dalam bukunya Konsep dan Model
Pendidikan Karakter beliau mengunggkapkan yang perlu guru lakukan
didalam sekolah harus menanamkan nilai-nilai karakter seperti :
1. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang
dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya
(amanah, trustwothiness), dan tidak curang (no cheating).
2. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos
kerja yang tinggi, berusalah keras untuk mencapai prestasi terbaik
(giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres,
berdisiplinlah diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang
diambil.
3. Cerdas, berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh
perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan
empatik, bergaul dengan santun menjunjung kebenaran dan
kebajikan,mencintai Tuhan Dan lingkungan.
4. Sehat dan bersih
5. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun,
toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau
mendengar orang lain, mau berbagi dan tidak merendahkan orang
lain.
6. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis,
berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan
sesuatu secara luar biasa (unik) serta memiliki ide baru.2

1
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, cet. (Bandung : PT Persada, 1995), hal. 6-7
2
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. 3
Abdul Majid Khon didalam buku Hadist Tarbawi mengatakan
seorang pendidik harus memiliki sifat kepribadian yang positif.
Bagaimanapun alasannya seorang pendidik harus memiliki sifat kelebihan
dari anak didiknya. Karena dia bertugas mendidik dan mengajar anak-
anak didik, serta mengantarkannya menuju keberhasilan tujuan yang di
cita-cita yakni memiliki kepribadian yang bertaqwa kepada Allah SWT.3
Untuk memberi solusi dalam membangun mindset dan
kepribadian guru berhati nurani dengan akhlak mulia dan mendidik
dengan hati, kami harapkan guru memiliki sembilan kepribadian guru
berhati nurani :
1. Mendidik adalah panggilan dari hati yang ikhlas
2. Mendidik adalah panggilan jiwa dengan kasih sayang yang tulus
3. Mendidik adalah amanah dan tanggung jawab
4. Mendidik adalah dengan penuh kesabaran dan rasa syukur
5. Mendidika adalah berfikiran maju
6. Mendidik adalah dengan kecerdasan
7. Mendidik adalah dengan kreatif
8. Mendidik adalah dengan keteladanan
9. Mendidik adalah melayani dengan hati

Menurut Muhammad Thaifuri yang dikutip langsung dari Syaikh


Al-Zarnuji dalam kitabnya Ta‟lim Muta‟Allim mengungkapkan konsep
guru yang ideal atau profesional adalah :
1. Haruslah orang yang lebih „alim (Pandai/cerdas), yaitu seseorang
yang cerdas dengan akal yang sempurna atau cerdas, maka guru
dapat mengajar muridnya dengan benar dan mendalam
2. Bersifat wara‟ (menjaga harga diri), gruu guru haruslah menjaga
diri dari segala sesuatu yang berbau syubhat agar tetap menjaga

(Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 51


3
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi (Hadist-hadist Pendidikan), (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2012), Hal, 65
keilmuannya dankepribadiannya
3. Berpengalaman/lebih tua, guru akan memerankan diri sebagai
seorang pemimpin dan pembimbing dalam proses belajar
mengajar
4. Berbudi luhur, guru haruslah memiliki budi pekerti yang luhur
karena budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak
murid
5. Bijaksana, guru dapat bertindak tepat menurut garis yang baik
selalu menggunakan akal budinya (berpengalaman dan
berpengetahuan) apabila menghadapi suatu kesulitan, Penyabar,
guru yang selalu menerima segala bencana dengan laku yang
sopan, sabar merupakan pangkal keutamaan dalam segala sesuatu.4

Menurut Ki Hajar Dewantoro seorang tokoh nasional yang


terkenal dengan taman siswanya, memberikan konsep seorang guru
yang baik yang mana menjadi semboyan pendidikan di Indonesia
adalah :
a. Ing Ngarso Sung Tulodho adalah sebagai seorang pendidikan
harus menjadi teladan dari anak didik dari segala hal perilaku,
perbuatan maupun tutur kata dan sebagainya.
b. Ing Madyo Mangun Karso adalah seorang pendidik itu mampu
memberikan bimbingan kepada anak didik dengan moral dan
etika, memenuhi kehendak anak didik.
c. Tut Wuri Handayani adalah sebagai pendidik memberika
kebebasan dan mengikuti anak didik dari belakang dengan
awas, bilamana terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan
harapan, maka pendidik harus meluruskan jangan sampai anak
didik salah jalan.5

4
Muhammad Thaifuri, Pedoman Belajar Bagi Penuntun Ilmu Secara Islam (Terjemah
Ta‟lim Muta‟allim), (Surabaya : Menara Suci, 2008), Hal. 25
5
Muhammad Surya Dkk, Landasan Pendidikan : Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor :
GahaliaIndonesia, 2010), Hal. 37
Didalam buku Bukhori Umar berjudul Hadits Tarbawi Pendidikan
dalam Perspektif Islam menerangkan tentang kedudukan dan peran seorang
guru sebagai berikut :
1. Sebagai Orang Tua
Menurut Rasulullah SAW pendidik berkedudukan sebagai
orang tua sehubungan dengan ini terdapat hadist sebagai berikut :

Artinya : Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW


bersabda, “Seseungguhnya aku menempati posisi orang tuamu. Aku
akan mengejarmu, apabila salah seorang kamu mau buang hajat,
maka janganlah ia menghadap atau membelakangi Qiblat,
janganla ia beristinja‟ (membersihkan dubur dari buang air), dengan
tangan kanan. Beliau menyuruh dengan istinja‟ (kalau tidak dengan
air), dengan tiga batu dan melarang dengan beristinja‟ dengan
kotoran (najis) dan tulang.” (HR. Abu Daud).

Hadist di atas dengan jelas mengatakan bahwa Rasulullah


SAW bagaikan orang tua bagi para sahabatnya. Pengertian bagaikan
orang tua bagaikan orang atau adalah mengajar, membimbing, dan
mendidik anak-anak seperti pada umumnya dilakukan oleh orang tua.
Beliau mengajarkan kepada para sahabat bagaimana membuang hajat.
Sebenarnya, persoalan ini adalah persoalan orang tua. Akan tetapi,
Nabi yang tidak diragukan lagi bagi umat Islam, sebagai mahaguru
dan pendidik ulung juga mau mengajarkan hal itu.

2. Sebagai Pewaris Nabi

Sehubungan dengan kedudukan ini, terdapat sabda Nabi


Muhammad SAW:
Abu Ad Darda berkata : Aku m endengar Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa yang menempu jalan mencari ilmu, akan dimudahkan Allah
jalannya untuk ke surga. Sesungguhnya, malaikat merentangkan
sayapnya karena senang dengan para pencari ilmu. Sesungguhnya,
pencari ilmu dimintakan ampun oleh orang yang ada dilangit dan bumi,
bahkan ikan yang ada di dalam air. Keutamaan orang berilmu dari
orang yang beribadah adalah bagaikan keutamaan bulan di antara
semua bintang. Sesungguhnya, ulama adalah para pewaris nabi,
mereka tidak mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang
mencari ilmu, hendaklah ia mencari sebanyak-banyaknya”.6

Dalam Hadist di atas dikemukakan beberapa hal penting. Hal yang


berkaitan erat dengan tema ini adalah ulama adalah pewaris para nabi.
Pendidik dalam hal ini terutama guru, adalah orang yang berilmu
pengetahuan. Dengan demikian, ia termasuk katagori ulama. Abudin
Nata mengatakan ulama yaitu orang-orang yang tidak hanya menguasai
ilmu agama saja, melainkan juga menguasai ilmu-ilmu pengetahuan
umum, dan ilmunya untuk itu bukan hanya diajarkan, tetapi digunakan
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.7

B. MENYAMPAIKAN RISALAH DAN AJARAN ALLAH SWT

Risallah Secara etimologis berasal dari kata Bahasa Arab, yang


mempunyai arti “yang mengirimkan, berita, pesan".Risalah dapat berarti
tugas kerosulan dan ajaran dari Allah SWT atau apa yang dibawakan oleh
rosul dari Allah SWT yang harus disampaikan kepada manusia. Risalah
Muhammad berarti ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW. Risalah
tersebut dapat berupa ajaran yang berisan prinsip hidup, Moral, Ibadah,
Aqidah untuk membina kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di
dunia dan akhirat Dalam risalah yang dibawakan oleh nabi Muhammad
SAW, memuat segala aspek kehidupan manusia, sebagai penyempurna
risalah yang dibawa oleh nabi sebelumnya. dalam menata hidupnya di
dunia ini senantiasa membutuhkan petunjuk untuk diperpedomani supaya

6
HR. At- Tirmdzi, Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud, dan Ad-Darimi
7
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan : TafsirAl-Ayat Al-Tarbawy, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2009), Hal. 92
tidak tersesat dari rel kebenaran. Untuk itulah para nabi dan rasul diutus
dengan membawa risālah Ilāhi dalam tangka mengingatkan kembali
manusia agar kembali ke jalan yang benar.Menurut Fazlurrahman bahwa
Nabi diutus oleh Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan
kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh. Itulah sebabnya mengapa
istilah-istilah yang menyampaikan kabar gembira dan yang menyampaikan
peringatan sering dinyatakan Alquran, terutama sekali di masa-masa awal
kenabian Muhammad saw.
Senada dengan itu, Dr. Syekh Syaukat Husain menyatakan bahwa
manusia menerima hukum Allah swt melalui medium yang dikenal
sebagai risalah. Misi yang diembang oleh para nabi tersebut adalah
menyebarkan risalah tersebut dengan cara menyampaikan firman Allah
kepada umat manusia, mendakwahkannya di muka bumi ini.Tentu,
pengutusan para nabi dan rasul dengan risalah yang diamanahkan
kepadanya memiliki tujuan yang agung yaitu membimbing manusia.
Begitu pula risalah tersebut bertujuan untuk mensucikan dan member-
sihkan jiwa manusia agar senantiasa patuh dan taat pada aturan-aturan
Allah swt dengan berpijak pada kesucian akidah.28 Dari uraian singkat
tersebut, jelas sekali, peranan risalah Ihali dalam kehidupan manusia.
Tanpa tuntunan risalah Allah yang telah disampaikan oleh para
nabi dan rasul niscaya kehidupan manusia di muka bumi ini akan meng-
alami kekacauan. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pedoman yang.
Rasulullah tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi
huda dan dienul Haq. Selain pitu hadirnya Rasulullah Saw di tengah kita
adalah sebagai saksi, pembawa berita gembira dan peringatan, menyeru ke
jalan Allah dan sebagai pelita yang menerangi.
1. Khatama Al Anbiya (Nabi penutup).
Allah Swt telah menurunkan Nabi sebanyak 124.000 dan
Rasul sebanyak 313 orang. Namun demikian di dalam Al-Qur’an
yang disebutkan hanya sebanyak 25 orang saja. Perhatikan Al-
Qur’an surat 40: 78, 4: 163-164, 6: 84-86. Seperti juga ada
diungkapkan bahwa setelah Rasul Musa AS ada sebanyak 36
pelanjut Risalahnya. Sedangkan penutup bagi semua Rasul dan
Nabi itu adalah Nabi Muhammad Saw.
2. Nasikhu Ar Risalah (penghapus risalah).
Risalah terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga
hanya sesuai untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu
mengikuti keadaan dan situasi serta keperluan semasa waktu itu
sehingga hanya sesuai pada saat tersebut saja.
Risalah Nabi Muhammad sebagai pelengkap dari risalah
sebelumnya dan sekaligus memansukhkan risalah sebelumnya.
Risalah Nabi Muhammad Saw sesuai dan dapat digunakan oleh
semua manusia dan dapat diamalkan hingga hari kiamat.
Risalah terdahulu yang dibawa oleh ratusan Nabi dan Rasul
mempunyai pendekatan dakwah yang sesuai dengan pendekatan
kaumnya misalnya pendekatan dakwah Nabi Daud dengan
kekuatan fisikal, Nabi Sulaiman pandai bercakap dengan hewan,
pohon, jin dan mempunyai kekuatan memindahkan kerajaan dan
sebagainya, Nabi Ibrahim berdakwah dengan memotong semua
kepala berhala, Nabi Isa AS tidak berkahwin dan banyak contoh
lainnya. Disimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan dakwah dan
risalah yang dibawa oleh Nabi sebelumnya tidaklah sesuai lagi bagi
zaman sekarang.
3. Musoddiqu Al Anbiya (membenarkan para nabi).
Banyak tantangan dan cabaran yang mencoba
menghapuskan agama Allah, namun demikian Allah Swt
senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum kafir.
Diantaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya atau
dengan menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali
menegakkan kesilapan atau kejahiliyahan ummat. Nabi
Muhammad Saw sebagai nabi akhir melengkapi risalah
sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi ummat
Islam.
4. Mukammilu Ar Risalah (penyempurna risalah).
Selain membenarkan Rasul dan Nabi sebelumnya yang
membawa risalah Islam. Kehadiran nabi Muhammad Saw juga
diperuntukkan menyempurnakan risalah sebelumnya. Risalah
sebelumnya cenderung diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu
saja dan bagi saat tertentu. Berbeda dengan Nabi Muhammad Saw
yang diutus untuk semua manusia (tidak untuk kaumnya saja) dan
berlaku hingga kiamat.
5. Kaafatalinnaas (untuk seluruh manusia).
Rasul Muhammad Saw berbeda dengan para Rasul dan
Nabi sebelumnya dimana Nabi Muhammad Saw diutus bagi
kepentingan ummat manusia secara keseluruhan dengan tidak
mengira suku, bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya.
Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini dimana
muslim tersebar di seluruh pelosok dunia.
6. Rahmatul Alamin (rahmat bagi alam semesta).
Kehadiran Nabi Muhammad Saw dimuka bumi ini adalah
sebagai rahmat bagi seluruh alam yang tidak saja manusia tetapi
juga alam, hewan, pokok dan sebagainya. Manusiapun dengan
kehadiran Nabi Muhammad mendapatkan rahmat dan kebaikan.
Manusia kafir dan jahiliyahpun mendapatkan rahmat dari
kedatangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad
tidak hanya untuk ummat Islam tetapi kebaikannya juga dirasakan
oleh manusia lainnya. Islam adalah membawa agama fitrah yang
sesuai dengan penciptaan manusia, jadi apabila Islam disampaikan
maka akan dirasakan sesuai oleh manusia.
Alam, hewan dan pokokpun dilindungi dan dipelihara dengan
kedatangan Islam. Umat Islam sebagai khalifah di muka bumi
melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan alam dengan demikian
kestabilan terwujud dan alam serta isinya menjadi damai.
7. Risalatul Islam.
Risalah Nabi Muhammad Saw adalah risalah Islam, yang
dibawanya adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari
akhlak, kepribadian dan sifat-sifat Nabi yang mulia.
Inti dari risalah Nabi Muhammad Saw adalah huda (petunjuk) dan
dien yang benar. Risalah membawa huda karena Islam itu sendiri
sebagai panduan bagi manusia.
8. Ad Dakwah.
Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah
menangkan Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama
lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan
dakwah.

C. TAFSIR TEMATIK SURAH AL-MAIDAH AYAT 67


1. Surat Al-Maidah Ayat 67

Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan


kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

2. Penjelasan Ayat

Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW.


supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadanya tanpa
menghiraukan besarnya tantangan di kalangan Ahli Kitab, orang
musyrik dan orang-orang fasik.
Ayat ini menganjurkan kepada Nabi Muhammad SAW agar
tidak perlu takut menghadapi gangguan dari mereka dalam
membentangkan rahasia dan keburukan tingkah laku mereka itu
karena Allah menjamin akan memelihara Nabi Muhammad dari
gangguan, baik masa sebelum hijrah oleh kafir Quraisy maupun
sesudah hijrah oleh orang Yahudi. Apa yang telah diturunkan
kepada Muhammad adalah amanat yang wajib disampaikan
seluruhnya kepada manusia. Menyampaikan sebagian saja amanat-
Nya dianggap tidak menyampaikan sama sekali. Demikianlah
kerasnya peringatan Allah kepada Muhammad. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tugas menyampaikan amanat adalah
kewajiban Rasul. Tugas menyampaikan tersebut tidak boleh
ditunda meskipun penundaan itu dilakukan untuk menunggu
kesanggupan manusia untuk menerimanya, karena masa
penundaan itu dapat dianggap sebagai suatu tindakan.

3. Implikasi pendidikan dari Qs Al-Maidah ayat 67:


a. Guru hendaknya mengetahui dan memahami tugas dan
perannya sebagai seorangpendidik, guru akan mampu untuk
bertanggung jawab menjaga dan menjalankan amanah yang
telah diberikan ketika seorang guru tau dan faham akan
tugas dan perannya.
b. Guru hendaknya mempunyai keterampilan dalam
melaksankan tugas dan perannya tersebut. Keterampilan
diperlukan oleh seorang guru supaya dapat membantu untuk
menjalankan tugasnnya. Salah satu tugas seorang guru
adalah mengajarkan ilmunya kepada peserta didik,
sehingga peserta didik dapat memahami apa yang diajarkan
oleh guru.
c. Guru hendaknya ulet dan kreatif dalam menjalankan tugas
dan perannya. Pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin canggih, banyak ilmu
pengetahuan baru yang muncul.
d. Guru hendaknya mempunyai ketahanan mental.
4. Asbabun Nuzul
Allah ta‟ala berfirman sambil mengkhitabi hamba dan
Rasul-Nya Muhammad SAW. dengan ungkapan “Rasul” dan
menyuruhnya supaya menyampaikan seluruh perkara yang
dibawanya dari Allah. Dan, Nabi SAW. telah melaksanakan
perintah itu dan menjalankan risalah dengan sempurna. Sehubungan
dengan ayat ini, Nasa‟i meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang artinya:

Aisyah berkata “Barang siapa yang menceritakan kepadamu


bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang
diturunkan Allah kepadanya maka sungguh berdustalah orang itu,
dan Dia berfirman, „Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-
Nya.‟” Demikianlahbunyi hadits ini secara ringkas.8

5. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67

Berkaitan dengan penafsiran ayat tersebut di atas, penulis


menyajikan pendapat mufassir secara jelas yakni:
Thahir ibn Asyur menilai penempatan ayat ini di sini
merupakan suatu yang musykil, karena - tulisanya - surah al-
Maidah merupakan salah satu surah terahir turun - kalau bukan
yang terahir, sedang ketika itu Rasul SAW. telah menyampaikan
ajaran agama dan semua apa yang turun hingga ketika itu.
Seandainya ayat ini turun pada masa awal kenabian, maka apa yang
diperintahkan disini dapat dimengerti dan dipahami sebagai
mengukuhkan Nabi SAW. dan meringankan beban mental beliau.
Tetapi karena surah ini merupakan salah satu surah terahir turun,
dan beliau sendiri telah menyampaikan tugas risalah, agamapun
telah disempurnakan, maka karena itu, hanya ada dua kemungkinan
yang dapat dikemukakan menyangkut penempatan ayat ini dalam
surah ini dan sesudah uraian ayat-ayat sebelumnya.

8
Nata, Abudin. 2010. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press
Berkaitan dengan penjelasan ayat ini, Quraisy Shihab
menyebutkan dua kemungkinan. Pertama; ayat ini turun untuk satu
sebab tertentu, yang mengundang adanya ayat yang pengukuhkan
beliau agar menyampaikan apa yang berat untuk beliau sampaikan.
Atau kedua; ayat ini turun sebelum turunya surah ini.
Thahir ibn Asyur menolak kemungkinan kedua, karena
katanya, ini berarti ayat telah bertahun-tahun turun dan dibaca tanpa
ada tempatnya pada satu surah, dan dengan demikian tulisnya,
semua riwayat yang menguraikan sebab turunya ayat ini pada masa-
masa sebelum turunnya surah al-Maidah semuanya tertolak.
Fakhruddin ar-Razi sendiri menyebut sepuluh sebab nuzul, tidak
mengandalkan sebab itu untuk menguraikan penempatan ayat ini di
sini.
Thabathaba‟i yang juga secara panjang lebar juga membahas
penempatan ayat ini, menegaskan bahwa ayat ini berbicara tentang
satu masalah agama yang sangat khusus, yang bila tidak
disampaikan maka ajaran agama secara keseluruhan tidak beliau
sampaikan. Hal tersebut terasa berat untuk beliau sampaikan karena
adanya hubungan kemaslahatan pribadi dan keistimewaan
menyangkut apa yang harus beliau sampaikan itu, apalagi hal ini
juga harus disampaikan itu juga yang diinginkan oleh orang lain.
Karena itu, beliau khawatir menyampaikanya sampai turunya ayat
ini. Menurut Thabathaba‟i yang bermadzhab syiah, hal yang
diperintahkan untuk disampaikan itu adalah persoalan kedudukan
Ali bin Abi Thalib sebaga wali dan pengganti beliau dalam urusan
agama dan keduniaan. Ini baru beliau sampaikan di Gadir Khum,
setelah melaksanakan haji Wada‟. Dan karena itu pula, beliau
dipanggil dengan gelar Rasul, karena gelar itulah yang paling sesuai
dengan kandungan apa yang harus disampaikan ini.
Teguran-teguran keras yang disampaikan kepada Ahl al-Kitab
itulah yang dihadapkan pada sikap lemah lembut Nabi SAW. yang
merupakan hal khusus, dan yang mengantar pada turunya peringatan
tentang kewajiban menyampaikan risalah disertai dengan jaminan
keamanan beliau. Itulah inti dari firman-Nya; Hai Rasul,
sampaikanlah kepada siapapun khususnya Ahl al- Kitab, apa, yakni
petunjuk Allah yang diturunkan kepadamu dari Tuhan yang selalu
memeliharamu. Dan jika emgkau kerjakan apa yang diperintahkan
ini, walau hanya meninggalkan sebagian kecil yang harus engkau
sampaikan, maka itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-
Nya secara keseluruhan.
Jangan khawatir sedikitpun menyangkut akibat penyampaian
ini. Allah memliharamu dari gangguan yang berarti manusia,
khususnya dari Ahl al- Kitab yang bermaksud buruk terhadapmu
akibat teguran-teguran keras itu. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir termasuk orang-orang
Yahudi dan Nasrani itu sehingga tidak tercapai maksudnya
terhadapmu.9
Dalam Tafsir Nurul Quran, Allamah Kamal Faqih Imani
menjelaskan secara terperinci bahwa: Dalam ayat ini, yang diajak
berbicarahanya Nabi SAW. Ayat ini hanya menyatakan keajiban
beliau. Teks ayat di atas dimulai dengan kata-kata “Wahai Rasul!”
dan selanjutnya secara eksplisit dan penuh penekanan ia
memerintahkan kepada beliau demikian, ...sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu...
Kemudian, untuk penekanan lebih lanjut, ia memperingatkan
beliau bahwa jika beliau tidak melaksanakan hal itu (sesuatu hal
yang tidak akan pernah terjadi pada beliau), berarti beliau tidak
menyampaikan sama sekali risalah-Nya kepada umat manusia. Ayat
di atas mengatakan, Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berati) kamu sama sekali tidak menyampaikan
risalah-Nya.
Setelah itu, wahyu di atas menghibur Nabi SAW. seolah-olah
beliau cemas dan khawatir bahwa akan terjadi insiden tertentu, dan
mengatakan kepada beliau agar tidak merasa takut terhadap manusia
dalam melaksanakan kewajiban ini. Ayat di atas mengatakan, Allah

9
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Bermasayarakat. Bandung: Mizan
akan memelihara kamu dari (gangguan) manusia ...
Dan di akhir ayat, sebagai ancaman dan hukuman bagi mereka
yang menolak atau mengingkari pesan khusus ini dan dengan keras
hatinya menolaknya, ayat di atas mengatakan, Sesungguhnya Allah
tidak memberipetunjuk kepada orang-orang kafir.
Sungguh, betapa pentingnya masalah yang ada dalam bulan-
bulan terakhirdari kehidupan Nabi, yang disebutkan ayat di atas,
sehingga jika ia tidak disampaikan kepada masyarakat maka hal itu
sama dengan tidak disampaikannya risalah kerasulan itu sendiri
secara keseluruhan. Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai
salah satu mukjizat Al- Qur‟an dengan alasan keterbuktian
kebenaran jaminan pemeliharaan itu kendati berbagai upaya telah
dilakukan oleh kaum musyrik Mekah dan orang Yahudi untuk
membunuh Rasul SAW. Menurut Quraish Shihab, walaupun
jaminan ini terbukti kebenaranya, dan sekaligus menunjukan
kebenaran informasi Al-Qur‟an, namun ia belum dapat dinilai
sebagai salah satu mukjizat, antara lain karena unsur tantangan
untuk melakukan hal serupa yang harus menyertai sesuatu yang
dinamai mukjizat tidak ditemukan disini.10

6. Kandungan Isi Surat Al-Maidah Ayat 67


Surat Al-Maidah turun setelah Nabi Muhammad SAW.
hijrah ke Madinah. Namanya yang populer adalah surat Al-Maidah
yang secara harfiyah bermakna “hidangan” dan terdiri atas 120 ayat.
Dinamai demikian karena dalam rangkaian ayat-ayatnya terdapat
uraian tentang hidangan yang dimohonkan oleh Nabi Isa agar
ditunaikan atas permintaan umatnya (ayat 112-115). Surat ini
juga dikenal dengan nama Al-Uqud (akad-akad perjanjian)
dikarenakan dalam permulaan surat memerintahkan kaum beriman
untuk memenuhi ketentuan aneka akad perjanjian. Ada juga yang
menamai surat Al-Akhyar, yakni “orang-orang baik” karena yang
memenuhi tuntutannya menyangkut aneka ikatan perjanjian itu
pastilah orang baik.. Adapun isi kandungan surat Al-Maidah ayat 67

10
Allamah, Kamal Faqih. 2004. Tafsir Nurul Quran. Jakarta. Nur Al-Huda
sebagai berikut:
a. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW. untuk
menyampaikan wahyu yang sudah diterima dengan baik
tanpa ada yang dirahasiakan atau disembunyikan.
b. Allah SWT dengan tegas memberikan cara untuk
berdakwah yakni dengan metode penyampaian.
c. Allah SWT memberi jaminan keselamatan bagi Rasul
dalam cobaan berdakwah dari orang-orang kafir, munafik
dan orang fasik.
d. Allah SWT. memberi ancaman terhadap orang yang tidak
menyampaikanamanat yang telah diberikan kepada Rasul.
e. Di akhir ayat, Allah SWT. menegaskan bahwasannya
hidayah akan diberikan kepada hamba yang tidak ingkar
dan mengganggu Rasul-Nya.11

7. Implikasi pendidikan dari Qs Al-Maidah ayat 67:

a. Guru hendaknya mengetahui dan memahami tugas dan


perannya sebagai seorang pendidik, guru akan mampu untuk
bertanggung jawab menjaga dan menjalankan amanah yang
telah diberikan ketika seorang guru tau dan faham akan tugas
dan perannya. Guru tidak mungkin bisa melaksanakan amanah
yang telah diberikan jika guru tidak mengetahui dan
memahami tentang keseluruhan tugas dan perannya. Maka
dari itu, guru dituntut untuk mengetahui dan memahami tugas
dan perannya sebagai seorang pendidik, sehingga amanah
yang diberikan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
b. Guru hendaknya mempunyai keterampilan dalam
melaksankan tugas dan perannya tersebut. Keterampilan
diperlukan oleh seorang guru supaya dapat membantu untuk
menjalankan tugasnnya. Salah satu tugas seorang guru adalah
mengajarkan ilmunya kepada peserta didik, sehingga peserta
didik dapat memahami apa yang diajarkan oleh guru. Akan
tetapi jika seorang guru dalam mengajarkan ilmunya tidak
11
Ibid..
mempunyai keterampilan mengajar belum tentu ilmu tersebut
bisa dipahami oleh anak didiknya. Maka dari itu, guru dalam
melaksanakan amanahnya sebagai pendidik harus mempunyai
keterampilan.
c. Guru hendaknya ulet dan kreatif dalam menjalankan tugas dan
perannya. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin canggih, banyak ilmu pengetahuan baru
yang muncul. Jika seorang guru tidak mempunyai keuletan
dan daya kreatif maka tugas dan perannya belum tentu
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, guru harus
mempunyai kemauan untuk menggali ilmu pengetahuan yang
baru, mempelajari teknologi yang semakin berkembang pesat.
Keuletan dan kreatifitas seorang guru merupakan penopang
guru dalam melaksakan tugas dan perannya.
d. Guru hendaknya mempunyai ketahanan mental, dalam
menjalankan tugas dan perannya guru akan menghadapi
berbagai masalah dan rintangan. Berbagai masalah tersebut
akan datang dari faktor internal yaitu dari pribadi guru tersebut
dan faktor eksternal seperti masalah yang ditimbulkan oleh
peserta didiknya dan orang-orang sekitar, serta dampak
kemajuan IPTEKS menimbulkan tantangan dan rintangan yang
harus dihadapi oleh seorang guru dalam menjalankan
amanahnya. Oleh karena itu, ketahanan mental yang kuat
harus ditanamkan dalam pribadi seorang guru, supaya mampu
menghadapi setiap masalah dan rintangan tersebut. Sehingga
guru mampu melaksanakan amanah yang telah dipercayakan
kepadanya.12

12
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Jakarta:
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA

Baqir Syarif, Al-Qarashi. 2003. Seni Mendidik Islami. Jakarta: Pustaka Zahra.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Faqih, Allamah Kamal. 2004. Tafsir Nurul Quran. Jakarta. Nur Al-Huda

Gustaf, Asyrint. 2010. Langkah Cersdas Menjadi Guru sejati berprestasi.


Yogyakarta:Mata Padi Presindo.

Hariyanto dan Muchlas Samani. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet.
3. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
M. Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu
dalamKehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan

Majid Abdul Khon. 2012. Hadist Tarbawi (Hadist-hadist Pendidikan). Jakarta :


Kencana Prenada Media Group.

Surya Muhammad Dkk. 2010. Landasan Pendidikan : Menjadi Guru Yang Baik.
Bogor : Gahalia Indonesia.

Thaifuri Muhammad, Pedoman Belajar Bagi Penuntun Ilmu Secara Islam


(Terjemah Ta‟lim Muta‟allim). 2008. Surabaya : Menara Suci.

Usman Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional, cet. Bandung : PT Persada.

Anda mungkin juga menyukai