Anda di halaman 1dari 21

9 TIPE MENDIDIK

MENDIDIK ADALAH PANGGILAN


JIWA, MENJADIKAN GURU YANG
IKHLAS
HENDRI WIJAYA, S.AG, M.SI
KASI KURIKULUM DAN PENILAIAN SD
DINAS PENDIDIKAN KAB. OKU
Pendidikan bukanlah
semata proses mengoleksi
dan menjejalkan hal-hal
baru ke otak anak didik.
Jauh di atas itu, pendidikan
adalah perkara membentuk
pola pikir.
Guru sebagai pendidik memberikan contoh
tauladan yang baik bagi generasi masa kini
dan generasi akan datang. Tidak sedikitnya
guru yang hanya menjadi birokrat
kurikulum yang menggunakan doktrin
sehingga tidak memotivasi dan
mencerahkan anak. Guru hanya menyuruh,
marah atau memberi judgment.
Berapa banyak orang yang
memiliki kenangan buruk tentang
guru. Tak heran jika akhirnya
anak didik memiliki hobi tawuran
dan melakukan kekerasan.
Sehingga kelas bukan lagi tempat
yang ideal dalam artian learning
to know, learning to be, learning
to do dan learning to live
together.
Sekarang kebutuhan murid kepada
gurunya bukan lagi knowledge,
melainkan wisdom. Pengetahuan
dapat diperoleh lewat buku, akses
internet melalui google dan
wikipedia serta sumber pengetahuan
lainnya.
Mereka juga membutuhkan kearifan untuk
membentuk peserta didik menjadi kaum
cendikia. Sikap guru sangat menentukan masa
depan peserta didiknya. guru dalam mendidik
peserta didik harus mengacu pada
pengembangan sikap yang bersumber dari hati
nurani, sehingga sikap tersebut dapat membuat
peserta didik kita menjadi manusia yang
berkarakter mulia, cerdas, mandiri dan mampu
memberi kontribusi bagi lingkungan dan
sesamanya.
Selain memiliki skill dan kompetensi
seorang guru juga harus memiliki
panggilan hati yang tinggi sehingga
secara penuh hati mencintai profesi
mereka sebagai guru. Betapa pentingnya
mendidik dengan hati, sebab mengajar
yang berdampak bukanlah dari kepala
ke kepala, tetapi dari hati ke hati.

Seorang guru harus tampil penuh


kharisma dihadapan siswa dan selalu
dirindukan kedatangannya, sosok
panutan yang disegani, tutur katanya
ditaati, dan kepergiannya ditangisi.
Menjadi guru pada prinsipnya harus
merupakan pilihan sadar dan panggilan nurani.
Karena guru merupakan cerminan idealisme
kita dan keberpihakan kita terhadap
kemanusiaan. Karena sebagai guru harus
mengabdikan segenap jiwa raga dan
kemampuan terbaik untuk menciptakan
generasi masa depan yang lebih baik.
Guru harus ikhlas dalam memberikan
bimbingan kepada para siswanya sepanjang
waktu. Demikian pula tempat pendidikannya
tidak terbatas hanya di dalam ruang kelas saja,
dimanapun seorang guru berada, dia harus
sanggup memainkan perannya sebagai seorang
tauladan yang sejati
Berikut ini ada 9 tipe
mendidik yang
diterapkan guru,
Bapak ibu guru
ditype yang mana ?
Mendidik adalah
panggilan jiwa
1. Mendidik dengan ketulusan
Dalam mendidik seorang pendidik
harus meluruskan niat, Seorang guru
yang mendidik dengan tulus tidak
pernah merasa lelah, selalu
bersemangat dan berenergi, selalu
punya ide dan inovati, memberi
lebih dan terbaik untuk peserta
didiknya serta hari-harinya
menyenangkan tanpa beban.
2. Mendidik adalah panggilan jiwa
dengan kasih sayang
Profesi guru harus dihayati sedemikian rupa,
dinikmati dengan segenap semangat
pengabdian dan prestasi sehingga mendidik
merupakan upaya menginternalisasikan nilai-
nilai ke dalam jiwa peserta didik. Dengan
kasih sayang memberi arti kelembutan,
kesantunan perhatian, pengertian, kepedulian,
menghargai dan memuliakan.
3. Mendidik dengan amanah dan tanggung jawab

Pendidik adalah mandat atau tanggung jawab yang dititipkan


kepada guru untuk dijalani dengan rasa tanggung jawab dan
dilindungi oleh undang-undang. Pendidik yang memiliki
kesadaran demikian, mereka akan mendidik dan bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab, memegang teguh kepercayaan,
komitmen dan berintegritas. Setiap amanah dan tanggung jawab
yang dipercayakan kepada seorang guru dalam menunaikan
tugasnya pasti akan diuji dalam berbagai macam bentuk dan
ragamnya. Tetapi bila kita memiliki integritas dan mampu
menjaganya dalam hati, maka akan banyak berkah dan
kemudahan yang akan kita peroleh.
4. Mendidik dengan penuh kesabaran
dan rasa syukur
Peserta didik memiliki keunikannya masing-
masing dengan latar belakang keluarga, sosial,
budaya, ekonomi, suku dan agama yang berbeda-
beda. Dengan keragaman latar belakang
terkadang membutuhkan perhatian lebih yang
hanya bisa dihadapi dengan kesabaran dan hati
agar mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi
yang unik sesuai dengan keunikannya dan
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan
berkarakter.
Ketika kita dihadapkan dengan sikap dan perbuatan yang
terkadang memancing emosi dan mengusik kesabaran
kita, ubah sudut pandang kita, dekati mereka dengan hati,
dan jadikan mereka sebagai “guru” agar kita belajar lagi
tentang cara mendidik mereka.
5. Mendidik dengan berpikiran maju

Pendidik yang berpikiran maju adalah mereka


yang berpikir besar yang diiringi dengan cara
kerja yang luar biasa dan konsisten terhadap apa
yang menjadi impiannya, baik untuk peserta
didiknya maupun bagi dunia dan zamannya.
Peka terhadap perubahan dan cepat
menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman serta
komitmen terhadap mutu.
6. Mendidik dengan kecerdasan

Mendidik dengan cerdas adalah mereka yang memiliki


kerinduan untuk belajar dan tumbuh merenungkan
bidangnya dengan terus mencari dan menggali suatu
hal yang baru (inovasi) bagi keberhasilan peserta didik
dan dunia profesinya. Karena ia menyadari bahwa
keberhasilan peserta didiknya berbanding lurus
dengan kualitas dirinya sebagai pendidik, dan oleh
karena itulah ia senantiasa belajar dan terus belajar
dalam dunia yang dunia yang cepat berkembang dan
berubah.
7. Mendidik dengan kreatif
Mendidik adalah kreativitas, ia hanya lahir dari hati dan jiwa yang
merdeka. Para pendidik yang kreatif selalu mencari hal yang baru
dari sudut pandang yang berbeda dalam dunia profesinya.
Memperbaiki keadaan, mencari solusi, selalu ingin tahu, berpikir
alternatif-antisipatif, membaca peluang, berani bertindak dan
mencoba sesuatu yang baru dari dunia profesi yang ditekuninya. Di
tangan pendidik yang kreatif, akan lahir peserta didik yang kreatif
dan berimajinasi. Menawarkan nuansa-nuansa baru yang segar dalam
mewarnai kehidupan. Dunia senantiasa merindukan sentuhan-
sentuhan dari tangan orang-orang kreatif yang membuat hidup terasa
lebihindah dan bermakna.
8. Mendidik dengan keteladanan

Dalam mendidik, teladan bagi anak menjadi unsur yang teramat penting.
Teladan orang-orang terdekat akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak. Mendidik tidak hanya mengajarkan tentang ilmu dan
keterampilan semata, melainkan juga tentang nilai-nilai.
Seorang pendidik sejati, menyampaikan apa yang ia lakukan, baik melalui
pembelajaran maupun melalui keteladanan hidup. Ki Hajar Dewantoro telah
meninggalkan warisan lsafat kepemimpinan pendidikan, “Ing Ngarsa sung
tuladha, Ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Artinya, di depan
memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang
memberikan dorongan atau motivasi. Mendidik dengan keteladanan dimulai
dari kebiasaan sehari-hari dalam berpikir, bersikap, bertutur kata, bertindak
dan berkarakter.
Oleh karena itu kita akan
mengutamakan kualitas spiritual,
moralitas, intelektual, sosial dan
integritas. Karena hidup hanya sekali
dan apa pun yang kita lakukan akan
dikenang sepanjang masa meskipun kita
telah tiada. Demikian para tokoh seperti
Buya Hamka, Mohammad Hatta,
Mahatma Gandi dan lain-lain. Mereka
tetap hidup walaupun mereka telah
tiada. Pikiran-pikiran dan keteladanan
mereka terus menjadi inspirasi
sepanjang zaman.
9. Mendidik dengan hati
Melayani dengan tulus datang dari hati nurani, dan
dengan demikian akan muncul sifat melayani dengan
rendah hati, empati, peduli, memberi solusi dan
kepercayaan.
Dengan hati nurani tujuannya hanya satu, yakni
terjadinya kesinambungan antara otak dan hati.
Kesinambungan otak dan hati ini adalah manifestasi
spiritualitas, yang utuh menjadi kunci mendidik dengan
hati nurani. Sebagai orang tua kedua bagi peserta didik.
Maka, hendaklah guru berusaha berbuat sebagaimana
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya
Mendoakan anak secara rahasia merupakan keniscayaan bagi guru
yang kini banyak terlupakan. Guru selain sebagai pengajar dan
pendidik serta yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi pendoa
bagi anak didiknya. Kiprah tokoh pendidikan seperti Ki Hajar
Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Tengku Syafei, dan lain-lain sangat
melegenda bukan hanya karna kepintaran beliau, tetapi juga
komitmen, totalitas dan keterpanggilannya dalam dunia pendidikan.
Panggilan hati dan keteladanan sangat penting, karena mengajar
bukan hanya persoalan teknik dan profesi, tetapi juga sentuhan
manusia.
Metode memang penting dari pada materi, tetapi jiwa seorang guru
jauh lebih penting dari metode dan materi. Sehingga itu dituntut
untuk menggunakan IQ, EQ, SQ. Mulailah dengan hati, mendidiklah
dengan hati, agar perintah dipandang sebagai pelita, ajaran adalah
cahaya yang menuntun pada kehidupan.
Sekian
Semoga
Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai