Anda di halaman 1dari 5

Food Frequency Questionnaire

(FFQ)

O
L
E
H

NAMA : YAYU RAHAYU


SMT / KLS : IV / B
PRODI : SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIKA
NIM : P 07131118093

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

JURUSAN GIZI

2020
I. Judul Praktikum : Food Frequency Questionnaire (FFQ)
II. Tujuan : Untuk menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa
jenis makanan dan minuman yang dilihat dalam satu hari, minggu, bulan, atau dalam
waktu satu tahun.
III. Prosedur Kerja :
1. Melakukan pendekatan pada responden (rapport).
2. Menanyakan kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian dan konsekuensi
dari penelitian (informed consent dan ethical clearance).
3. Mulai menanyakan kepada subjek dari makanan pokok atau pangan sumber
karbohidrat yang biasa dikonsumsi setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atau
bahkan sampai satu tahun.
4. Mengisikan kolom perhari dengan frekuensi suatu makanan atau bahan makanan
tertentu yang dimakan dalam satu hari.
5. Semua data nama makanan dan minuman serta suplemen sudah terisi dengan
frekuensi, maka semua data frekuensi dijadikan dalam hari; berapa kali perhari.
Bila data yang diperoleh dalam minggu, maka frekuensi dibagi tujuh hari (7 hari),
bila data dalam bulan maka frekuensi dibagi tiga puluh hari (30 hari).
6. Cara menyajikan frekuensi pangan adalah berdasarkan frekuensi yang paling
sering dikonsumsi dalam satu kelompok pangan, atau berdasarkan kajian zat gizi
tertentu misal kajian anemia gizi dihubungkan dengan konsumsi pangan kaya zat
besi dan pangan yang menghambat penyerapan zat besi
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
Kajian penyakit : Obesitas
FORM FREKUENSI MAKANAN
No. Nama Bahan Frekuensi Frekuensi Skor
Makanan rata-rata
kali/hr
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mgg 1-3x/mgg 1x/bln
Makanan Pokok
1. Beras √ 2-3 50
2. Roti √ 1 25
3. Mie √ 6:7 = 0,85 25
4. Singkong √ 3:7 = 0,42 15
5. Ubi √ 2:7= 0,28 10
6. Jagung √ 3:7= 0,42 15
7. Kentang √ 3:7=0,42 15
Protein Hewani
8. Daging sapi √ 1 25
9. Daging ayam √ 6:7 = 0,85 25
10. Telur √ 6:7 = 0,85 25
11. Udang √ 3:7 = 0,42 15
12. Cumi-cumi √ 3:7 = 0,42 15
13. Ikan √ 1:30= 0,03 1
Protein Nabati
14. Tahu √ 1 25
15. Tempe √ 1 25
16. Kacang- √ 1 25
kacangan
Sayur-sayuran
18. Bayam √ 5:7 = 0,71 25
19. Wortel, buncis, √ 4:7 = 0,57 25
kool putih
20. Sawi √ 3:7= 0,42 15
21. Kangkung √ 3:7= 0,42 15
Buah-buahan
22. Semangka √ 5:7 = 0,71 25
23. Apel √ 4:7 = 0,57 25
24. Salak √ 4:7 = 0,57 25
26. Buah naga √ 3:7 = 0,42 15
merah
27. Jeruk √ 5:7 = 0,71 25
28. Nanas √ 1 25
29. Pisang √ 6:7 = 0,85 25
Dll
30. Kopi √ 1 25
31. Teh √ 4:7 = 0,57 25
32. Kue basah √ 2 50
33. Susu √ 5:7 = 0,71 25
33. Gula √ 2 50
34. Rokok √ 3 50
*keterangan :
A = Sering sekali dikonsumsi = lebih dari 1 kali sehari (tiap kali makan), skor = 50
B = Sering dikonsumsi = 1 kali sehari (4-6 kali seminggu), skor = 25
C = Biasa dikonsumsi = 3 kali per minggu, skor = 15
D = Kadang-kadang dikonsumsi (kurang dari 3 kali per minggu), skor = 10
E = Jarang dikonsumsi (kurang dari 1 kali per minggu), skor = 1
F = Tidak pernah dikonsumsi, skor = 0
(Suhardjo et al, 1988).
B. Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan frekuensi konsumsi responden yang sering sekali
dikonsumsi yaitu bahan makanan berupa beras, kue basah, merokok, dan makanan
yang mengandung gula. Responden sering mengonsunsi bahan makanan seperti roti,
mie, daging sapi, daging ayam, telur, tahu dan tempe, kacang-kacangan, bayam,
wortel, buncis, kool putih, semangka, apel salak, jeruk, nanas, pisang, kopi, teh, dan
susu. Dan untuk bahan makanan yang biasa dikonsumsi responden yaitu singkong,
jagung, kentang, udang, cumi-cumi, sawi, kangkung, dan buah naga. Untuk ubi
responden kadang-kadang konsumsi, dan ikan jarang sekali dikonsumsi responden
kategori menurut Suhardjo et al, 1988. Berdasarkan kajian penyakit responden yaitu
obesitas dikarenakan responden memiliki pola makan dan aktivitas fisik dapat
mempengaruhi terjadinya obesitas.
Karena responden sering mengonsumsi makanan tinggi kalori seperti beras (nasi),
roti, mie, singkong, ubi, jagung dan kentang menyebabkan responden obesitas.
Makanan yang dapat meningkatkan resiko obesitas adalah makanan yang
mengandung gula terlalu banyak, dapat dilihat bahwa responden sering sekali
mengonsumsi makanan tinggi gula dan juga beras (nasi). Makanan dengan kandungan
gula yang tinggi sebaiknya dikurangi karena gula mampu merubah fungsi hormon dan
biokimia dalam tubuh yang memicu penambahan berat badan. Asupan makanan yang
berlebihan diiringi kebiasaan gerak yang kurang menyebabkan obesitas. Selain itu
karena responden sering mengonsumsi bahan makanan seperti daging sapi dan daging
ayam yang dimana memiliki kandungan lemak yang tinggi menyebabkan
penumpukan lemak di dalam tubuh merupakan salah satu kebiasaan konsumsi
reponden yang menyebabkan obesitas.
Dan faktor lain yang menyebabkan responden mengalami obesitas karena menurut
Gibbson, 2013 menyebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan obesitas, ini tidak
lepas dari pola konsumsi responden yang sering sekali mengonsumsi rokok, orang
yang merokok mengalami obesitas karena beberapa orang mengalami penambahan
berat badan ketika mereka berhenti merokok. Salah satu alasannya adalah makanan
sering dijadikan pengalih rasa dan bau setelah berhenti merokok. Alasan lain adalah
karena nikotin meningkatkan pembakaran kalori, sehingga ketika berhenti merokok
akan sedikit kalori yang dibakar. Namun, bukan berarti orang yang tidak berhenti
merokok tidak akan terkena obesitas. Hal ini dikarenakan kandungan nikotin pada
rokok dapat menekan selera makan sehingga menyebabkan perokok cenderung
mengonsumsi lebih banyak makanan ringan daripada makanan pokok. Apabila
kebiasaan ini tidak disertai dengan aktivitas fisik yang seimbang, maka seorang
perokok tetap akan berisiko terhadap obesitas (Chiolero, 2008). Untuk mengatasi
obesitas, dapat dilakukan berbagai macam cara meliputi penyusunan tujuan dan
perubahan gaya hidup, seperti memakan makanan rendah kalori dan meningkatkan
aktivitas fisik.

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa responden sering mengonsumsi makanan tinggi kalori seperti beras (nasi), roti,
mie, singkong, ubi, jagung, kentang. Makanan tinggi gula, daging sapi dan daging
ayam, merokok merupakan faktor penyebab responden mengalami obesitas. Untuk
mengatasi obesitas, dapat dilakukan berbagai macam cara meliputi penyusunan tujuan
dan perubahan gaya hidup, seperti memakan makanan rendah kalori dan
meningkatkan aktivitas fisik.

VI. Daftar pustaka


A. Penuntun Praktikum SKP THN 2020
B. Kriteria Pola Konsumsi Responden menurut Suhardjo et al 1988
C. Jurnal tentang Obesitas yang diunduh pada tanggal 6 April 2020, pukul 20.00 WITA

VII. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai