NIM : 105421105819
UU NO 39 TAHUN 1999
Undang-Undang ini merupakan instrumen yang pokok yang menjamin
semua hak yang tercantum di berbagai instrumen internasional tentang
HAM. Undang-undang ini memuat pengakuan dan perlindungan hak-hak
yang sangat luas karena banyak ketentuannya yang merujuk pada
katagorisasi hak yang ada dalam UDHR, ICCPR, ICESCR, CRC, dan
beberapa Lainnya. Selain itu, UU. No. 39 tahun 1999 tentang HAM juga
mengatur soal kelembagaan Komnas HAM. Namun demikian, UU. No.
39 tahun 1999 tentang HAM juga memiliki kelemahan mendasar, yaitu
biasnya pendefinisian hak asasi manusia dan masih meletakkan
kewajiban asasi manusia yang semestinya menjadi area hukum pidana.
Konsepsi HAM dalam Undang-Undang ini belum memilah secara tegas
antara konsepsi HAM dan hukum pidana pada umumnya, sehingga
berdampak pada pengkaburan pertanggungjawaban hukumnya.
UU NO 26 TAHUN 2000
UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Secara umum,
Undang-undang ini mengatur dua hal, pertama, pengaturan soal
perbuatan pidana yang dikategorikan sebagai pelanggaran berat HAM,
kedua, pengaturan soal hukum acara proses pengadilan HAM.
Pengaturan soal kategorisasi pelanggaran berat HAM diatur dalam pasal
7-9 yang secara umum rumusannya diambil daru Statu Roma, sedangkan
hukum acara yang diatur meliputi penangkapan, penahanan,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di persidangan,
syarat-syarat pengangkatan hakim sampai pada ketentuan eksekusi
hukuman pelanggaran. Undang-Undang ini juga memiliki kelemahan
mendasar, karena kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan merupakan kategori kejahatan pidana internasional yang
ditangani secara langsung oleh Mahkamah Pidana Internasional, dan
bukan merupakan yurisdiksi pengadilan HAM.16 Pengadilan HAM
berbeda secara konsepsional dengan Mahkamah Pidana Internasional,
sama halnya konsepsi HAM berbeda dengan konsepsi pidana.
UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW)