Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK – TEKNIK AUDIT

OLEH KELOMPOK 14:

1. I GEDE ANDRE PRATAMA 25/2002622010115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022/2023
1.1 PENERAPAN TEKNIK – TEKNIK AUDIT

Sebagaimana dijelaskan di atas, teknik audit adalah cara yang dipergunakan oleh auditor untuk
memperoleh bukti. Berikut ini adalah teknik-teknik audit yang umum digunakan:

 Analisis
 Observasi/pengamatan
 Permintaan informasi
 Evaluasi
 Investigasi
 Verifikasi
 Cek
 Uji/test
 Footing
 Cross footing
 Vouching
 Trasir
 Scanning
 Rekonsiliasi
 Konfirmasi
 Bandingkan
 Inventarisasi/opname
 Inspeksi

Buku-buku teks auditing mempunyai nama dan jenis/macam teknik audit yang berbeda-beda.
Hal ini bukan berarti tidak ada teknik baku dalam audit, tetapi lebih disebabkan oleh tidak
adanya pembatasan penggunaan teknik audit yang paling relevan dalam usaha pengumpulan dan
pengevaluasian bukti. Berikut ini akan dijelaskan tiap teknik audit dikaitkan dengan bukti audit
yang dikumpulkannya.
1. Teknik Audit untuk Bukti Pengujian Fisik
Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti pengujian fisik adalah:

o Observasi/pengamatan
o Inventarisasi/opname
o Inspeksi

Observasi/Pengamatan

Observasi/pengamatan adalah peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara hati-
hati, ilmiah, dan berkesinambungan selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu
keadaan atau masalah. Teknik ini sering dilakukan dari jarak jauh dan tanpa disadari

oleh pihak yang diamati. Observasi banyak mengandalkan panca indera, kecermatan dan
pengetahuan auditor. Observasi umumnya dilaksanakan pada tahap survei pendahuluan dan
evaluasi SPM untuk mendeteksi kondisi yang tidak memenuhi syarat/kriteria. Kemudian,
terhadap hasil pengamatan akan diikuti dengan pengujian substantif. Hasil observasi harus
dituangkan dalam kertas kerja audit.

Inventarisasi/Opname

Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang,
menilai kondisinya (rusak berat, rusak ringan, atau baik), dan membandingkannya dengan saldo
menurut buku (administrasi), kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada.
Hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu berita acara (BA).

Teknik audit inventarisasi dapat diterapkan misalnya untuk: barang inventaris, perabot
kantor, kebun ataupun ternak, kas, persediaan barang, sejauh ada fisiknya. Berikut ini adalah
contoh Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kas dan fisik beserta daftar pendukung masing-masing.
Inspeksi

Inspeksi adalah meneliti secara langsung ke tempat kejadian, yang lazim pula disebut on
the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti. Inspeksi sering dilakukan mendadak
dan biasanya tidak diikuti dengan pembuatan suatu berita acara (BA).

2. Teknik Audit untuk Bukti Dokumen

Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen adalah:

 Verifikasi
 Cek
 Uji/test
 Footing
 Cross Footing
 Vouching
 Trasir
 Scanning
 Rekonsiliasi

Verifikasi

Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian
perhitungan, kesahihan, pembukuan, kepemilikan, dan eksistensi suatu dokumen. Verifikasi ini
mencakup teknik-teknik audit lain untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dokumen.

Cek

Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu, dengan teliti.


Uji/Test

Uji atau test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal-hal yang esensial atau penting.

Footing

Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari atas ke bawah
(vertikal). Footing dilakukan terhadap data yang disediakan oleh auditi. Tujuan teknik audit
footing adalah untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan auditi dapat diyakini
ketepatan perhitungannya. Teknik audit footing tidak digunakan untuk menguji kebenaran
penjumlahan dari atas ke bawah (vertikal) atas kertas kerja yang dibuat sendiri oleh auditor.

Cross Footing

Cross Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari kiri ke kanan
(horizontal). Sama halnya dengan teknik audit footing, cross footing dilakukan terhadap
perhitungan yang dibuat oleh auditi.

Vouching

Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen dari pencatatan
menuju kepada adanya bukti pendukung (voucher); atau menelusur mengikuti
ketentuan/prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan. Vouching hanya mengecek
adanya bukti (voucher) tetapi belum meneliti isinya (substantif).

Trasir/Telusur

Trasir atau Telusur adalah teknik audit dengan menelusuri suatu bukti transaksi/kejadian
(voucher) menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen. Teknik audit trasir merupakan
cara perolehan bukti dengan arah pengujian yang terbalik dari teknik audit vouching.

Pemeriksa mengambil secara sampel suatu bukti penerimaan iuran hasil hutan(IHH),
kemudian menelusuri ke pencatatan buku kas, buku pengawasan setoran IHH per pemegang hak
penguasaan hutan(HPH), selanjutnya ke laporan penerimaan IHH bulanan.
Scanning

Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat tetapi teliti, untuk
menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi/data.

Rekonsiliasi

Rekonsiliasi adalah mencocokkan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama yang
dikerjakan oleh instansi/unit/bagian yang berbeda. Tujuan teknik audit rekonsiliasi adalah untuk
memperoleh jumlah yang seharusnya atau jumlah yang benar mengenai suatu hal tertentu.
Misalnya rekonsiliasi dilakukan terhadap catatan bendahara mengenai jumlah saldo simpanan di
bank yang dituangkan dalam Buku Pembantu Bank, dengan saldo simpanan di bank menurut
rekening koran yang diterima dari pihak bank.

Kedua data tersebut biasanya akan menunjukkan saldo yang berbeda karena perbedaan
waktu pencatatan. Dengan melakukan teknik rekonsiliasi maka dapat diketahui berapa saldo
simpanan di bank yang seharusnya.

3. Teknik Audit untuk Bukti Analisis

Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti analisis adalah:

 Analisis
 Evaluasi
 Investigasi
 Pembandingan

Analisis

Analisis adalah memecah/mengurai data/informasi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil


atau bagian-bagian, sehingga dapat diketahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting yang
tersembunyi. Auditor juga dapat melakukan pengujian dengan mencari pola hubungan dan
kecenderungan, baik berdasarkan data intern auditi maupun berdasarkan data dari luar.
Evaluasi

Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu simpulan atau pandangan/penilaian, dengan
mencari pola hubungan atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah
diperoleh, baik informasi/bukti intern maupun ekstern. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
menyusun bagan arus (flowchart) dan melaksanakan walkthrough test.

Investigasi

Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui
penjabaran, penguraian, atau penelitian secara mendalam. Investigasi merupakan suatu proses
pendalaman dari verifikasi setelah adanya indikasi. Tujuan teknik audit investigasi adalah
memastikan apakah indikasi yang diperoleh dari teknik audit lainnya memang benar terjadi dan
merupakan penyimpangan atau tidak. Oleh karenanya, teknik investigasi mencakup juga teknik-
teknik audit yang lain.

Pembandingan

Pembandingan adalah membandingkan data dari satu unit kerja dengan unit kerja yang
lain, atas hal yang sama dan periode yang sama atau hal yang sama dari periode yang berbeda,
kemudian ditarik kesimpulannya. Teknik pembandingan ini umumnya digunakan sebelum teknik
analisis.

4. Teknik Audit untuk Bukti Keterangan

Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti keterangan adalah:

 Konfirmasi
 Permintaan keterangan
Konfirmasi

Konfirmasi adalah memperoleh bukti sebagai peyakin bagi auditor, dengan cara
mendapatkan/meminta informasi yang sah dari pihak yang relevan, umumnya pihak di luar
auditi. Dalam konfirmasi, auditor telah memiliki informasi/data yang akan dikonfirmasikan.

Konfirmasi dapat dilakukan dengan lisan yaitu dengan wawancara langsung kepada pihak
yang bersangkutan, atau dapat dilakukan secara tertulis dengan mengirimkan surat konfirmasi.
Dalam konfirmasi, jawaban harus diterima langsung oleh auditor

Permintaan Informasi

Permintaan informasi (inquiry) dapat dilakukan untuk menggali informasi tertentu dari
berbagai pihak yang berkompeten. Pihak yang kompeten bisa berarti pegawai atau pejabat auditi
yang berkaitan dengan permasalahan atau pihak ketiga, termasuk para spesialis atau profesional
suatu bidang ilmu. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengajukannya secara tertulis maupun
secara lisan.

1.2 STUDI DAN KONSULTASI MANAJEMEN

Audit fungsional dan organisasional membentuk kerangka kerja program audit jangka
panjang. Setiap organisasi membutuhkan konsultan luar untuk melakukan studi manajemen,
membuat evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki masalah organisasi.
Organisasi-organisasi ini telah mendapatkan manfaat dari pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki para konsultan. Organisasi-organisasi yang lain mungkin tidak merasakan hal yang
sama. Kekecewaan ini bisa bersumber dari berbagai penyebab. Beberapa diantaranya adalah:

 Para karyawan mungkin menganggap para konsultan tersebut sebagai orang asing yang
tidak terlibat dalam gaya hidup dan pergaulan organisasi. 
 Konsultan telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang lama dan berbiaya tinggi. 
 Rekomendasi konsultan luar, yang biasanya dikomunikasikan dalam pertemuan terakhir
atau dalam laporan rinci, bisa memancing reaksi defensif dari klien. 
 Konsultan luar biasanya mengenakan tarif yang sangat mahal, yang dalam banyak kasus
akan melebihi biaya memberdayakan orang-orang berbakat yang telah dimiliki
organisasi. 

Auditor harus menerapkan semua teknik memengaruhi yang mereka miliki sejak
permulaan dan di sepanjang penugasan. Mereka harus membuat manajemen tetap mengetahui
informasi dan memperoleh rekomendasi pada tingkat akar rumput sebelum menyajikannya ke
manajemen. Studi itu sendiri harus dilakukan secara mendalam, studi harus menghasilkan
jawaban yang kuat atas setiap pertanyaan relevan yang diajukan manajemen, dan bisa
memberikan dukungan yang kuat atas rekomendasi yang diajukan. Studi harus didasarkan pada
pemahaman mendalam atas masalah-masalah berikut ini, diantaranya:

 Apa saja masalah-masalah yang mendasar? (Masalah apa yang sebenarnya)


 Apa saja fakta-fakta yang relevan? (Data, proses, sistem, prosedur, kebijakan, organisasi,
orang-orang yang ada, masa lalu, masa kini, kemungkinan di masa datang, apa yang telah
ditulis mengenai subjek tersebut, dan apa yang sedang dilakukan pada organisasi yang
lain)
 Apa penyebabnya? (Jumlah dan variasi penyebab, akar masalah dan penyebab di
permukaan, kapan penyebab tersebut mulai mempengaruhi masalah)
 Apa solusi-solusi yang mungkin? (Alternatif yang ada, biaya, jawaban atas masalah lokal
dalam organisasi yang terpengaruh, solusi atas masalah generik dengan implikasi
menyeluruh ke organisasi, efek samping yang mungkin atas solusi yang diajukan)

1.3 SIFAT BUKTI AUDIT, BUKTI FISIK, BUKTI PENGAKUAN, BUKTI DOKUMEN,
DAN BUKTI ANALITIS 
Sifat Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit terdiri
atas bukti fisik, pengakuan, dokumen dan analitis.
Bukti Fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan mengamati orang, properti, dan
kejadian. Bukti ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat atau oleh foto,
bagan, peta, grafik, atau gambar-gambar lainnya. Bukti grafik bersifat persuasif. Gambar
sebuah kondisi yang tidak aman jauh lebih andal dibandingkan gambaran tertulis. Semua
pengamatan harus, jika mungkin disukung oleh contoh-contoh dokumen. Jika pengamatan
merupakan satu-satunya bukti, maka lebih disukai bila ada dua atau lebih auditor yang
melakukan pengamatan fisik yang penting. Jika dimungkinkan, wakil dari klien harus
menemani auditor dalam pemeriksaan tersebut.

Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban
atas pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat menyimpulkan, jika dimungkinkan masih
harus didukung oleh dokumentasi. Pernyataan klien bisa menjadi penuntun yang penting
yang tidak selalu bisa diperoleh dalam pengujian audit yang independen.

Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang paling biasa.
Dokumen bisa eksternal maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau
memorandum yang diterima oleh klien, faktur-faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan.
Bukti dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi, salinan
korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-lain.
Sumber bukti dokumen akan mempengaruhi keandalannya. Sebuah dokumen eksternal yang
diperoleh langsung dari sumbernya (sebuah konfirmasi, misalnya) lebih andal dibandingkan
dokumen yang didapat dari klien. Selalu ada kemungkinan bahwa dokumen internal tersebut
diubah, misalnya melalui program komputer rahasia. Masalah lain yang memengaruhi
keandalan mencakup sirkulasi dokumen melalui pihak-pihak lain (cek yang dibatalkan,
prosedur penelaahan internal yang memuaskan, dan bukti lain yang menguatkan).
Prosedur internal memiliki dampak yang penting. Misalnya, keandalan sebuah kartu waktu
secara signifikan terpengaruh jika pegawai dilarang untuk menekan kartu pegawai lainnya,
penyelia menelaah kartu tersebut, bagian penggajian memeriksa kartu waktu dibandingkan
dengan tiket pekerjaan, dan dilakukan pemeriksaan mendadak. Program pengeditan
komputer juga dapat membantu.

Bukti Analitis
Bukti analitis (analytical evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber-sumber
bukti ini adalah perhitungan: perbandingan dengan standar yang ditetapkan, operasi masa
lalu, operasi yang serupa, dan hukum atau regulasi, pertimbangan kewajaran, dan informasi
yang telah dipecah kedalam bagian-bagian kecil.

1.4 STANDAR-STANDAR DAN PENANGANAN BUKTI YANG SENSITIF 

 Standar-standar Bukti Audit

Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi, dan relevansi.

Kecukupan

Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai, dan meyakinkan sehingga bisa
menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan yang sama
dengan auditor. Hal ini, tentu saja, merupakan masalah pertimbangan, tetapi pertimbangan
tersebut haruslah objektif. Jadi, jika digunakan sampel, sampel tersebut haruslah merupakan
hasil metode pengambilan sampel yang objektif dan dapat diterima. Sampel-sampel terpilih
harus memberikan keyakinan yang wajar sebagai wakil populasi tempat sampel tersebut
diambil.

Kompetensi

Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Bukti tersebut haruslah yang terbaik yang
dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan salinannya. Pernyataan lisan
yang menguatkan adalah lebih kompeten dibandingkan pernyataan biasa. Bukti langsung
lebih andal dibandingkan bukti kabar angin. Aturan bukti terbaik juga harus diterapkan ke
bukti audit. Bukti yang dihasilkan komputer harus dievaluasi dengan seksama.

Relevansi

Relevansi mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Fakta dan
opini yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu masalah harus memiliki
hubungan logis dan masuk akal dengan masalah tersebut. Pesanan pembelian yang asli, yang
disetujui dan dikeluarkan dengan layak, tidak relevan untuk mengetahui apakah barang yang
dibeli telah diterima. Memorandum penerimaan yang mengesahkan penerimaan jumlah
barang tertentu tidak relevan dengan apakah barang-barang tersebut memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan.

Bila suatu bukti tidak memenuhi standar kecukupan, kompetensi, dan relevansi,
pekerjaan auditor berarti belum selesai. Bukti tambahan atau yang menguatkan mungkin
dibutuhkan. Bila auditor internal menyatakan opini, maka harus didasarkan pada bukti yang
tidak dapat dibantah.

 Penanganan Bukti yang Sensitif

Dalam pembahasan bukti seperti yang dibahas sebelumnya, kelihatannya relevan bila kita
juga membahas aspek penanganan bukti yang sensitif. Harus terdapat rencana yang dibuat
untuk menangani dan mengamankan bahan-bahan yang sensitif ini. Rencana ini harus
mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen yang harus dipisahkan dari dokumen
kertas kerja biasa dan harus disimpan dalam lemari terkunci atau kotak penyimpan yang
aman. Penyimpanan juga bisa dilakukan dilokasi luar.

Hal yang juga perlu dilakukan adalah mengamankan informasi bukti terkomputerisasi
untuk menghindari akses ke bentuk aslinya. Metode penyajian tambahan adalah
mengembangkan dokumen-dokumen pendukung yang disimpan pada lokasi selain lokasi
penyimpanan catatan atau dokumen asli. Perlu juga menjaga catatan untuk menunjukkan
suatu rantai penjagaan bukti yang jelas untuk membuktikan bahwa bukti tersebut tidak
dikompromikan, juga dokumen-dokumen uang harus disobek. (bersama dengan sertifikat
berisi izin perusahaan).

Basis data bukti harus diorganisasi menggunakan sistem pengelolaan dokumen, lebih
disukai menggunakan komputer secara kronologis dan menurut subjek. Jenis basis data ini
bisa memberikan bantuan tak terduga dalam mendukung laporan audit, tetapi juga bisa
bernilai untuk mengembangkan kronologi kegiatan yang merupakan subjek laporan audit.

Dalam situasi yang sangat sensitif yang akan berakibat terjadinya tindakan hukum, harus
ada konsultasi dengan penasihat hukum untuk untuk menjaga bukti dari tindakan-tindakan
yang mungkin terjadi. Akumulasi dokumen harus diperhatikan dan semua pertemuan serta
kegiatan sebagai tambahan upaya audit harus tercemin dalam pengumpulan bukti. Saran
hukum dan pengamatan harus diperoleh sehubungan dengan penanganan selama prosedur
penemuan dalam situasi kriminal atau penggunaan biasa.

1.5 PEKERJAAN LAPANGAN DALAM LINGKUNGAN BERTEKNOLOGI TINGGI 


Karena sistem informasi telah terkait erat dengan pemrosesan tepat waktu, auditor
menghadapi komplikasi yang biasanya tidak ditemukan pada sistem yang lama. Komplikasi ini
makin luas bila perusahaan menerapkan sistem untuk perusahaan secara keseluruhan (enterprise-
wide systems) yang memiliki potensi mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis perusahaan mulai
dari pemasaran hingga manufaktur dan logistik hingga ke sumber daya dan pelaporan keuangan.

Enterprise-wide Systems

Perusahaan yang berkembang pesat menggunakan enterprise-wide systems, yang juga


disebut sistem perencanaan sumber daya perusahaan. Sistem-sistem ini, seperti SAP, PeopleSoft,
Baan, dan J. D. Edwards, memberikan kemungkinan besar bagi terciptanya operasi yang lebih
efisien dan efektif bagi perusahaan dengan menggunakan sistem standar yang cukup fleksibel
terhadap komponen-komponen usaha yang berbeda di negara yang berbeda dan menghasilkan
informasi yang dibutuhkan untuk tingkat manajemen yang sesuai. Sistem-sistem ini bisa
menangani bisnis dan fungsi-fungsi dalam kisaran yang luas, termasuk yang tercakup dalam e-
commerce yang substansial. Selain diterapkan pada kebanyakan perusahaan-perusahaan besar,
sistem-sistem ini juga ditargetkan untuk usaha skala menengah. Jadi, selama beberapa waktu
sistem-sistem ini menjadi standar bagi kebanyakan perusahaan besar untuk memiliki bidang
audit internal sendiri.

Audit Berkelanjutan

Sifat sistem yang ada di enterprise wide system memungkinkan dilakukannya audit
berkelanjutan. Ikatan akuntan kanada dan AICPA mendefinisikan audit berkelanjutan
(continuous auditing) sebagai sebuah metodologi yang memungkinkan auditor independent
memberikan keyakinan tertulis mengenai suatu subjek masalah menggunakan serangkaian
laporan auditor yang dikeluarkan secara simultan dengan atau setelah suatu periode yang pendek,
terjadinya suatu kejadian yang melandasi masalah tersebut. Studi penelitian menyimpulkan
bahwa kondisi berikut memerlukan diselenggarakan audit berkelanjutan:

 Subjek masalah dengan karakteristik yang sesuai.


 Keandalan sistem yang melandasi subjek tersebut.
 Bukti audit yang diberikan oleh prosedur audit dengan tingkat otomatisasi yang tinggi.
 Sarana yang dapat diandalkan untuk mendapatkan hasil-hasil prosedur audit secara tepat
waktu.
 Tingkat keahlian auditor yang tinggi dalam teknologi informasi dan subjek masalah.
Berikut masalah yang menjadi perhatian utama yang berdampak pada pekerjaan lapangan
dan pelaporan audit internal:
 Keterlibatan auditor internal dengan subjek masalah.
 Pengetahuan auditor internal mengenai keandalan subjek masalah.
 Keterlibatan auditor internal dalam pelaporan dan evaluasi tanggapan manajemen
terhadap laporan.
 Keahlian internal auditor dengan teknologi informasi dan masalah-masalah yang
sedang diaudit.

Salah satu komponen kunci dalam audit berkelanjutan adalah perancangan dan implementasi
kontrol otomatis dan pemicu tanda bahaya. Pemicu tanda bahaya menjadi penanda bagi auditor
internal dan manajemen akan:
 Kontrol berfungsi dan mereka telah mengidentifikasi sebuah kesalahan yang harus
diinvestigasi dan atau diperbaiki.
 Kontrol tidak berfungsi berdasarkan informasi yang diidentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai