0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan6 halaman
Pasien mengalami sesak napas akibat penyakit paru. Dia menunjukkan tanda-tanda nafas pendek dan cepat, nyeri dada, serta edema di kaki. Pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan ventilasi paru dan kelebihan cairan. Diagnosa keperawatan meliputi gangguan pola nafas, nyeri akut, dan kelebihan volume cairan. Tujuan perawatan adalah meningkatkan ventilasi paru, mengurangi nyeri, serta men
Pasien mengalami sesak napas akibat penyakit paru. Dia menunjukkan tanda-tanda nafas pendek dan cepat, nyeri dada, serta edema di kaki. Pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan ventilasi paru dan kelebihan cairan. Diagnosa keperawatan meliputi gangguan pola nafas, nyeri akut, dan kelebihan volume cairan. Tujuan perawatan adalah meningkatkan ventilasi paru, mengurangi nyeri, serta men
Pasien mengalami sesak napas akibat penyakit paru. Dia menunjukkan tanda-tanda nafas pendek dan cepat, nyeri dada, serta edema di kaki. Pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan ventilasi paru dan kelebihan cairan. Diagnosa keperawatan meliputi gangguan pola nafas, nyeri akut, dan kelebihan volume cairan. Tujuan perawatan adalah meningkatkan ventilasi paru, mengurangi nyeri, serta men
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG 2022/2023 A. Definisi Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dyspnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru , penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (price dan wilson,2006) Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Studarth, 2001) B. Etiologi Dyspnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menyebab kan dyspnea. Dyspnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satunya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi abston. C. Fatofisiologi Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi pernapasan normal ialah 16-20x/menit. Bila lebih dari 20x/menit tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg) Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernafasan terletak dibawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut (Brunner & Sudarth, 2001) D. Manifestasi klinik a. Batuk dan produksi skutum Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba-tiba dan biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali. b. Dada berat Dada berat umunya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikansebagai perasaan yang berat dibagian dada. Rata rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang jantungnya. c. Mengi Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar saat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya hambatan pada saluran napas yang besar atau pada seseorag yang mengalami gangguan pita suara. d. Nafas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan E. Klasifikasi Dyspnea Tingkat I Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. - Sesak nafas terjadi bila melakukan aktivitas jasmani yang lebih berat dari pada biasanya. - Dapat melakukan pekerjaan sehari – hari dengan baik. Dyspnea Tingkat II Sesak nafas tidak terjadi pada saat melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa dilakukan sehari – hari. - Sesak nafas timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat. - Sesak nafas timbul pada waktu naik tangga atau mendaki, akan tetapi sesak nafas tidak muncul pada waktu berjalan dijalan yang datar. - Sebaiknya bekerja di kantor atau tempat yang tidak memerlukan terlalu banyak tenaga. Dyspnea Tingkat III Sesak nafas terjadi pada saat melakukan aktivitas sehari – hari seperti mandi atau berpakaian, tetapi masih dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa bantuan orang lain. - Sesak nafas tidak timbul pada saat istirahat. - Mampu berjalan – jalan ke daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang – orang sehat pada umumnya. Dyspnea Tingkat IV Timbul sesak nafas saat melakukan aktivitas sehari – hari seperti mandi, berpakaian, dan aktivitas lainnya, sehingga bergantung pada orang lain ketika melakukan kegiatan sehari – hari. - Sesak nafas belum timbul pada saat istirahat,akan tetapi mulai timbul bila melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan – jalan sedikit, perlu berhenti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan sehari –hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa. Dyspnea Tingkat V Harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari – hari yang sebelumnya dilakukan secara rutin. - Aktivitas ditempat tidur atau hanya duduk di kursi. - Sangat bergantung pada bantuan orang lain ntuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. F. DS/DO DS: - Klien mengatakan sesak - Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan - Klien mengatakan kakinya bengkak DO: - Klien nampak sesak - Klien nampak lemah - Terdapat bula pada kaki - Edema ekstremitas bawah - Asites pada abdomen G. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjangnya dilakukan tes lab, EKG dan rontgen H. Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru 2. Nyeri akut b.d iskemi jaringan 3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi I. Tujuan dan rencana intervensi keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam pola nafas efektif dengan kriteria hasil: - Menyatakan tidak sesak nafas’ - RR 16-20x/menit - Irama teratur Intervensi: - Monitor irama, frekuensi dan kedalaman nafas - Monitor pola nafas - Auskultasi suara nafas - Ajarkan cara nafas dalam yang benar - Berikan posisi semi fowler, fowler - Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan 2. Nyeri akut b.d iskemi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: - Pasien mengatakan nyeri berkurang - Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang Intervensi: - Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri - Identifikasi skala nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik 3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam diharapkan kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Tidak ada edema Intervensi: - Monitor irama, frekuensi dan kedalaman nafas - Monitor pola nafas - Auskultasi suara nafas - Ajarkan cara nafas dalam yang benar - Berikan posisi semi fowler/fowler berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan