Dosen Pembimbing:
SEFLIADIANA ROZA,SE.MM
Mata Kuliah :
Rancangan Skripsi
DISUSUN OLEH :
ROZA NOVERITA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyelesaikan tugas Ranvangan Skripsi dengan membuat proposal penelitian
dengan baik. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi
rahmat bagi umat manusia.
Proposal penelitian ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Rancangan Skripsi” yang bertujuan
memberikan pengetahuan kepada masyarakat maupun sekitarnya tentang “Peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat”.
Proposal penelitian ini disusun guna memahami pembelajaran mata kuliah Rancangan Skripsi dalam
mengenai rangkaian-rangkaian yang ada pada proposal tersebut. Diharapkan dapat membantu para
pembaca mengerti dalam penulisan proposal. Penulis juga berharap mengerti dan menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis sadar bahwa dalam proposal ini bamyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat dapat membutuhkan demi perbaikan proposal ini.
PENULIS
Daftar Isi i
BAB I.......................................................................................................................................... I
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
Rumusan Masalah.....................................................................................................................7
Tujuan Penelitian.......................................................................................................................7
Manfaat Penelitian....................................................................................................................8
Sistematika Penulisan................................................................................................................8
BAB II.........................................................................................................................................9.
LANDASAN TEORI......................................................................................................................9.
Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................................................12.
BAB III........................................................................................................................................19
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................................................19
1.1. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pember-dayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya5. Pemberdayaan
berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau
mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya memiliki arti kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi
awalan pe- dengan mendapat sisipan –m- dan akhiran –an manjadi “pemberdayaan” artinya membuat
sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan Pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan
pembangunan manusia memberikan ruang dan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat, wilayah,
dan pembangunan kepada masyarakat sebagai subyek dan pengguna hasil-hasil pembangunan untuk
menentukan sendiri program-program dan tujuan pembangunan sesuai masalah, kebutuhan, dan
potensi lingkungan setempat. Selain itu, pemberdayaan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam
upaya mendistribusikan pemerataan pendapatan kepada seluruh masyarakat sehingga dapat memacu
munculnya pelaku-pelaku usaha yang lebih merata di kalangan masyarakat bawah atau masyarakat akar
rumput. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa pemberdayaan masyarakat bisa diandalkan sebagai
instrumen penting dalam mananggulangi kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep peningkatan kesejahteraan
masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan dan proses pemberdayaan merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan karena untuk mencapai sebuah tujuan pembangunan proses yang perlu dilalui adalah
memberdayakan masyarakat sehingga terwujudlah sebuah keberdayaan masayarakat dalam
pembangunan. Pemberdayaan merupakan konsep yang paling sering digunakan dalam kegiatan
peningkatan kemampuan masyarakat yang menekankan kepada kemandirian dari
masyarakat.Pemerintah ialah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi persoalan yang
dihadapi oleh negara. Hal tersebut mampu diatasi secara efektif dan efisien dengan adanya
keikutsertaan masyarakat. Pemerintah bisa membentuk sebuah wadah organisasi yaitu salah satunya
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.Pemberdayaan tersebut ialah upaya guna membina kompetensi
masyarakat, mendorong, memupuk, membangun kesadaran terhadap potensi yang ada dan upaya
untuk mengembangkan menjadi aksi yang nyata menurut Eddy Ch.Papilaya (Zubaedi, 2013). Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dapat membantu masyarakat untuk ikut membantu pemerintah dalam
mengatasi berbagai permasalahan. Banyaknya organisasi ditingkat daerah dapat membantu pemerintah
dalam mengatasi permasalahan yang ada dimasyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ialah
wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintahan dalam mengumpul serta
mewujudkan keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam pembangunan. LPM juga disebut lembaga
masyarakat yang memiliki kedudukan sebagai teman kerja pemerintah di nagari dalam pembangunan
( Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 ).Fungsi pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
yaitu untuk melibatkan masyarakat pada pembangunan di setiap bidang, menghubungkan antara
kepentingan masyarakat bersama pemerintah serta pihak lain. Bergerak dalam membimbing persatuan
dan kesatuan bangsa, meningkatkan rencana pemerintah dengan suara masyarakat, mengembangkan
potensi ekonomi rakyat agar mampu menikmati hasil-hasil dari pembangunan, memperkokoh potensi
masyarakat ikut bergotong-royong dalam kegiatan sosial dan penanggulangan bencana.bMenurut
beberapa pakar yang terdapat dalam buku Edi Suharto, menggunakan difinisi pemberdayaan dilihat dari
tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan. Menurut Jim lfe dalam membangun Masyarakat
Dalam praktek pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal pembangunan
umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya kata
kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang
dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan
melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah
sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi
instrumen dan bukan merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan
produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi
keuntungan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada Pasal 211 menyebutkan bahwa bisa dibuat organisasi masyarakat yang ditentukan dalam
peraturan desa yang mengacu pada peraturan perundang-undangan, organisasi masyarakat bekerja
dalam membantu pemerintah nagari dan merupakan rekan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
nagari. Tujuan diadakan serta dibentuknya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Nagari
diantaranya yaitu menciptakan kesadaran masyarakat pada kehidupan berbangsa dan bernegara
didalam suatu wadah negara Kesatuan Republik Indonesia bedasarkan pancasila dan UUD 1945,
menggerakkan partisipasi masyarakat pada perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan,
serta meningkatkannya potensi di dalam masyarakat sebagai sumber daya manusia dan meningkatnya
ekonomi masyarakat pada pengupayaan pemberantasan kemiskinan. Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia mengenai Kader Permendagri Nomor 7 Tahun 2007 disebutkan pada setiap kegiatan
pengembangan, penyelenggaraan peran serta swadaya gotong royong masyarakat pada Nagari perlu
diciptakan anggota Pemberdayaan Masyarakat. Anggota Pemberdayaan Masyarakat adalah mitra
pemerintah Nagari yang dibutuhkan keterlibatan dan perananya pada kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan partisipatif di Nagari. Menurut keputusan diatas, Nagari Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok turut membentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.
Pembentukan LPM dilakukanuntuk membantu kemajuan masyarakat Nagari. Namun, pada LPM
tersebut ditemuibeberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
menyebabkan tidak adanya kemajuan pada kinerja LPM. Padahal, masyarakat di Nagari Tanjung Balik
sangat memerlukan adanya pemberdayaan. Kondisi perekonomian masyarakat di Nagari Muaro paneh
khususnya di kampung dilam Kecamatan Bulit Sundi bisa dikatakan sedang. Masyarakat kurang memiliki
kesadaran hidup karena mereka yang hanya memenuhi kebutuhan untuk hari ini saja tanpa memikirkan
ataupun berusaha untuk memenuhi kebutuhan hari esok. Selain itu, masyarakat juga sangat tertutup
akan ilmu yang mereka peroleh untuk kemajuan dan pengetahuan cara bertani. ditinjau dari segi
teknologi pertanian saat ini, cara bertani mereka sangat-sangat kurang sesuai. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemberdayaan karena pada umumnya masyarakat di kecamatan Bukit Sundi ini mayoritas
adalah petani. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan berjudul “Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Perokonomian Masyarakat (studi kasus Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat)
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Peran dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang ada di Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok dalam pembangunan
2. Mengetahui upaya apa saja yang di lakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat tersebut
dalam melakukan pembangunan yang ada di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera
Barat
3. Mengetahui Apa Saja kendala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat tersebut dalam melakukan
pembangunan yang ada di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat
1. Bagi penulis
Penelitian ini sebagai nilai tambah pengalaman yang terjadi pada kebijakan (pemerintah) maupun
pelaksana kebijakan pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok. Yang sangat
berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat mensurvei atau dapat mengamati
permasalahan yang terjadi pada lingkungan masyarakat.
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan masyarakat.
Sebagai nahan dalam mempertimbangkan bagi peneliti untuk dapat melakukan penelitian berikutnya
yang sejenis.
Dalam penulisan ini penulis akan mencoba menguraikan keseluruhan isi tulisan ini secara sistematis
yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang membuat uraian tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Merupakan landasan teori yang digunakan dalam pembahasan dan analisa yang berisikan tentang
Pengertian Koperasi dan pengambilan keputusan anggota koperasi terhadap pertumbuhan koperasi,
Kerangka Pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,
Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional, Teknik Pengukuran Skala.
Bab ini berisi gambaran umum tempat penelitian, analisis data dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran penelitian mengenai pokok permasalahan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu konsep yang relatif baru, dimana masyarakat tidak
lagi hanya dijadikan obyek dalam pembangunan tetapi juga dijadikan subyek dari pembangunannya
sendiri. Di sini pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan pembangunan alternatif atau
pembangunan sosial yang bertujuan menyelenggarakan pembangunan yang lebih berkeadilan. Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat ialah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra
pemerintahan dalam mengumpul serta mewujudkan keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam
pembangunan. Pemberdayaan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam upaya mendistribusikan
pemerataan pendapatan kepada seluruh masyarakat sehingga dapat memacu munculnya pelaku-pelaku
usaha yang lebih merata di kalangan masyarakat bawah atau masyarakat akar rumput. Dengan demikian
dapat diharapkan bahwa pemberdayaan masyarakat bisa diandalkan sebagai instrumen penting dalam
mananggulangi kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Konsep
pemberdayaan (empowerment) mulai berkembang sekitar dekade 1970-an dan semakin populer
memasuki awal abad ke-21. Konsep ini dipandang sebagai bagian dari aliran-aliran yang banyak dikenal
dengan aliran post modernisme yang titik berat sikap dan pendapatnya adalah antisistem, antistruktur
dan anti determinisme kepada dunia kekuasaan. Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment),
berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan
konsep mengenai kekuasaan. Pemberdayaan berkaitan dengan kemampuan manusia yaitu manusia
secara perorangan maupun manusia dalam kelompok yang rentan dan lemah. Dalam pemberdayaan,
orang miskin dan lemah tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang
makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka.
Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan
hidupnya. Dengan demikian, konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai mantra
kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial, ekonomi, budaya, politik
dan kelembagaan.Dalam konteks pembangunan yang berkeadilan, berkembang pendekatan kebutuhan
dasar manusia. Pendekatan ini disusun untuk menyediakan barang dan jasa kebutuhan pokok bagi
masyarakat miskin, seperti makanan, air bersih, pendidikan, kesehatan dan perumahan.
Penanggulangan pengangguran juga mendapat perhatian dalam rangka pembangunan yang berkeadilan.
Keterbelakangan penduduk negara berkembang terutama disebabkan karena tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang rendah. Kedua hal tersebut menyebabkan
produktivitas tenaga kerja yang rendah. Oleh karena produktivitasnya yang rendah maka pendapatan
juga rendah, hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat hidup yang ditandai dengan:
1. kemiskinan.
2. kesehatan yang tidak memadai
3. pendidikan dan layanan masyarakat yang rendah.
Hal tersebut berakibat pada : 1) penghargaan diri yang rendah dan 2) kebebasan yang terbatas.
Antara keduanya terjadi interaksi, sehingga berakibat pada sikap malas dan keadaan yang menghambat
perkembangan.Berpijak pada konsep pembangunan kualitas manusia yang juga sering disebut dengan
pemberdayaan manusia, maka pembangunan kualitas manusia diarahkan pada pemberdayaan pada diri
manusia tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Bryant dan White tentang empat aspek yang
terkandung dalam pembangunan kualitas manusia sebagai upaya meningkatkan kapasitas mereka,
sebagai berikut: Pertama, pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas
(capacity) kepada apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta energi yang
diperlukan untuk itu. Kedua, pembangunan harus menekankan pemerataan (equity). Perhatian yang
tidak merata pada berbagai kelompok masyarakat akan memecahkan masyarakat dan akan
menghancurkan kapasitas mereka. Ketiga, pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan
wewenang (empowerment) yang lebih besar kepada rakyat. Hasil pembangunan baru cukup bermanfaat
bagi masyarakat bila mereka memiliki wewenang yang sepadan. Pembangunan harus mengandung
upaya peningkatan wewenang kepada kelompok masyarakat yang lemah. Koreksi terhadap keputusan-
keputusan yang tidak adil tentang alokasi hanyalah dapat dilakukan bila kelompok lemah ini mempunyai
wewenang yang cukup besar. Keempat, pembangunan mengandung pengertian kelangsungan
perkembangan (sustainable) dan interdepedensi di antara negara-negara di dunia. Karena konsep
kelangsungan dan kelestarian pembangunan, kendala sumber daya yang terbatas dan langka akan
menjadi pertimbangan utama dalam upaya meningkatkan kapasitas. Hubungan antara pemberdayaan
dengan pembangunan manusia yang disebut sebagai konsep holistis mempunyai unsur-unsur penting
yaitu peningkatan produktifitas, pemerataan kesempatan, kesinambungan pembangunan serta
pemberdayaan manusia. Di samping hal diatas makna pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari
paradigma pembangunan sosial, tujuan pembangunan menurut pendekatan ini adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan masyarakat menikmati kehidupan kreatif, sehat dan berumur
panjang.Pemerintah Republik Indonesia dibentuk untuk “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial”.Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan yaitu Tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat; dan
1. Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa); 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD); 3.
Lembaga kemasyarakatan; 4. Lembaga Adat;
5. Kerjasama Antar Desa; dan 6. Badan Usaha Milik Desa(BUMDes); Dalam Pelaksanaan Fungsi dan
Peran Lembaga-lembaga desa yang terlibat dalam pembangunan desa di bidang infrastruktur,
diperlukan kewenangan tentang tugas dan fungi lembaga desa untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan agar mencapai pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pentingnya peranan lembaga desa tersebut dalam pembangunan Infrastruktur di desa sangat
berpengaruh besar, dari mulai penyusunan RPJM Desa, RKP Desa sampai APBDesa, bahkan dalam
forum-forum resmi seperti saat Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Rancana Pembangunan
Desa (Musrenbang Desa) peran mereka amatlah penting dalam rencana pembangunan infrastruktur
desa sebab merekalah yang paling berkaitan dengan masyarakat desa itu sendiri. Demi menunjang
terlaksananya urusan pembanguanan, maka diperlukan keterlibatan lembaga-lembaga desa dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan infrastruktur desa. Dalam hal yang melaksanakan
tahap perencanaan pembangunan infrastruktur desa adalah unsur Pemerintah Desa, unsur Lembaga
Masyarakat Desa, unsur Badan Permusyarahan Desa, Kader Desa, dan unsur masyarakat
desa.Menghadapi masa depan bangsa, di era globalisasi, demokrasi dan otonomi daerah kehidupan dan
ketahanan masyarakat Indonesia sebagai dasar ketahanan nasional memerlukan perhatian dari seluruh
kekuatan bangsa untuk mewujudkan tuntutan dari hati nurani seluruh rakyat mandiri, tangguh, maju,
adil dan makmur sebagaimana amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kekuatan
bangsa perlu didukung dengan Lembaga yang menyatukan semangat dalam jiwa kehidupan masyarakat
Desa/Kelurahan yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang merupakan lembaga
kemasyarakatan yang telah aktif dalam pembagunan sebagai mitra pemerintah dan pihak-pihak lain.
Untuk itu LPM harus tetap dijaga dan ditingkatkan sebagai institusi yang mampu menggerakkan
pembangunan disegala aspek kehidupan.
o Memperkuat potensi masyarakat untuk bergotong royong dalam aksi sosial dan
penanggulangan bencana Menurut Azam Awang (2010), terdapat tiga model/pendekatan
pembangunan desa, yaitu : (1) Model pendekatan community development´atau pembangunan
masyarakat. (2) Model/pendekatan “partisipasi masyarakat dalam pembangunan” yang mulai
berkembang pada tahun 1970-an akibat gagalnya model ‘trike down’ guna pemerataan hasil
pembangunan.(3)model/ pendekatan “desentralisasi” yaitu pemerintah pusat memberi kewenangan
kepada pemerintah daerah tingkat bawah untuk melaksanakan program-programpembangunan yang
direncanakan. Menurut Cohen dan Uphoff (dalam Syamsi, 2002), bahwa terdapat sembilan tipe
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu sebagai berikut : (1) Partisipasi sukarela dengan
inisiatif daribawah; (2) Partisipasi dengan imbalan yang inisiatifnya datang dari bawah; (3) Partisipasi
desakan atau paksaan (infosed) dengan inisiatif dari bawah; (4) Partisipasi sukarela (voluntered) dengan
inisiatif datang dari atas; (5) Partisipasi dengan imbalan (reward) dengan inistatif dari atas; (6) Partisipasi
paksaan dengan inistiatif dari atas; (7) Partisipasi sukarela dengan inisiatif bersama (though shred
inititive); (8) Partisipasi imbalan dengan inisiatif bersama; dan (9) Partisipasi paksaan dengan inisiatif
bersama dari atas dan dari bawah.
Lembaga Pembangunan Masyarakat (LPM) berkedudukan sebagai lembaga yang bersifat lokal
dan merupakan mitra kerja pemerintahan desa dalam bidang pembangunan .Hubungan kerja LPM
dengan pihak lain bersifat kemitraan. Pihak lain sebagaimana dimksud adalah pemerintahan Desa BPD,
dan Lembaga Kemasyarakatan Desa lainnya. Kegiatan LPM ditujukan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masarakat melalui:
Pemberdayaan masyarakat;
Pengembanga kemitraan;
Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat setempat.
Lembaga Pembangunan Masyarakat (LPM) dibentuk dengan maksud untuk membantu pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat desa pada berbagai aspek pembangunan. Sedangkan tujuan
dibentuk LPM itu sendiri adalah untuk mewujudkan lembaga teknis yang merupakan mitra
pemerintahan desa dalam hal menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidadng pembangunan.2.2.3. Keadaan Penduduk dan Data Pencarian
a. Penduduk Penduduk merupakan elemen penting dalam suatu wilayah, pada tahun 2018 menurut
Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok, penduduk di Kecamatan Bukit Sundi mencapai 23.484 jiwa.
b. Mata Pencarian Ekonomi merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
masyarakat sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa adanya kegiatan sektor ekonomi. Demikian
halnya yang dihadapi atau dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi menekuni berbagai
pekerjaan untuk menghidupkan perekonomian di Kecamatan Bukit Sundi tersebut. Sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi ini bekerja sebagai petani terutama dibidang produksi padi
(sawah).
c. Keadaan Agama dan Pendidikan 1. Agama Menurut dokumentasi kantor Kecamatan Bukit
Sundi, Penduduk di Kecamatan Bukit Sundi berjumlah 23484 jiwa semuanya menganut agama islam,
tidak ada sama sekali yang beragama lain. Dengan seluruh penduduk di Kecamatan Bukit Sundi
beragama Islam, maka di Kecamatan ini ada tempat beribadah seperti masjid, mushola dan surau,
untuk masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi melaksanakan ibadah kepada Tuhan yang maha esa.
Dengan demikian sosial keagamaan masyarakat cukup baik, walaupun disana sini banyak kesenjangan
dalam pelaksanaan ibadah praktis, namun itu hanya sebagian kecil terutama dalam kalangan remaja,
justru itu pembinaan dalam meningkatkan pendidikan agama perlu dilakukan.
2. Pendidikan
2. Penanaman dan pemupkan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka
memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan
pemerintahan kepda masyarakat; 4. Penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian progaram-
program pemberdayaan masyarakat desa;
6. Penumbuh perkembangan dan pergerakaan prakarsa, partisipasi serta swadaya gotomg royomg
masyarakat;
7. Penggalian, peyadayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya manusia dan sumber
daya alam dengan memperhatikan lingkungan hidup;
9. Pelestarian nilai-nilai sosial budaya, adat istiadat dan noma-norma yang hidup dan berkembang
di masyarakat;
11. Pendukung media komunikasi informasi, sosialisasi antara pemerintahan desa dengan
masyarakat.
c. kewajiban Lembaga Pemberdayaan Masyrakat LPM 1. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila
dan undang-undang dasar 1945 serta mempertahankan dan memeliharakan negara kesatuan republik
indonesian; 2. Menjalin hubungan kemitraan denga berbagai pihak yang terkait; 3. Menaati
seluruh peraturan perundang-undangan; 4. Menjaga nilai-nilai sosial budaya, adat istiadat dan
norma-norma yang hidup dan berkembang di masyarakat; dan
a. Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berkedudukan di Ibu Kota Negara
Republik Indonesia.
Teorganisasinya suatu Lembaga merupakan salah satu faktor berjalannya dengan baik serta
berhasilnya suatu Lembaga dan kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan. Selain merupakan suatu
peraturan pemerintah bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus secara sistematis, hal ini
juga merupakan gambaran aktivitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur merupakan ujung
tombak dari keberhasilan pembangunan. Didalam suatu Lembaga organisasi biasanya mempunyai
persyaratan unsur penting yaitu ada ketua, wakil ketua, sekretaris. Maka demikian juga dengan lembaga
pemberdayaan masyarakat yang ada di Kecamatan Bukit Sundi ini. Kecamatan Bukit Sundi adalah
sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Pusat pemerintahan
Kecamatan ini terletak di Nagari Muaro Paneh. Kecamatan Bukit Sundi memiliki luas wilayah sebesar 109
Km2 yang terdiri dari 5 Nagari, yaitu :
1. Mementingkan warga belajar. Di sini ada beberapa penekanan, seperti pentingnya mendengar
suara warga belajar, mengggunakan apa yang dikatakan warga belajar sebagai dasar untuk
mengembangkan program belajar, dan mempercayai bahwa setiap orang punya kemampuan belajar
karena setiap warga belajar memiliki kekuatan, keterampilan, pengetahuan, serta pengalaman.
2. Kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program. Unsur ini mendorong warga belajar
agar ikut aktif terlibat dalam kegiatan belajar dan kegiatan kemasyarakatan. Perhatikan kebutuhan
belajar masyarakat karena mereka sebenarnya tahu apa yang mereka butuhkan.
3. Program dimulai dari perspektif yang kritis. Menggunakan pendekatan yang kritis menekankan
pentingnya perbaikan kemampuan dasar masyarakat, meningkatkan kemampuan yang sudah ada, dan
partisipasi dalam setiap kegiatan.
4. Pembangunan masyarakat. Unsur ini menekankan bahwa program belajar harus berlokasi di
masyarakat, menjawab kebutuhan belajar masyarakat, menciptakan rasa memiliki, dirancang,
diputuskan, dan diatur oleh masyarakat sehingga mereka merupakan bagian dari yang lebih besar.
Wawancara dengan Kabag Pemberdayaan Usaha Ekonomi LPM Kecamatan Bukit Sundi:
“Disini Kami memberikan pengarahan dan membuka pelatihan keterampilan kepada setiap masyarakat
yang ada di setiap nagari. Pelatihan itu baik berupa menjahit, masak-memasak dan keterampilan lainnya
yang dirasa perlu dikembangkan. Dengan adanya pelatihan keterampilan tersebut, masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi sangat terbantu sekali. Seperti menjahit di salah satu Nagari di Kecamatan Bukit
Sundi yaitu Nagari Parambahan banyak menghasil kan penjahit yang mahir. Selain bakat mereka
tersalurkan usaha menjahit juga bisa mereka kembangkan untuk membantu perekonomian mereka. 3.
Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Sebagai penyalur aspirasi
masyarakat.
Selain peran lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai pembina, disini peran masyarakat adalah
sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Penyalur aspirasi masyarakat yang dimaksud adalah setiap
masalah yang terjadi didalam masyarakat tersebut di tamping oleh lembaga pemberdayaan masyarakat.
Keluhan tersebut seperti Infrastruktur yang kurang memadai, perekonomian, sosial dan lain-lain yang
bersangkutan dengan pemberdayaan. Peran lembaga pemberdayaan disini sangat dibutuhkan bagi
masyarakat. Karna melalui inilah masyarakat dapat mengeluarkan segala inspirasinya. Inspirasi yang
disalurkan tersebut disaring dan di pilih mana yang dirasa perlu untuk ditindak lanjuti.
4. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi dalam meningkatkan aspirasi
masyarakat.
Dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan, LPM harus teliti dan bijaksana dalam
memantau kegiatan pembangunan dengan cara menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat
untuk bisa mendorong masyarakat untuk lebih berperan aktif dimasing-masing lingkungan. a. LPM
Melakukan Pemantauan dan Pengawasan terhadap kegiatan Program Pembangunan Peran
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan merupakan keikutsertaan dari semua masyarakat dalam
membantu berjalannya pelaksanaan kegiatan LPM yang ditunjukkan dengan ikut bekerja maupun
memberikan swadaya dalam program yang telah dibuat oleh pemerintah yang menjadi prioritas di
Kecamatan Bukit Sundi sesuai kebutuhan masyarakat demi kemajuan pembangunan di Kecamatan Buki
Sundi. Keberhasilan suatu pembangunan yang diinginkan oleh pemerintah adalah terwujudnya program
yang telah direncanakan dengan partisipasi secara langsung oleh masyarakat baik dalam pelaksanaan
maupun memberikan bantuan tenaga, pikiran maupun materi yang bertujuan untuk menyukseskan
pembangunan yang dibutuhkan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi. Maka dari itu LPM harus
melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap kegiatan pembangunan agar apa yang dilakukan
masyarakat dapat terpantau dengan baik. Kurang maksimlanya peranan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) di Kecamatan Bukit Sundi juga disebabkan karena kurang perhatiaannya Pemerintah
setempat tersebut terhadap Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kecamatan Bukit Sundi. Hal
ini terbukti sampai sekarang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan tersebut kurang
diperhatikan oleh pemerintah setempat.
2.2.6. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Masyarakat
di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Salah satu sasaran yang ingin
dicapai dalam sistem pemerintahan nasional adalah menciptakan sumber daya masyarakat (SDM) yang
bermutu, untuk mengolah sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah, dalam hal ini pelayanan
pemerintah tidak semata-mata berada ditangan pemerintah sendiri melainkan mengikut sertakan
sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat. Pelayan pemerintah ini sebagai hak
masyarakat dalam kewenangan pemerintah. Kegiatan membangun masyarakat terkait erat dengan
memberdayakan masyarakat. Memberdayakan masyarakat bertujuan memerangi kemiskinan,
kesenjangan dan mendorong masyarakat menjadi lebih aktif serta penuh inisiatif. Pemberdayaan
masyarakat sendiri merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat melalui perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Salah satu pengembangan potensi manusia dapat diwujudkan melalui
kegiatan pendidikan berbasis kemasyarakatan. Kegiatan ini menekankan pentingnya memahami
kebutuhan masyarakat dan cara pemecahan permasalahan oleh masyarakat dengan memperhatikan
potensi yang ada dilingkungannya.Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Bukit Sundi bertugas
dan bertanggung jawab serta berupaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat dalam pemberdayaan
masyarakat di setiap Nagari yang ada di Kecamatan Bukit Sundi. Sehubungan dengan itu, maka upaya
peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan di
Kecamatan Bukit Sundi adalah : Adapun alur dari Upaya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi (LPM) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat sebagai berikut :
GAMBAR I Alur LPM Kecamatan Bukit Sundi dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi
Masyarakat
Musrembang
Berdasarkan Gambar I terlihat bahwa alur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di
Kecamatan Bukit Sundi dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat berawal dari adanya
berbagai keluhan-keluhan yang dialami oleh masyarakat sekitar, kemudian keluhan tersebut dapat di
adukan dilembaga kemasyarakatan, dalam hal ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kecamatan Bukit Sundi sebagai lembaga yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 5 Tahun 2007 sebagai mitra pemerintah daerah dalam menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dibidang pembangunan. Secara umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kecamatan Bukit Sundi dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat menyiapkan sarana
seperti penyediaan:
1. Kotak saran Dalam upaya mempermudah, menampung segala aspirasi, keluhan maupun saran
dari masyarakat, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Sundi
menggunakan pola penyediaan kotak saran atau pengaduan. Kotak saran merupakan tempat
menampung surat berupa usulan dan saran bagi masyarakat. Dengan adanya kotak saran diharapkan
agar masyarakat juga mau menyampaikan aspirasinya terhadap pelayanan dan pembangunan di
Kecamatan tersebut. Langkah ini merupakan bentuk komitmen dari Lembaga untuk menyukseskan
program pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi. Setiap aspirasi masyarakat maupun keluhan dari
warga masyarakat melalui kotak saran tersebut akan ditampung oleh Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Sundi dan diperhatikan sebagaimana mestinya. Meskipun kotak
saran yang akan disediakan bersifat terbuka kepada masyarakat secara luas, namun warga yang
menyampaikan keluhan keluhan maupun saran akan dirahasiakan identitasnya. 2. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dan dikerjakan oleh
responden. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang
diajukan. Dengan adanya kuesioner responden mudah dalam memberikan jawaban, karena jawaban
telah tersedia akan membutuhkan waktu yang singkat dalam menjawabnya. 3. Rapat Salah satu
bentuk menampung aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) Kecamatan Bukit Sundi dengan mengadakan rapat bersama setiap Ketua LPM Nagari. Rapat
adalah pertemuan atau berkumpulnya minimal 2 orang lebih untuk membahas apa yang dibutuhkan dan
memutuskan suatu tujuan yang ingin dicapai. Adapun cara yang dilakukan masyarakat di Kecamatan
Bukit Sundi dalam menyampaikan aspirasinya yaitu melalui rapat yang dihadiri oleh setiap ketua LPM
Nagari atau Sekretaris LPM Nagari dimana masyarakat menyampaikan keluhannnya kepada setiap LPM
Nagari masing-masing.
1. Kurangnya hubungan antara pemerintah dengan Lembaga pemberdayaan Sebuah lembaga akan
menjadi lebih baik jika bekerjasama dengan pemerintah setempat apalagi yang bersangkutan dengan
kemajuan sebuah masyarakat. Di Kecamatan Bukit Sundi terjadi kurang nya perhatian dari pemerintah
setempat tentang lembaga ini. Semenjak didirikan nya lembaga ini, kurang nya kerjasama antara
pemerintah kecamatan dengan lembaga ini sehingga lembaga ini juga kurang bergerak untuk melakukan
pemberdayaan di Kecamatan Bukit Sundi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terhambat Jika suatu masyarakat kurang
melakukan hubungan dengan masyarakat luar, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masyarakat tersebut menjadi lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi
tentang kemajuan masyarakat lain. 3. Sikap masyarakat yang masih tradisional Masyarakat yang
masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak dapat diubah secara mutlak, dapat
mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan
masyarakat tak bersedia menerima inovasi dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu
faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
4. Adat atau kebiasaan Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan dalam
masyarakat. Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat dapat merusak adat atau kebiasaan
yang dianut menjadi punah jika mereka menerima unsur-unsur baru bahkan dapat merusak tatanan
atau kelembagaan sosial yang mereka bangun dalam masyarakatnya.
5. Penolakkan terhadap orang luar Pekerja sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi
program pemberdayaan tentu akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang cukup lama
sebelum ia dapat diterima dalam suatu masyarakat. Disamping itu, rasa curiga dan terganggu ini
menyebabkan masyarakat enggan untuk berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
a. Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam merencanakan perumusan kebijakan, melaksanakan
koordinasi, monitoring serta pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Perencanaan
Partisipatif, Seksi Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Seksi Ketahanan Masyarakat.
b. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada huruf a, Kepala Bidang Pemberdayaan
Lembaga Kemasyarakatan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan
berdasarkan program kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta petunjuk pimpinan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
4. Merencanakan bahan pembangunan partisipatif sesuai dengan program dan kegiatan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta petunjuk pimpinan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik;
5. Merencanakan bahan pengembangan kapasitas masyarakat sesuai dengan program dan
kegiatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta petunjuk pimpinan agar kegiatan dapat
berjalan dengan baik;
Kepala Seksi Perencanaan Partisipatifa. Kepala Seksi Perencanaan Partisipatif mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam penyusunan bahan
perumusan kebijakan, melaksanakan pembinaan, pengawasan, koordinasi serta evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pada Seksi Perencanaan Partisipatif. b. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud pada huruf a, Kepala Seksi
Perencanaan Partisipatif mempunyai rincian tugas sebagai berikut: 1. Merencanakan kegiatan Seksi
Perencanaan Partisipatif berdasarkan rencana operasional Bidang Pemberdayaan Lembaga
Kemasyarakatan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; 2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk kelancaran pelaksanaan tugas Seksi
Perencanaan Partisipatif;
4. Memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Perencanaan Partisipatif sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
b. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada huruf a, Kepala Seksi Pengembangan
Kapasitas Masyarakat mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk
kelancaran pelaksanaan tugas Seksi Pengembangan Kapasitas Masyarakat;
4. Memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pengembangan Kapasitas Masyarakat sesuai
dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
a. Kepala Seksi Ketahanan Masyarakat mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang
Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam penyusunan bahan perumusan kebijakan,
melaksanakan pembinaan, pengawasan, koordinasi serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
pada Seksi Ketahanan Masyarakat.
b. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada huruf a, Kepala Seksi Ketahanan
Masyarakat mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk
kelancaran tugas Seksi Ketahanan Masyarakat;
4. Memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Ketahanan Masyarakat sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
NO. NAMA JUDUL VARIABEL HASIL
PENELITIAN PENELITIAN
2. Faktor Pendukung
dan Pengambat Peran
LPM sebagai penyalur
aspirasi masyarakat
dapat dilhat dari adanya
dukungan dari sejumlah
instansi dan adanya
anggaran yang
disiapkan untuk
sejumlah program yang
dicanangkan merupakan
salah satu faktor
pendukung, disamping
itu partisipasi
masyarakat yang cukup
aktif dalam kegiatan
dan program
pembangunan juga
merupakan faktor
pendukung.
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur
logika berjalannya suatu penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian dan mempresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan dari
konsep-konsep tersebut. Maka dalam penelitian ini kerangka pemikirannya sebagai berikut :
Bagan :2.1
Kerangka Pemikiran
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM Analisis PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DESA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek dan Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah dimana mencari sesuatu
iformasi, keterangan, hal-hal yang sangat penting untuk penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
Kantor LPM Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat pada Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dan berfokus pada peran lembaga pemberdayaan masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi yang terdiri dari 5 nagari, yaitu : Nagari Muara Panas, Nagari Bukit
Tandang, Nagari Kinari, Nagari Parambahan, dan Nagari Dilam. Penulis memilih Kantor
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Bukit Sundi sebagai tempat penelitian karena
kurangnya peran lembaga terhadap pemberdayaan masyarakat.3.2. Jenis Dan Sumber Data
3.3. Jenis DataJenis data terdiri dari dua macam, yaitu :1. Data kualitatif Data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan data yang bukan bentuk angka-angka. Atau suatu gamabaran komplek
meneliti kata-kata, laporan terimci dari pandangan reponden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami.
2. Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang diperoleh dari
kuisioner dibagikan dan berhubungan dengan masalah yang sedang di teliti. Peran dalam
pemberdayaan perekonomian di nagari Muaro Paneh Jadi data yang digunakan peneliti adalah
data kualitatif.
3.4. Sumber Data Data yang disajikan diperoleh dari sumber-sumber data yang terdiri dari
data primer dan data sekunder
1. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tampa ada
perantara atau data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh yang melakukan
penelitian15. Data primer disini adalah suatu data yang diperoleh oleh penulis dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini sebagai sumber data primernya sebagai adalah
Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi dan pegawai yang ada pada lembaga tersebut
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui perantara16. Dalam hal ini penulis memperoleh data-data dari internet berupa skripsi,
jurnal, laporan, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan yang memiliki hubungan
terhadap subjek dan dokumen yang berkaitan dengan penelitian
3.5. Teknik Pengumpulan Data
4. Tokoh Masyarakat
c. Dokumentasi Pengumpulan data melaui dokumentasi ini diperlukan alat instrument yang
memandu untuk mengambil data-data dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu. Metode dokumentasi merupakan sumber yang
bermanfaat karena telah tersedia sehingga relatife mudah memperolehnya, dan merupakan
sumber yang stabil dan akurat . Sebagai cerita dari situasi dan kondisi yang sebenarnya dan dapat
dianalisis secara berulang-ulang tanpa melalui perubahan. Untuk mencari data dari dokumen
resmi dengan berpegangan pada pedoman dokumentasi yang hanya memuat garis besar atau
kategori informasi yang akan dicari datanya seperti laporan hasil penelitian.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini menggunakan informan yaitu orang yang di
manfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian,.
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan di teliti.
1. Informan Kunci.
Informan kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti.
Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah peranan dalam
lembaga pemerintahn tentang program kesejahteraan pembangunan perekonomian masyarakat
desa. 2. Informan Non Kunci Informan Non Kunci yaitu orang yang dianggap
mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu Lembaga Pembangunan Masyarakat di kecamatan
Bukit Sundi3.7. Devinisi Operasional Variabel
Devinisi Operasional variabel sebagai petunjuk kepada penulis tentang bagaimana cara
mengukur variabel.
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan data
yang dikumpulkan berupa kata-kata gambar dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah,
dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realisasi. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah
dilapangan (Indriani, 2017). Analisis data model miles dan huberman terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
berikut:
1) Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, monfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
2) Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi,
3) Menarik Kesimpulan
4) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan ferifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang
Dengan didasarkan pada gambar diatas, maka dalam melaksanakan penelitian dimulai
dengan pengumpulan data selanjutnya bergerak diantara ketiga komponen tersebut saling
berinteraksi, sebagai proses siklus yang mengikuti arah panah sesuai dengan kebutuhan
penelitian dengan berpedoman pada definisi konseptual dan operasional yang telah dibuat.
Keseluruhan proses tersebut dilaksanakan sepanjang proses penelitian dan dilakukan secara