Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

SISTEM INTEGUMEN PADA LANSIA


DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep

Kelompok 6
Disusun Oleh :

Cindy Pratiwi Claudiana Tawiq 1901007


Ergita Sari 1901015
Julita Tumonglo 1901025
Mohamad Aljib Yunardo 1901034
Rica Permata Hati 1901043
Tri Defi Handayani 1901056
Zahara Annisa 1901060

PROGRAM STUDI SARAJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNPLOGI DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada allah SWT atas karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat Menyelesaikan
Makalah yang baerjudul “SISTEM INTEGUMEN PADA LANSIA“ yang merupakan tugas kami pada
semester VII ini dalam mata kuliah keperawatan gerontik guna memenuhi kegiatan belajar mengajar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah memberikan
bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan serta masukan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan oleh kami sebagaimana mestinya.

Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saran
serta kritik yang membangun senantiasa kami terima sebagai acuan untuk tugas-tugas kami selanjutnya.

Samarinda, 03 September 2022

Hormat Kami,

Tim Penyusun.
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi .................................................................................................................... 4
B. Menentukan Data Kuantitatif ................................................................................ 4
C. Masalah kesehatan utama .................................................................................... 5
D. Pengertian Prognosis ............................................................................................ 6
E. WOC ......................................................................................................................... 9
F. Masalah Ditinjau ..................................................................................................... 11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia yaitu tahap lanjut dari kehidupan dimana terjadi penurunan kemampuan
tubuh untuk dapat beradaptasi dengan stress lingkungan, Lansia juga merupakan
keadaan dengan kegagalan mempertahankan kondisi strees fisiologis agar tetap
seimbang (Muhtith & Siyoto, 2016). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
lansia terbagi atas empat kelompok, yaitu usia pertengahan (middle age) yaitu 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) yang berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) yang berusia
74-90 tahun dan usia sangat tua (Very 0ld) jika usia lebiih dari 90 tahun (Ekasari, dkk,
2018). Sedangkan di Indonesia menurut UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, lanjut usia yaitu bila seseorang baik pria maupun wanita yang mencapai
usia 60 tahun keatas (Padila, 2013).

Pada lansia terjadi perubahan fisik, sosial, psikologis dan spiritual . Perubahan fisik
meliputi perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,
sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem
pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem
integumen, sistem muskuloskletal, belajar dan memori serta intelegentia quation (IQ)
(Artinawati, 2014). Semakin panjang umur lansia maka semakin tinggi pula risiko
terkena penyakit. Mudahnya lansia terkena penyakit disebabkan oleh berkurangnya
daya tahan tubuh dan efisiensi mekanisme homeostatis yang menurun (Fahlevi, 2019).
Pertambahan usia menyebabkan fungsi fisiologis lansia mengalami proses degeneratif
(penuaan) sehingga banyak lansia menderita penyakit tidak menular dan penyakit
menular seperti paru-paru (gangguan pernafasan), kardiovaskuler (penyakit jantung),
hipertensi, pencernaan (gastritis), rematik dan penyakit lain (Ekasari et al., 2018).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, Maka dapat ditarik rumusan masalah


“Gambaran sistem integumen pada lansia secara Fisologis” dalam proses degeneratif.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem
integumen pada lansia secara Fisiologis dalam proses degeneratif (penuaan).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sistem integument merupakan sistem terbesar yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
epidermis, dermis dan jaringan subkutan, rambut , kuku dan kelenjar keringat. Pada
sistem integument ini memiliki berbagai fungsi tubuh, yang di antara nya melindungi
tubuh dari bahaya luar seperti bakteri, melindungi organ-organ yang ada di dalam nya,
mencegah kehilangan cairan atau dehidrasi, melindungi tubuh dari sinar ultraviolet, dan
sebagai Thermal regulation dari temperature tubuh (miller,Callor,2019).
Adapun perubahan -perubahan fisiologis sistem integument pada lansia, di antara nya :

Sistem integumen Perubahan fisiologis


Epidermis  Penurunan sel melanosit sebanyak
40-50%. Yang akibatnya terjadi
penurunan kemampuan kulit untuk
melindungi tubuh dari radiasi
ultraviolet., kulit pucat, timbulnya
graying hair. Peningkatan lentigines
yang menimbulkan terjadinya “age
spots” atau liver spots” pada lansia
 Penurunan papillae yang merupakan
penghubung antara lapisan
epidermis dan dermis melalui
menghilang. Akibatnya terjadi
penurunan transfer nutrisi antara 2
lapisan , sehingga lansia lebih
gampang mengalami bruising .
( miller, callor, 2019).
 Penurunan (50%) replacement rate
pada stratum corneum ( lapisan awal
epidermis) sehingga terjadi
penurunan kemampuan kulit dalam
penyembuhann luka, delayed
absorpsi obat dan resiko terpapar
bahan kimia lebih tinggi ( meiner,
2021).

Dermis  Penurunan lapisan kolagen sebanyak


1% setiap tahun. Akibatnya terjadi
penurunan elastisitas kulit dan
kemampuan tensile strength serta
kulit menjadi kaku.
 Penurunan jumlah dan kualitas
elastin.
 Penurunan jumlah fibroblast dan
mast cell pada lap. Dermis yang
mengakibatkan penurunan
kemampuan kulit untuk melindungi
diri dari bakteri (miller,callor, 2019).
 Penurunan vaskulariasasi, kelenjar
keringat dan saraf hampir 20%
mengakibatkan terjadinya penurunan
kemampuan kulituntuk mengatur
termogulasi, penurunan tactile
sensation, pain perception dan
timbulnya kerutan pada kulit
(meiner, 2021).

Lapisan subkuaneous dan kutaneous Area dari subkutis mengalami atropi, seperti
pada permukaan kaki bagian atas, tangan
dan muka. Pada Wanita dapat dilihat pada
bagian payudara.
Peningkatan proposri body fat, yang lebih
kelihatan pada Wanita usia, dan dapat
dilihat pada bagian paha, dan untuk laki-laki
pada bagian pinggang (miller,callor,2019).
Secara keseluruhan pada penurunan lapisan
subkutan terjadi pada lansia, yang
berakibatkan meningkatnya resiko
hipotermi, skin shearing dan blunt trauma
(meiner, 2021).
Kelenjar keringat dan sebaseous  Penurunan jumlah dan fungsi
kelenjar eccrine dan aporcine yang
terdapat pada telapak tangan, soler,
dan aksila . yang berakibatkan
penurunan kemampuan kulit untuk
termogulasi, meningkatkan resiko
terjadinya head stroke, penurunan
jumlah keringat. Dan penurunan
produksi sebum yang dihasilkan
oleh kelenjar akibatnya penurunan
kemampuan kulit untuk mencegah
kehilangan air dan perlindungan
terhadap pertumbuhan bakteri dan
jamur (meiner, 2021).
Kuku  Penurunan vaskularisasi, ukuran
lunula, mengakibatkan kuku pada
lansia menjadi tebal, rapuh, tumpul ,
berwarna kuning atau abu-abu,
buram dan timbulnya Longitudinally
striated
(miller,callor,2019).
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh yang membungkus otot-otot dan organ-organ
dalam tubuh manusia dan kulit juga merupakan organ terluas yang terdapat pada seluruh
permukaan tubuh. Oleh karena itu, kulit akan tersentuh oleh lingkungann eksternal dan
merupakan pertahanan terdepan bagi tubuh. Kulit yang paling terpengaruh oleh
perubahan-perubahan lingkungan. Perubahan pada kulit dapat terjadi karena perubahan
lingkungan, gangguan sistematik, dan gangguan dari kulit (integument ) itu sendiri
( brunner &suddarth, 2018).

B. Anatomi sistem integument


Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau
korium ) dan lapisan subkutan/hypodermis .

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda : 400-600 untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-
150 untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kiri, memiliki rambut). Selain
sel-sel epitel epidermis yang tersusun atas lapisan :
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit ( sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior, hormone
perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone,MSH). Melanosit merupakan
sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warna nya. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dengan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar yang berbahaya.

b. Sel Langerhans , yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada
sel limfosit. Dengan demikian sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit
sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan
suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan
menyingkirkan sel kulit displastik dan neoplastic. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf simpatis yang adanya hubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infekso atau mencegahh kanker kulit.
c. Sel merkel. Yaitu yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
dengan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut :
1. Stratum korneum / lapisan tanduk, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang di penuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin tersusun tidak teratur sedangkan serabut
elastis dan retikulernya lebih sedikit sel saling melekat erat.
2. Stratim lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
hormogen, terang jernih, inti dan batas sel tidak terlihat. Stratum lucidium terdiri dari
protein eleidin. Sel pipih nya, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel sudah
banyak kehilangan inti dan butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Stratum spinosum tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini terbentuk polhedris dengan inti bulat/lonjong. Sehingga tampak seperti
duri yang disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di dalam nya terdapat
fibril sebagai inctercellular bridge. Filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahakan kohesivitas(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi.

1. Dermis
Lapisan yang mempunyai ketebalan 4 kali lipas dari lapisan epidermis ( 0.25-
2.55mm ketebalannya) tersusun dari jaringan penghubung dan penyokong lapisan
epidermis dan mengikatnya pada lapisan dalam hypodermis. Lapisan ini terbagi atas :

a. Lapisan papilari
Merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar
menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast dan sel
makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus
lapisan dermis. Dilapisan ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini
berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman
nutrisii kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah.

b. Lapisan reticular
Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dengan
susunan yang tidak merata, disebut lapisan reticular karena banyak terdapat serat elastin
dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama lain meyerupai jarring-
jaring. Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi kuat.

2. Subkutan
Jaringan subkutan atau hypodermis merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan
ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. Tidak seperti
epidermis dan dermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas.
3. Struktur pada kulit
Kulit merupakan struktur tambahan kulit. Derivat kulit berasal dari epidermis, terdiri dari
kelenjar sudorifea, kelompok sebasea, rambut dan folikel rambut serta kuku antara lain :
4. Rambut dan folikel rambut
Rambut terdiri dari batang yang terletak di atas permukaan kulit dan akar rambut yang
terletak di dalam kulit. Folikel rambut merupakan jaringan yang meliputi akar rambut.
Rambut terdiri dari medulla yang terdiri dari keratin lunak dan kortex serta ketikula yang
terdiri dari keratin keras.
a. Medula merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel yang mengalami keratinisasi.
Sel terpisah satu sama lain, dan antara sel kadang terdapat udara atau cairan. Kortex
merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel berbentuk runcing yang
mengalami keratinisiasi dan banyak mengandung pigmen.

b. Kutikula merupakan membrane tipis, terdiri dari sel pipih yang mengalami keratiniasasi ,
transparan, secara mikroskopis tersusun seperti genting. Tediri dari 1-3 lapis sel yang
Sebagian mengalami keratinisasi.
C. Warna kulit

Warna kulit sangat beragam, dari berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika di
rawat dengan baik dapat menampilkan karakter menarik. Warna kulit terutama ditentukan
oleh :

1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah


2. Hemoglpbin teredukasi berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratphyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau ke abu-
abuan
E. fisiologis sistem integument

Kulit memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostatis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakn menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi,persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D .

1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai berikut :

a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi( gesekan), panas dan za kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku dan tersusun rapi dan erat seperti
batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehodrasi,
selain itu juga mencegah masuknya air dan lingkungan luar tubuh.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandug zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permmukaan kulit.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak menyerap air, tapi bisa menyerap matahari larut lipid seperti vitamin
A, D,E dan K ,obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selai itu beberapa materia; toksik dapat diserap seperti
aseton CC14 dan merkuri. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau
melalui muara saluran kelenjar terlebih banyak yang melalui sel epidermis.
2. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
3. Kelenjar persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih
banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
4. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif.
Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari
traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu
memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara
keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada
manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
F. Data Kuantitatif Dari Perubahan Sistem Integumen
Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan
taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH) atau angka harapan hidup (AHH). Namun
peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit
degeneratif. Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi
lansia dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Rinawati
& Wulandari, 2020).
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh
pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan PBB, pada tahun 2000-2005
UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%).
Angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi
77,6% tahun (persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula
dengan laporan badan pusat statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000
UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%).
Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58%) (Rinawati & Wulandari, 2020).
Dermatitis merupakan kelainan kulit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.
Dari segi praktis penanganannya, kelainan ini dapat dimasukkan dalam kelompok
kelainan yang responsif terhadap steroid. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
penyakit dermatitis adalah baik itu faktor eksogen maupun faktor endogen. Kejadian
dermatitis di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia dan negara industri lain
memiliki pravelensi dermatitis atopik 10-20% pada anak dan 1-3% terjadi pada orang
dewasa. Sedangkan di negara agraris, misalnya China, eropa timur, asia tengah
memiliki pravelensi dermatitis atopik lebih rendah. Berdasarkan data gambaran kasus
penyakit kulit dan subkutan lainnya merupakan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit
utama dengan 86% adalah dermatitis diantara 192.414 kasus penyakit kulit di beberapa
rumah sakit umum di Indonesia tahun 2011 (Rinawati & Wulandari, 2020).
Prevalensi penyakit dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% dan di tingkat jawa tengah
prevalensi penyakit dermatitis sebesar 7,95%. Sedangkan di kota surakarta berdasarkan
data 10 besar pola penyakit pada rawat jalan puskesmas kota surakarta tahun 2016
(Rubio, 2018).
Dermatitis kontak adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh zat-zat luar baik
bahan yang bersifat iritan atau elergen yang merupakan 9 dari 10 penyakit terbanyak di
Samarinda pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
karakteristik pasien dermatitis kontak di Samarinda. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif menggunakan 120 data rekam medik pasien dermatitis kontak
yang diambil dari 3 puskesmas di Samarinda pada periode Januari-Desember 2018.
Berdasarkan kelompok usia, usia terbanyak merupakan anak-anak berusia 6-11 tahun
(26,7%). Berdasarkan produktivitas, usia terbanyak merupakan usia produktif 15-64
tahun (55%). Mayoritas jenis kelamin perempuan (63,4%). Pekerjaan yang paling
ditemui adalah pelajar (42,5%). Pasien yang sering berobat dengan keluhan utama gatal
(89,16%). Hanya sedikit rekam medik yang disertai catatan riwayat kontak (3,3%).
Lokasi keluhan kulit yang paling sering ditemukan adalah pada seluruh tubuh (30,9%).
Tatalaksanaan yang paling sering (Jimah et al., 2020).

G. Prioritas Masalah

Dari ditemukannya data kuantitatif di atas dapat disimpulkan masalah utama


kesehatannya adalah Dermatitis. Dermatitis adalah kelainan pada kulit dengan gejala
subjektif berupa rasa gatal dan secara objektif ditandai bercak, ruam atau peradangan.
Gejalanya bisa berupa warna kemerahan akibat pelebaran pembuluh darah, sembab atau
lebam akibat penimbunan cairan dengan jaringan, penebaan kulit dan tanda garukan
serta perubahan warna kulit (Rubio, 2018).

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada
tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 (dengan presentase populasi lansia adalah
7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan presentase
populasi lansia adalah 7,56%). Dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (Patel, 2019).

Dermatitis merupakan kelianan kulit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-
hari. Dari segi praktis penanganannya, kelainan ini dapat dimasukkan dalam kelompok
kelainan yang responsif terhadap steroid. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
penyakit dermatitis adalah baik itu faktor dari luar (ekstrogen) misalnya : bahan kimia
(contoh: air,suhu) mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur) maupun faktor dari dalam
endogen (contoh: dermatitis atopic). (Rubio, 2018).

Keparahan dari kelainan kulit akibat dermatitis tergantung daya imunitas


penderita, diakibatkan karena keparahan dari reaksi satu orang berbeda dengan orang
yang lainnya meskipun penyebabnya sama. Tetapi apabila seseorang yang menderita
penyakit dermatitis yang menderita penyakit dermatitis yang sudah parah maka pada
kulitnya yang terserang akan terjadi kelepuhan dan sangat berbahaya bagi kulit (Rubio,
2018).

Bagi pasien dermatitis atopik dengan gangguan intergritas kulit harus


mematahkan siklus inflamasi yang menyebabkan kekeringan berlebih, pecahnya kulit,
gatal, dan menggaruk dengan melakukan perawatan kulit secara rutin dan juga harus
menjaga keadaan keamanan dan proteksi lingkungan agar tidak menimbulkan kembali
rasa ingin menggaruk karena gatal pada kulit yang bisa menyebabkan infeksi (Patel,
2019).
Untuk menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan kulit adalah dengan minyak zaitun
yang dapat membantu mempertahankan kelmebapan dan elastisitas kulit sekaligus
memperlancar proses regenerasi kulit, sehingga kulit tidak mudah kering dan berkerut,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet serta mempercepat proses
penyembuhan luka (Patel, 2019).
A. Definisi

Lanjut usia merupakan suatu proses terjadinya perubahan fisik maupun psikologis

pada individu dan merupakan proses dari tumbuh kembang. Manusia tidak menua secara

tiba-tiba, akantetapi ada banyak proses mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa

hingga menua dan itu adalah hal yang normal. Perubahan fisik dan perilaku pada lansia

merupakan hal yang normal dan alami bagi serorang yang telah menua yang telah di

tentukan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini disebabkan beberapa hal yang sangat

berpengaruh pada proses menua, yaitu terjadinya penurunan fungsi organ. Semua

manusia akanmengalamni proses menua dan masa tua atau lanjut usia adalah masa akhir

hidup manusia (Azizah, 2011) yang terdapat dalam (Patel, 2019).

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab I

Pasal 1 Ayat 2. Menjelaskan bahwa umur 60 tahun adalah proses terjadinya lanjut usia.

Menua bukan suatu penyakit tetapi adalah hal yang alami bagi manusia, seseorang yang

mengalami masa menua berangsur-angsur mengakibatakn perubahan kumulatif dan

penurunan fungsi tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang

akan berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008) yang terdapat dalam (Patel, 2019).

Penuaan pada kulit dibagi menjadi dua, yaitu penuaan instriktik dan penuaan

ekstriktik. Penuaan instriktik merupakan perubahan yang diakibatkan proses penuaan

secara normal. Sedangkan penuaan ekstriktik merupakan penuaan yang diakibatkan oleh

faktor-faktor luar, seperti diet tadikal bebas, gaya hidup, paparan sinar UV, dan kebiasaan

lainnya. Secara struktural, kulit tersusun dari tiga lapisan, diantaranya epidermis, dermis

dan jaringan subkutan yang akan mengalami perubahan akibat bertambahnya usia. Selain
itu, kuku, rambut, dan kelenjar keringat sebagai aksesoris kulit juga mengalami

perubahan. Secara fungsional kulit juga akan mengalami perubahan akibat degenerasi

sel-sel kulit mati.

Pada lansia epidermis akan tipis dan rata terutama paling jelas terdapat tonjolan-

tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan dorsalis tangan dan kaki. Tipisnya

epidermis ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliperasi tubuh abnormal

akibat terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pignentasi pada area tubuh akibat

terpapar sinar matahari, biasanya terjadi dorsal ditangan dan lengan bawah.

Kolagen yang berkurang menyebabkan kulit pada lansia tidak elastis sehingga

kulit lansia menjadi keriput. Tekstur kulit menjadi keringkering karena kelenjar eksokrin

lebih sedikit disertai berkurangnya cairan tubuh total yang dapat menyebabkan turgor

pada kulit. Masa lemak berkurang 6,3%, BB Perdekade berkurang 2%, masa air

berkurang 2% Perdekade.

B. Batasan Menua

Menurut WHO ada 4 golongan lansia, yaitu middle age (usia pertengahan) usia 45

sampai 59 tahun, elderly (lanjut usia) usia 60 sampai 74 tahun, old (lanju usia tua) antara

usia 75 sampai 90 tahun, dan verry old (usia sangat tua) usia di atas 90 tahun (Azizah,

2011) yang terdapat dalam (Patel, 2019). Prof. Dr. Soemanto Setyonegoro, SpKJ

mengatakan bahwa lanjut usia dapat dibagi menjadi, lanjut usia muda (elderry adulthood)

usia 18 tahun sampai 25 tahun, usia dewasa penuh (medlle years) usia 25 sampai 65

tahun, lanjut usia (getriatric age) 65 sampai 70 tahun, (young old) usia 70 sampai 75
tahun, (old) usia 75 sampai 80 tahun, dan (very old) usia lebih dari 80 tahun (nugroho,

2008) yang terdapat dalam (Patel, 2019).

C. Tipe-tipe Lanjut Usia

Tipe kepribadian lanjut usia Menurut kuntjoro, 2002 (Azizah, 2008) yang terdapat dalam

(Patel, 2019) sebagai berikut :

a. Kepribadian Konstruktif (contruction personality)

Tipe ini memiliki kepribadian yang baik, menikmati hidupnya dan memiliki toleransi

yang tinggi. Tipe ini biasanya sangat tenang sampai masa tuanya, hal ini adalah yang

biasa ia lakukan dimasa mudanya. Lansia bisa menerima perubahan fisik, menerima

fakta masa tuanya, dan siap menghadapi kematiannya.

b. Kepribadian Mandiri (indefendent personality)

Tipe ini sangat mandiri dalam melakukan setiap kebutuhan dan aktivitasnya, sehinggi

jika masa menuanya tidak di isi dengan kegiatan maka tipe lansia ini akan

memberikan otonomi.

c. Kepribadian Ketergantungan (Dependent Personality)

Tipe ini sangat ketergantungan dengan keluarga, jika kehidupan keluarganya

harmonis maka lansia mendapatkan ketenangan, namun jika kehidupan keluarganya

tidak harmonis atau pasangan hidupnya meninggal maka lansia akan sedih yang

mendalam bahkan meninggal. Lansia sangat senang mengalami pensiun, tidak kreatif

dan tidak inisiatif tetapi masih tahu diri dan bisa titerima oleh masyarakat.

d. Kepribadian Bermusuhan (Hostile Personality)

Tipe ini selalu merasa tidak puas dengan hidupnya, memiliki banyak keinginan yang

belum terpenuhi, sehingga ekonominya menurun. Lansia selalu menganggap orang


lain sebagai penyebab kegagalannya, selalu mengeluh dan curiga. Selalu

menganggap masa tua tidak baik, sehingga lansia takut mati dan iri dengan yang lebih

muda.

e. Kepribadian Defensive

Tipe ini memiliki emosi yang tidak terkontrol, tidak menerima bantuan, memiliki

sifat yang sangat impulsif. Lansia takut dengan masa tua dan tidak menikmati pensin.

f. Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality)

Tipe ini terlihat sengsara akibat perliakunya sendiri, sulit menerima bantuan yang

cenderung mempersulit dirinya sendiri, sering menyalahkan diri, tidak ambis, selalu

pasrah, dan merasa dirinya menjadi korban keadaan.

D. Proses Menua (Aging Proces)

Proses menua merupakan berkurangnya fungsi daya tahan tubuh, berkurangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mempertahankan fungsi normalnya, sehingga

tidak bisa menahan infeksi dari dalam maupun luar tubuh yang di derita lansia. Proses

menua adalah proses mennurunnya fungsi tubuh melawan rangsangan dari luar maupun

dalam yang menyebabkan lansia muda terserang penyakit akibat kurangnya pertahanan

diri, maka tubuh lansia tidak sekuat masa mudanya lagi. Pada prosi tersebut lansia

mengalami akumulasi secara progesif pada fisiologi terhadap orga yang akan belalu

seiring bertambahnya waktu (Azizah, 2008) yang terdapat dalam (Patel, 2019).

Ada beberapa terori tentang proses menua yang secara umum yaitu terori penuaan

biologis dan teori penuaan psikososial.

a. Terori Biologis
Mariam, dkk (2008) mengatakan bahwa terori biologi mencakup teori genetik,

dan mutasi, imunologi slow teori, teori stres, teori rantai silang dan terori radikal

bebas yang terdapat dalam (Patel, 2019).

1. Teori genetik dan mutasi

Teori ini mengatakan bahwa, menua telah terprogram secara genetik pada species

tertentu. Preoses menua terjadi akibat perubahan pada biokimia yang terjadi pada

molekul-molekul DNA dan seluruh sel akan mengalami mutasi yang

menyebabkan penurunan fungsi sel atau kemampuan daya tahan tubuh.

2. Imunologi slow teori

Teori ini mengatakan bahwa, sistem imun sangat efekti bagi tubuh yang

berfungsi sebagai pertahan dan perbaikan pada sel. Sistem inum pada lansia akan

mengalami penurunan akibat dari penurunan fungsi tubuh tersebut sehingga virus

dan penyakit lainnya mudah masuk dan merusak tubuh.

3. Teori Stres

Teori ini mengatakan bahwa, proses menua terjadi akibat berkurangnya sel-sel

didalam tubuh. Jaringan yang beregenerasi tidak mampu mempertahankan

kestabilan tubuh bagian internal, kerja tubuh yang berlebihan dan stres yang

menyebabkan sel-sel tubuh tidak mampu beraktifitas kembali.

4. Teori Rantai Silang

Teori ini mengatakan bahwa, reaksi kimia pada sel-sel yang sudah tua akan

menyebabkan ikatan yang sangat kuat. Ikatan yang kuat pada sel pada tubuh

lansia menyebabkan ketidakelastisan pada sel khususnya pada jaringan kolagen.


Pada proses inilah memaksa kemampuan sel untuk beregenerasi namun

kemampuan sel tidak lagi sama seperti masa muda.

5. Teori Radikal Bebas

Teori ini mengatakan bahwa, radikal bebas dari lingkungan bebas dapat

menyerang sel yang beregenerasi. Radikal bebas yang ada didalam tubuh dapat

dipecah dan menjadi produk sampingan dalam rantai pernafasan mitokondria

(sumber energi pada sel). Semakin menua akan semakin banyak radikal bebas

yang masuk ke dalam tubuh hal inilah yang menyebabkan sel organel rusak dan

akhirnya mati.

b. Teori Psikologis

Menurut Azizah, (2008) yang terdapat dalam Patel,( 2019), teori Psikososial

terdiri dari tiga teori, yaitu :

1. Teori Kegiatan dan Aktivitas (Activity Teori)

Teori ini mengatakan bahwa, seseorang yang aktif beraktivitas pdimasa mudanya

dan selalu memelihara keaktifannya setelah menua akan terjaga dan terpelihara

juga ketangguhannya. Lanjut usia yang sukses dan sehat adalah lanjut usia yang

aktif masa mudanya dan banyak mengikuti kegiatan sosial. Lanjut usia akan

senang dan puas melakukan aktifitasnya sehingga ingin melakukannya lelbih

lama lagi.

2. Teori Kepribadian Berlanjut

Teori ini mengatakan bahwa, kepribadainn dan tingkah laku tidak berubah pada

lansia. Perubahan fisik pada lansia mempengaruhi perubahan personalitas yang


dimiliki lansia. Teori ini juga mengatakan bahwa pengalaman hidup seseorang

adalah gambaran kelak ketika seseorang menjadi lansia.

3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori mengatakan bahwa, seseorang yang bertambah usia secara perlahan akan

mengurangi interaksinya dengan dunia luar dan menarik diri dari lingkungan

sosial. Hal ini menyebabkan interaksi lansia menurn baik secara kualitas dan

kuantitas.

E. Faktor Penyebab Penuaan Kulit

Beberapa faktor yang menyebabkan proses penuaan pada kulit lansia yang berkaitan satu

sama lain, sebagai berikut :

a. Faktor Instriktik

1. Genetik. Terjadi pada seseorang yang memiliki kulit kering hal ini menyebabkan

seseorang tersebut rentan mengalami proses penuaan secara cepat.

2. Hormon. Terjadi pada wanita yang mengalami menopause, hal ini sebabkan oleh

hormon esterogen yang menurun yang menyebabkan kealastisan kulit berkurang

sehingga kulit mudah kering dan keriput.

3. Rasial. Terjadi pada pada seseorang yang memiliki perbedaan struktur melanin

yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar UV. Menurut beberapa

penelitian seseorang yang berkulit putih sangat mudah terbakar apabila terkena

sinar matahari, hal inilah yang menyebabkan seseorang yang berkulit putih sangat

mudah mengalami proses penuaan dibandingkan dengan orang yang berkulit

berwarna.

b. Faktor ekstriktik
1. Sinar matahari. Sinar matahari sangat berbahaya bagi kulit manusia, karena dapat

menyebabkan terbakarnya kulit disebabkan sinar UV berupa eritema, edema,

nyeri diikuti eksfoliasi, tanning hingga penuaan dini.

2. Perawatan kulit. Beberapa hal yang menyebabkan kulit rusak yaitu penggunaaan

sabun yang berlebihan, ketidakcocokan terhadap suatu produk dan pembersih

yang mengandung alkohol yang tinggi, kelembabab udara yang rendah, ruangan

ber AC dan lingkungan sekitar (angin, debu, dll).

3. Radikal bebas. Diantaranya adalah sinar UV, raadiasi sinar X, polusi (udara, asap

rokok), bahan kimia (pengawet makanan, penyedap atau pewarna. Senyawa

oksidasi reaktif (SOR) yang meyebabkan stres oksidasi sehingga proses penuaan

begitu cepat, yakni pada metabolisme kolagen.

c. Faktor lainnya

1. Nutrisi dan gizi yang kurang

2. Pola hidup yang tidak tepat (merokok, alkohoh, dan kopi yang berlebihan)

3. Stres dan waktu istirahat yang kurang yang meningkatan hormon adrenalin dan

kortisol sehingga dapat memicu penuaan

4. Bentuk otot wajah (ekspresi wajah) yang berulang ulang dilakukan seperti

cemberut, mengerutkan kening dan dahi hal inilah yang akan meimbulkan garis-

garis pada wajah.

5. Diabetes militus, arteroschlerosis, auto imun menyebabkan wajah (sistem

biologis) terganggu.

6. Penurunan berat badan yang drastis yang dapat menyebabkan lapisan lemak

dibawah kulit berkurang.


F. Perubahan Integumen Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Azizah, (2008) yang terdapat dalam Patel, (2019) mengatakan bahwa seiring

berjalannya waktu manusia akan mengalami proses menua secara degeneratif yang akan

menimbulkan perubahan-perubahan pada manusia. Sistem integumen pada manusia akan

brubah pada proses menua, terutama pada kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis,

kering dan berkerut. Kulit pada lansia akan kekurangn cairan sehingga tipis dan

berbercak. Biasanya perubahan pada kulit biasanya terjedi akibat lingkungan seperti

angin, matahari, terutama ultraviolet.

a. Stratum Koneum

Merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari timbunan korneosit.

Seperti kohei sel dan waktu regenerasi yang lama. Implikasi dari hal ini

adalah apabila terjadi luka waktu yang diperlukan untuk sembuh sangat lama.

Pelembab pada stratum koneumkoneum berkurang, implikasi dari hal ini

adalah penampilan kulit menjadi kasar dan kering.

b. Epidermis

1) Terjadi penurunan melanosit, implikasi dari hal ini perlindungan dari

sinar ultraviolet berkurang dan terjadi pigmentasi yang tidak merata.

2) Jumlah sel basal menjadi sedikit, implikasi dari hal ini lansia mudah

terkena infeksi.

3) Penurunan sel langerhans sehingga penurunan kompetensi imun.


4) Kerusakan struktur nukleus keratinosit, implikasi dari hal ini adalah

kecepatan Poriferasi sel menyebabkan abnormal seperti keratosis dan lesi

papilomatosa.

c. Dermis

1) Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.

Implikasiny adalah perubahan penglihatan dan terdapat kantung mata serta

keriput disekitar mata, turgor kulit hilang.

2) Volume dermal menyebabkan penipisan dermal dan jumlah sel berkurang.

Implikasinya adalah lansia rentan terhadap penurunan termogulasi,

penutupan dan penyembuhan luka menjadi lambatlambat, penurunan

respon inflamasi, penurunan absorbsi kukit terhadapt zat-zat topikal.

3) Vaskularisasi menurun sedikit pembuluh darah kecil. Implikasinya adalah

kulit tampak pucat dan kurang mampu melakukan termogulasi.

d. Subkutis

1) Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasinya adalah

terganggu perlindungan kulit.

2) Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasinya adalah

penampilan kulit kendur/?menggantung di atas tulang rangka.

G. Prognosis Pada Sistem Integumen

a. Keriput.

b. Garis ekspresi wajah

c. Kulit kering dan gatal

d. Berkurangnya folikel bulu & rambut


e. Pertumbuhan kuku melambat, implikasinya adalah pertumbuha kuku melambat,

kuku menjadi lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepat mengalami kerusakan.

f. Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus Meissner (sensasi sentuhan)

menurunmenurun. Implikasi dari hal ini adalah kulit mudah terbakar, mudah

mengalami nekrosisnekrosis karena rasa terhadap rangsangan berkurang.

g. Kelenjar minyak sedikit, implikasi dari hal ini adalah penurunan respon keringat.

Perubahan termogulasi, kulit kering.

h. Penurunan kelenjar apokrin. Implikasinya dari hal ini adalah bau badan lansia

berkurang.

i. Tumor dan kanker kulit. Terpapar sinar matahari (radiasi UV) adalah penyebab yang

paling umum teradinya tumor jinak, pra kanker, maupun kanker kulit. Hal ini banyak

dialami oleh orang Amerika Serikat yang mulai timbul pada berusia 40-50 (satu juta

setiap tahun). Untuk kulit asia, kemungkinan mengidap kanker kulit jauh lebih kecil.

j. Dark spot. Adalah bercak coklat (warna gelap pada wajah, tangan, dan lengan bawah)

yang muncul dibagian tubuh akibat sering terpapar sinar matahari

k. Bedsores.

WOC

LANSIA

Perubahan Fisik Manusia memliki banyak


system pada tubuhnya, salah
satu nya pada system
integument/kulit.
Kulit Kulit merupakan lapisan terluar
tubuh yang memiliki fungsi sebagai
pelindung terhadap segala bentuk
trauma dan juga berfungsi penting
sebagai estetika.

Factor internal Factor eksternal

Umur dan Hormonal yaitu tidak Penyakit sistemik, stress,


terproduksi hormone estrogen merokok, penggunaan
setelah menopause ( kolagen ), alcohol, nutrisi yang
penurunan produksi lipid, buruk.
produksi kelenjar minyak
menurun, keringat, jumlah
pembuluh darah berkurang.

Kulit mengendur, bercak


hitam/psoriasis, pada kulit,
kulit kering/bersisik, cherry
angioma, keratosis aktinik.

Patel. (2019). Konsep Sistem Integumen Pada Lansia. 9–25.

Pb, A., Skp, I. D. I., & Bianti, M. (2016). Kulit Kering pada Usia Lanjut. 43(10), 737–740.
Masalah kesehatan yang timbul pada lansia

A. Masalah Pada aspek psikologis


Masalah psikologis yang terjadi pada lansia yaitu,aspek fisik dan proses penuaan
memiiki keterkaitan yang erat. Masalah fisik dengan perubahan postur tubuh yang
dialami lansia.Perubahan yang terjadi pada lansia akan menjadi suatu stressor bagi
lansia,salah satu nya rasa takut kematian,merasa bosan dan tidak berguna. Pada lansia
menurun nya kemamuan merespon stress,pengalaman hilang berkali-kali dan perubahan
fisik normal pada penuaan menempatkan mereka pada resiko untuk terkena penyakit dan
perburukan fungsional. ( Nurwijayanti, Qomarullah, 2020).
.

B. Masalah Pada aspek sosial


Masalah sosial yang sering terjadi yaitu memasuki masa lanjut usia ditandai
dengan berkurangnya kontak sosial, dan biasa terjadi pada perubahanperan lansia
dimasyarakat akibat dari perubahan biologis yang dialami oleh lansia. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia umumnya memyebabkan lansia kehilangan peran
sosialnya sehingga lansia cenderung merasa terasingkan. (Bintang, 2020)

C. Masalah Pada aspek spiritual


Masalah yang dihadapi menyatakan bahwa interaksi sosial yang berbasis spiritual
yang mencapai kedamaian pikiran dapat menjadi pendekatan dalam kesehatan lansia hal
tersebut juga didukung dengan beragam penelitian yang menyatakan bahwa spiritualitas
berpengaruh pada kesehatan lansia. (Hajinejad et al., 2019).

Anda mungkin juga menyukai