Kelompok 6
Disusun Oleh :
Puji syukur kepada allah SWT atas karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat Menyelesaikan
Makalah yang baerjudul “SISTEM INTEGUMEN PADA LANSIA“ yang merupakan tugas kami pada
semester VII ini dalam mata kuliah keperawatan gerontik guna memenuhi kegiatan belajar mengajar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah memberikan
bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan serta masukan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan oleh kami sebagaimana mestinya.
Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saran
serta kritik yang membangun senantiasa kami terima sebagai acuan untuk tugas-tugas kami selanjutnya.
Hormat Kami,
Tim Penyusun.
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi .................................................................................................................... 4
B. Menentukan Data Kuantitatif ................................................................................ 4
C. Masalah kesehatan utama .................................................................................... 5
D. Pengertian Prognosis ............................................................................................ 6
E. WOC ......................................................................................................................... 9
F. Masalah Ditinjau ..................................................................................................... 11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia yaitu tahap lanjut dari kehidupan dimana terjadi penurunan kemampuan
tubuh untuk dapat beradaptasi dengan stress lingkungan, Lansia juga merupakan
keadaan dengan kegagalan mempertahankan kondisi strees fisiologis agar tetap
seimbang (Muhtith & Siyoto, 2016). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
lansia terbagi atas empat kelompok, yaitu usia pertengahan (middle age) yaitu 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) yang berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) yang berusia
74-90 tahun dan usia sangat tua (Very 0ld) jika usia lebiih dari 90 tahun (Ekasari, dkk,
2018). Sedangkan di Indonesia menurut UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, lanjut usia yaitu bila seseorang baik pria maupun wanita yang mencapai
usia 60 tahun keatas (Padila, 2013).
Pada lansia terjadi perubahan fisik, sosial, psikologis dan spiritual . Perubahan fisik
meliputi perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,
sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem
pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem
integumen, sistem muskuloskletal, belajar dan memori serta intelegentia quation (IQ)
(Artinawati, 2014). Semakin panjang umur lansia maka semakin tinggi pula risiko
terkena penyakit. Mudahnya lansia terkena penyakit disebabkan oleh berkurangnya
daya tahan tubuh dan efisiensi mekanisme homeostatis yang menurun (Fahlevi, 2019).
Pertambahan usia menyebabkan fungsi fisiologis lansia mengalami proses degeneratif
(penuaan) sehingga banyak lansia menderita penyakit tidak menular dan penyakit
menular seperti paru-paru (gangguan pernafasan), kardiovaskuler (penyakit jantung),
hipertensi, pencernaan (gastritis), rematik dan penyakit lain (Ekasari et al., 2018).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem
integumen pada lansia secara Fisiologis dalam proses degeneratif (penuaan).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sistem integument merupakan sistem terbesar yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
epidermis, dermis dan jaringan subkutan, rambut , kuku dan kelenjar keringat. Pada
sistem integument ini memiliki berbagai fungsi tubuh, yang di antara nya melindungi
tubuh dari bahaya luar seperti bakteri, melindungi organ-organ yang ada di dalam nya,
mencegah kehilangan cairan atau dehidrasi, melindungi tubuh dari sinar ultraviolet, dan
sebagai Thermal regulation dari temperature tubuh (miller,Callor,2019).
Adapun perubahan -perubahan fisiologis sistem integument pada lansia, di antara nya :
Lapisan subkuaneous dan kutaneous Area dari subkutis mengalami atropi, seperti
pada permukaan kaki bagian atas, tangan
dan muka. Pada Wanita dapat dilihat pada
bagian payudara.
Peningkatan proposri body fat, yang lebih
kelihatan pada Wanita usia, dan dapat
dilihat pada bagian paha, dan untuk laki-laki
pada bagian pinggang (miller,callor,2019).
Secara keseluruhan pada penurunan lapisan
subkutan terjadi pada lansia, yang
berakibatkan meningkatnya resiko
hipotermi, skin shearing dan blunt trauma
(meiner, 2021).
Kelenjar keringat dan sebaseous Penurunan jumlah dan fungsi
kelenjar eccrine dan aporcine yang
terdapat pada telapak tangan, soler,
dan aksila . yang berakibatkan
penurunan kemampuan kulit untuk
termogulasi, meningkatkan resiko
terjadinya head stroke, penurunan
jumlah keringat. Dan penurunan
produksi sebum yang dihasilkan
oleh kelenjar akibatnya penurunan
kemampuan kulit untuk mencegah
kehilangan air dan perlindungan
terhadap pertumbuhan bakteri dan
jamur (meiner, 2021).
Kuku Penurunan vaskularisasi, ukuran
lunula, mengakibatkan kuku pada
lansia menjadi tebal, rapuh, tumpul ,
berwarna kuning atau abu-abu,
buram dan timbulnya Longitudinally
striated
(miller,callor,2019).
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh yang membungkus otot-otot dan organ-organ
dalam tubuh manusia dan kulit juga merupakan organ terluas yang terdapat pada seluruh
permukaan tubuh. Oleh karena itu, kulit akan tersentuh oleh lingkungann eksternal dan
merupakan pertahanan terdepan bagi tubuh. Kulit yang paling terpengaruh oleh
perubahan-perubahan lingkungan. Perubahan pada kulit dapat terjadi karena perubahan
lingkungan, gangguan sistematik, dan gangguan dari kulit (integument ) itu sendiri
( brunner &suddarth, 2018).
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda : 400-600 untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-
150 untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kiri, memiliki rambut). Selain
sel-sel epitel epidermis yang tersusun atas lapisan :
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit ( sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior, hormone
perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone,MSH). Melanosit merupakan
sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warna nya. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dengan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar yang berbahaya.
b. Sel Langerhans , yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada
sel limfosit. Dengan demikian sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit
sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan
suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan
menyingkirkan sel kulit displastik dan neoplastic. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf simpatis yang adanya hubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infekso atau mencegahh kanker kulit.
c. Sel merkel. Yaitu yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
dengan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut :
1. Stratum korneum / lapisan tanduk, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang di penuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin tersusun tidak teratur sedangkan serabut
elastis dan retikulernya lebih sedikit sel saling melekat erat.
2. Stratim lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
hormogen, terang jernih, inti dan batas sel tidak terlihat. Stratum lucidium terdiri dari
protein eleidin. Sel pipih nya, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel sudah
banyak kehilangan inti dan butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Stratum spinosum tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini terbentuk polhedris dengan inti bulat/lonjong. Sehingga tampak seperti
duri yang disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di dalam nya terdapat
fibril sebagai inctercellular bridge. Filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahakan kohesivitas(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi.
1. Dermis
Lapisan yang mempunyai ketebalan 4 kali lipas dari lapisan epidermis ( 0.25-
2.55mm ketebalannya) tersusun dari jaringan penghubung dan penyokong lapisan
epidermis dan mengikatnya pada lapisan dalam hypodermis. Lapisan ini terbagi atas :
a. Lapisan papilari
Merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar
menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast dan sel
makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus
lapisan dermis. Dilapisan ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini
berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman
nutrisii kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah.
b. Lapisan reticular
Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dengan
susunan yang tidak merata, disebut lapisan reticular karena banyak terdapat serat elastin
dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama lain meyerupai jarring-
jaring. Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi kuat.
2. Subkutan
Jaringan subkutan atau hypodermis merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan
ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. Tidak seperti
epidermis dan dermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas.
3. Struktur pada kulit
Kulit merupakan struktur tambahan kulit. Derivat kulit berasal dari epidermis, terdiri dari
kelenjar sudorifea, kelompok sebasea, rambut dan folikel rambut serta kuku antara lain :
4. Rambut dan folikel rambut
Rambut terdiri dari batang yang terletak di atas permukaan kulit dan akar rambut yang
terletak di dalam kulit. Folikel rambut merupakan jaringan yang meliputi akar rambut.
Rambut terdiri dari medulla yang terdiri dari keratin lunak dan kortex serta ketikula yang
terdiri dari keratin keras.
a. Medula merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel yang mengalami keratinisasi.
Sel terpisah satu sama lain, dan antara sel kadang terdapat udara atau cairan. Kortex
merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel berbentuk runcing yang
mengalami keratinisiasi dan banyak mengandung pigmen.
b. Kutikula merupakan membrane tipis, terdiri dari sel pipih yang mengalami keratiniasasi ,
transparan, secara mikroskopis tersusun seperti genting. Tediri dari 1-3 lapis sel yang
Sebagian mengalami keratinisasi.
C. Warna kulit
Warna kulit sangat beragam, dari berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika di
rawat dengan baik dapat menampilkan karakter menarik. Warna kulit terutama ditentukan
oleh :
Kulit memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostatis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakn menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi,persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D .
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai berikut :
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi( gesekan), panas dan za kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku dan tersusun rapi dan erat seperti
batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehodrasi,
selain itu juga mencegah masuknya air dan lingkungan luar tubuh.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandug zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permmukaan kulit.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak menyerap air, tapi bisa menyerap matahari larut lipid seperti vitamin
A, D,E dan K ,obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selai itu beberapa materia; toksik dapat diserap seperti
aseton CC14 dan merkuri. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau
melalui muara saluran kelenjar terlebih banyak yang melalui sel epidermis.
2. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
3. Kelenjar persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih
banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
4. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif.
Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari
traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu
memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara
keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada
manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
F. Data Kuantitatif Dari Perubahan Sistem Integumen
Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan
taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH) atau angka harapan hidup (AHH). Namun
peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit
degeneratif. Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi
lansia dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Rinawati
& Wulandari, 2020).
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh
pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan PBB, pada tahun 2000-2005
UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%).
Angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi
77,6% tahun (persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula
dengan laporan badan pusat statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000
UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%).
Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58%) (Rinawati & Wulandari, 2020).
Dermatitis merupakan kelainan kulit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.
Dari segi praktis penanganannya, kelainan ini dapat dimasukkan dalam kelompok
kelainan yang responsif terhadap steroid. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
penyakit dermatitis adalah baik itu faktor eksogen maupun faktor endogen. Kejadian
dermatitis di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia dan negara industri lain
memiliki pravelensi dermatitis atopik 10-20% pada anak dan 1-3% terjadi pada orang
dewasa. Sedangkan di negara agraris, misalnya China, eropa timur, asia tengah
memiliki pravelensi dermatitis atopik lebih rendah. Berdasarkan data gambaran kasus
penyakit kulit dan subkutan lainnya merupakan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit
utama dengan 86% adalah dermatitis diantara 192.414 kasus penyakit kulit di beberapa
rumah sakit umum di Indonesia tahun 2011 (Rinawati & Wulandari, 2020).
Prevalensi penyakit dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% dan di tingkat jawa tengah
prevalensi penyakit dermatitis sebesar 7,95%. Sedangkan di kota surakarta berdasarkan
data 10 besar pola penyakit pada rawat jalan puskesmas kota surakarta tahun 2016
(Rubio, 2018).
Dermatitis kontak adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh zat-zat luar baik
bahan yang bersifat iritan atau elergen yang merupakan 9 dari 10 penyakit terbanyak di
Samarinda pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
karakteristik pasien dermatitis kontak di Samarinda. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif menggunakan 120 data rekam medik pasien dermatitis kontak
yang diambil dari 3 puskesmas di Samarinda pada periode Januari-Desember 2018.
Berdasarkan kelompok usia, usia terbanyak merupakan anak-anak berusia 6-11 tahun
(26,7%). Berdasarkan produktivitas, usia terbanyak merupakan usia produktif 15-64
tahun (55%). Mayoritas jenis kelamin perempuan (63,4%). Pekerjaan yang paling
ditemui adalah pelajar (42,5%). Pasien yang sering berobat dengan keluhan utama gatal
(89,16%). Hanya sedikit rekam medik yang disertai catatan riwayat kontak (3,3%).
Lokasi keluhan kulit yang paling sering ditemukan adalah pada seluruh tubuh (30,9%).
Tatalaksanaan yang paling sering (Jimah et al., 2020).
G. Prioritas Masalah
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada
tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 (dengan presentase populasi lansia adalah
7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan presentase
populasi lansia adalah 7,56%). Dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (Patel, 2019).
Dermatitis merupakan kelianan kulit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-
hari. Dari segi praktis penanganannya, kelainan ini dapat dimasukkan dalam kelompok
kelainan yang responsif terhadap steroid. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
penyakit dermatitis adalah baik itu faktor dari luar (ekstrogen) misalnya : bahan kimia
(contoh: air,suhu) mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur) maupun faktor dari dalam
endogen (contoh: dermatitis atopic). (Rubio, 2018).
Lanjut usia merupakan suatu proses terjadinya perubahan fisik maupun psikologis
pada individu dan merupakan proses dari tumbuh kembang. Manusia tidak menua secara
tiba-tiba, akantetapi ada banyak proses mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa
hingga menua dan itu adalah hal yang normal. Perubahan fisik dan perilaku pada lansia
merupakan hal yang normal dan alami bagi serorang yang telah menua yang telah di
tentukan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini disebabkan beberapa hal yang sangat
berpengaruh pada proses menua, yaitu terjadinya penurunan fungsi organ. Semua
manusia akanmengalamni proses menua dan masa tua atau lanjut usia adalah masa akhir
Pasal 1 Ayat 2. Menjelaskan bahwa umur 60 tahun adalah proses terjadinya lanjut usia.
Menua bukan suatu penyakit tetapi adalah hal yang alami bagi manusia, seseorang yang
penurunan fungsi tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
akan berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008) yang terdapat dalam (Patel, 2019).
Penuaan pada kulit dibagi menjadi dua, yaitu penuaan instriktik dan penuaan
secara normal. Sedangkan penuaan ekstriktik merupakan penuaan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor luar, seperti diet tadikal bebas, gaya hidup, paparan sinar UV, dan kebiasaan
lainnya. Secara struktural, kulit tersusun dari tiga lapisan, diantaranya epidermis, dermis
dan jaringan subkutan yang akan mengalami perubahan akibat bertambahnya usia. Selain
itu, kuku, rambut, dan kelenjar keringat sebagai aksesoris kulit juga mengalami
perubahan. Secara fungsional kulit juga akan mengalami perubahan akibat degenerasi
Pada lansia epidermis akan tipis dan rata terutama paling jelas terdapat tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan dorsalis tangan dan kaki. Tipisnya
epidermis ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliperasi tubuh abnormal
akibat terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pignentasi pada area tubuh akibat
terpapar sinar matahari, biasanya terjadi dorsal ditangan dan lengan bawah.
Kolagen yang berkurang menyebabkan kulit pada lansia tidak elastis sehingga
kulit lansia menjadi keriput. Tekstur kulit menjadi keringkering karena kelenjar eksokrin
lebih sedikit disertai berkurangnya cairan tubuh total yang dapat menyebabkan turgor
pada kulit. Masa lemak berkurang 6,3%, BB Perdekade berkurang 2%, masa air
berkurang 2% Perdekade.
B. Batasan Menua
Menurut WHO ada 4 golongan lansia, yaitu middle age (usia pertengahan) usia 45
sampai 59 tahun, elderly (lanjut usia) usia 60 sampai 74 tahun, old (lanju usia tua) antara
usia 75 sampai 90 tahun, dan verry old (usia sangat tua) usia di atas 90 tahun (Azizah,
2011) yang terdapat dalam (Patel, 2019). Prof. Dr. Soemanto Setyonegoro, SpKJ
mengatakan bahwa lanjut usia dapat dibagi menjadi, lanjut usia muda (elderry adulthood)
usia 18 tahun sampai 25 tahun, usia dewasa penuh (medlle years) usia 25 sampai 65
tahun, lanjut usia (getriatric age) 65 sampai 70 tahun, (young old) usia 70 sampai 75
tahun, (old) usia 75 sampai 80 tahun, dan (very old) usia lebih dari 80 tahun (nugroho,
Tipe kepribadian lanjut usia Menurut kuntjoro, 2002 (Azizah, 2008) yang terdapat dalam
Tipe ini memiliki kepribadian yang baik, menikmati hidupnya dan memiliki toleransi
yang tinggi. Tipe ini biasanya sangat tenang sampai masa tuanya, hal ini adalah yang
biasa ia lakukan dimasa mudanya. Lansia bisa menerima perubahan fisik, menerima
Tipe ini sangat mandiri dalam melakukan setiap kebutuhan dan aktivitasnya, sehinggi
jika masa menuanya tidak di isi dengan kegiatan maka tipe lansia ini akan
memberikan otonomi.
tidak harmonis atau pasangan hidupnya meninggal maka lansia akan sedih yang
mendalam bahkan meninggal. Lansia sangat senang mengalami pensiun, tidak kreatif
dan tidak inisiatif tetapi masih tahu diri dan bisa titerima oleh masyarakat.
Tipe ini selalu merasa tidak puas dengan hidupnya, memiliki banyak keinginan yang
menganggap masa tua tidak baik, sehingga lansia takut mati dan iri dengan yang lebih
muda.
e. Kepribadian Defensive
Tipe ini memiliki emosi yang tidak terkontrol, tidak menerima bantuan, memiliki
sifat yang sangat impulsif. Lansia takut dengan masa tua dan tidak menikmati pensin.
Tipe ini terlihat sengsara akibat perliakunya sendiri, sulit menerima bantuan yang
cenderung mempersulit dirinya sendiri, sering menyalahkan diri, tidak ambis, selalu
tidak bisa menahan infeksi dari dalam maupun luar tubuh yang di derita lansia. Proses
menua adalah proses mennurunnya fungsi tubuh melawan rangsangan dari luar maupun
dalam yang menyebabkan lansia muda terserang penyakit akibat kurangnya pertahanan
diri, maka tubuh lansia tidak sekuat masa mudanya lagi. Pada prosi tersebut lansia
mengalami akumulasi secara progesif pada fisiologi terhadap orga yang akan belalu
seiring bertambahnya waktu (Azizah, 2008) yang terdapat dalam (Patel, 2019).
Ada beberapa terori tentang proses menua yang secara umum yaitu terori penuaan
a. Terori Biologis
Mariam, dkk (2008) mengatakan bahwa terori biologi mencakup teori genetik,
dan mutasi, imunologi slow teori, teori stres, teori rantai silang dan terori radikal
Teori ini mengatakan bahwa, menua telah terprogram secara genetik pada species
tertentu. Preoses menua terjadi akibat perubahan pada biokimia yang terjadi pada
Teori ini mengatakan bahwa, sistem imun sangat efekti bagi tubuh yang
berfungsi sebagai pertahan dan perbaikan pada sel. Sistem inum pada lansia akan
mengalami penurunan akibat dari penurunan fungsi tubuh tersebut sehingga virus
3. Teori Stres
Teori ini mengatakan bahwa, proses menua terjadi akibat berkurangnya sel-sel
kestabilan tubuh bagian internal, kerja tubuh yang berlebihan dan stres yang
Teori ini mengatakan bahwa, reaksi kimia pada sel-sel yang sudah tua akan
menyebabkan ikatan yang sangat kuat. Ikatan yang kuat pada sel pada tubuh
Teori ini mengatakan bahwa, radikal bebas dari lingkungan bebas dapat
menyerang sel yang beregenerasi. Radikal bebas yang ada didalam tubuh dapat
(sumber energi pada sel). Semakin menua akan semakin banyak radikal bebas
yang masuk ke dalam tubuh hal inilah yang menyebabkan sel organel rusak dan
akhirnya mati.
b. Teori Psikologis
Menurut Azizah, (2008) yang terdapat dalam Patel,( 2019), teori Psikososial
Teori ini mengatakan bahwa, seseorang yang aktif beraktivitas pdimasa mudanya
dan selalu memelihara keaktifannya setelah menua akan terjaga dan terpelihara
juga ketangguhannya. Lanjut usia yang sukses dan sehat adalah lanjut usia yang
aktif masa mudanya dan banyak mengikuti kegiatan sosial. Lanjut usia akan
lama lagi.
Teori ini mengatakan bahwa, kepribadainn dan tingkah laku tidak berubah pada
Teori mengatakan bahwa, seseorang yang bertambah usia secara perlahan akan
mengurangi interaksinya dengan dunia luar dan menarik diri dari lingkungan
sosial. Hal ini menyebabkan interaksi lansia menurn baik secara kualitas dan
kuantitas.
Beberapa faktor yang menyebabkan proses penuaan pada kulit lansia yang berkaitan satu
a. Faktor Instriktik
1. Genetik. Terjadi pada seseorang yang memiliki kulit kering hal ini menyebabkan
2. Hormon. Terjadi pada wanita yang mengalami menopause, hal ini sebabkan oleh
3. Rasial. Terjadi pada pada seseorang yang memiliki perbedaan struktur melanin
yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar UV. Menurut beberapa
penelitian seseorang yang berkulit putih sangat mudah terbakar apabila terkena
sinar matahari, hal inilah yang menyebabkan seseorang yang berkulit putih sangat
berwarna.
b. Faktor ekstriktik
1. Sinar matahari. Sinar matahari sangat berbahaya bagi kulit manusia, karena dapat
2. Perawatan kulit. Beberapa hal yang menyebabkan kulit rusak yaitu penggunaaan
yang mengandung alkohol yang tinggi, kelembabab udara yang rendah, ruangan
3. Radikal bebas. Diantaranya adalah sinar UV, raadiasi sinar X, polusi (udara, asap
oksidasi reaktif (SOR) yang meyebabkan stres oksidasi sehingga proses penuaan
c. Faktor lainnya
2. Pola hidup yang tidak tepat (merokok, alkohoh, dan kopi yang berlebihan)
3. Stres dan waktu istirahat yang kurang yang meningkatan hormon adrenalin dan
4. Bentuk otot wajah (ekspresi wajah) yang berulang ulang dilakukan seperti
cemberut, mengerutkan kening dan dahi hal inilah yang akan meimbulkan garis-
biologis) terganggu.
6. Penurunan berat badan yang drastis yang dapat menyebabkan lapisan lemak
Menurut Azizah, (2008) yang terdapat dalam Patel, (2019) mengatakan bahwa seiring
berjalannya waktu manusia akan mengalami proses menua secara degeneratif yang akan
brubah pada proses menua, terutama pada kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis,
kering dan berkerut. Kulit pada lansia akan kekurangn cairan sehingga tipis dan
berbercak. Biasanya perubahan pada kulit biasanya terjedi akibat lingkungan seperti
a. Stratum Koneum
Merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari timbunan korneosit.
Seperti kohei sel dan waktu regenerasi yang lama. Implikasi dari hal ini
adalah apabila terjadi luka waktu yang diperlukan untuk sembuh sangat lama.
b. Epidermis
2) Jumlah sel basal menjadi sedikit, implikasi dari hal ini lansia mudah
terkena infeksi.
papilomatosa.
c. Dermis
d. Subkutis
a. Keriput.
kuku menjadi lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepat mengalami kerusakan.
menurunmenurun. Implikasi dari hal ini adalah kulit mudah terbakar, mudah
g. Kelenjar minyak sedikit, implikasi dari hal ini adalah penurunan respon keringat.
h. Penurunan kelenjar apokrin. Implikasinya dari hal ini adalah bau badan lansia
berkurang.
i. Tumor dan kanker kulit. Terpapar sinar matahari (radiasi UV) adalah penyebab yang
paling umum teradinya tumor jinak, pra kanker, maupun kanker kulit. Hal ini banyak
dialami oleh orang Amerika Serikat yang mulai timbul pada berusia 40-50 (satu juta
setiap tahun). Untuk kulit asia, kemungkinan mengidap kanker kulit jauh lebih kecil.
j. Dark spot. Adalah bercak coklat (warna gelap pada wajah, tangan, dan lengan bawah)
k. Bedsores.
WOC
LANSIA
Pb, A., Skp, I. D. I., & Bianti, M. (2016). Kulit Kering pada Usia Lanjut. 43(10), 737–740.
Masalah kesehatan yang timbul pada lansia