Anda di halaman 1dari 10

ISSN 1829-9407 (Print)

ISSN 2581-0898 (Online)

Volume xx, No. x, Januari/Juli xxxx


Page: xxx-xxx https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/xx

PENERAPAN INOVASI LAYANAN TERINTEGRASI FARMASI TERHADAP PASIEN TBC

Asep Awaludin1 , Sulaeman Hamzani2, Munawar Raharja3, Zulfikar Ali As4, Eri Juanita5
1
UPTD Puskesmas Dtp Ciwandan PUSKESMAS Ciwandan, 2 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
E-mail: 7782210026@untirta.ac.id

Abstract: APPLICATION OF INTEGRATED PHARMACEUTICAL SERVICE INNOVATION TO


TBC PATIENTS. Pharmaceutical services are activities that aim to identify, prevent, and
resolve related problems. The demands of patients and the community for improving the
quality of Pharmaceutical Services, it is necessary to expand from the old product-oriented
paradigm (drug oriented) to a new patient-oriented paradigm (patient oriented) with the
philosophy of Pharmaceutical Care (pharmaceutical care) in accordance with Minister of
Health Regulation Number 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards at the
Health Center. The purpose of this research is to implement integrated service innovations for
TB patients. Explorative descriptive qualitative research method. The research site is at
PUSKESMAS Ciwandan. the research subjects were tuberculosis patients at PUSKESMAS
Ciwandan. The results of the study show that integrated service innovations are able to
increase the cure rate for TB patients and provide better quality services for TB patients

Keywords: Application Of Integrated Pharmaceutical; Service Innovation; TBC Patients

Abstrak: PENERAPAN INOVASI LAYANAN TERINTEGRASI FARMASI TERHADAP PASIEN


TBC. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care) sesuai dengan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi penerapan inovasi pelayanan terintegrasi farmasi terhadap pasien TBC.
Metode penelitian kualitatif deskriftif eksploratif. Tempat penelitian di PUSKESMAS
Ciwandan. subyek penelitian pasien TBC di PUSKESMAS Ciwandan. Hasil penelitian
menunjukkan inovasi pelayananan terintegrasi farmasi mampu meningkatkan tingkat
kesembuhan pasien TBC dan pelayanan terhadap pasien TBC makin bermutu.

Kata Kunci: Penerapan Inovasi Layanan; Terintegrasi Farmasi; Pasien TBC.

.
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx

PENDAHULUAN
Farmasi merupakan salah satu dari layanan penunjang medik terapeutik yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh. Instalasi farmasi
merupakan salah satu revenue center utama (1). Pelayanan kefarmasian merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah
terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) sesuai
dengan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Banyaknya kunjungan kasus Tuberkulosis yang terjadi
di Puskesmas Ciwandan menjadikan Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan serta pemanfaatan teknologi untuk dapat melaksanakan inovasi dan interaksi
langsung dengan pasien sebagai bentuk meningkatkan mutu pelayanan. Bentuk inovasi
tersebut antara lain adalah melaksanakan perubahan pelayanan farmasi khususnya pasien
TBC ruang tunggu farmasi dalam memberikan pelayanan yang maksimal serta melindungi
hak pasien dari bahaya penularan infeksi nosocomial yang biasa terjadi di semua pusat
layanan Kesehatan.
Hal ini selaras dengan tujuan Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun salah satu program pokok pembangunan kesehatan tersebut menurut
Undang-Undang Nomor 36 Pasal 152 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah Pemberantasan
Penyakit Menular dan Imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian dari penyakit menular serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
penyakit menular. Pengelolaan Instalasi Farmasi yang baik juga disadari betul oleh pihak
manajemen yang memiliki visi “Menjadi Pusat Pelayanan Prima dan Mampu Memberikan
Pelayanan yang Paripurna”(2). Puskesmas Ciwandan merupakan salah satu unit pelayanan
kesehatan di wilayah Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Kondisi
penderita TBC di tergolong masih tinggi dengan jumlah kunjungan pasien yang datang
berobat di poli TBC di Puskesmas Ciwandan mencapai 300-400 orang setiap bulannya serta
kesulitan transportasi menuju akses layanan kesehatan Puskesmas.

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Penderita TBC di Puskesmas Ciwandan

Puskesmas Ciwandan 2018 2019 2020 2021

Poli TBC 1.850 1.936 2.140 2.415

Pada tahun 2018, Puskesmas Ciwandan sudah menangani penderita TBC dengan total
kunjungan sebanyak 1.850 kunjungan. Jumlah ini meningkat menjadi 1.936 kunjungan di
tahun 2019. Pada tahun 2020 dimasa Pandemi Covid jumlahnya pun terus mengalami
peningkatan menjadi 2.140 kunjungan, pada tahun 2021 kunjungan pasien TB sebanyak
2.415 yang mengindikasikan adanya peningkatan pada penderita TBC di wilayah kecamatan
Ciwandan serta adanya peningkatan tingkat kepuasan dan kepercayaan pasien TBC ketika
berobat ke Puskesmas Ciwandan sehingga melakukan kunjungan ulang dari pasien yang
berasal dari wilayah kecamatan Ciwandan maupun dari luar daerah. Berdasarkan data
ISSN 1829-9407 (Print)
ISSN 2581-0898 (Online)

Volume xx, No. x, Januari/Juli xxxx


Page: xxx-xxx https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/xx

penemuan kasus TBC di Puskesmas Ciwandan masih cukup tinggi karena dibarengi oleh
penemuan suspek mencapai 457 orang (Data Program TBC Puskesmas Ciwandan, 2020).

Tabel 2. Penderita TBC di Puskesmas Ciwandan Th 2017-2020

120
80
40
0
tu ra ar
i
gi
h ri h ar ta
l
a a gs ka pu Lu To
lR eg Su da Ke
g a rN ban ng an
Te nj
a Ku unu R
Ba G

2016 2017 2018 2019


Dengan tingginya angka kunjungan penderita TBC di Puskesmas berdasarkan data
statistik tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya penularan penyakit infeksi
nosokomial kepada pasien lainnya terutama pasien bayi balita dan anak yang tidak lain
sebagai generasi sehat penerus bangsa, ibu hamil serta pasien umum lainya yang tentunya
dalam keadaan sakit dengan imunitas yang rendah yang rentan sekali terjadinya penularan
penyakit TBC karena pasien masih menjadi satu salah satunya di ruang ruang tunggu obat
dan apabila dibiarkan terjadi dapat menimbulkan penularan infeksi nosocomial TBC dalam
skala besar hal ini menjadi perhatian untuk dapat memisahkan antara pasien umum dengan
pasien khusus TBC dalam meningkatkan mutu layanan, menjamin hak pasien dan tingkat
kepuasan pengunjung dangan memperhatikan keselamatan pasien menjadi prioritas utama.
Selain itu juga sulitnya mengakses data riwayat pengobatan pasien TBC jika tempat
pelayanan TBC dan Farmasi masih terpisah sehingga menyebabkan angka gagal pengobatan
semakin tinggi pada pasien TBC karena kurang efektifnya dalam pemberian obat kepada
pasien.
Oleh karena itu, layanan kefarmasian Puskesmas Ciwandan membuat suatu inovasi
BERAS TERASI (Berantas TBC dengan Pelayanan Terintegrasi Farmasi) bersinergi dengan
beberapa program lainya terutama program TBC dalam menerapkan metode sistem
pelayanan kefarmasian TBC terintegrasi satu atap pada bulan Juli tahun 2019. Pelayanan
kefarmasian terintegrasi ini berbeda dengan pelayanan yang biasa dilakukan oleh layanan
kesehatan lainya karena pelayanan kefarmasian terintegrasi dilakukan dalam satu atap
yang artinya pasien dating untuk berobat serta mengambil obat dilakukan dalam satu
tempat yaitu Poli TBC dengan menerapkan metode layanan 4 meja yang dilakukan Apoteker
farmasi selain itu juga melibatkan kader paguyuban TBC sebagai pemberdayaan masyarakat
aktif yang sudah tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Puskesmas DTP Ciwandan sebagai
inovasi untuk meningkatkan kualitas mutu layanan serta meminimalisasi gagalnya
pengobatan TBC di Puskesmas Ciwandan sebagai terobosan dalam penatalaksanaan
program TBC menuju Indonesia bebas TBC tahun 2035 karena Pelayanan kefarmasian di
Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya
kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Selain itu juga dengan pelayanan terintegrasi Apoteker dapat mengotrol status
pengobatan pasien TB dengan cepat. Rumusan tujuan penelitian adalah Memberikan
pelayanan yang bermutu dan terintegrasi kepada pasien yang berkunjung terutama
dilayanan kefarmasian Puskesmas Ciwandan dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan
kepada masyarakat dan menjamin hak pasien.
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan pendekatan deskriptif
eksploratif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,
2017). Teknik pengumpulan data kualitatif meliputi wawancara mendalam, observasi
partisipasi, dan bahan documenter. Analisis data menggunakan teknik Triangulasi data
untuk memberikan keabsahan/validitas yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian
dilakukan di PUSKESMAS Ciwandan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Konsep Pelayanan Terintegrasi
Kegiatan evaluasi program penanggulangan penyakit TB yang dilaksanakan di
Puskesmas Ciwandan dimulai pada saat penderita mendaftarkan diri di tempat penerimaan
pendaftaran, kemudian dilakukannya pemeriksaan sampai pengambilan obat dilakukan
olah Apoteker dalam satu tempat pelayanan di poli TB secara terintegrasi sampai penderita
pulang sehingga terdapat pemisahan antara pasien TB dengan pasien lainya yang berobat di
Puskesmas Ciwandan terutama di ruang tunggu farmasi sehingga penularan nosocomial
penyakit Infeksi paru dapat diminimalisir sebagai bentuk inovasi dalam layanan di fasilitas
kesehatan. Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada Standar Operasional Prosedur (SOP)
sistem terintegrasi di Puskesmas Ciwandan, dapat diketahui alur kegiatan pelayanan sistem
terintegrasi penderita TBC pada gambar berikut:

Gambar 1. Alur kegiatan pelayanan Puskesmas Ciwandan


ISSN 1829-9407 (Print)
ISSN 2581-0898 (Online)

Volume xx, No. x, Januari/Juli xxxx


Page: xxx-xxx https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/xx

Berdasarkan gambar diketahui ada dua jenis layanan yang dilakukan oleh Puskesmas
Ciwandan. Fungsi pelayanan khususnya pengobatan penderita TBC dilakukan berbeda
dengan kunjungan pasien umum lainya. Hal ini dilakukan melalui konsep pelayanan
terintegrasi Puskesmas Ciwandan dengan melibatkan Dokter Koordinator, Program TBC,
seperti HIV, Program PTM (Penyakit Tidak menular), Laboratorium dan Apteker serta
melibatkan pemberdayaan masyarakat yaitu Paguyuban TBC yang sudah menerapkan
pemeriksaan 4 (empat) meja, yaitu:
Meja 1 : KADER PAGUYUBAN
Pasien TBC dating untuk pendaftaran dan akan menerima status medical record pasien di
lakukan di poli TBC yang terpisah dari pelayanan pasien umum lainnya kemudian dilakukan
pemeriksaan Tekanan Darah, Berat Badan, Nadi/ Pulse yang dilakukan oleh kader
Paguyuban TBC yang kemudian di tulis dalam buku status kunjungan pasien.
Meja 2 : DOKTER Dan PEMEGANG PROGRAM TBC
Setelah terdaftar maka pasien akan mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan TBC sesuai
dengan data objektif dan data subjektif yang dilakukan oleh Dokter pemeriksa didampingi
oleh Pemegang Program TBC, kemudian pasien akan menerima resep serta obat TBC selama
6 bulan.
Meja 3 : PETUGAS LABORATORIUM
Pasien baru maupun pasien lama yang mendapat rujukan dari dokter pemeriksa untuk
dilakukan pemeriksaan Laboratorium (BTA, screening HIV, GDS) maka dapat dilakukan
langsung dilakukan oleh laboratorium dan Pemegang Program di poli TBC Puskesmas.

Meja 4 : PETUGAS FARMASI


Pasien TB mendapatkan pengobatan yang diserahkan oleh Apoteker setelah menerima
resep dari dokter pemeriksa di satu tempat secara terintegrasi sehingga pasien khusus TB
tidak bercampur dengan pasien lainya dan pasien akan mendapatkan penjelasan tentang
tata cara komsumsi obat yang benar. Pelayanan farmasi klinik sebagaimana meliputi:
a. Pengkajian Resep;
b. Dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. Konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Pelayanan Pemberian obat dibantu juga oleh kader paguyuban yang sebelumnya mendapat
pengetahuan dan pendidikan dasar serta komunikasi teraupetik agar penyampaian
informasi obat kepada pasien lebih mudah dimengerti dan pasien mau penjalani
pengobatan TB sampai sembuh selain itu juga petugas farmasi lebih mudah untuk
mengenali pasien yang tidak dating untuk mengambil obat sehingga Apoteker dapat
memastikan untuk semua pasien mendapatkan pengobatan TB dengan demikian angka
kegagalan pengobatan pasien TB dapat diminimalisir.

Hasil Kegiatan Inovasi Pelayanan Terintegrasi Farmasi


Pada prinsipnya semua rangkaian kegiatan pelayanan terintegrasi farmasi harus
mempunyai dampak baik kualitatif maupun kuantitatif dalam peningkatan mutu pelayanan
kepada pasien antara lain tingkat kepuasan pasien meningkat dalam pengobatan TB karena
lebih efektif dan efisien. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa seluruh kegiatan
tersebut telah dilakukan secara berurutan baik dari aspek pendaftaran, proses pemeriksaan,
pemeriksaan laboratorium dan pengambilan obat dalam tatanan pelayanan terintegrasi satu
atap di ruang TBC Puskesmas Ciwandan. Hal ini membuat kegiatan pelayanan pengobatan
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx

terhadap penderita TBC menjadi sangat mudah karena sistem pelayanan terintegrasi yang
berjalan sudah dilakukan menerapkan sebuah metode atau inovasi dalam pelayanan pasien
TBC. Untuk menganalisa keberhasilan sistem pelayanan terintegrasi farmasi satu atap di
Poli TBC Puskesmas Ciwandan maka perlu dilakukan pada indikator pelayanan TBC yang
dapat dilihat dari enam indikator sebagai berikut: 1). Peningkatan angka kepuasan pasien
diruang tunggu farmasi. 2). Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/ SR). 3). Pasien
TB mengetahui status Pengobatan TBC. 4). Dampak Pelayanan Terintegrasi Farmasi dilihat
dari dimensi mutu. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui tiga indikator tersebut, Oleh karena
itu, evaluasi program system pelayanan terintegrasi farmasi di Poli TBC Puskesmas
Ciwandan hanya akan dilihat dari empat indikator yang hasilnya disajikan sebagai berikut:

Tabel. 3 Angka Peningkatan kepuasan pasien data Kualitatif Puskesmas Ciwandan


Tahun 2020
Indikator Bulan
Jan Juni Des
Pelayanan Farmasi Terintegrasi 90 90 90
Pelayanan Farmasi Non Terintegrasi - - -
Hasil INDIKATOR
MENINGKAT
Keterangan Tercapai Tercapai Tercapai
Sumber: data penelitian, 2020.

Berdasarkan data pada Tabel 3. dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan terhadap
Angka Kepuasan pasien di ruang tunggu Farmasi dengan sistem terintegrasi sebesar 100 %,
artinya dari 90 orang responden memilih pelayanan Farmasi terintegrasi satu atap sehingga
pasien TBC tidak bercampur dengan pasien umum lainya dan waktu pelayanan lebih efisien.
Teknik pengambilan sampel dengan wawancara terhadap 90 orang pasien TBC yang berada
di ruang tunggu farmasi.

Tabel 4. Angka Keberhasilan Pengobatan Data Kuantitatif


Puskesmas Ciwandan Tahun 2018 s/d 2020
Indikator Tahun
2018 2019 2020
Jumlah pasien yang diobati 99 93 92
Jumlah pasien TB yang sembuh + 95 89 91
pengobatan lengkap
Hasil 95,9% 95,6% 97,8%
Target minimal 90%
Keterangan Tercapai Tercapai Tercapai
Sumber: data penelitian, 2020.

Tabel 5. Pasien TB yang mengetahui Status pengobatan TB


Puskesmas Ciwandan Tahun 2018 s/d 2020
Indikator Tahun
2018 2019 2020
Jumlah pasien TB 99 93 92
ISSN 1829-9407 (Print)
ISSN 2581-0898 (Online)

Volume xx, No. x, Januari/Juli xxxx


Page: xxx-xxx https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/xx

Jumlah pasien TB yang Rutin 95 90 92


menjalani pengobatan TB
Hasil 96 % 97 % 100%
Target minimal 90 %
Keterangan Tercapai Tercapai Tercapai
Sumber: data penelitian, 2020.

Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang sembuh dan
pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan. Angka ini
merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan
lengkap semua kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Banten menetapkan standar keberhasilan
pengobatan kasus TBC minimal sebesar 90%. Berdasarkan data table diketahui
keberhasilan pengobatan atau Success Rate (SR) pasien TBC di Puskesmas Ciwandan telah
memenuhi standar keberhasilan dengan nilai 95,9% (tahun 2018); 95,6 (tahun 2019) dan
97,8% (tahun 2020). Kenaikan angka keberhasilan pengobatan yang cukup signifikan pada
tahun 2020 mengindikasi adanya keberhasilan penerapan program system pelayanan
terintegrasi farmasi di Poli TBC Puskesmas Ciwandan. Kepuasan pasien dalam menilai mutu
atau pelayanan yang baik, dan merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu
pelayanan. Hal ini tentu akan memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi
pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri
untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang di kehendaki (3).
Berdasarkan data pada tabel 5. diketahui jumlah pasien TB yang mengetahui status
pengobatan serta patuh untuk menjalani sampai sembuh patuh mengalami peningkatan
cukup signifikan sejak diberlakukannya system pelayanan terintegrasi farmasi di Poli TBC
Puskesmas Ciwandan. Pada tahun 2018 terlihat jumlah pasien yang melakukan pengobatan
ada sebanyak 95 orang dari total pasien TB yang diobati 99 orang sehingga persentase
pengecekan mencapai 96 %. Tahun 2020, terlihat seluruh pasien TB yang diobati oleh
puskesmas Ciwandan mengetahui dan berkomitmen menjalani pengobatan sehingga
mencapai persentase 100%. Sistem pelayanan terintegrasi farmasi di poli TBC Puskesmas
Ciwandan dilakukan sebagai inovasi program TBC untuk mendukung peningkatan mutu
program juga penanggulangan penyakit TBC juga untuk meningkatkan kualitas mutu
layanan yang saat ini berjalan di Puskesmas Ciwandan. Pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan artinya pembangunan nasional harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat (4). Ringkasan Dampak yang ditemui pada sistem pelayanan
terintegrasi di poli TBC di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Dampak Pada Sistem Pelayanan Terintegrasi Farmasi


Dilihat Dari Dimensi Mutu Layanan
No. DIMENSI MUTU KEUNGGULAN

1 EFISIEN  Data medical record pengobatan status pasien dapat


dengan mudah didapatkan karena khusus pasien TB
saja
 Waktu pelayanan dan pengambilan obat TB sangat
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx

cepat karena terkonsentrasi di satu tempat


 Mengoptimalkan SDM yang ada dan melibatkan
paguyuban kader TB sebagai pembedayaan
masyarakat.
2 AMAN  Penularan Infeksi nosocomial TB kepada pasien
lainya dapat diminimalisir terutama di ruang tunggu
farmasi
 Data medical record pengobatan pasien tidak akan
tertukar dengan pasien lainya
 Meminimalisasi terjadinya kesalahan medis atau
tertukarnya status dengan poli pelayanan lainya
 Terjaga dari penularan pasien covid 19 lainya
3 EFEKTIF  Pasien datang mendaftar dan mendapat pelayanan
langsung di Poli TB mengurangi waktu tunggu yang
lama dan keterlambatan penyedia layanan
 Sambil pelayanan pasien mendapatkan penyuluhan
kesehatan
 Tidak menggunakan anggaran dana yang
dialokasikan
 Menciptakan tata kelola penganganan TB yang lebih
efektig dan produktif
 Pencatatan dan pelaporan bisa langsung dilakukan
4 KEAKURATAN  Proses pengolahan data untuk evaluasi program TB
dan pelaporan lebih akurat.
 Pasien lebih mendapatkan informasi tentang riwayat
pengobatan TB terbaru dan lebih akurat
 Pasien lebih mengerti tentang pengobatan yang
diterima dan menjadi AGENT OF CHANGE dikeluarga
dan masyarakat tentang penaggulangan penyakit TB
5 BERORIENTASI PADA  Menyediakan layanan yang terkordinasi dan
PASIEN terintegrasi untuk meningkatkan mutu dan tingkat
kepuasan pasien.
 Menyediakan fasilitas kesehatan yang optimal
dengan memberikan waktu lebih kepada pasien
untuk berkonsultasi sekitar penyakitnya.
 Pasien tidak berpindah pindah dalam mendapatkan
pelayanan.
 Pelayanan kepada pasien yang tidak bisa datang ke
puskesmas dengan kunjungan rumah bersama kader
paguyuban TB
 Tingkat kepatuhan pasien minum obat akan
meningkat
6 ADIL  Menyediakan pelayanan yang lebih preferensi (sama
ISSN 1829-9407 (Print)
ISSN 2581-0898 (Online)

Volume xx, No. x, Januari/Juli xxxx


Page: xxx-xxx https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/xx

rata dan sama rasa sesama pasien TB) sesuai dengan


kebutuhan dan nilai individu.
 Menyediakan layanan yang seragam hanya untuk
pasien TB tanpa membeda bedakan status
penyakitnya
 Baik pasien yang datang untuk berobat maupun
yang tidak datang akan mendapatkan pengobatan
yang maksimal
7 TEPAT WAKTU  Pelayanan lebih tepat waktu
 Hasil pengobatan dan pemeriksaan lab lebih cepat
 Laporan dan pencatatan lebih terkontrol

KESIMPULAN DAN SARAN


Peran pertugas farmasi dalam pelayanan terintegtasi sangat penting terutama dalam
menyediakan pelayanan yang maksimal dalam pengobatan pasien TB, Memberikan
pelayanan yang bermutu dan terintegrasi kepada pasien yang berkunjung terutama
dilayanan kefarmasian Puskesmas Ciwandan dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan
kepada masyarakat dan menjamin hak pasien. Oleh karena itu, layanan kefarmasian
Puskesmas Ciwandan membuat suatu inovasi BERAS TERASI (Berantas TB dengan
Pelayanan Terintegrasi) bersinergi dengan beberapa program lainya terutama program TB
dalam menerapkan sistem pelayanan kefarmasian TBC terintegrasi satu atap. Sehingga
dengan meningkatkan kepedulian dan penerapan inovasi pelayanan terintegrasi farmasi ini
tujuan Indonesia terbebas dari TB tahun 2035 dapat tercapai.
Inovasi program yang merubah alur pelayanan pada pasien TBC dari umum menjadi
lebih khusus dan terpisah dari pasien penyakit lainnya sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya penularan nosocomial dan percepatan penyembuhan dari pasien TBC itu sendiri.
Karena dengan adanya inovasi program melalui sistem layanan terintegrasi yang saat ini
sudah berjalan di Puskesmas Ciwandan, pihak petugas dapat lebih fokus memeriksa dan
melakukan pengawasan pada pengobatan yang dilakukan pasien. Dengan memisahkan
pelayanan pasien TBC dengan pasien penyakit lain pada umumnya dan memisahkan gedung
pelayanan, hal ini juga dapat memberikan kenyamanan pada setiap pengunjung puskesmas
Ciwandan dan memimalisir kekhawatiran terkena penyakit menular seperti TBC karena
terbatasnya kontak dengan penderita penyakit menular itu sendiri.

KEPUSTAKAAN
1. Partini, Andayani TM, Satibi. Analisis faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
pelayanan farmasi satu pintu. J Manaj dan Pelayanan Farm. 2014;4(4).
2. At T, Hardisman H, Almasdy D. Artikel Penelitian Implementasi Permenkes Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Terhadap
Tatakelola SDM Instalasi Farmasi Rsu Mayjen H . A Thalib Kerinci Tahun 2018. J
Kesehat Andalas. 2018;8(72):356–65.
3. Zuzana, Eva G. Hubungan Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di
Instalasi Farmasi Rs Helsa Jatirahayu Bekasi. Farm J Kefarmasian.
2022;9(Januari):44–52.
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx

4. Nazlinawaty, Hartono B, Ain RQ. Solusi Lamanya Waktu Tunggu Pelayanan Farmasi di
RSUD Cileungsi Kab Bogor Berdasarkan Telaah Jurnal. MUHAMMADIYAH PUBLIC
Heal J. 2021;1(2).

Catatan:
Mohon tata tulis di cek sebelum dikirimkan

Anda mungkin juga menyukai