Asep Awaludin1 , Sulaeman Hamzani2, Munawar Raharja3, Zulfikar Ali As4, Eri Juanita5
1
UPTD Puskesmas Dtp Ciwandan PUSKESMAS Ciwandan, 2 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
E-mail: 7782210026@untirta.ac.id
.
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx
PENDAHULUAN
Farmasi merupakan salah satu dari layanan penunjang medik terapeutik yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh. Instalasi farmasi
merupakan salah satu revenue center utama (1). Pelayanan kefarmasian merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah
terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) sesuai
dengan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Banyaknya kunjungan kasus Tuberkulosis yang terjadi
di Puskesmas Ciwandan menjadikan Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan serta pemanfaatan teknologi untuk dapat melaksanakan inovasi dan interaksi
langsung dengan pasien sebagai bentuk meningkatkan mutu pelayanan. Bentuk inovasi
tersebut antara lain adalah melaksanakan perubahan pelayanan farmasi khususnya pasien
TBC ruang tunggu farmasi dalam memberikan pelayanan yang maksimal serta melindungi
hak pasien dari bahaya penularan infeksi nosocomial yang biasa terjadi di semua pusat
layanan Kesehatan.
Hal ini selaras dengan tujuan Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun salah satu program pokok pembangunan kesehatan tersebut menurut
Undang-Undang Nomor 36 Pasal 152 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah Pemberantasan
Penyakit Menular dan Imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian dari penyakit menular serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
penyakit menular. Pengelolaan Instalasi Farmasi yang baik juga disadari betul oleh pihak
manajemen yang memiliki visi “Menjadi Pusat Pelayanan Prima dan Mampu Memberikan
Pelayanan yang Paripurna”(2). Puskesmas Ciwandan merupakan salah satu unit pelayanan
kesehatan di wilayah Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Kondisi
penderita TBC di tergolong masih tinggi dengan jumlah kunjungan pasien yang datang
berobat di poli TBC di Puskesmas Ciwandan mencapai 300-400 orang setiap bulannya serta
kesulitan transportasi menuju akses layanan kesehatan Puskesmas.
Pada tahun 2018, Puskesmas Ciwandan sudah menangani penderita TBC dengan total
kunjungan sebanyak 1.850 kunjungan. Jumlah ini meningkat menjadi 1.936 kunjungan di
tahun 2019. Pada tahun 2020 dimasa Pandemi Covid jumlahnya pun terus mengalami
peningkatan menjadi 2.140 kunjungan, pada tahun 2021 kunjungan pasien TB sebanyak
2.415 yang mengindikasikan adanya peningkatan pada penderita TBC di wilayah kecamatan
Ciwandan serta adanya peningkatan tingkat kepuasan dan kepercayaan pasien TBC ketika
berobat ke Puskesmas Ciwandan sehingga melakukan kunjungan ulang dari pasien yang
berasal dari wilayah kecamatan Ciwandan maupun dari luar daerah. Berdasarkan data
ISSN 1829-9407 (Print)
ISSN 2581-0898 (Online)
penemuan kasus TBC di Puskesmas Ciwandan masih cukup tinggi karena dibarengi oleh
penemuan suspek mencapai 457 orang (Data Program TBC Puskesmas Ciwandan, 2020).
120
80
40
0
tu ra ar
i
gi
h ri h ar ta
l
a a gs ka pu Lu To
lR eg Su da Ke
g a rN ban ng an
Te nj
a Ku unu R
Ba G
Berdasarkan gambar diketahui ada dua jenis layanan yang dilakukan oleh Puskesmas
Ciwandan. Fungsi pelayanan khususnya pengobatan penderita TBC dilakukan berbeda
dengan kunjungan pasien umum lainya. Hal ini dilakukan melalui konsep pelayanan
terintegrasi Puskesmas Ciwandan dengan melibatkan Dokter Koordinator, Program TBC,
seperti HIV, Program PTM (Penyakit Tidak menular), Laboratorium dan Apteker serta
melibatkan pemberdayaan masyarakat yaitu Paguyuban TBC yang sudah menerapkan
pemeriksaan 4 (empat) meja, yaitu:
Meja 1 : KADER PAGUYUBAN
Pasien TBC dating untuk pendaftaran dan akan menerima status medical record pasien di
lakukan di poli TBC yang terpisah dari pelayanan pasien umum lainnya kemudian dilakukan
pemeriksaan Tekanan Darah, Berat Badan, Nadi/ Pulse yang dilakukan oleh kader
Paguyuban TBC yang kemudian di tulis dalam buku status kunjungan pasien.
Meja 2 : DOKTER Dan PEMEGANG PROGRAM TBC
Setelah terdaftar maka pasien akan mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan TBC sesuai
dengan data objektif dan data subjektif yang dilakukan oleh Dokter pemeriksa didampingi
oleh Pemegang Program TBC, kemudian pasien akan menerima resep serta obat TBC selama
6 bulan.
Meja 3 : PETUGAS LABORATORIUM
Pasien baru maupun pasien lama yang mendapat rujukan dari dokter pemeriksa untuk
dilakukan pemeriksaan Laboratorium (BTA, screening HIV, GDS) maka dapat dilakukan
langsung dilakukan oleh laboratorium dan Pemegang Program di poli TBC Puskesmas.
terhadap penderita TBC menjadi sangat mudah karena sistem pelayanan terintegrasi yang
berjalan sudah dilakukan menerapkan sebuah metode atau inovasi dalam pelayanan pasien
TBC. Untuk menganalisa keberhasilan sistem pelayanan terintegrasi farmasi satu atap di
Poli TBC Puskesmas Ciwandan maka perlu dilakukan pada indikator pelayanan TBC yang
dapat dilihat dari enam indikator sebagai berikut: 1). Peningkatan angka kepuasan pasien
diruang tunggu farmasi. 2). Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/ SR). 3). Pasien
TB mengetahui status Pengobatan TBC. 4). Dampak Pelayanan Terintegrasi Farmasi dilihat
dari dimensi mutu. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui tiga indikator tersebut, Oleh karena
itu, evaluasi program system pelayanan terintegrasi farmasi di Poli TBC Puskesmas
Ciwandan hanya akan dilihat dari empat indikator yang hasilnya disajikan sebagai berikut:
Berdasarkan data pada Tabel 3. dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan terhadap
Angka Kepuasan pasien di ruang tunggu Farmasi dengan sistem terintegrasi sebesar 100 %,
artinya dari 90 orang responden memilih pelayanan Farmasi terintegrasi satu atap sehingga
pasien TBC tidak bercampur dengan pasien umum lainya dan waktu pelayanan lebih efisien.
Teknik pengambilan sampel dengan wawancara terhadap 90 orang pasien TBC yang berada
di ruang tunggu farmasi.
Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang sembuh dan
pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan. Angka ini
merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan
lengkap semua kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Banten menetapkan standar keberhasilan
pengobatan kasus TBC minimal sebesar 90%. Berdasarkan data table diketahui
keberhasilan pengobatan atau Success Rate (SR) pasien TBC di Puskesmas Ciwandan telah
memenuhi standar keberhasilan dengan nilai 95,9% (tahun 2018); 95,6 (tahun 2019) dan
97,8% (tahun 2020). Kenaikan angka keberhasilan pengobatan yang cukup signifikan pada
tahun 2020 mengindikasi adanya keberhasilan penerapan program system pelayanan
terintegrasi farmasi di Poli TBC Puskesmas Ciwandan. Kepuasan pasien dalam menilai mutu
atau pelayanan yang baik, dan merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu
pelayanan. Hal ini tentu akan memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi
pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri
untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang di kehendaki (3).
Berdasarkan data pada tabel 5. diketahui jumlah pasien TB yang mengetahui status
pengobatan serta patuh untuk menjalani sampai sembuh patuh mengalami peningkatan
cukup signifikan sejak diberlakukannya system pelayanan terintegrasi farmasi di Poli TBC
Puskesmas Ciwandan. Pada tahun 2018 terlihat jumlah pasien yang melakukan pengobatan
ada sebanyak 95 orang dari total pasien TB yang diobati 99 orang sehingga persentase
pengecekan mencapai 96 %. Tahun 2020, terlihat seluruh pasien TB yang diobati oleh
puskesmas Ciwandan mengetahui dan berkomitmen menjalani pengobatan sehingga
mencapai persentase 100%. Sistem pelayanan terintegrasi farmasi di poli TBC Puskesmas
Ciwandan dilakukan sebagai inovasi program TBC untuk mendukung peningkatan mutu
program juga penanggulangan penyakit TBC juga untuk meningkatkan kualitas mutu
layanan yang saat ini berjalan di Puskesmas Ciwandan. Pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan artinya pembangunan nasional harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat (4). Ringkasan Dampak yang ditemui pada sistem pelayanan
terintegrasi di poli TBC di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:
KEPUSTAKAAN
1. Partini, Andayani TM, Satibi. Analisis faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
pelayanan farmasi satu pintu. J Manaj dan Pelayanan Farm. 2014;4(4).
2. At T, Hardisman H, Almasdy D. Artikel Penelitian Implementasi Permenkes Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Terhadap
Tatakelola SDM Instalasi Farmasi Rsu Mayjen H . A Thalib Kerinci Tahun 2018. J
Kesehat Andalas. 2018;8(72):356–65.
3. Zuzana, Eva G. Hubungan Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di
Instalasi Farmasi Rs Helsa Jatirahayu Bekasi. Farm J Kefarmasian.
2022;9(Januari):44–52.
xxx Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. xx No. x Januari or Juli xxxx
4. Nazlinawaty, Hartono B, Ain RQ. Solusi Lamanya Waktu Tunggu Pelayanan Farmasi di
RSUD Cileungsi Kab Bogor Berdasarkan Telaah Jurnal. MUHAMMADIYAH PUBLIC
Heal J. 2021;1(2).
Catatan:
Mohon tata tulis di cek sebelum dikirimkan