Al Qur’anul Karim sebagai suatu mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. Amat
dicintai oleh kaum muslimin, kasrena fashahah serta balaghahnya dan sebagai sumber
petunjuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Hal ini terbukti dengan perhatian yang amat
besar terhadap pemeliharaannya semenjak turunya dimasa RAsulullah sampai kepada
tersusunnya sebagai suatu mushhaf dimasa Utsman bin ‘Affan. Kemudian sesudah Utsman,
mereka memperbaiki tulisannya dan menambah harakat dan titik pada huruf-huruf nya, agar
supaya mudah dubaca oleh umat islam yang belum mengerti bahasa Arab.
Artinya: “1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4)
Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Demikian pula ayat-ayat yang lain seperti tersebut dalam surat (39) Az- Zumar ayat 9:
9. (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada
waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya?
Ilmu-ilmu pada masa keemasan islam dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
Yang mengenain Ilmu Falak di antaranya seperti tersebut dalam surat (10) Yunus ayat 5:
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi penjalanannya, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melaikan
dangan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya) kepada orang-orang yang
mengetahui”.
Dalam surat (36) Yasin ayat 38-40:
Artinya: “Dan matahari itu berjalan di tempat peredarannya. Itulah ketentuan dari Yang MAha
perkasa dan MAha Mengetahui. Dan telahkami tetapkan buagi bulan Manzilah (tempat)
perjalanan, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah ia
sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan
dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredaar pada garis
edarnya”.
Yang mengetahui Ilmu Hewan seperti tersebut dalam surat (16) An-nahl ayat 66:
Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran bagimu. Kami
memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya(berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bari orang-orang yang berhak
meminumnya”.
Yang mengetahui Ilmu Tumbuh-tumbuhan seperti tersebut dalam surat (13) Ar- R’d
ayat 4:
Artinya: “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur,
tanam-tanaman dan pokon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami
dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebahagian
yang lain, tentang rasas (dan bentuknya). Sesungguhnyalah pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Yang mengenai Ilmu Bumi dan Ilmu Alam seperti tersebut dalam surat (50) Qaaf ayat
7-8:
Artinya: “Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh
dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah di pandang mata.
Untuk menjadi pengajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali
(mengingat) Allah”.
Dalam surat (34) Saba’ ayat 18:
Artinya: “Dan kami jadikan mereka antara mereka dan antara negeri-negeri yang kami
limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan kami tetapkan
antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu
pada malam dan siang hari dengan aman”.
Yang mengenai roh seperti tersebut dalam surat (17) Al Isra’ ayat 85:
Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-Ku”. Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit saja”.
Yang mengenai Jiwa seperti tersebut dalam surat (91) Asy-Syams ayat 7-10:
Artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaan (pencipta). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan kettakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Yang mengetahui qadha dan qadhar tersebut dalam surat (35) Faathir ayat 11:
Artinya: “Dab Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuan yang mengandu ng dan tidak (pula) melahirkan melainkan dangan
sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang
dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalm kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”.
Karena ilmu-ilmu yang dimiliki oleh kaum Muslimin tentang hal-hal tersebut diatas belum
lengkap, maka mereka memulai usahanya dengan cara menerjemahkan buku-buku dari bahasi
asing. Adapun uasha peterjemahan ini telah dimulai sejak masa Bani Umayah (661-750 M).
Dan digiatkan dimasa pemerintahan Abbasiyah (754-1258 M). yang didorong pula oleh
Khalifah-khalifah. Abu Ja’far Al Mansyhur (754-775M). telah mendatangkan ahli-ahli terjemah
yang menterjemahkan kitab-kitab kedokteran, Ilmu Falak dan Ilmu pemerintahan dari bahasa-
bahasa Yunani, Persia dan India.
Dimasa Khalifah Ma’mun (813-817 M). aktivitas ini bertambah maju dan beliau mengirim
suatu rombongan ahli terjemah ke aroma seperti Al-Bathriq, Salm, Pemimpin Baitul Hikmah, Al-
Hajjaj bin MAthar dan Hunain bin Ishaq. Disana mereka memilih buku-buku ilmu pengetahuan
yang belum dipunyai oleh umat islam dan membawanya ke Baghdad untuk diterjemahkan,
diteliti dan dibahs sedalam-dalamnya.
Belum sapai satu abad berdirinya pemerintahan Abbasiyah, ulama-ulama Islam telah
memiliki ilmu ersebut dan lahirlah diantara mereka ahli-ahli al hikmah dan falsafah yang tidak
kurang nilainya dari ahli-ahli filsafat Yunani. Diantaramya Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq bin As-
Ahabagh al-KIndi, Ahmad bin Thayyib As-Sarakhsi, Muhammad bin Musa, Al-hasan bin Musa
yang termansyhur dalam ilmu pasti dan Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi penemu Ilmu
Aljabar.
Sesudah gerakan terjemah dan penelitian ini barulah dating masa penyempurnaan,
penyusunan dan penrmuan sendiri. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam hal ini ialah Abu Nashr
Muhammad bin Tharkhan Al Farabi atau Alphanabius (wafat tahun 961 M) pencipta alat music
yang dinamai Al-Qanun yang kemudian ditiru olrh orang barat dengan nama piano, Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria Ar-Razy bin Sina Atau Aviciena (980-1037 M). dan Abu Raihan Ahmad
bin Muhammad Al BAirunii (wapat tahun 430 H), ahli ilmu Falak dan ilmu Bumi Alam.
Diantara tokoh-tokoh termansyhur dikerajaan Fathiniah di Mesir ialah Ibnu Yunus dalam
Ilmu Falak Dan Ilmu Alam dan Ibnu Ridhwan dalam ilmu Kedokteran. Dan diantara tokoh-tokoh
yamg termansyhur di Spanyol ialah Abul Wahid Al Qadhi Ahmad Ibn Rusyd atau Averroes
(1126-1198 M). dan Abdul Qasim Al-Zahrawi.
Para ulama tersebut telahmengarang ratusan buku dalam bahasa Arab yang kemudain
diterjemahkan oleh orang barat ke dalam bahasa mereka. Orang Barat, yang pada waktu itu
masih terbelakang dalam lapangan ilmu pengetahuan, terpaksa mempelajari bahasa Arab
supaya dapat menterjemahkan bermacam-macam buku yang dikarang oleh para ulama islam.
Mereka dating ke Spanyol dari Itaia, Prancis, Jerman dan Inggris sengaja untuk belejar dan
menterjemah.
Setelahmereka puaas, barulah mereka kembali ke negerinya masing-masing, lalu
mereka mendirikan sekolah-sekolah untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya, maka
berduyun-duyunlah orang memasuki sekola-sekolah itu dan dengan demikian berkembanglah
ilmu tersebut dikalangan mereka. Jasa ulama Islam ini memang diakui olehorang barat sendiri.
Amereka mengatakan bahwa islam itu adalah ibarat jembatan yang menghubungkan antara
kemajuan Eropa di masa dahulu kala dengan kemajuan Eropa dimasa sekarang.
Dari uraian-uraian diatas nyalatalah bahwa kegiatan-kegiatan para ulama Islam dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan baik agama maupun umum adalah karena:
1. Al Qur’an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam pengetahuannya dalam
berbagai Ilmu pengetahuan.
2. Ayat-ayat Al Qur’an banyak menyinggung persoalan-persoalan ilmiah walaupun secara
garis besarnya saja. Karena itu para ulama ingin membuktikan kebenaran ayat-ayat itu
dengan menyelidiki dengan secara mendalam.
3. Rasa tanggung jawab para ulama terhadap pemeliharaan, penyiaran Al Qur’an mendorong
mereka untuk menciptakan dan menyusun ilmu bahasa Arab dan bermacam-macam ilmu
pengetahuan dengan itu.