Anda di halaman 1dari 2

SIAPA ITU “GURU” ?

By : RIZQY FAJAR SYAIKHUL AKMAL (pelajar)

“Guru”, ketika mendengar kata itu apa yang pertama kali kita pikirkan ? apakah itu hanya sekedar
profesi ? atau hanya seseorang yang “mengajar” ? atau jangan-jangan kita orang yang menganut prinsip
“semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah” ? Yah tidak ada yang salah dari semua
yang saya sebutkan tadi. Tapi apakah hanya itu arti dari kata “guru” ? Menurut saya tidak, mari sedikit
saya ceritakan siapa itu “guru” dari persepsi saya.
Guru yang kita tahu umumnya berada disekolah, menyampaikan ilmu-ilmu nya kepada murid-murid
yang dia ajarkan, menghukum muridnya yang nakal dan tak bisa diatur, memarahi muridnya yang tak bisa
memahami materi yang disampaikan, berwatak tegas dan garang yang sudah terlihat dari guratan
wajahnya dalam sekali lihat. Setidaknya itu yang saya tangkap dari cerita-cerita generasi 90an tentang
guru mereka (walaupun tidak semuanya begitu).
Tapi sekarang reputasi kata “guru” telah berubah signifikan, kita bisa melihat dimana-mana, sosial
media, ataupun dari pengalaman pribadi, guru yang ada sekarang adalah guru-guru yang juga membawa
peran sebagai orangtua para siswa, bahkan demi menjiwai peran orangtua itu, guru-guru menjalani
program parenting demi keberhasilan dalam mendidik para murid.
Semenjak saya menginjakkan kaki dijenjang Sekolah Dasar, peran guru dalam kehidupan saya sangat
besar dalam mengubah pandangan saya tentang profesi tsb. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu nya
kepada para siswa, tetapi juga membimbing, mengingatkan bila salah, semua itu dilakukan guru semata
mata agar kita para siswa tetap berjalan dijalan yang benar, dan tak menginjakkan kaki dijalur yang salah.
Biar saya jelaskan lagi, bukan hanya menyampaikan ilmu tetapi juga membimbing, mengingatkan, dll,
bukankah itu seharusnya peran yang dijalankan oleh orangtua kita ? itulah mengapa saya menyebutkan
bahwa guru bukan sekedar profesi, tetapi juga peran yang sangat berarti bagi para muridnya. Lantas, bagi
guru apa peranan murid ?
Dalam salah satu wawancara saya bersama salah satu guru PPKN disekolah saya, “Bagi Ibu, siapa itu
murid ? Dan apa peranan murid dalam kehidupan Bu Fathonah ?”
“Murid bagi guru adalah tempat untuk menggali inspirasi dalam mendidik,tentang bagaimana, siapa,dan
mau diarahkan kemana, selain itu murid selalu memberikan warna hidup dalam pembelajaran entah dari
karakternya masing-masing, dari cara pandangnya dan obsesinya dalam proses pembelajaran di kelas.
Murid adalah miniatur masyarakat yang didalamnya bisa menjadi tempat belajar berekspresi, bertoleransi,
serta berbagi.”
Bisa dilihat bukan ? dalam wawancara singkat tersebut, Bu Fathonah menyebutkan bahwa murid adalah
“tempat menggali inspirasi, mendidik, tentang bagaimana, siapa, dan mau diarahkan kemana…” sangat
jelas informasi tersurat yang disampaikan Bu Fathonah, bahwa Bu Fathonah juga berperan sebagai
seorang “ibu” dalam kehidupan kita, dan kita adalah “anak” yang perlu didikan dari “orangtua” kita
disekolah. Sebagai orang yang memiliki peran sebagai “orangtua” tak lengkap rasanya jika tak memilliki
harapan untuk “anak”nya dimasa depan.
Dalam wawancara saya selanjutnya saya mewawancarai guru lain yaitu bu utari yang merupakan guru
Bahasa Indonesia disekolah saya “Apa harapan Bu Utari untuk murid-murid Bu kedepannya ?”
“harapannya, murid-murid Ibu setelah mengalami proses pendidikan, mereka bisa menyadari
sepenuhnya bahwa mereka merupakan manusia dewasa yang utuh (sebagai manusia dewasa
mereka harus bertanggung jawab atas kehidupannya). Jika selama ini mereka merasa terkekang,
maka Ibu berharap, kedepannya mereka membuat aturan atau target dimasa depan yang akan
datang. Kalau sebuah perjalanan dengan tujuan yang jelas akan jauh lebih terarah, jauh lebih
fokus dalam menggapai tujuan mereka dibandingkan tidak punya tujuan yang jelas dan aturan
yang membatasi.
Dalam wawancara Bersama Bu Utari, Bu Utari menceritakan harapannya untuk murid-muridnya, bahwa
bu Utari berharap murid-muridnya dimasa depan dapat menjadi orang yang lebih dewasa, bertanggung
jawab atas kehidupannya, dan hidup dengan tujuan yang jelas bukan asal hidup tanpa mempunyai arah
kemana yang hendak dituju. Dengan begitu bu utari percaya murid-muridnya akan memiliki hidup yang
lurus dengan tujuan yang pasti.
Sebagai orang yang sangat menghormati profesi seorang guru, saya sakit hati ketika melihat guru yang
menangis, entah itu guru laki-laki ataupun guru perempuan, akan lebih menyakiti hati saya jika alasan
guru tsb menangis karena muridnya. Bukankah itu bisa diibaratkan ketika ibu/ayah kita menangis karena
kita ? seharusnya keduanya adalah hal yang sama bagi kita, karena keduanya merupakan “orangtua” bagi
kita.
Setelah saya ceritakan siapa itu “guru” dari persepsi saya, apakah kita bisa mengambil kesimpulan
sebesar apa seharusnya rasa terimakasih kita setelah kita dididik, diberi arahan, dsb. Terlebih jika kita
memiliki kesalahan pada guru, sebesar apa seharusnya rasa maaf itu, seharusnya kita sudah bisa
menyimpulkannya pula.
Semoga artikel saya ini dapat membuka mata dan menambah persepsi kita tentang siapa itu “guru”
dimata kita para murid, tentu saja setiap orang memiliki persepsinya masing-masing bagi kita. Lantas
bolehkah saya bertanya kepada pembaca sekarang “siapa itu guru dari kacamatamu ?”.

Anda mungkin juga menyukai