Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI
1. Pengertian Minyak bumi,

Di era industrialisasi saat ini, keberadaan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar berperan
penting dalam proses pembakaran pada mesin, hingga kebutuhan rumah tangga. Sama seperti
batu bara, minyak bumi merupakan bahan bakar tak terbarukan yang dihasilkan dari proses
yang sangat panjang serta membutuhkan suhu dan tekanan yang sesuai agar dapat terbentuk
endapan cairan kental kehitaman yang kita sebut crude oil. Minyak bumi merupakan campuran
kompleks senyawa organik yang terdiri atas senyawa hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang
berasal dari sisa-sisa mikroorganisme, tumbuhan, dan binatang yang tertimbun selama berjuta-
juta tahun. Kandungan senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya
merupakan senyawa nonhidrokarbon seperti sulfur, nitrogen, oksigen dalam kadar yang
bervariasi, volatilitas, specific gravity, dan viskositas yang beragam (Speight, 1991). Crude oil
atau petroleum memiliki struktur yang kompleks hasil komposisi senyawa-senyawa kimia
yang memengaruhi sifat fisik dan kimianya. Secara umum, komposisi dari minyak bumi adalah
sebagai berikut: Carbon 83% – 87%, Hidrogen 10% – 14%, Nitrogen, 0,1% – 2%, Oksigen 0,05%
– 1,5%, Sulfur 0,005% – 6% (Speight (1991).

Dalam Speight (1991) juga dijelaskan, komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dapat
dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu:

1. Parafin : saturated hydrocarbons dengan rantai lurus atau bercabang, namun tanpa struktur
cincin.

2. Naftene : saturated hydrocarbons yang memiliki satu atau lebih cincin, dimana masing-
masing cincin memiliki satu atau lebih gugus rantai paraffinic (lebih dikenal sebagai alicyclic
hydrocarbons).

3. Aromatik : hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih inti aromatik, seperti sistem cincin
benzena, naphthalene, dan phenantherene yang dihubungkan dengan disubstitusi cincin
naphthalene dan/atau gugus rantai paraffinic.

2. Sifat-Sifat Minyak Bumi

Besarnya kandungan masing-masing komponen dalam minyak bumi yang berbeda-beda akan
berpengaruh terhadap sifat fisika dan sifat kimia dari suatu minyak bumi yang akan
menghasilkan jenis olahan minyak bumi yang berbeda pula. Adapun sifat-sifat minyak bumi
dinyatakan sebagai berikut :

 2.1 Sifat umum


 2.2 Sifat penguapan
 2.3 Sifat kemudahan mengalir
 2.4 Sifat kemurnian

2.1 Sifat Umum

Sifat umum minyak bumi ini sangat berkaitan dengan nilai specific gravity minyak bumi
tersebut. Specific gravity adalah perbandingan antara densitas materi dengan densitas air pada
suhu 4 ℃ . Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0,8000 – 1,0000. Besarnya SG
untuk setiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur molekul hidrokarbon,
kandungan sulfur dan nitrogen. Makin kecil SG minyak bumi itu akan menghasilkan produk
olahan ringan dan sebaliknya.

Tabel 1 : Data Nilai Specific Gravity Minyak Bumi


Jenis Minyak Bumi Spesific Gravity API
Ringan 0,830 39
Medium Ringan 0,830-0,850 39-35

Medium Berat 0,850-0,865 35-32,1

Berat 0,865-0,905 32,1-24


Sangat Berat 0,905 24,8

2.2 Sifat Penguapan

Volatilitas atau kemudahan menguap suatu cairan atau gas yang dicairkan dapat didefiniskan
sebagai derajat kecenderungan suatu zat untuk menguap dari bentuk cair menjadi uap atau
gas. Semakin besar nilai volatilitas, semakin mudah minyak bumi untuk menguap.
kecenderungan kemudahan menguap merupakan salah satu sifat pokok bahan bakar cair. Dari
ketiga komponen yang terdapat pada minyak bumi, yaitu parafin, naften dan aromat maka
komponen parafin lebih mudah menguap bila dibandingkan dengan naften maupun aromat.
(Mudjirhardjo, dkk : 2006). Minyak bumi yang mudah menguap mengandung banyak parafin
dan pada pengolahannya akan menghasilkan fraksi gas dan fraksi ringan. Yang menjadi ukuran
dari sifat penguapan ini adalah kadar presentasi dari komponen – komponen ringan yang
terkandung dalam minyak bumi yaitu, kadar volume fraksi minyak yang dapat dikeluarkan
dengan distilasi sampai pada temperatur didih (boiling point) yaitu 3000C. (Anonim : 2012)

Tabel 2 : Minyak Bumi Berdasarkan Sifat Penguapannya


Minyak Bumi Kadar Fraksi Ringan
Ringan >50
Sedang 20-50
Berat <20

2.3 Sifat Kemudahan Mengalir

Sifat kemudahan mengalir minyak bumi dinyatakan dengan parameter berupa viskositas
dinamik dan viskositas kinetik. Viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk mengalir dari
suatu zat cair, sedang viskositas kinetik adalah tahanan zat cair untuk mengalir karena gaya
berat. Minyak bumi yang mempunyai viskositas kecil menunjukkan sifatnya yang mudah
mengalir, dengan kata lain minyak tersebut mengandung hidrokarbon yang ringan. Viskositas
minyak bumi erat kaitannya dengan kemudahan mengalir pada pemompaan. Apabila minyak
bumi mempunyai viskositas tinggi, maka minyak tidak mudah mengalir sehingga kerja pompa
menjadi berat. (Mudjirhardjo, dkk : 2006)

2.4 Sifat Kemurnian

Murni tidaknya minyak bumi yang diperoleh dipengaruhi ada tidaknya pengotor yang terdapat
dalam minyak bumi tersebut. ebab kotoran ini akan berpengaruh terhadap mutu, karena dapat
mengakibatkan kegagalan dalam suatu operasi dan merusak mesin. Kotoran itu dapat berupa
air, lumpur, endapan atau sisa pembakaran yang berupa abu dan karbon. Semakin sedikitl
pengotor yang terdapat di dalam minyak bumi maka semakin baik mutu bahan bakar tersebut.

Proses pemurnian minyak bumi

Untuk memperoleh minyak bumi, perlu dilakukan proses pengeboran. Minyak bumi yang
ditemukan biasanya akan bercampur dengan gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari
gas alam berbentuk cairan kental hitam dan berbau disebut minyak mentah (crude oil). Minyak
mentah ini masih belum bisa dimanfaatkan secara langsung, oleh karena itu perlu dilakukan
pemurnian (refining) dengan distilasi bertingkat. Prinsip distilasi ini adalah pemisahan
komponen-komponen campuran berdasarkan perbedaan titik didih sehingga diperoleh
kelompok-kelompok komponen dalam rentang titik didih tertentu yang disebut fraksi-fraksi.
Secara umum, minyak mentah saat pertama kali dikilang menghasilkan tiga kelompok dasar
produk yaitu gas dan gasoline, nafta, dan residu.

Proses pengilangan minyak bumi terdiri atas empat tahapan utama yaitu: Pemisahan meliputi
fraksinasi dan destilasi; Treatment meliputi desalting, dewatering, drying, hydrodesulfurizing,
sweetening, dan solvent extraction; Konversi meliputi dekomposisi, unifikasi (alkilasi dan
polimerisasi) dan alterasi (rearrangement) ; Formulasi dan blending meliputi additive mixing
dan finishing.

 Desalting dan Dewatering

Sebelum memulai untuk proses pemisahan minyak mentah menjadi beragam fraksi-fraksi
produknya, maka minyak mentah perlu dibersihkan terlebih dahulu. Proses ini biasa disebut
sebagai desalting dan dewatering yang berfungsi untuk menghilangkan air dan komponen-
komponen air laut yang bercampur dengan minyak mentah selama proses recovery.

Minyak bumi diperoleh dari sumber-sumber minyak yang bercampur dengan beragam senyawa
seperti gas, air, dan kotoran (mineral). Desalting process adalah proses di tempat produksi
maupun di pengilangan sebagai proses tambahan pada minyak mentah untuk menghilangkan
mineral-mineral terlarut air agar minyak bumi terbebas dari pengotornya. Kontaminan ini harus
dihilangkan dari minyak mentah karena dapat menggangu selama proses pengilangan seperti
korosi pada peralatan dan deaktivasi katalis.

 Distilasi Bertingkat

Proses distilasi bertingkat adalah proses pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya
dengan prinsip perbedaan titik didih tiap fraksinya, yakni kelompok-kelompok yang mempunyai
kisaran titik didih tertentu. Hal ini dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan
isomer-isomer hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan. Proses distilasi bertingkat
ini dapat dijelaskan sebagai berikut

 Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi


sampai suhu kurang lebih 600℃ . Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian
dialirkan ke bagian bawah menara/tanur distilasi.
 Dalam menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-pelat
(tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang dilengkapi dengan tutup gelembung
(bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
 Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian uap akan
mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair. Zat
cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.
 Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi
di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa dengan titik didih
rendah akan terkondensasi di bagian atas menara.

 Viscocity Breaking

Metode ini digunakan untuk mengurangi viskositas residu agar produknya memenuhi
spesifikasi bahan bakar minyak (fuel oil). Alternatifnya residu dicampurkan dengan produk
minyak BM lebih rendah untuk menghasilkan BBM dengan viskositas yang sesuai.

 Hydroprocessing

Proses hidrogenasi lunak untuk menghilangkan kontaminan pada hidrokarbon seperti nitrogen,
sulfur, oksigen, dan logam dari fraksi minyak bumi. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan
penghilangan pengotor mencapai 90%.

 Reforming
Proses ini digunakan untuk meningkatkan angka oktan fraksi minyak bumi pada jangkauan titik
didih gasolin. Proses penting untuk mengkonversi nafta dengan angka oktan rendah menjadi
bahan produk campuran dengan angka oktan tinggi reformat. Thermal reforming adalah proses
pengembangan dari proses perengkahan termal. Thermal Cracking adalah konversi minyak
bumi fraksi berat menjadi gasoline, sedangkan thermal reforming adalah konversi (membentuk
kembali) gasoline menjadi gasoline dengan angka oktan lebih tinggi dengan peralatan yang
sama dengan thermal cracking tapi temperaturnya lebih tinggi. Reforming meliputi beberapa
proses spesifik seperti reaksi cracking, polimerisasi, dehidrogenasi, isomerisasi dan alkilasi

 Hidrofining

Hidrofining adalah proses stabilisasi komponen minyak dengan reaksi hidrogenasi katalitik
ringan. Penghilangan kandungan oksigen pada senyawa dalam minyak bumi melalui
pembentukan air. Proses ini dapat menghilangkan sulfur hingga 50%, hampir semua oksigen
dalam produk minyak bumi, namun efisiensinya sedikit untuk mengurangi nitrogen. Kondisi
tersebut sangat bergantung pada komposisi hidrokarbon dalam minyak bumi atau produknya.

minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang paling dibutuhkan di era industri saat
ini, seluruh proses produksi tak lepas dari distribusi produk yang berkembang menjadi industri
transportasi. Penggunaan BBM merupakan salah satu hasil olahan dari minyak bumi ini.

BIOETANOL

bioetanol adalah salah satu sumber bahan bakar altenatif berupa alkohol yang merupakan
hasil fermentasi dari tanaman yang mengandung pati, misalnya ubi kayu, ubi jalar, jagung dan
sagu. Kelimpahan tanaman-tanaman penghasil pati di Indonesia dapat menjadi potensi
alternatif untuk mengurangi penggunaan BBM yang semakin menipis ketersediaannya dan
efek rumah kaca yang ditimbulkan. Secara umum bioetanol dapat digunakan untuk berbagai
keperluan antara lain sebagai bahan baku industri turunan alkohol,campuran miras, bahan
dasar industri farmasi, campuran bahan bakar kendaraan dan sekarang akan dikembangkan
sebagai bahan bakar kendaraan (BBM). Khusus untuk yang digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan, bioetanol ini harus memiliki kadar/grade sebesar 99,5 % sampai dengan 100 %
kekeringannya sehingga dengan demikian tidak menimbulkan efek korosi bagi mesin.

Sifat fisik dan kimia

Jenis jenis bahan yang bisa digunakan

Anda mungkin juga menyukai