Anda di halaman 1dari 2

ISIP4212-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ISIP4212/Pengantar Ilmu Politik
Tugas :2

No. Soal
1. Baca Surat Kepada Redaksi di bawah ini.

Tanpa pandemi, banjir sudah menimbulkan penderitaan, apalagi sekarang. Banjir terjadi saat
pandemi Covid-19 sehingga penanganan harus sangat hati-hati.
Pandemi tidak bisa diprediksi, terjadi begitu saja langsung menyerang kehidupan. Namun, banjir
sangat bisa diprediksi dan dimitigasi. Membuang sampah sembarangan, penumpukan lumpur di
selokan, dan penutupan selokan dengan cor semen permanen membuat air tidak mengalir. Intinya,
banjir bisa diantisipasi sejak dini.
Pada musim kemarau justru mudah membersihkan selokan. Harusnya ini diwajibkan pada setiap
orang, di depan rumah masing-masing. Instansi terkait bekerja bakti pada selokan jalan umum/jalan
milik negara. Ibarat pepatah, upaya ini sedia payung sebelum hujan.
Perilaku besar pemicu banjir, termasuk eksploitasi hutan, baik legal maupun ilegal. Pohon sebagai
habitat alam ditebang tanpa reboisasi, tanah diratakan, dan tanpa sistem drainase. Padahal, setiap
perusahaan hak pemegang usaha hutan mestinya dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan (amdal). Tanpa kelengkapan dokumentasi dan tanpa pelaksanaan sesuai dokumentasi,
perusahaan tidak boleh beroperasi.
Aktivitas pengembang juga menyumbang bencana banjir. Banyak pengembang membangun
perumahan di daerah resapan atau penyangga air atau spesifikasi rumah tidak memenuhi syarat
namun dipaksakan. Untuk kasus ini terkait dengan birokrasi. Kalau instansi yang berwenang
memeriksa dengan rinci dan penerbitan izin sampai pengawasan pelaksanaan pembangunan sesuai
prosedur, kasus perumahan terendam banjir minimal.
Dampak banjir signifikan bagi yang terkena. Korban bisa kehilangan tempat tinggal, barang
berharga, rusak atau hanyut, aktivitas terbengkalai, dan mobilitas terganggu. Kerugian non-material
lebih berat karena produktivitas menurun, memicu sumber penyakit, waktu terbuang percuma, dan
beban psikologis jika ada korban jiwa.
Karena banjir sebagai peristiwa alam bisa diprediksi dan dicegah, berbagai upaya preventif perlu
dilakukan. Dampak negatif bisa diantisipasi atau diminimalkan. Jika sikap terhadap gejala alam yang
kasatmata sulit, bagaimana sikap terhadap hal tidak kasatmata.

(Sumber: Opini: Surat Kepada Redaksi, 5 Maret 2021)

SOAL
a. Menurut Anda, apakah tulisan Surat Kepada Redaksi merumuskan budaya politik?
b. Bahas argumentasi Anda tersebut dan kaitkan dengan premis-premis konseptual budaya politik

2. Baca Surat Kepada Redaksi di bawah ini.

Tanpa pandemi, banjir sudah menimbulkan penderitaan, apalagi sekarang. Banjir terjadi saat
pandemi Covid-19 sehingga penanganan harus sangat hati-hati.
Pandemi tidak bisa diprediksi, terjadi begitu saja langsung menyerang kehidupan. Namun, banjir
sangat bisa diprediksi dan dimitigasi. Membuang sampah sembarangan, penumpukan lumpur di
selokan, dan penutupan selokan dengan cor semen permanen membuat air tidak mengalir. Intinya,
banjir bisa diantisipasi sejak dini.
Pada musim kemarau justru mudah membersihkan selokan. Harusnya ini diwajibkan pada setiap
orang, di depan rumah masing-masing. Instansi terkait bekerja bakti pada selokan jalan umum/jalan
milik negara. Ibarat pepatah, upaya ini sedia payung sebelum hujan.
Perilaku besar pemicu banjir, termasuk eksploitasi hutan, baik legal maupun ilegal. Pohon sebagai
habitat alam ditebang tanpa reboisasi, tanah diratakan, dan tanpa sistem drainase. Padahal, setiap
1 dari 2
ISIP4212

perusahaan hak pemegang usaha hutan mestinya dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan (amdal). Tanpa kelengkapan dokumentasi dan tanpa pelaksanaan sesuai dokumentasi,
perusahaan tidak boleh beroperasi.
Aktivitas pengembang juga menyumbang bencana banjir. Banyak pengembang membangun
perumahan di daerah resapan atau penyangga air atau spesifikasi rumah tidak memenuhi syarat
namun dipaksakan. Untuk kasus ini terkait dengan birokrasi. Kalau instansi yang berwenang
memeriksa dengan rinci dan penerbitan izin sampai pengawasan pelaksanaan pembangunan sesuai
prosedur, kasus perumahan terendam banjir minimal.
Dampak banjir signifikan bagi yang terkena. Korban bisa kehilangan tempat tinggal, barang
berharga, rusak atau hanyut, aktivitas terbengkalai, dan mobilitas terganggu. Kerugian non-material
lebih berat karena produktivitas menurun, memicu sumber penyakit, waktu terbuang percuma, dan
beban psikologis jika ada korban jiwa.
Karena banjir sebagai peristiwa alam bisa diprediksi dan dicegah, berbagai upaya preventif perlu
dilakukan. Dampak negatif bisa diantisipasi atau diminimalkan. Jika sikap terhadap gejala alam yang
kasatmata sulit, bagaimana sikap terhadap hal tidak kasatmata.

(Sumber: Opini: Surat Kepada Redaksi, 5 Maret 2021)

SOAL
Di era reformasi saat ini, persoalan penanganan lingkungan hidup kerap dikaitkan dengan praktek
partisipasi warga masyarakat yang seharusnya terlibat dalam penanganan pencegahan banjir
(pemeliharaan lingkungan hidup).

Tuliskan (paling sedikit 4 hal) dari isi Surat Kepada Redaksi tersebut di atas, paragraf mana yang Anda
anggap terkait dengan konsep partisipasi tersebut? Beri argumentasi Anda!

3. Baca Surat Kepada Redaksi di bawah ini.

Tanpa pandemi, banjir sudah menimbulkan penderitaan, apalagi sekarang. Banjir terjadi saat
pandemi Covid-19 sehingga penanganan harus sangat hati-hati.
Pandemi tidak bisa diprediksi, terjadi begitu saja langsung menyerang kehidupan. Namun, banjir
sangat bisa diprediksi dan dimitigasi. Membuang sampah sembarangan, penumpukan lumpur di
selokan, dan penutupan selokan dengan cor semen permanen membuat air tidak mengalir. Intinya,
banjir bisa diantisipasi sejak dini.
Pada musim kemarau justru mudah membersihkan selokan. Harusnya ini diwajibkan pada setiap
orang, di depan rumah masing-masing. Instansi terkait bekerja bakti pada selokan jalan umum/jalan
milik negara. Ibarat pepatah, upaya ini sedia payung sebelum hujan.
Perilaku besar pemicu banjir, termasuk eksploitasi hutan, baik legal maupun ilegal. Pohon sebagai
habitat alam ditebang tanpa reboisasi, tanah diratakan, dan tanpa sistem drainase. Padahal, setiap
perusahaan hak pemegang usaha hutan mestinya dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan (amdal). Tanpa kelengkapan dokumentasi dan tanpa pelaksanaan sesuai dokumentasi,
perusahaan tidak boleh beroperasi.
Aktivitas pengembang juga menyumbang bencana banjir. Banyak pengembang membangun
perumahan di daerah resapan atau penyangga air atau spesifikasi rumah tidak memenuhi syarat
namun dipaksakan. Untuk kasus ini terkait dengan birokrasi. Kalau instansi yang berwenang
memeriksa dengan rinci dan penerbitan izin sampai pengawasan pelaksanaan pembangunan sesuai
prosedur, kasus perumahan terendam banjir minimal.
Dampak banjir signifikan bagi yang terkena. Korban bisa kehilangan tempat tinggal, barang
berharga, rusak atau hanyut, aktivitas terbengkalai, dan mobilitas terganggu. Kerugian non-material
lebih berat karena produktivitas menurun, memicu sumber penyakit, waktu terbuang percuma, dan
beban psikologis jika ada korban jiwa.
Karena banjir sebagai peristiwa alam bisa diprediksi dan dicegah, berbagai upaya preventif perlu
dilakukan. Dampak negatif bisa diantisipasi atau diminimalkan. Jika sikap terhadap gejala alam yang
kasatmata sulit, bagaimana sikap terhadap hal tidak kasatmata.

(Sumber: Opini: Surat Kepada Redaksi, 5 Maret 2021)


PERTANYAAN
Dari tulisan Surat Kepada Redaksi, jelaskan lembaga negara yang seharus terlibat dalam penanganan
Banjir? Lakukan analisis terhadap pembagian kewenangan di antara lembaga tersebut!

2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai