Laporan Magdalena Sitorus
Laporan Magdalena Sitorus
di
LINGKUP KEFARMASIAN
DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
Disusun Oleh:
di
LINGKUP KEFARMASIAN
DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Disusun Oleh:
Pembimbing:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Kota Medan.
Terlaksananya Praktik Kerja Profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu apt. Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D. selaku
bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak apt. Dadang Irfan Husori,
S.Si., M.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara. Kepada ibu apt. Henny Sri Wahyuni,
S.Farm, M.Si selaku pembimbing. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan
Dr. Taufik Ririansyah, Kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan ibu
Katharina Budiastuti, S.Si., Apt serta ibu apt. Ratna Dewi, S.Si., M.Kes selaku
Medan yang telah berkenan memberikan izin, arahan, bimbingan, dan berbagai
penyusunan laporan ini. Bapak dan Ibu staf pengajar PSPA Fakultas Farmasi,
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tiada terhingga kepada kedua orang tua dan keluarga yang
iii
motivasi serta terimakasih kepada seluruh teman-teman terdekat atas dukungan
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
laporan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan benar mengenai Dinas
Penulis,
iv
RINGKASAN
Daya Kesehatan (SDK) Dinas Kesehatan Kota Medan telah dilaksanakan pada
serta Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Selain itu, calon
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3
1.4 Pelaksanaan Kegiatan .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN ................ 4
2.1. Definisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .................................................. 4
2.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Medan ......................................... 4
2.2.1 Sejarah Dinas Kesehatan Kota Medan ....................................................... 4
2.2.2 Profil Dinas Kesehatan Kota Medan .......................................................... 5
2.2.3 Organisasi dan Personalia Dinas Kesehatan Kota Medan .......................... 5
2.2.4 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Medan ............................................. 5
2.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan ........................... 6
2.3 Penjelasan Umum Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ................................................................................. 7
2.3.1 Perencanaan ................................................................................................ 7
2.3.2 Pengadaan ................................................................................................... 8
2.3.3 Penyimpanan .............................................................................................. 9
2.3.4 Distribusi .................................................................................................... 7
2.3.5 Pencatatan dan Pelaporan ........................................................................... 8
2.3.6 Pemantauan dan Evaluasi ........................................................................... 9
BAB III TINJAUAN KHUSUS SUMBER DAYA KESEHATAN (SDK) ......... 10
3.1 Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) ..................................................... 10
3.1.1 Sub Koordinator Kefarmasian .................................................................. 12
vi
3.1.2 Sub Koordinator Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) ................................................................................................. 13
3.1.3 Sub Koordinator Sumber Daya Manusia Kesehatan ................................ 15
3.2 Pelayanan Informasi Obat ........................................................................... 19
3.3 Penggunaan Obat Rasional .......................................................................... 18
3.4 Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ................................................... 24
3.5 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) ........................... 29
3.6 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) ..................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 1
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 1
5.2 Saran .............................................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan suatu hal kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Suatu usaha melalui
1
suatu penyakit serta mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
Pada bagian Bidang sumber daya kesehatan terdiri dari tiga sub
koordinator, yaitu sub koordinator seksi kefarmasian, dan sub koordinator seksi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT), dan sub
karena itu, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara bekerja sama dengan
kegiatan praktek kerja profesi apoteker (PKPA) untuk calon apoteker di Dinas
2
1.2 Tujuan
a. Untuk calon apoteker lebih memahami tentang peran, fungsi dan tanggung
medan.
Kota Medan
1.3 Manfaat
Medan
3
1.4 Pelaksanaan Kegiatan
dari pukul 08.00 – 16.30 WIB pada hari Senin sampai Kamis dan pukul 08.00 –
4
BAB II
Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kota Medan didirikan pada tahun 1970 berlokasi didaerah
Jalan Gatot Subroto Medan tepatnya didepan Taman Ria Medan dan kantornya
berada dilantai satu, diresmikan oleh Bapak Mahmud pada waktu itu menjabat
Kota Medan pada tahun 1972. Hal ini mengacu pada Instruksi Presiden atau
1
balai pengobatan dapat dijadikan prioritas utama untuk mencapai tujuan
Saat ini gedung Dinas Kesehatan Kota Medan berlokasi dijalan Rotan
Komplek Petisah telah diresmikan pada tanggal 30 April 1984 oleh Bapak A.S.
Rangkuti yang waktu itu menjabat sebagai Walikota Daerah Tk II. Medan.
yang dipimpin oleh Dr. Taufik Ririansyah, MKM. Dinas Kesehatan Kota Medan
mempunyai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari 80 Puskesmas (41
Visi Dinas Kesehatan Kota Medan “Menjadi Kota Yang Sehat Dalam
2
Misi yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mencapai visi
lingkungan.
yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah. Tugas dan kewajiban Dinas
dalam bidang kesehatan. Di pimpin oleh seorang kepala dinas yang berada
3
bidang Kesehatan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan
tugasnya;
Medan, 2022).
2.3.1 Perencanaan
untuk menetapkan jenis, jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan pola
pengadaan yang akan datang. Hal yang mempengaruhi perencanaan yaitu beban
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan
4
Perencanaan obat merupakan proses untuk menetapkan jumlah dan periode
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai dengan hasil
kegiatan pemilihan dalam menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis tepat jumlah,
sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan masalah obat disetiap Kabupaten/
waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih (Menkes
RI, 2016).
2.3.2 Pengadaan
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
5
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar
dan tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan (Dinkes Medan, 2022).
a. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan.
2.3.3 Penyimpanan
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
a. Persediaan disimpan di gudang obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak
penyimpanan obat
6
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired
First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency).
kuncinya diamankan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang mudah
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
listrik cadangan.
(Kemenkes, 2019).
2.3.4 Distribusi
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
dapat memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat
7
2.3.5 Pencatatan dan Pelaporan
keluar dan masuknya obat di Puskesmas yang dapat dilakukan melalui manual
ataupun digital. Pada umumnya pemasukan dan pengeluaran obat dicatat dalam
buku catatan pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu stok. Petugas
(Kemenkes, 2019).
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai telah dilakukan, sebagai sumber data
untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan dijadikan sumber data untuk
pencatatan dan pelaporan bisa saja terjadi ketidaksesuaian seperti terjadi human
obat serta kurang fokus dalam bekerja akibat beban kerja karena situasi
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
– Kartu stok
8
– Buku obat kadaluarsa
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
Pakai; dan
9
BAB III
yang melapor dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang SDK
mempunyai fungsi:
10
5. Pengawasan dan pencatatan makanan dan minuman produksi rumah
10. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian Ruang Lingkup Bidang terdiri dari
11
3.1.1 Sub Koordinator Kefarmasian
dan standar lainnya untuk pelaksanaan kegiatan dan tugas yang optimal
dan sesuai;
undang.
12
5. Penyusunan bahan pengawasan, pendaftaran makanan dan minuman
terhadap fasilitas produksi dan distribusi obat, kosmetik, apotek, dan toko
berlaku;
2022).
Tangga, Sub Koordinator Bidang Ruang Lingkup Alat Kesehatan dan Perbekalan
tanggung jawab Bidang Sumber Daya Kesehatan (Walikota Medan Medan, 2022).
13
Berikut tanggung jawab Sub Koordinator Alat Kesehatan dan Perbekalan
dan standar lainnya untuk pelaksanaan kegiatan dan tugas yang optimal
dan sesuai;
Puskesmas;
kesehatan;
14
7. Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian, meliputi
berlaku;
2022).
Manusia Kesehatan:
perencanaan;
dan standar lainnya untuk pelaksanaan kegiatan dan tugas yang optimal
dan sesuai;
15
4. Penyusunan dokumen pelaksanaan kebijakan operasional, norma, standar,
berlaku;
perundang-undangan;
2022).
apoteker untuk memberikan informasi yang akurat, tidak umum, dan terkini
16
Termasuk di antara tujuan Layanan Informasi Obat:
konsumen.
rawat inap.
kesehatan lainnya.
Faktor Layanan Informasi Obat yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
b. Tempat
c. Tenaga
17
d. Perlengkapan (Kepmenkes, 2004)
tertentu terpenuhi :
a. Jika obat ini diresepkan untuk diagnosis yang benar, ini disebut sebagai
Akibatnya, obat yang dikirim tidak akan berkorelasi dengan indikasi yang
diklaim.
b. Setiap obat memiliki rentang pengobatan unik yang sesuai dengan gejala
bakteri. Karena itu, obat ini hanya boleh diberikan kepada pasien yang
terapeutik adalah pemilihan obat yang tepat. Dengan demikian, obat yang
penyakit.
d. Dosis, metode, dan durasi pemberian obat yang tepat memiliki dampak
18
mereka akan membentuk hubungan, membuatnya tidak dapat diserap dan
mengurangi kemanjurannya.
mematuhinya.
g. Panjang yang tepat dari saat ini. Tergantung pada kondisinya, lamanya
yang terlalu pendek atau terlalu lama akan mengubah hasil terapi.
obat sangat bervariasi. Ini lebih jelas pada kelas pengobatan tertentu,
j. Obat yang diresepkan harus efektif, aman, berkualitas terjamin, dan selalu
narkoba.
19
l. Tindak lanjut yang benar. Pada saat memutuskan pemberian terapi,
kegiatan tindak lanjut yang penting, seperti jika pasien tidak pulih atau
biasa. Penggunaan obat dianggap tidak logis ketika kemungkinan efek samping
termasuk:
dari apa yang seharusnya dalam hal dosis, jumlah, dan durasi. Kategori ini
suatu penyakit.
20
c. Peresepan majemuk (multiple prescribing) jika memberikan banyak obat
untuk satu gejala penyakit yang sama. Juga termasuk dalam kelompok ini
yang lebih besar, memberi informasi yang salah kepada pasien tentang
Pada kenyataannya, banyak lagi praktik penggunaan obat yang tidak logis
perbaikan dan intervensi, baik di tingkat penyedia, khususnya pemberi resep dan
Dengan metode ini, setiap penggunaan dan permintaan obat-obatan oleh unit
21
layanan kesehatan dapat dilacak, sehingga memungkinkan kontrol pasokan
tertentu, hanya ada obat-obatan murah yang dibutuhkan oleh sebagian besar
3. Pembatasan proses peresepan dan peredaran obat. Oleh karena itu, sangat
4. Di rumah sakit, Komite Farmasi dan Terapi (KFT) harus dibentuk dan
diberikan wewenang.
5. Informasi Harga akan memiliki efek fiskal pada penyedia dan pasien /
komunitas.
22
1. Indikator Inti:
a. Indikator peresepan
b. Indikator Pelayanan:
c. Indikator Fasilitas:
d. Indikator Tambahan
Indikator-indikator ini sama pentingnya dengan indikator inti, tetapi data yang
digunakan seringkali sulit didapat, atau interpretasi data mungkin sarat dengan
konten lokal.
23
d. Persentase biaya untuk suntikan.
cara tertentu, dengan atau tanpa aditif, dianggap sebagai makanan olahan. Industri
lokasi bisnis berbasis tempat tinggal dan peralatan pengolahan makanan manual
didistribusikan dalam kemasan eceran dan diberi label oleh IRTP. Pangan olahan
yang diproduksi harus memiliki izin edar dan sertifikat produksi pangan industri
2018).
Satu Pintu. SPP-IRT berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan
24
Apabila masa berlaku SPP IRT telah berakhir, pangan yang diproduksi oleh IRTP
b. Fotokopi KTP.
c. Fotokopi NPWP.
- Bahan baku
penambah aroma)
- Perhitungan bahan-bahan
f. Contoh label.
i. Surat izin usaha dan dokumen lingkungan hidup bagi P-IRT yang
25
3. Berkas itu diserahkan kepada petugas.
dan ditolak.
Binfar dan Alat Kesehatan. Program ini dirancang untuk digunakan oleh seluruh
26
jawabnya. Laporan tersebut ditujukan kepada Direktur Dinas Kesehatan
dan psikotropika dari apotek, rumah sakit, klinik, dan fasilitas kesehatan di kota
Obat Tradisional adalah bahan atau bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewani,
bahan mineral, sediaan sarian (galenic), atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut
yang telah digunakan sebagai pengobatan secara turun temurun dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma sosial yang berlaku (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2012).
Menurut Permenkes Nomor 006 Tahun 2012, industri obat konvensional terdiri
Usaha Mikro Obat Tradisional atau dikenal juga dengan UMOT, adalah
bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan (Menteri Kesehatan
27
Persyaratan izin UMOT terdiri dari:
a. surat permohonan;
b. fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Komisaris/Badan Pengawas;
perseorangan;
perseorangan;
28
BAB IV
PEMBAHASAN
ketersediaan lingkungan, ketertiban, dan fasilitas kesehatan fisik dan sosial bagi
pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan PKRT, serta sumber daya
pemilihan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dalam rangka
menetapkan jenis dan jumlah sediaan farmasi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan puskesmas.
29
toko obat, dan farmasi, kemudian mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan
Kota Medan.
diterapkan.
obatan diterima sesuai dengan jumlah, jenis, dan dokumentasi terkait. Panitia
penerima manfaat hasil kerja (PPHP) yang terdiri dari Apoteker, Tenaga Teknik
yang diterima aman (tidak hilang), terlindung dari kerusakan fisik dan kimia, dan
30
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO), serta
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan. Untuk obat tertentu seperti
atau terbakar;
31
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
Sertifikat ini dapat menjadi jaminan kepada masyarakat bahwa seluruh proses
peraturan kesehatan.
mengubah bentuk pangan. Makanan dan minuman yang disiapkan dengan cara
tertentu, dengan atau tanpa aditif, dianggap sebagai makanan olahan. Industri
lokasi bisnis berbasis tempat tinggal dan peralatan pengolahan makanan manual
didistribusikan dalam kemasan eceran dan diberi label oleh IRTP. Pangan olahan
yang diproduksi harus memiliki izin edar dan sertifikat produksi pangan industri
2018).
Satu Pintu. SPP-IRT berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan
Apabila masa berlaku SPP IRT telah berakhir, pangan yang diproduksi oleh IRTP
32
Adapun tata cara pengurusan surat keterangan produksi pangan (SPPIRT)
industri rumah tangga di Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:
- Fotokopi KTP.
- Fotokopi NPWP.
- Bahan baku
aroma)
- Perhitungan bahan-bahan
- Contoh label.
- Surat izin usaha dan dokumen lingkungan hidup bagi P-IRT yang
PIRT.
1. Chocobekery
33
2. Sarung tangan dan jaring rambut, tetapi bukan masker, harus
2. Lezat Bakery
masker.
dikembalikan.
- Disposisi ke bidang.
(SPPIRT).
- SPPIRT diserahkan.
34
BAB V
5.1 Kesimpulan
tangga.
Medan.
Kota Medan.
1
5.2 Saran
kesehatan, memiliki ruang kerja yang lebih besar agar dapat berfungsi
2
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun
2018 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. (2022). Bidang Sumber DK
Kesehatan. Tersedia di:
https://dinkes.temanggungkab.go.id/home/halaman/102/bidang-sumber-
daya-kesehatan.
Dinkes Kota Medan. (2020). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2019. Medan:
Dinas Kesehatan Kota Medan
Dinkes Kota Medan. (2022). Pemerintah Kota Medan. Medan: Pemko. Diakses
melalui web https://www.dinkes.pemkomedan.go.id/.
Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2016 Tentang Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. (2014). SIPNAP. Tersedia di: https://sipnap.kemkes.go.id/.
Kepmenkes Nomor 1197. (2004). Tentang standar pelayanan farmasi di rumah
sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Menkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006
Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan
Provinsi Dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Menkes RI. (2016). Permenkes Nomor 74 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Presiden RI (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Lembaga Negara Republik
Indonesia.
Presiden RI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan. Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia
Wali Kota Medan. (2022). Peraturan Wali Kota Medan Nomor 53 Tahun 2022
Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan.
Medan: Wali Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
3
LAMPIRAN
4
Lampiran 2. Lokasi Dinas Kesehatan Kota Medan
5
Lampiran 3. Ruang Lingkup Kefarmasian
6
Lampiran 4. Sruktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan
7
Lampiran 5. Mengikuti rapat dengan pemilik UMOT
8
Lampiran 5. (Lanjutan)
9
Lampiran 6. Alur SOP Pelayanan Pengurusan Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPPIRT)
10
Lampiran 7. Melakukan kunjungan ke beberapa tempat PIRT
11
Lampiran 7. (Lanjutan)
12
Lampiran 8. SIPNAP
13
Lampiran 10. Formulir Permohonan SPPIRT
14
Lampiran 11. Sertifikat Pangan Produksi Industri Rumah Tangga
15
Lampiran 12. Laporan Indikator Peresepan Antibiotik di Puskesmas
16