Aterosklerosis
a) Gambar apa yang tampak? Gambarkan pada lembar praktikum
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa arteri koroner normal tanpa
aterosklerosis dan lumen paten yang dapat membawa sebanyak mungkin darah
yang dibutuhkan miokardium. Lumen paten adalah lumen yang terbuka atau tidak
terhalangi oleh agen-agen yang mampu mengobstruksi lumen tersebut. sedangkan
lumen merupakan saluran di dalam pembuluh tubuh. Pada gambar tersebut terlihat
bahwa tidak ada halangan pada aliran darah.
b) Bedakan struktur berikut dengan gambar sebelumnya (gambar a), klik
tulisan berwarna merah pada keterangan gambar! Gambarkan pada lembar
praktikum!
Pada gambar diatas arteri koroner mengalami derajat aterosklerosis yang lebih
besar daripada gambar pertama menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa di pembuluh darah, sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah. Pada gambar tersebut juga terdapat kalsifikasi atau hasil endapan
kalsium pada arteri korener. Kalsifikasi aterosklerotik adalah proses yang teratur
dan mirip dengan pembentukan tulang yang hanya terjadi ketika aspek lain dari
aterosklerosis juga ada.
Kalsifikasi arteri adalah suatu penyakit yang dapat terjadi pada arteri berukuran
sedang atau besar, ditandai dengan adanya gangguan fungsi endotelial,
peradangan pembuluh darah, dan akumulasi lipid, kolesterol, kalsium serta debris
selular dalam lapisan intima pada dinding pembuluh darah. Akumulasi lipid,
kolesterol, kalsium, dan debris selular dalam lapisan intima pada dinding
pembuluh darah akan menyebabkan terbentuk plak, perubahan bentuk pembuluh
darah, kelainan aliran darah, dan mengurangi persediaan oksigen ke organ target. (
Kumar & Abbas & Ester, 2013 ) Kalsifikasi terjadi karena adanya penimbunan
kalsium dalam jaringan. Perkapuran (tingkat kalsium) didaerah penyembuhan
yang terganggu disebut kalsifikasi distrofik, bila ada kalsium yang beredar,
disertai adanya gangguan kalsium fosfor dalam darah dapat terjadi kalsifikasi
metastatic(dalam ginjal, pembuluh darah, dan jaringan ikat). Kalsifikasi terbagi
menjadi dua, yaitu terdapat kalsifikasi tulang dan vaskuler.
Kalsium dan fosfor, Peningkatan kadar kalsium dan fosfor (lazim pada pasien
dengan ginjal kronis dan secara bermakna dikaitkan dengan kematian karena
penyakit kardiovaskular ada pasien)
Kematian sel, Kalsifikasi vaskular terkait dengan munculnya matriks vesikel
dengan konten sitoplasma dan membran sel utuh
Penghambat Kalsifikasi, Dalam kondisi normal sel-sel pembuluh darah
mengekspresikan molekul-molekul penghambat mineralisasi.
Gambar di atas adalah gambar lumen dari arteri koroner yang mengalami
sumbatan sepenuhnya yang disebabkan thrombus merah gelap. Thrombosis yang
terjadi pada kasus ini dan arteri secara umum merupakan hasil dari kerusakan
endotelium. Penyebab thrombosis arteri yang paling umum adalah aterosklerosis.
Gambar tersebut menunjukan adanya penyumbatan koroner pada pembuluh darah
di jantung, dan apabila kejadian ini berlangsung secara terus menerus, maka
jantung akan kekurangan pasokan darah sehingga akan membentuk kematian
jaringan nefrotik. Daerah yang mengalami nekrosis inilah yang nantinya akan
menyebabkan infark jantung.
Sementara pada trauma yang biasanya terjadi saat kecelakaan atau terkena
benturan, cedera ini menimbulkan peluang untuk mendapatkan blood clot
(penggumpalan darah). Setiap kali pembuluh darah mengalami kerusakan, terjadi
proses trombosis yaitu pembekuan darah atau koagulum dalam sistem vaskular.
Beberapa gumpalan hanya mempengaruhi vena di dekat permukaan kulit. Hal ini
dapat menyebabkan aliran darah dalam vena menurun. Kejadian ini disebut
flebotrombosis trombus semacam ini tenang atau dapat disertai dengan tanda-
tanda dan gejala-gejala peradangan dinding pembuluh vena. Jika tanda
peradangan menyolok maka disebut tremboflebitis. Akibat yang paling ditakutkan
adalah apabila sebagian trombus terlepas kemudian terbawa dalam aliran darah
dan tersangkut di tempat yang lain. (Price & Wilson, 2006). Bila terjadi trauma
maka menimbulkan reaksi dari pembuluh darah dan trombosit. Pembuluh darah
akan mengalami rasokontriksi dan trombosit mengalami adesi dan agregasi.
Selanjutnya, tubuh selalu berusaha mengatasi trauma dengan mengaktifkan faktor-
faktor pembekuan darah baik instrinsik maupun ekstrinsik. Kedua jalur tersebut
bertemu untuk mengaktifkan protombin menjadi trombin dengan bantuan prolipin
dan kalsium. Trombin yang terbentuk akan mengaktifkan fibrinogen menjadi
fibrin dan terjadilah trombosis. vaskulitis, ini adalah peradangan pembuluh darah
yang ditandai dengan kematian jaringan, jaringan parut dan poliferasi dari dinding
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah.
Karena ini merupakan kelainan pada pembuluh darah maka memungkinkan akan
berdampak terjadinya trombosis.
Trombus yang terlepas pada aliran dsarahditakuti karena akan terbawa tempat
yang jauh dan membuat organ mengalami iskemia karena adanya trombus yang
menempel. Contohnya adalah pada trombus vena pada pinggul atau tungkai,
fragmen trombus vena yang terlepas dan terbawa aliran darah maka fragmen
tersebut akan memasuki vena cava dan kemudian jantung kanan. Fragmen ini
tidak akan tersangkut selama perjalanan karena pembuluh dan ruangan jantung
berukuran besar. Darah akan meninggalkan ventrikel kanan dan mengalir ke
cabang utama arteri pulmonalis kemudian ke cabang pulmonalis kanan dan kiri
dan selanjutnya ke pembuluh darah yang lebih kecil. Karena keadaan anatomis ini
trombus vena akan berakhir menjadi emboli arteri pulmonalis. Jika embolus
sangat besar maka sebagian besar suplai darah akan terhenti secara mendadak. Hal
inilah yang dapat mengakibatkan kematian tiba-tiba.
Aorta merupakan pembuluh besar yang memperdarahi bagian abdomen dan ektrimitas
bawah. Jika aorta terserang aterosklerosis bagian abdomen dan ekterimitas bawah
akan paling banyak terkena dampak buruk.
Dalam sirkulasi di otak, arteri yang tertutup oleh plak aterosklerosis akan
menyebabkan thrombotic strokes. Dalam pembuluh darah di ginjal, akan
menyebabkan hipertensi renovaskular (Mohan,2010). Hipertensi renovaskular terjadi
karena adanya penyempitan arteri yang mengantar darah ke ginjal. Hipertensi
renovaskular dapat menyebabkan ginjal kronis, yaitu penurunan fungsi ginal secara
perlahan.
Dampak :
Gagal jantung kiri, karena infark menyerang pada ventrikel kiri jantung
lalu menyebabkan kongesti pada vena pulmonalis.
Menurunnya kekuatan kontarksi dari jantung
Menimbulkan abnormalitas gerakan dinding jantung dan irama detak
jantung
Mengubah daya kembang ruang jantung, dengan berkurangnya
kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan diri, makan besar volume
sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat lalu
menyebbabkan tekanan jantung sebelah kiri meningkat.
Edema paru, dengan meningkatnya tekanan jantung sebelah kiri lalu
disalurka ke belakang ke vena pulmonalis, tekanan hidrotatik dalam
kapiler paru melebihi tekanan onkotik vaskular maka terjadi prose
transudasi ke salam ruang interstisial, jika tekanan masih meningkat terjadi
perembesa cairan ke dalam alveoli dan menyebabkan edema paru-paru
Meningkatnya aliran balik vena, volume saat menguncup akan
menimbulkan respon kompensatorik, dalam mempertahankan curah
jantung kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi meningkat. Terjadi
vasokonstriksi perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi
aliran darah dari organ-organ yang tidak vital demi perfusi organ-organ
vital. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung
kanan, sehingga akan meningkatkan kekuatan kontraksi (hukum jantung
starling). Pengurangan aliran darah ginjal dan laju fltrasi glomelurus akan
mengakibatkan pengaktifkan sistem renin-angiotensi-aldosteron, dengan
terjadinya retensi Na dan air oleh ginjal, lalu aliran balik vena akan
mengalami penningkatan.
Gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal
jantung kanan akibat meningkatnya tekanan vaskular paru sehingga dapat
membebani ventrikel kanan (Price & Wilson, 2006).
n) Apa yang dimaksud dengan aneurisma? dan bagaimana mekanisme
terjadinya?
Aneurisma adalah kondisi abnormal yang permanen dimana pembuluh darah
melebar, melemahnya pembuluh darah tersebut dan hancurnya dinding pembuluh
darah. Aneurisma biasanya menyerang arteri elastis besar seperti aorta dan
percabangan mayor. Aneurisma disebabkan oleh efek dari trombosis dan
tromboembolism, perubahan aliran darah, ruptur pada pembuluh darah, dan
perubahan tekanan aliran darah (Mohan,2010). Mekanisme terjadinya aneurisma:
Kelainan yang terlihat pada gambar di atas adalah ekimosis. Ekimosis merupakan
hemorrhage yang terjadi pada kulit. Hemorrhage pada kulit terjadi diakibatkan
oleh pecahnya pembuluh darah di bawah kulit. Hal ini disebabkan oleh luka atau
trauma akibat benturan. Hal tersebut dapat menyebabkan pembengkakan yaitu
edema yang biasa disebut dengan ekimosis/ ecchymosis. Keadaan pecahnya
pembuluh darah biasanya berwarna merah hingga keungu-unguan. Hal tersebut
disebabkan oleh regredasinya hemoglobin menjadi bilirubin.
Ekimosis adalah kelainan yang terjadi akibat darah yang ‘kabur’ menuju
jaringan sehingga menimbulkan luka memar. Jika daerah yang terkena
ekimosis tersebut mulai membesar makan bisa disebut dengan hematoma.
Petekhie, adalah suatu kelainan yang berbentuk datar, berupa bintik bintik
kecil, tidak terdapat spot merah atau ungu karena perdarahan terjadi di dalam
kulit atau membran mukosa, petekhie terdapat di area badan yang
menggantung, seperti lengan atau bagian lain akibat penggunaan baju yang
terlalu ketat, petekhie ini sering terjadi pada bayi yang baru lahir akibat
adanya trauma saat proses kelahiran.
Kelainan klien yang tampak pada gambar adalah hematoma. Hematoma adalah
perdarahan yang tidak membeku dan menonjol sebagai suatu tumor pada suatu
jaringan. Penyebab terjadinya hematoma yang paling sering dijumpai adalah
trauma eksternal seperti cedera yang disertai memar. Hilangnya integritas dinding
pembuluh darah memungkinkan darah untuk keluar. Dinding pembuluh darah
dapat pecah sebagai suatu penyakit serta trauma. Perubahan warna pada memar
disebabkan oleh darah yang terkumpul dalam ruang interstisial jaringan yang
terkena trauma. Pada gambar, terdapat hematoma kecil yang ada di jari kuku kaki
yang diakibatkan oleh trauma. Mekanisme hematoma yaitu ketika terjadinya
trauma eksternal, darah akan terkumpul di interstisial. Eritrosit yang ada di
degradasi dan difagosit oleh makrofag. Hemoglobin yang berwarna biru-merah
kemudian diubah secara enzimatik menjadi bilirubin (berwarna hijau-biru). Suplai
darah akan menurun, sehingga darah yang terdeoksigenasi (tidak mengandung
oksigen) akan menumpuk sehingga menghasilkan warna kebiruan pada area yang
terdapat hematoma.
4. Edema
u) Apakah penyebab – penyebab edema?
Edema terjadi akibat peningkatan daya dorong cairan dari pembuluh menuju
jaringan antar sel. Berdasarkan penyebabnya, terdapat dua jenis edema, yaitu
edema nonradang(transudat) dan edema radang(eksudat).
Penyebab edema nonradang, yaitu:
No Nama Mekanisme
5. Syok
w) Bagaimana mekanisme terjadinya syok?
Tahap Nonprogresif
Neurohormonal membantu mempertahankan tekanan darah dan curah
jantung. Hal tersebut melalui aktivasi poros renninagiotensin, pelepasan
hormon antidiuretik, perangsangan simpatis umum, dan pelepasan
katekolamin serta refleks baroreseptor. Pada akhirnya menimbulkan efek
vasokontriksi perifer dan pemeliharaan cairan ginjal. Gejala klinis pada syok
dengan stadium kompensasi ini adalah takikardi, gelisah, kulit pucat dan
dingin, pengisian kapiler lambat (Robbins, 2007)
Tahap Progresi
Apabila syok yang ringan tidak diperbaiki, maka secara akan berlanjut ke
tahap progresif. Respirasi aerobik intrasel digantikan dengan glikolisis
anaeobik, disertai dengan prosuksi asam laktat metabolik dapat menurunkan
Ph jaringan dan mengumpulkan respo vasomotor. Selanjutnya, arteriol
berdilatasi dan darah mulai mengumpu. Pengumpulan tersebut tidak hanya
memperburuk curah jantung, tetapi juga sel endotel berisiko mengalami
cedera anoksia ( Robbins, 2007)
Tahap Irreversible
Jika tidak dilakukan sebuah intervensi, proses akan memasuki tahap
irreversible. Jejas yang meluas ditandai oleh adanya kebocoran pada enzim
lisosom dan hal tersebut semakin memperberat keadaan syok lalu fungsi
miokard akan memburuk dan ginjal sama sekali tidak befungsi akibat dari
nekrosis tubular akut. Maka kemunduran klinis yang terus terjadi secara pasti
dapat menimbulkan kematian (Robbins, 2007)
x) Jelaskan dengan bagan bagaimana dehidrasi menyebabkan syok!
space loss, sehingga menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak
adequate. Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok
hipovolemik adalah CO ( Cardiac Output ) ↓, BP (Blood Pressure) ↓, SVR
(Systemic Vascular Resistance) ↑, CVP (Central Venous Pressure) ↓. Terapi syok
hipovolemik bertujuan untuk restorasi volume intravaskuler, dengan target utama
mengembalikan tekanan darah, nadi, dan perfusi organ secara optimal. Bila
kondisi hipovolemia telah teratasi dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi
agen vasoaktif, seperti dopamine, dobutamine (Worthley, 2000)
Dampak psikologis
Dampak sosial
Pasien akan merasa malu dan sulit berinteraksi. Lalu, bagian tubuh
pasien mengalami pembengkakan, sehingga pasien kesulitan dalam melakukan
aktivitas dan menyebabkan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemudian pekerjaan akan terhambat.
Dampak psikologis
Dampak sosial
C. Kasus aterosklerosis
Dampak psikologis
Dampak sosial
Cemas dan takut akan penyakit atau rasa sakit yang dialami pasien
membuat pasien kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
D. Kasus thrombosis
Dampak psikologis
Dampak sosial
Dampak psikologis
Dampak sosial
Jika ringan, maka tidak akan begitu mengganggu kehidupan sosial
pasien. Namun, apabila kondisinya semakin parah maka pasien akan
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan kehidupan sosialnya akibat
penyakit yang dideritanya.
F. Perdarahan
Dampak psikologis
Dampak sosial
G. Embolus
Dampak psikologis
Pasien akan merasa cemas, ketakutan, dingin, pucat, merasa nyeri, nadi
lemah, dan dingin.
Dampak sosial
H. Infark
Dampak psikologis
Dampak sosial
I. Dehidrasi
Dampak psikologis
Edema
Penatalaksanaan:
1. Oksigenasi: untuk menghilangkan hipoksia dan dispenia dan jika terjadi gagal napas
diberikan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
3. Perawatan suportif
Pada edema paru, untuk membantu arus balik vena ke jantung, baringkan pasien dengan
posisi tegak, tungkai dan kaki dibawah atau terjuntai di samping tempat tidur. Berikan
sentuhan untuk pasien. Maksimalkan waktu kegiatan saat di tempat tidur, berikan informasi
yang sederhana dan jelas.
Intervensi keperawatan pada kasus edema, juga dapat dilakukan melalui:
1. Pencegahan infeksi
2. Memfasilitasi koping
5. Evalulasi intervensi
Syok
Penatalaksanaan:
1. Pencegahan primer, berupa pemantauan terhadap pasien dan membantu dalam mengganti
cairan sebelum terjadi penipisan volulme intravaskuler.
2. Tindakan keperawatan umum, pemberian obat ataupun cairan dengan akurat dan
terdokumentasikan, serta memberikan laporan atau pemantauan jika terdapat komplikasi
maupun efek obat
4. Komplikasi penggantian cairan, pemantauan pada kelebihan beban kerja jantung dan
edema pulmonal. Contoh: tekanan hemodinamik, tanda vital.
5. Oksigen, berupa pemberian masker oksigen untuk mengatasi ansietas dan ketakutan.
5. Evaluasi sensasi
Aterosklerosis
Penatalaksanaan:
Tergantung pada faktor risiko, pemberian obat, dan tindakan keperawatan. Dapat melalui
teknik radiologi yang menunjukkan hubungan terapeutik dan prosedur pembedahan itu
penting. Contoh: angioplasti laser dan aterektomi rotasional.
Trombosis
Intervensi keperawatan:
Perdarahan
Intervensi keperawatan:
4. Memberikan besi IV atau IM, sarankan untuk minum suplemen besi
Embolus
Intervensi keperawatan:
2. Memberikan obat seperti analgesik untuk pereda nyeri dan obat anti koagulan
Modifikasi diet, gerakan badan, cara mengukur tekanan darah, dan efek samping koagulan.