Anda di halaman 1dari 14

JAZIRAH ARAB DAN TATA SOSIAL MASYARAKAT JAHILIYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

DISUSUN OLEH

KELOMPOK :2

NAMA : - INDRI RAHMAWATI

- FIKRI

PROGRAM STUDI : PGMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


STIT AL-HIKMAH TEBING TINGGI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas bagi kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Tak lupa, sholawat
serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam dengan mengangkat tema “Jazirah Arab dan Tata Sosial Masyarakat
Jahiliyah”. Diharapkan, makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca
Mungkin dalam penyusunan makalah ini, terdapat banyak kesalahan di dalamnya, maka
dari itu penulis harapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan
menjadi lebih baik. Kami berharap agar makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Tebing tinggi, 7 September 2022

Pemateri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. Letak Geografis Jazirah Arab...............................................................................................2

B. Agama Bangsa Arab Pra-Islam............................................................................................3

C. Peradaban Bangsa Arab Pra-Islam.......................................................................................4

D. Kehidupan Sosial di Jazirah Arab ........................................................................................6

C. Kehidupan Politik di Jazirah Arab........................................................................................6

C. Kehidupan Eknomi di Jazirah Arab......................................................................................7

BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP......................................................................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................................................10

B. Saran...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah.Julukan
semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab
pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang.
Mereka pada umumnya hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat
jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan,
memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri
dan kepahlawanan. Dalam Islam, periode jahiliyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam
kehidupan beragama. Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal
yang sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia
yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis Jazirah Arab?
2. Apa agama bangsa Arab Pra-Islam?
3. Bagaimana peradaban bangsa Arab Pra-Islam?
4. Bagaimana kehidupan sosial di Jazirah Arab?
5. Bagaimana kehidupan politik di Jazirah Arab?
6. Bagaimana kehidupan ekonomi di Jazirah Arab?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui letak geografis Jazirah Arab.
2. Untuk mengetahui agama bangsa Arab Pra-Islam
3. Untuk mengetahui peradaban bangsa Arab Pra-Islam
4. Untuk mengetahui kehidupan sosial di Jazirah Arab
5. Untuk mengetahui kehidupan politik di Jazirah Arab
6. Untuk mengetahui kehidupan ekonomi di Jazirah Arab

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Jazirah Arab

Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti kepulauan, Arab secara
etimologi berasal dari kata Arabia yang bearti gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke,
seorang ahli ketimuran dari Jerman sebab sebagian besar wilayah arab terdiri dari gurun
pasir.Tetapi menurut Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar artinya
rahlah atau kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.Dari segi geografis
sebenarnya arab bukanlah sebuah Kepulauan sebab dari empat penjuru perbatasannya masih ada
satu yang tidak berbatasan dengan laut, yaitu:
 Disebelah utara Jazirah Arab berbatasan dengan gurun Iran dan gurun Syiria,
 Disebelah selatan berbatasan dengan samudra Hindia,
 Disebelah barat berbatasan dengan laut Merah, dan
 Disebelah timur berbatasan dengan teluk Persia.1
1
Abd. Mutholib, dkk. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Dirjend PKAI dan Universitas Terbuka, 1995), hlm.

2
Jazirah Arab merupakan suatu daerah berupa pulau yang berada diantara benua Asia dan
Afrika. Jazirah Arab memiliki luas wilayah kurang lebih 1.100.000 mil persegi atau 126.000
farsakh persegi atau 3.156.558 kilometer persegi. Tanah yang sekian luasnya itu sepertiganya
tertutupi oleh lautan pasir, yang diantaranya yang paling besar adalah ar-Rabi’l-Khaly. Bukan
dengan pasir saja, tetapi dipenuhi pula oleh batu-batu yang besar atau gunung-gunung batu yang
tinggi, diantaranya yang paling tinggi dan besar adalah Jabal Sarat. Daerah seluas itu, pada masa
itu dihuni oleh 12 juta jiwa, namun ada yang berpendapat 10 juta jiwa.2
Dari sisi kondisi cuaca, semenanjung Arab merupakan salah satu wilayah yang kering dan
terpanas. Hanya Yaman dan Asir yang mendapatkan curah hujan yang cukup untuk bercocok
tanam secara teratur.3

B. Agama Bangsa Arab Pra-Islam


Agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam sangat beragam, ada yang menyembah
Allah, ada yang menyembah Matahari, Bulan, Bintang, Bahkan ada pula yang menyembah
patung dan api. Ada pula yang beragama Nasrani dan Yahudi.
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk jazirah Arab, bangsa Arab masih
menganut agama asli mereka, yaitu kepercayaan kepada banyak dewa yang diwujudkan dalam
bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut
dipusatkan di Ka’bah, meskipun ditempat-tempat lain juga ada.Menurut riwayat, dalam Ka’bah
itu terdapat 360 buah patung yang bermacam-macam bentuk dan warna menurut kemauan
masing-masing kabilah dan suku.Berhala-berhala yang penting adalah Hubal, yang dianggap
sebagai dewa terbesar, terletak di Ka’bah; Lata, dewa tertua, terletak di Thaif; Uzza, bertempat di
Hijaz. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat untuk menanyakan dan mengetahui nasib baik
dan nasib buruk.4
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain agama-agama di atas
adalah Ḥanīfīyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak
terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhalam, juga tidak menganut agama Yahudi
ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Merekaberpandanganbahwa agama yang benar

184.
2
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 13-14
3
PhiliphK. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 16.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet.15, 2003), hlm. 15-16.

3
di sisi Allah adalah Ḥanīfīyah.5

C. Peradaban Bangsa Arab Pra-Islam


Sebelum membahas tentang Peradaban Islam, tentunya kita harus mendalami terlebih
dahulu tentang bangsa Arab yang merupakan bangsa yang sangat berperan dalam pembentukan
sejarah peradaban Islam. Hal tersebut dikarenakan hampir semua peradaban Islam dimulai dan
terjadi di Jazirah Arab. Baik kelahiran Islam itu sendiri, perkembangannya dan masa
kejayaannya.
Peradaban dunia menjelang lahirnya Islam telah menyimpang jauh dari ketentuan Allah
SWT yang telah dititipkan kepada Nabi Isa a.s. Peradaban Arab ketika itu memiliki corak, yaitu
bobroknya moralitas, bahkan sama sekali tidak mencerminkan budaya yang positif, sehingga
peradaban Arab ketika itu disebut peradaban Jahiliyah.
Sesungguhnya kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran
sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna’ Khalil al-Qathtan ada tiga 3 makna,
yaitu:6
 Tidak adanya ilmu pengetahuan (makna asal).
 Meyakini sesuatu secara salah.
 Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya dia
kerjakan.
Masyarakat jahiliyah tidak merujuk pada kurun waktu tertentu, melainkan suatu kondisi
masyarakat.Dalam pengetahuan dan peradaban, masyarakat Arab tidak bisa disebut jahiliyyah
(bodoh) dalam pengertian barbar dan primitif. Justru banyak perilaku dan pengetahuan positif
yang dihasilkan mereka, yang kemudian dipelihara oleh Islam, misalnya dalam penghormatan
tamu, kedermawanan, tepat janji, bersahaja. Yang dimaksud masyarakat jahiliyah sebelum
datangnya Islam adalah keseluruhan masyarakat yang menjauhi nilai-nilai fitrah, yang sudah
dibawa oleh para Rasul pembawa risalah tauhid.
Sebutan jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, jika masyarakat jahiliyah kita
artikan sebagai masyarakat bodoh dalam pengertian primitif yang tak mengenal pengetahuan
atau budaya; tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan data sejarah, masyarakat
Arab waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana pun peradaban itu. .
5
Muhammah Sa’id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press Cet. 11, 2006), hlm 21
6
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra,1997), hlm 30.

4
Seorang ahli sejarah Islam terkenal Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata “Arab Jahiliyah”
yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, mereka terus
melawan kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu benar.7
Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar wajar, seperti:
 Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang
menjadi wali wanita itu, lalu dia dapat menikahi wanita itu seketika itu pula setelah
menyerahkan mas kawin.
 Para laki-laki bisa mendatangi wanita wanita sesuka hatinya, yang disebut wanita pelacur.
 Pernikahan istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain.
 Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan pertempuran. Untuk pihak
yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut
kemauannya.
Hal-hal yang menyimpang diluar kewajaran selain itu adalah Poligami tanpa ada
batasannya. Menikahi janda bapak mereka sendiri.Ada pula yang sangat pantas jika mereka
disebut masyarakat jahiliyyah, yakni mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena
malu. Atau ada juga yang membunuh anak laki-laki mereka, apabila anak laki-laki mereka itu
dinilai mempunyai watak penakut dan atau pengecut. Karena adanya kepercayaan bahwa akan
kelaparan dan mengalami kemiskinan. Walaupun adat seperti itu tidak dapat dibenarkan, namun
untuk dapat memahaminya perlu dilihat motivasi-motivasi yang mendorong adanya adat seperti
itu. Biarpun masyarakat arab pra-Islam juga memiliki rasa iba dan kasih sayang kepada anak
kandungnya. Akan tetapi sifat-sifat keprimitifan mereka sebagai suku-suku pengembara,
terlampau berlebihan dalam mendewa-dewakan harga diri, kehormatan dan nama baik keluarga
dan kabilahnya. Mereka sangat takut kalau-kalau di kemudian hari anak perempuannya akan
mencemarkan nama baik keluarga dan kabilahnya, mengingat tata sosial pada masa itu tatkala
kaum wanita hanya berkedudukan sebagai pemuas nafsu kaum pria belaka. Dan tidak memiliki
hak apapun dalam menentukan nasibnya sendiri.
Akan tetapi dalam hal lain ada pula segi-segi positif sifat dan tabiatnya yang mampu
mengalahkan segi-segi negatifnya. Seperti kepekaan mereka apabila harga diri, kehormatan dan
kebebasannya diganggu orang, kedermawanan mereka terhadap tamu, keberanian berkorban
untuk sesuatu yang dianggapnya benar, menjunjung tinggi prinsip-prinsip persamaan dan

7
Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984), hlm. 35.

5
demokrasi, semuanya itu merupakan sifat-sifat yang patut dipuji.8

D. Kehidupan Sosial Di Jazirah Arab


Bila dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat
solidaritas dan budaya yang tinggi. Tingkat solidaritas yang sangat tinggi itu bisa dilihat dari
kehidupan bangsa Arab di padang Pasir yaitu kaum Badui. Mereka mempunyai perasaan
kesukuan yang tinggi. Karena sukuisme itulah yang akan melindungi keluarga dan warga suatu
suku. Hal ini disebabkan terutama karena di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu
badan resmi yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan dan tindakan
sewenang-wenang dari siapa saja. Kabilah atau suku itulah yang mengikat warganya dengan
ikatan darah (keturunan) atau ikatan kesukuan. Kabilah itulah yang berkewajiban melindungi
warganya dan melindungi orang-orang yang menggabungkan diri atau meminta perlindungan
kepadanya.9
Kehidupan sosial bangsa Arab juga dapat kita ketahui dengan adanya syair-syair Arab.
Syair merupakan salah satu seni yang sangat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab. Seorang
penyair mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam dalam masyarakat bangsa Arab.Salah
satu pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seseorang
yang tadinya hina atau sebaliknya.10

E. Kehidupan Politik di Jazirah Arab


Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah daerah
gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Ditambah lagi dengan kenyataan
luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya
badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan serta
adanya tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke
kabilahnya saja. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar
kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara.11

8
http://amrikhan.wordpress.com/2011/06/05/resum-sejarah-peradaban-islam/ diakses pada tanggal 7 September
2022 pukul 19:40 WIB.
9
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 22.
10
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1999), hlm. 58.
11
‘Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Tarīkh Ṣadr al-Islam (Beirut: Markaz Dirāsah al-Waḥdah al-‘Arabīyah,
2007), hlm. 41.

6
Namun dalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku sangat kuat. Hal ini tercermin
dalam perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah dibuat antara pemimpin suku di Mekkah
dengan penguasa Yaman, Yamamah, Tamim, Ghassaniah, Hirah, Suriah, dab Ethiopia.Model
organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model kabilah). Kepala sukunya
disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari
suku yang lebih tua, biasanya dari anggota yang masih memiliki hubungan famili. Shaikh tidak
berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-
hukuman. Hak dan kewajiban hanya melekat pada warga suku secara individual, serta tidak
mengikat pada warga suku lain.12

F. Kehidupan Ekonomi di Jazirah Arab


Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian masyarakat Arab pra Islam.
Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan
non-Arab. Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan antara lain karena
pertanian yang telah maju. Kemajuan ini ditandai dengan adanya kegiatan ekspor-impor yang
mereka lakukan. Para pedagang Arab selatan dan Yaman pada 200 tahun menjelang Islam lahir
telah mengadakan transaksi dengan Hindia, Afrika, dan Persia. Komoditas ekspor Arab selatan
dan Yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis,
dan anggur. Sedangkan yang mereka impor dari Afrika adalah kayu, logam, budak; dari Hindia
adalah gading, sutra, pakaian dan pedang; dari Persia adalah intan.13

Data ini menunjukkan bahwa perdagangan merupakan urat nadi perekonomian yang sangat
penting sehingga kebijakan politik yang dilakukan memang dalam rangka mengamankan jalur
perdagangan ini.Faktor-faktor yang mendorong kemajuan perdagangan Arab pra Islam
sebagaimana dikemukakan Burhan al-Din Dallu adalah sebagai berikut:

1. Kemajuan produksi lokal serta kemajuan aspek pertanian.

2. Adanya anggapan bahwa pedagang merupakan profesi yang paling bergengsi.

12
Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya dan Peranan Islam, terj.
Said Jamhuri (Jakarta: Ilmu Jaya, 1994), hlm. 10.
13
Syafiq A. Mughni, “Masyarakat Arab Pra Islam”, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, I (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 15.

7
3. Terjalinnya suku-suku ke dalam politik dan perjanjian perdagangan lokalmaupun regional
antara pembesar Hijaz di satu pihak dengan penguasa Syam, Persia dan Ethiopia di pihak lain.

4. Letak geografis Hijaz yang sangat strategis di jazirah Arab.

5. Mundurnya perekonomian dua imperium besar, Byzantium dan Sasaniah, karena keduanya
terlibat peperangan terus menerus.

6. Jatuhnya Arab selatan dan Yaman secara politis ke tangan orang Ethiopia pada tahun 535
Masehi dan kemudian ke tangan Persia pada tahun 257 M.

7. Dibangunnya pasar lokal dan pasa musiman di Hijaz, seperti Ukaz, Majna, Zu al-Majaz, pasar
bani Qainuna, Dumat al-Jandal, Yamamah dan pasar Wahat.

8. Terblokadenya lalu lintas perdagangan Byzantium di utara Hijaz dan laut merah.

9. Terisolasinya perdagangan orang Ethiopia di laut merah karena diblokade tentara Yaman pada
tahun 575 M.14

Data-data yang dikemukakan Dallu menunjukkan bahwa antara ekonomi dan politik tidak
dapat dipisahkan dalam konteks kehidupan masyarakat Arab pra Islam. Kehidupan politik
Byzantium dan Sasaniah turut memberikan sumbangan dalam memajukan proses perdagangan
yang berlangsung di Hijaz, karena kedua kerajaan ini sangat berkepentingan terhadap jalur
perdagangan ini.

Di lain sisi, Mekkah di mana terdapat ka’bah yang pada waktu itu sebagai pusat kegiatan
Agama, telah menjadi jalur perdagangan internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang
sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan yang menghubungkan jalur perdagangan
dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria, dari Abysinia ke Irak. Pada mulanya Mekkah didirikan
sebagai pusat perdagangan lokal di samping juga pusat kegiatan agama. Karena Mekkah
merupakan tempat suci, maka para pengunjung merasa terjamin keamanan jiwanya dan mereka
harus menghentikan segala permusuhan selama masih berada di daerah tersebut. Untuk
menjamin keamanan dalam perjalanan suatu sistem keamanan di bulan-bulan suci, ditetapkan

14
Burhan al-Din Dallu, Jazirat al-‘Arab Qabl al-Islam, (Beirut: t.p, 1989), hlm. 129-130.

8
oleh suku-suku yang ada di sekitarnya. Keberhasilan sistem ini mengakibatkan berkembangnya
perdagangan yang pada gilirannya menyebabkan munculnya tempat-tempat perdagangan baru.

Dengan posisi Mekkah yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan bertaraf
internasional, komoditas-komoditas yang diperdagangkan tentu saja barang-barang mewah
seperti emas, perak, sutra, rempah-rempah, minyak wangi, kemenyan, dan lain-lain. Walaupun
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah pada mulanya para pedagang Quraish merupakan
pedagang eceran, tetapi dalam perkembangan selanjutnya orang-orang Mekkah memperoleh
kesuksesan yang besar, sehingga mereka menjadi pengusaha di berbagai bidang bisnis.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti kepulauan, Arab secara
etimologi berasal dari kata Arabia yang bearti gurun pasir atau sahara. Agama bangsa Arab
sebelum kedatangan Islam sangat beragam, ada yang menyembah Allah, ada yang menyembah
Matahari, Bulan, Bintang, Bahkan ada pula yang menyembah patung dan api. Ada pula yang
beragama Nasrani dan Yahudi.
Sebutan jahiliyah perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, jika masyarakat jahiliyah kita
artikan sebagai masyarakat bodoh dalam pengertian primitif yang tak mengenal pengetahuan
atau budaya; tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan data sejarah, masyarakat
Arab waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana pun peradaban itu. Seorang
ahli sejarah Islam terkenal Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata “Arab Jahiliyah” yaitu orang-
orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, mereka terus melawan
kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu benar.
Arab mempunyai tingkat solidaritas dan budaya yang tinggi. Tingkat solidaritas yang
sangat tinggi itu bisa dilihat dari kehidupan bangsa Arab di padang Pasir yaitu kaum Badui.
Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model kabilah). Kepala
sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih antara sesama anggota.
Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian masyarakat Arab pra Islam. Faktor-
faktor yang mendorong kemajuan perdagangan Arab pra Islam sebagaimana dikemukakan
Burhan al-Din Dallu..

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan kepada pembaca agar
membaca dan memahami makna masyarakat jahiliyah pada makalah ini serta mengetahui
bagaimana tata sosial kehidupan masyarakat Jazirah Arab.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Mutholib, dkk. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Dirjend PKAI dan Universitas
Terbuka. 1995.
al-Buthy, Muhammah Sa’id Ramadhan. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press Cet. 11. 2006.
al-Dawrī, ‘Abd al-‘Azīz. Muqaddimah fī Tarīkh Ṣadr al-Islam. Beirut: Markaz Dirāsah al-
Waḥdah al-‘Arabīyah.
Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani. 2001.
Dallu, Burhan al-Din. Jazirat al-‘Arab Qabl al-Islam. Beirut: t.p, 1989.
Faisal, Ismail. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: CV. Bina Usaha. 1984.
http://amrikhan.wordpress.com/2011/06/05/resum-sejarah-peradaban-islam/ diakses pada tanggal
1 Oktober 2014 pukul 14:00 WIB.
Lewis, Bernard. Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya dan
Peranan Islam, terj. Said Jamhuri. Jakarta: Ilmu Jaya, 1994.
Mughni, Syafiq A. “Masyarakat Arab Pra Islam”, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, I.
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 2002.
Philiph K. Hitti, History of The Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2010.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra,1997.
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2009.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet.15. 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai