Anda di halaman 1dari 13

Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan

Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020


P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

Pelaksanaan Mitigasi Bencana Kebakaran


Pada Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Buton

La Asiri1
1Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Buton

E-mail: laasiriaris72@gmail.com

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Mitigasi


Bencana Kebakaran Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui serangkain
wawancar dan observasi terhadap pihak yang relevan dengan kajian penelitian, yang
kemudian data dianalisis melalui metode interaktif yang lazim dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses-proses mitigasi bencana dapat
digambarkan sebagai berikut; 1) Kesiapsiagaan sudah berjalan dengan baik, hanya saja
saran dan prasarana pendukung terbatas; 2) Pelaksanaan mitigasi bencana berjalan
baik, hal ini didukung dengan adanya peta rawan bencana serta partisipasi
masyarakat sadar dan tanggap bencana; 3) Tanggap darurat bencana yang
dilaksanakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran belum maksimal; sedangkan tahap 4)
Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana merupakan kewenangan dari instansi
lain, dalam hal ini Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Kata Kunci: Mitigasi Bencana, Kebakaran, Buton

Abstract, This study aims to describe the implementation of Fire Disaster Mitigation at
the Buton District Fire Service. This type of research is a qualitative research. The data
were obtained through a series of interviews and observations of parties relevant to
the research study, which were then analyzed through interactive methods common
in qualitative research. The results showed that disaster mitigation processes can be
described as follows; 1) Preparedness has been going well, it's just that the support
and infrastructure are limited; 2) The implementation of disaster mitigation is running
well, this is supported by the existence of disaster-prone maps and the participation of
the community aware and responding to disasters; 3) Disaster emergency response
carried out by the Fire Service has not been maximal; while stage 4) Post-disaster
rehabilitation and reconstruction is the authority of other agencies, in this case the
Social Service and Regional Disaster Management Agency.
Keywords: Disaster Mitigation, Fire, Buton

28
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

1. Pendahuluan (alamiah) ternyata aspek perbuatan


Indonesia merupakan salah satu manusia (sosial) pun harus mendapatkan
negara yang rentan terhadap bencana, perhatian khusus.
Alam Seperti; (kebakaran, kerusakan Dalam upaya mencegah atau
ekosistem, polusi lingkungan, dll) meminimalkan potensi dampak bencana
Diantara bencana tersebut, salah satunya kebakaran pada masa mendatang
yang harus mendapatkan perhatian diperlukan perencanaan program
khusus adalah bencana kebakaran, karena pelaksanaan mitigasi dan kesiagaan
dampak yang ditimbulkan sangat cepat terhadap bencana kebakaran. Pelaksanaan
dirasakan. Bencana ini secara umum mitigasi adalah upaya
termasuk dalam dua kategori bencana, menurunkan/meminimalkan resiko
yakni bencana alam dan bencana tempat bahaya bencana, pada populasi yang
pemukiman, kebakaran yang disebabkan rentan terhadap lingkup mitigasi meliputi
oleh kejadian alam dimasukan kedalam eliminasi dan resiko serta transmisi
kategori bencana alam, misalnya tanggung jawab.
kebakaan hutan yang disebabkan olek Fokus pelaksanaan mitigasi adalah
kekeringan atau guguran lava gunung mengeliminasi atau membatasi
berapi. Kebakaran yang termasuk dalam kemungkinan kejadian bencana, dan
kategori bencana pemukiman adalah menurunkan kerentanan populasi.
kebakaran pemukimam, gedung, alat, Kesiagaan terhadap potensi bencana
transportasi, dll (Priambodo, 2011). adalah suatu bentuk upaya peningkatan
Kebakaran merupakan salah satu jenis kemampuan masyarakat dalam merespon
bencana yang cukup potensial dengan secara efektif ancaman dan dampak
meninggalkan kerugian yang besar jika bencana dan segera pulih dari dampak
tidak mendapatkan perhatian dan jangka panjang. Partisipasi aktif
penanganan yang cukup serius melalui masyarakat memainkan peran penting
upaya mitigasi bencana. dalam aspek kesiagaan terhadap bencana.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun Salah satu jenis bencana yang sering
2007 tentang Penanggulangan Bencana, terjadi di Indonesia adalah kebakaran.
kebakaran termasuk pada jenis bencana Faktor kelalaian masyarakat
alam sekaligus bencana non alam mendominasi sebagai penyebab
berdasarkan penyebab terjadinya. Hal kebakaran. Hal tersebut memunculkan
tersebut mengindikasikan bahwa bencana pertanyaan besar tentang ketidakpedulian
kebakaran, selain dipengaruhi oleh masyarakat terhadap berbagai
kondisi fisik atau yang bersifat alamiah penyuluhan dan pendekatan yang
juga dapat terjadi akibat kelalaian dilakukan jajaran Dinas Pemadam
manusia sebagai penyebabnya. Dalam Kebakaran.
mitigasi bencana, selain aspek fisik Kegiatan penanggulangan bencana
29
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

yang efektif secara ideal dilakukan ketidaksiapan pemerintah daerah dan


melalui tiga tahap kegiatan: masyarakat dalam menghadapi bencana
1. Upaya pencegahan atau mitigasi yang terjadi. Masyarakat tampaknya
dan kesiagaan pada saat sebelum belum terlibat secara penuh dalam
terjadi bencana. berbagai kegiatan mitigasi dan rehabilitasi
2. Upaya penyelamatan pada saat bencana.
terjadi bencana. Berdasarkan kerangka kontekstual
3. Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi tugas pemerintah daerah dalam
setelah kejadian bencana. memberikan pelayanan kepada
Adanya motivasi yang kuat masyarakat khususnya terkait
dibutuhkan dengan dasar adanya penanggulangan bencana kebakaran, ada
kebutuhan masyarakat untuk mencegah sejumlah kasus kebakaran yang terjadi
munculnya kejadian kebakaran. Motivasi dalam lima tahun terakhir yang cukup
itu dibicarakan dalam keluarga, menonjol seperti peristiwa kebakaran
pertemuan antarwarga, dan sosialisasi perumahan penduduk dan pasar
sehingga perlu disusun suatu langkah tradisional di Desa Gunung Jaya
kerja berupa koordinasi antara Kecamatan Siotapina dan kasus
masyarakat dengan RT untuk kebakaran hutan di Bukit Teletabis.
mengadakan pelatihan dan sosialisasi Kebakaran Hutan yang terjadi di Bukit
atau himbauan terkait upaya pencegahan Teletabis merupakan kejadian bencana
kebakaran. tahunan yang mampu merusak dan
Penanganan bencana kebakaran di mempengaruhi ekosistem di kawasan
Kabupaten Buton belum efektif antara lain hutan tersebut serta sangat mengganggu
sebagai akibat paradigma penanganan kesehatan dari masyarakat setempat dan
bencana yang bersifat parsial, sektoral dan aktivitas transportasi di jalur Bukit
kurang terpadu. Tanggapan terpusat pada Teletabis. Sehingga upaya mitigasi
upaya pemerintah yang masih terbatas bencana sejak awal perlu dilakukan
pada pemberian bantuan fisik yang hanya dalam penangan kebakaran hutan
dilakukan pada fase kedaruratan. maupun kebakaran pemukiman
Meskipun perhatian terhadap bencana penduduk.
terlihat meningkat, tetapi upaya tersebut Berkaitan dengan hal tersebut diatas,
perlu mendapatkan perhatian terutama Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
yang berkaitan dengan antisipasi, Buton perlu melakukan upaya-upaya
rehabilitasi, dan mitigasi bencana yang yang terencana, terpadu dan
masih memerlukan perencanaan, berkesinambungan, terutama yang
implementasi dan sosialisasi secara lebih berkaitan dengan kesiapsiagaan
baik. Berbagai kejadian kebakaran di pencegahan bencana kebakaran sejak dini.
Kabupaten Buton memperlihatkan Upaya mitigasi penanggulangan bencana

30
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

kebakaran dapat dilakukan melalui manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-


pemantauan lahan di kawasan hutan tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau
yang menjadi sumber dari terbentuknya peristiwa-peristiwa sebagai sumber data
bahan yang mudah memicu kebakaran. yang memiliki karakteristik tertentu di
Selain itu, dengan upaya mitigasi dalam suatu penelitian, Hadari Nawawi
penanggulangan bencana tersebut juga (2011). Oleh karena itu populasi dalam
dapat membantu untuk memantau penelitian ini adalah seluruh Pegawai
kawasan yang menjadi salah satu faktor Negeri Sipil Dinas Pemadam Kebakaran
pendukung terjadinya kebakaran. Karena Kabupaten Buton yang berjumlah 16
esensi dari kesiapsiagaan bencana sendiri orang.
yaitu mampu mengenali ancaman dan Teknik sampling yang digunakan
memprediksi sebelum terjadinya dalam pengambilan sampel pada
bencana bahkan mampu mencegah penelitian ini adalah teknik purposive
terjadinya bencana. Akan tetapi jika tidak sampling. Pengertian purposive sampling
mampu maka perlu ada upaya untuk menurut Sugiyono (2013) adalah teknik
mengurangi dampak serta penentuan sampel dengan pertimbangan
menanggulangi dampak tersebut secara tertentu. Sementara menurut Jogiyanto
efektif hingga mampu untuk pulih (2011) menyatakan bahwa purposive
kembali (Sukma: 13). sampling dilakukan dengan mengambil
2. Metode Penelitian sampel dari populasi berdasarkan suatu
Penelitian ini menggunakan metode kriteria tertentu. Adapun Sampel dalam
desktiptif kualitatif. Dapat didefinisikan penelitian ini berjumlah 5 orang.
bahwa penelitian kualitatif adalah Sumber data dalam penelitian ini
penelitian yang menghasilkan data berasal dari data primer dan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan sekunder. Sedangkan teknik
lisan dari orang-orang dan perilaku yang pengumpulan data yang digunakan
dapat diamati (Bogdan dan Paylor dalam adalah observasi, wawancara, dan studi
Moleong 2009:5). Penelitian deskriptif kepustakaan. Analisis data yang
kualitatif merupakan prosedur digunakan adalah teknik analisis data
pemecahan masalah yang diselidiki interaktif. Dengan teknik ini, data yang
dengan jalan menggambarkan dan terkumpul akan dilakukan analisis
melukiskan keadaan yang ada sekarang melalui tiga komponen yaitu reduksi data,
berdasarkan fakta-fakta sebagaimana penyajian data dan penarikan
adanya. Penelitian ini hanya terdiri dari kesimpulan.
satu variabel yakni Pelaksanaan Mitigasi
Bencana Kebakaran.
Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari

31
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

3. Pembahasan program peningkatan kesiapsiagaan dan


a. Kegiatan Kesiapsiagaan pencegahan bahaya kebakaran.
Kegiatan kesiapsiagaan adalah Berdasarkan data yang ada
merupakan tindakan-tindakan yang memperlihatkan bahwa terjadinya
memungkinkan pemerintah, organisasi, kebakaran di Kabupaten Buton dalam
masyarakat dan individu untuk mampu kurun waktu 2017-2019 bersifat fluktuatif,
menanggapi situasi bencana secara cepat yaitu selalu berubah-ubah. Namun dalam
dan tepat guna (Charter, 1991). Beberapa data tersebut, kecenderungan terjadinya
kegiatan yang termasuk kedalam kebakaran mengalami peningkatan. Pada
tindakan kesiapsiagaan adalah seperti tahun 2017 sempat mengalami
penyusunan rencana penanggulangan penurunan jumlah terjadinya bencana
bencana, Pemeliharaan sumber daya, dan kebakaran sebanyak 5 kejadian namun
pelatihan personil. tahun 2018 mengalami peningkatan
Kegiatan kesiapsiagaan adalah sebanyak 11 kejadian. Kebakaran pada
serangkaian kegiatan yang dilakukan tahun 2019 juga mengalami peningkatan
untuk mengantisipasi bencana melalui yang cukup pesat yaitu sebanyak 15
pengorganisasian serta melalui langkah kejadian kebakaran. Dapat dikatakan
yang tepat guna dan berdaya bahwa kinerja Dinas Pemadam
guna.Kegiatan kesiapsiagaan yang Kebakaran Kabupaten Buton menurun
dilakukan pada Dinas Pemadam sehingga menyebabkan terjadinya
Kebakaran Kabupaten antara lain meliputi kebakaran meningkat setiap tahun. Dinas
: Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
1. Menyiapkan Peralatan Kebakaran memiliki target dapat mencapai waktu
(APAR); tanggap daerah layanan kebakaran yaitu
2. Mempersiapkan mobil pemadam 15 menit tetapi dalam realisasi target
kebakaran; tersebut masih belum tercapai.
3. Menyiapkan Personil atau Anggota Dari hasil wawancara diperoleh
Pemadam Kebakaran; informasi bahwa kegiatan kesiapsiagaan
4. Melakukan sosialisasi kepada pada Dinas Pemadam Kebakaran
masyarakat tentang dampak Kabupaten Buton dalam upaya
kebakaran. menangani bencana kebakaran sudah
Dinas Pemadam Kebakaran berjalan dengan baik namun belum
Kabupaten Buton memiliki beberapa sesuai dengan target yang ditentukan.
program sesuai dengan Rencana Strategis
b. Kegiatan Mitigasi
Tahun 2016-2021 diantaranya: program
peningkatan disiplin aparatur, program Kegiatan mitigasi adalah usaha
peningkatan sarana aparatur, serta untuk mengurangi dan atau meniadakan
korban dan kerugian yang mungkin
timbul, maka titik berat perlu diberikan
32
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

pada tahap sebelum terjadinya bencana, baik lewat pembangunan fisik atau lewat
yaitu terutama kegiatan penjinakan/ penyadaran dan peningkatan kemampuan
peredaman atau dikenal dengan istilah dalam menghadapi bencana. Sedangkan
Mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus kebakaran sendiri dapat diartikan sebagai
dilakukan untuk segala jenis bencana, suatu reaksi oksidasi eksotermis yang
baik yang termasuk ke dalam bencana berlangsung dengan cepat dari suatu
alam (natural disaster) maupun bencana bahan bakar yang disertai timbulnya
sebagai akibat dari perbuatan manusia api/penyalaan.
(man-made disaster). Mitigasi juga dapat Di Indonesia sendiri, sudah sering
diartikan sebaga serangkaian upaya untuk terjadi kebakaran pemukiman di kota
mengurangi resiko bencana, baik melalui besar yang padat penduduk. Kebakaran
pembangunan fisik maupun penyandaran pemukiman ini merupakan bencana yang
dan peningkatan kemampuan terjadi karena ulah atau kelalaian dari
menghadapi ancaman bencana. manusia (human error). Meski tidak
Tujuan utama dari kegiatan mitigasi sesering seperti di kota-kota besar, namun
adalah mengurangi risiko/dampak yang akhir-akhir ini dibeberapa tempat di
ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi Kabupaten Buton kerap kali terjadi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kebakaran yang melanda pemukiman
kerugian ekonomi dan kerusakan sumber penduduk.
daya alam serta meningkatkan Dari hasil wawancara beberapa
pengetahuan masyarakat dalam narasumber, dapat ditarik kesimpulan
menghadapi serta mengurangi sementara bahwa bahaya kebakaran bisa
dampak/resiko bencana, sehingga terjadi kapan dan dimana saja. Oleh sebab
masyarakat dapat hidup dan bekerja itu mitigasi bencana kebakaran sangat
dengan aman. penting untuk disampaikan kepada
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat melalui sosialisasi dan
dengan narasumber, penulis menarik simulasi lapangan. Simulasi dengan
suatu kesimpulan bahwa kegiatan berbagai alat peraga memudahkan bagi
mitigasi yang dilakukan oleh Dinas masyarakat memahami tata cara dan
Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton tindakan yang tepat agar terhindar dari
terhadap bencana kebakaran sudah resiko kebakaran. Bencana kebakaran
berjalan dengan baik walaupun belum seyogyanya dapat dicegah sedini
maksimal. mungkin bila anggota masyarakat
Menurut Pasal 1 ayat (6) PP No. 21 memahami berbagai potensi yang dapat
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan memicu terjadinya kebakaran. Oleh sebab
Penanggulangan Bencana, mitigasi itu langkah-langkah mitigasi yang perlu
bencana merupakan sebuah rangkaian diketahui sebelum terjadinya bencana
upaya guna mengurangi risiko bencana,
33
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

kebakaran (tindakan preventif) adalah permukiman, penting bagi anggota


sebagai berikut: masyarakat untuk memahami langkah-
1. Perlu menghindari penggunaan langkah taktis sebagai berikut:
peralatan listrik yang melebihi 1. Jangan panik dan segera
beban kapasitas meter listrik; menyelamatkan diri bersama
2. Sedapat mungkin pemasangan anggota keluarga di tempat aman
instalasi listrik di rumah tidak dan jauh dari kobaran api;
memakai sambungan isolasi yang 2. Segera padamkan api dengan alat
mudah memuai dan mengelupas pemadaman yang ada seperti
bila terkena suhu panas listrik; APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
3. Pada saat listrik padam, tidak atau dengan karung goni yang
dibenarkan meletakkan lilin atau dibasahi air;
lampu minyak dekat dengan bahan 3. Tutup ruangan yang terbakar agar
yang mudah terbakar; tidak menjalar dan meluas ke
4. Memeriksa secara berkala instalasi ruangan lain;
listrik di rumah. Apabila 4. Segera hubungi petugas pemadam
ditemukan ada kabel rapuh, kebakaran jika api tidak bisa
sambungan atau stop kontak yang dipadamkan atau dikendalikan
aus, segera diganti dengan dengan kemampuan sendiri;
peralatan yang baru; 5. Tidak mengunci pintu-pintu rumah
5. Memeriksa kondisi tungku masak agar jika ada petugas pemadam
dan segera diganti jika ada yang kebakaran mudah untuk
sudah mengalami kebocoran; melakukan tindakan pemadaman
6. Menempatkan benda-benda atau api;
bahan-bahan yang mudah terbakar 6. Menggunakan kain basah dan
pada tempat khusus dan jangan ditempelkan di hidung agar
dicampur aduk dengan benda atau pernafasan lancar dan tidak sesak
bahan yang dapat menimbulkan karena banyaknya asap kebakaran;
reaksi kebakaran; 7. Menjauhi arah hembusan angin.
7. Menyiapkan alat pemadam Dalam penelitian ini terungkap
kebakaran seperti air, pasir, serta sejumlah fakta tentang adanya berbagai
karung goni yang dibasahi di kendala yang dihadapi oleh Dinas
lingkungan sekitar; Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
8. Memahami cara penggunaan alat dalam melakukan mitigasi bencana
pemadam kebakaran dan teknik kebakaran kepada masyarakat. Dari hasil
dalam memadamkan api. wawancara dengan narasumber dapat
Bila bencana kebakaran benar- disimpulkan bahwa ada empat kendala
benar terjadi khususnya dilingkungan utama yang dihadapi oleh dinas
34
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

kebakaran Kabupaten Buton dalam upaya 4. Pemenuhan kebutuhan dasar;


melakukan mitigasi bencana kebakaran 5. Perlindungan terhadap
yakni: 1) tingkat kesadaran masyarakat kelompok rentan; dan
yang masih rendah terhadap ancaman 6. Pemulihan dengan segera
bahaya bencana kebakaran; 2) kurangnya prasarana dan sarana vital.
personil damkar yang memiliki Tujuan utama dari tindakan upaya
kemampuan teknis; 3) belum adanya tanggap darurat ini adalah untuk
pendidikan dan pelatihan yang secara mengurangi dampak buruk yang dialami
berkala diikuti oleh petugas damkar guna oleh masyarakat akibat bencana
meningkatkan kapasitas mereka dalam kebakaran yang dialami. Dari hasil
penanggulangan bencana kebakaran; dan wawanacara dan di dukung oleh fakta-
4) porsi anggaran yang terbatas fakta di lapangan, penulis
menjadikan dinas kebakaran sulit untuk menyimpulkan bahwa pelaksanaan
melakukan langkah progresif seperti tanggap darurat bencana kebakaran di
mengirim personil lapangan untuk Kabupaten Buton belum berjalan dengan
mengikuti program pendidikan dan efektif.
pelatihan. Dalam masa tanggap darurat
bencana kebakaran, ada sejumlah
c. Kegiatan Tanggap Darurat Bencana langkah yang dilakukan oleh petugas
Kegiatan tanggap darurat bencana Dinas Pemadam Kabakaran Kabupaten
adalah serangkaian kegiatan yang Buton sebagai protap oragnisasi seperti
dilakukan dengan segera pada saat kesiapan personil lapangan, mengecek
kejadian bencana untuk menangani perlengkapan personil, memastiakn
dampak buruk yang ditimbulkan, yang mobil damkar dalam kondisi prima
meliputi kegiatan penyelamatan dan untuk diterjunkan ke lokasi kebakaran.
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan Meskipun harus diakui bahwa
kebutuhan dasar, perlindungan, keterbatasan jumlah armada mobil
pengurusan pengungsian, penyelamatan, kebakaran yang dimiliki oleh Dinas
serta pemulihan sarana dan prasarana. Kebakaran Kabupaten Buton saat ini,
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan menjadi salah satu kendala utama dalam
pada tanggap darurat yaitu meliputi : mengatasi bencana kebakaran yang
1. Pengkajian secara cepat dan berskala besar.
tepat terhadap lokasi, kerusakan, Menanggulangi sebuah bencana
kerugian, dan sumber daya; seperti kebakaran memang
2. Penentuan status keadaan membutuhkan pemahaman tanggap
darurat bencana; darurat bencana. Itu sebabnya
3. Penyelamatan dan evakuasi manajemen tanggap darurat kebakaran
masyarakat terkena bencana; penting untuk diketahui oleh seluruh
35
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

jajaran personil dinas kebakaran. kebakaran, 1 unit diantaranya tidak


Tahapannya dimulai dari upaya beroperasi karena mengalami kerusakan
pencegahan, penanggulangan kebakaran, yang cukup parah. Tentu cukup sulit bagi
dan rehabiliitasi pasca kebakaran. Dinas Pemadam Kebakaran sebagai
Penyusunan prosedur instansi teknis dengan cakupan wilayah
penanggulangan kebakaran sangat kerja yang luas, yang bertanggung jawab
penting dan terkait erat dengan terhadap upaya pengendalian bencana
pedoman dalam mengambil langkah atau kebakaran dengan hanya mengandalkan
tindakan yang harus dilakukan saat satu unit mobil kebakaran saat ini.
kebakaran terjadi (Mufilda dan Martiana, Keterbatasan jumlah mobil pemadam
2019). Prosedur tanggap darurat dibuat kebakaran, jika dibandingkan dengan
agar ketika terjadi keadaan darurat rasio jumlah penduduk serta luasnya
(kebakaran), setiap personil dapat wilayah Kabupaten Buton yang harus
melakukan tindakan tepat yang harus dilayani perlu mendapat perhatian serius
dilakukan. Prosedur ini dilakukan tidak dari pimpinan daerah, terutama yang
hanya saat terjadi kebakaran, tetapi juga berkaitan dengan jumlah anggaran Dinas
pada saat melakukan simulasi tanggap Kebakaran Kabupaten Buton yang sangat
darurat kebakaran. Setelah tindakan terbatas dalam setiap tahunnya.
tanggap darurat kebakaran selesai Keterbatasan anggaran sudah pasti akan
dilaksankan, selanjutnya dilakukan mempengaruhi belanja barang terutama
evaluasi untuk memperbaiki kekurangan pembelian mobil damkar dengan
atau tindakan yang kurang tepat sesuai berbagai jenis dan fungsinya.
dengan prosedur yang ada. Bila dilihat dari spesifikasi mobil
Salah satu aspek yang menjadi damkar sebagai kekuatan utama dalam
bagian terpenting dalam kegiatan pengendalian dan pemadaman
tanggap darurat bencana kebakaran kebakaran, maka ada 4 (empat) jenis
adalah kesiapan armada berupa mobil mobil damkar yakni: 1) mobil damkar
pemadam kebakaran yang selalu siap pompa air; 2) mobil tangga; 3) mobil
terjun ke lapangan bila sewaktu-waktu rescue; dan mobil komando. Dinas
terjadi bencana kebakaran. Oleh sebab itu Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
mobil kebakaran merupakan salah satu sendiri baru memiliki jenis mobil damkar
elemen yang sangat penting dalam pompa air. Itu pun hanya tersedia 1 unit
mengantisipasi bencana kebakaran yang yang melayani wilayah Kabupaten Buton
siap diterjunkan ke lapangan setiap saat. yang sangat luas mulai dari Kecamatan
Dari hasil wawancara dengan para Wabula sampai Kecamatan Kapuntori.
narasumber, diketahui bahwa Dinas Idealnya setiap wilayah kecamatan
Pemadam Kabupaten Buton hanya terdapat 1 (satu) pos pemadam
memiliki 2 unit mobil pemadam kebakaran dengan 2 (dua) unit mobil

36
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

yang dilayani oleh 6 (enam) orang d. Kegiatan Rehabilitasi


personil per unit mobil. Dengan demikian Kegiatan Rehabilitasi adalah suatu
7 (tujuh) kecamatan terdapat 7 (tujuh) pos tindakan perbaikan dan pemulihan
pemadam kebakaran dengan total semua aspek pelayanan publik atau
armada sebanyak 14 (empat belas) unit masyarakat sampai tingkat yang
mobil damkar yang dilayani oleh 42 memadai pada wilayah pascabencana
(empat puluh dua) orang personil. dengan sasaran utama untuk normalisasi
Dari sisi kesiapan personil yakni atau berjalannya secara wajar semua
sumber daya manusi yang memiliki aspek pemerintahan dan kehidupan
kompetensi teknis, merupakan prasyarat masyarakat pada wilayah pasca bencana.
utama yang diperlukan oleh dinas Fase ini mencakup keputusan dan
pemadam kebakaran dalam tindakan yang diambil setelah bencana
melaksanakan tugas pengendalian dengan tujuan untuk memulihkan atau
kebakaran. Dari penjelasan para memperbaiki kondisi kehidupan
narasumber dapat disimpulkan bahwa masyarakat serta mendorong dan
jumlah personil yang diterjunkan untuk memfasilitasi penyesuaian yang
kebutuhan 1 (satu) unit mobil damkar diperlukan untuk mengurangi resiko
cukup dalam menjalankan tugas bencana. Beberapa kegiatan rehabilitasi
pengendalian dan pemadaman dapat dilakukan melalui :
kebakaran. Hal ini dimungkinkan jika 1. Kegiatan perbaikan lingkungan
peristiwa kebakaran hanya terjadi pada daerah bencana ;
satu lokasi dengan eskalasi kebakaran 2. Perbaikan prasarana dan sarana
yang tergolong kecil seperti kebakaran umum;
satu unit rumah atau gedung yang tidak 3. Pemberian bantuan perbaikan
berimpitan. Pada situasi dimana bencana rumah masyarakat;
kebakaran terjadi di kawasan 4. Pemulihan sosial psikologis;
permukiman padat penduduk termasuk 5. Pelayanan kesehatan;
lokasi pasar dengan kondisi bangunan 6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
yang saling berhubungan antara satu 7. Pemulihan sosial ekonomi
dengan lainnya, atau kebakaran hutan budaya;
pada areal yang luas, ketersediaan hanya 8. Pemulihan keamanan dan
dengan 1 (satu) unit mobil damkar saat ketertiban;
ini tentu akan sangat sulit bagi petugas 9. Pemulihan fungsi pemerintahan;
pemadam kebakaran dalam dan
mengendalikan kebakaran yang terjadi. 10. Fungsi pelayanan publik.
Kegiatan rehabilitasi harus
memperhatikan pengaturan mengenai
standar konstruksi bangunan, kondisi

37
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

sosial, adat istiadat, budaya dan ekonomi. pemerintah daerah untuk memastikan
Upaya rehabilitasi yang dilakukan bahwa masyarakat yang kehilangan
pemerintah Kabupaten Buton terhadap rumah karena kebakaran akan segera
daerah pasca bencana yaitu berupa mendapatkan hunian baru.
pemberian bantuan stimulan untuk Kebakaran yang terjadi di lokasi
membantu masyarakat memperbaiki permukiman penduduk sangat
rumah mereka yang mengalami berdampak pada kerusakan rumah yang
kerusakan akibat bencana untuk dapat tidak bisa lagi dihuni oleh pemiliknya.
dihuni kembali. Kebakaran merupakan bencana dimana
Tujuan pemberian bantuan unsur api sesuai sifatnya dapat merusak,
perbaikan rumah dimaksudkan untuk menghancurkan, mengurai dan
memperbaiki kondisi rumah masyarakat memanaskan benda apa saja yang
agar dapat mendukung kehidupan terbakar dalam jumlah dan skala yang
masyarakat, seperti komponen rumah, besar. Kebakaran yang sering terjadi
prasarana, dan sarana lingkungan yaitu dalam lingkup bangunan atau
perumahan yang memungkinkan pemukiman dan hutan. Bencana ini
berlangsungnya kehidupan sosial bersifat musiman karena lebih mudah
ekonomi yang memadai sesuai dengan terpicu pada kondisi kering dan berangin
standar pembangunan perumahan seperti pada musim kemarau namun
sebagaimana di atur dalam peraturan tidak menutup kemungkinan bencana
perundang-undangan. kebakaran dapat terjadi kapan saja
Dari penjelasan sejumlah akibat resiko-resiko di luar faktor iklim
narasumber diperoleh informasi bahwa misalnya ledakan,bahan-bahan perambat
rehabilitasi pasca kebakaran terutama api yang mudah menyala.
kebakaran yang terjadi pada
permukiman penduduk adalah e. Kegiatan Rekonstruksi
melakukan perbaikan atau membangun Kegiatan rekonstruksi adalah
kembali rumah-rumah penduduk yang merupakan kegiatan pembangunan
mengalami kerusakan yang signifikan. kembali prasarana dan sarana,
Rehabilitasi pasca kebakaran ini tentu pembangunan kembali sarana sosial
melibatkan beberapa instansi lain masyarakat, pembangkitan kembali
diantaranya Badan Penanggulangan kehidupan sosial budaya masyarakat,
Bencana Daerah (BPBD), dinas sosial penerapan rancang bangun yang tepat
setempat, serta aparat TNI-POLRI. dan penggunaan peralatan yang lebih
Perbaikan atau pembangunan kembali dan tahan bencana, partisipasi dan peran
rumah penduduk yang mengalami serta lembaga dan organisasi
kerusakan, merupakan stimulus dan kemasyarakatan, dunia usaha dan
langkah konkrit pemerintah ataupun masyarakat, peningkatan kondisi sosial,

38
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

ekonomi, dan budaya, peningkatan sebab terjadinya kebakaran. Urusan


fungsi pelayanan publik, dan rekonstruksi merupakan wewenang
peningkatan pelayanan utama dalam BPBD dan dinas sosial. Meskipun
masyarakat. Kegiatan Rekonstruksi demikian, bila dinas kebakaran
mencakup semua kegiatan yang penting dibutuhkan untuk bersama-sama dalam
dilakukan dalam jangka panjang yaitu usaha perbaikan kembali rumah-rumah
fase prediksi berupa mitigasi dan penduduk pasca bencana kebakaran,
kesiapsiagaan, fase respon terhadap damkar selalu siap dengan kekuatan
peringatan dan pemberian bantuan personil yang dimiliki.
darurat, serta fase pemulihan berupa Pemulihan perumahan menjadi
rehabilitasi dan rekonstruksi. sektor yang paling krusial pada level
Dari hasil wawancara dengan rumah tangga pasca bencana. Tanpa
narasumber dan hasil pantauan di penyediaan perumahan, kemampuan
lapangan, penulis dapat memberikan rumah tangga untuk melakukan kegiatan
sebuah kesimpulan bahwa kegiatan normal dan membangun kembali
rekonstruksi terhadap musibah rutinitas akan terbatas dan terhambat.
kebakaran di Kabupaten Buton telah Rekonstruksi rumah pasca bencana
berjalan dengan baik walaupun belum penting untuk dilakukan karena
optimal. Kendala dalam masa pulihnya sektor perumahan akan
rekonstruksi pasca bencana kebakaran mendorong pulihnya sektor ekonomi dan
lebih banyak disebabkan oleh koordinasi sosial di masyarakat.
antara pemerintah daerah kabupaten,
provinsi dan pemerintah pusat yang 4. Simpulan
belum terkoneksi dengan baik. Bantuan Simpulan dalam penelitian ini adalah:
keuangan yang dikeluarkan oleh 1) kegiatan kesiapsiagaan yang dilakukan
pemerintah provinsi dan pemerintah oleh Dinas Pemadam Kebakaran
pusat hanya bisa dicairkan jika Kabupaten Buton terhadap bencana
pemerintah daerah kabupaten telah kebakaran di Kabupaten Buton telah
melakukan pendataan secara lengkap dilaksanaakn; 2) Begitu pula dengan
terhadap seluruh komponen yang pelaksanaan kegiatan mitigasi bencana
mengalami kerusakan akibat bencana kebakaran juga telah dilakukan oleh Dinas
kebakaran. Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
Di sisi lain, urusan rekosntruksi untuk mengurangi risiko/dampak yang
bukan merupakan wewenang dinas ditimbulkan oleh bencana kebakaran
pemadam kebakaran. Tugas utama dinas berupa kegiatan pembuatan peta kolasi
pemadam kebakaran adalah mencegah daerah rawan bencana dan melakukan
terjadinya kebakaran, mengendalikan sosialisasi serta penyuluhan sadar bencana
kebakaran, dan mengevaluasi sebab- kebakaran kepada masyarakat; 3) Kegiatan

39
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
Vol. 3 No. 2 Bulan September 2020
P-ISSN: 2502-2539/ E-ISSN: 2684-9836

tanggap darurat bencana kebakaran yang Daftar Pustaka


dilakukan oleh Dinas Pemadam Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi
Kebakaran Kabupaten Buton belum Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
berjalan dengan maksimal hal ini Remaja Rosdakarya
disebabkan karena kurangnya fasilitas, Moleong, Lexy J. 1993. Metodologi
sarana dan prasarana serta kurangnya Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya
sumber daya manusia yang ada pada
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode
Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Buton; 4) Pelaksanaan kegiatan Remaja Rosdakaya
rehabilitasi yang dilakukan oleh Maleong Lexy J. 2011. Metodologi
Pemerintah pasca bencana kebakaran di Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Kabupaten Buton sudah berjalan dengan Remaja Rosdakarya
baik, seperti adanya pemberian stimulant Nurjanah,dkk. 2012.Manajemen Bencana.
Bandung: Alfabeta.
kepada masyarakat untuk memperbaiki
Permendagri Nomor 16 Tahun 2009
rumah yang rusak akibat bencana Tentang Standar Kualifikasi
kebakaran agar bisa dihuni kembali, Aparatur Pemadam Kebakaran Di
meskipun belum efektif. Hal ini karena Daerah
keterbatasan anggaran yang dihadapi oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
pemerintah daerah Kabupaten Buton. Dari Nomor: 25/Prt/M/2008 Pedoman
Teknis Penyusunan Rencana Induk
sisi kewenangan, kegiatam rehabilitasi pasca
Sistem Proteksi Kebakaran
bencana bukan merupakan kewenangan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
dinas kebakaran melainkan kewenangan 16 Tahun 2009 Tentang Standar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kualifikasi Aparatur Pemadam
(BPBD) dan dinas sosial; 5) Kegiatan Kebakaran Di Daerah
rekonstruksi terhadap musibah Peraturan Daerah Kabupaten Buton
Nomor 6 Tahun 2016 tentang
kebakarandi Kabupaten Buton sudah
Pembentukan Dan Susunan
berjalan dengan baik dan efektif. Kendati Perangkat Daerah Kabupaten Buton
demikian, sama halnya dengan kegiatan Peraturan Bupati Buton Nomor 11 Tahun
rehabilitasi maka kegiatan rekonstruksi 2016 tentang Susunan, Kedudukan,
pasca bencana juga merupakan Fungsi Dan Tata Kerja Dinas
kewenangan Badan Penanggulangan Pemadam Kebakaran Kabupaten
Buton.
Bencana Daerah dan dinas sosial.
Rijanta,dkk. 2014. Modal Sosial dalam
Manajemen Bencana.Yogyakarta:
UGM Press.
Sugiono. 2011. Metode penelitian Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta

40

Anda mungkin juga menyukai