Anda di halaman 1dari 20

Spore -forming and non-spore forming

gram positive bacteria


Spore-forming gram positive bacilli: Bacillus & Clsotridium

● Bacilli terdapat melimpah di berbagai lingkungan


● Bacilli → spora → bertahan di lingkungan dalam waktu lama (tahunan)
● Bacillus → aerob; Clostridium→ anaerob
● Sebagian kecil Bacillus menyebabkan penyakit
○ B. anthracis → penyakit antraks
○ B. cereus → food poisoning, eye infection
● Clostridium → patogen pada manusia:
❏ Clostridium tetani → tetanus
❏ C. botulinum → botulisme
❏ C. perfringens → gas gangrene
❏ C. difficile → diare dan pseudomembrano colitis
Spesies Bacillus

1. Aerobik
2. Gram positif
3. Berbentuk batang (rod)
4. Fenotip dan patogenitas beragam
5. Spesies patogen → plasmid virulen
6. Saprofit → tanah, air, udara dan tumbuhan
7. Beberapa bersifat patogen ke serangga
8. Dapat menghasilkan endospora
9. Terdapat melimpah di alam
Morphology and Identification

1. Typical organism
● Ukuran: 1 × 3–4 μm
● Bagian ujung berbentuk kotak pada rantai panjang
● Spora terletak di bagian tengah sel
2. Culture (morfologi saat dikulturkan)
● B. anthracis → bulat, mengkilap (cut glass) saat terkena cahaya, non-hemolitik,
mampu tumbuh di gelatin
● B. cereus dan bacillus saprofit → hemolosis sel darah merah
3. Growth characteristic
● saprophytic bacilli → sumber N dan C sederhana untuk pertumbuhan dan energi
● Spora resisten terhadap perubahan lingkungan (suhu, kekeringan, kimia)
● Spora bertahan tahunan pada kondisi kekeringan
Bacillus anthracis
1. Patogenesis
❏ Antraks → herbivora : domba, kambing, sapi, kuda,
dsb.
❏ Hewan → spora pada rumput→ mulut dan saluran
pencernaan
❏ Manusia→ kontak/ konsumsi produk hewan
terinfeksi (spora) → luka kulit, membran mukosa,
terhirup
❏ Bacilli menyebar melalui limfa dan aliran darah→
berkembang → kematian hewan ternak
❏ virulensi→ poly-γ-d-glutamic acid capsule
(antifagositosis)--> gen ada di plasmid
❏ Anthrax toxins : protective
❏ Penyusun anthrax toxin: antigen (PA), edema factor
(EF), and lethal factor (LF)
Bacillus anthracis
Clinical findings
● Manusia: 95% of ( cutaneous anthrax) and 5%
Patologi
(inhalation)
● Rentan: bacillus berkembang pada ● cutaneous → kaki & tangan → wajah & leher
bagian terinfeksi dg kapsul utuh → ⇒ Papula prulitis : 1-7 hari after infection
⇒ Papula prulitis → vesikel menyatu → koreng hitam
diselubung cairan protein dg sedikit
(d= 1-3 cm)--> bengkak
leukosit → bakteri masuk ke aliran
⇒ Lymphangitis, lymphadenopathy, gejala sistemik,
darah
demam, sakit kepala
● Resisten : bakteri berkembang ⇒ Beberapa kasus→ meningitis dan kematian (20%)
dalam beberapa jam→ akumulasi ● Inhalation: periode inkubasi 6 minggu
leukosit pada host→ kapsul hancur ⇒ gejala: nekrosis hemoragik dan bengkak di
dan hilang → bakteri terlokalisasi mediastinum
⇒ Hemorrhagic pleural effusions (cairan di paru)-->
sepsis/komplikasi→ penyebaran ke saluran cerna atau
selaput otak
Bacillus anthracis

Diagnostic laboratory test Treatment


● Spesimen: cairan/nanah dari luka lokal, darah,
cairan pleural, cairan serebrospinal ● Pengobatan dilakukan sedini mungkin
● Smear staining→ chains of large Gram-positive ● Antibiotik: Ciprofloxacin, penicillin G,
rods doxycycline, erythromycin, and
● Identifikasi : dried smears by vancomycin
Immunofluorescence staining ● Vaksin: AVA BioThrax
● blood agar plates → nonhemolytic gray to white, ● Raxibacumab (recombinant human
koloni kasar, mengkilap monoclonal antibody) → pengobatan dan
● Kapsul → bicarbonate-containing medium in profilaksis th 2012
5–7% carbon dioxide ● Anthrax immune globulin intravenous
● Nonmotil in semisolid medium (AIGIV)--> human polyclonal antiserum
● Deteksi: lisis dengan anthrax γ-bacteriophage, ● Raxibacumab & AIGIV→ dikombinasi dg
kapsul dg antibodi fluoresens, PCR, ELISA antibiotik
Clostridium species
● Anaerob Morphology and
● Gram positif identification
● Berbentuk batang Typical organism
● Motil ● Diameter spora >
● Mampu mengurai protein ukuran sel
dan menghasilkan toksin ● Posisi spora: centrally,
● Habitat: tanah, sedimen subterminally, or
laut, limbah, saluran terminally
cerna hewan dan ● Motil dengan tipe:
manusia peritrichous flagella
Morphology and identification

Culture Colony form Growth characteristic

● Tumbuh pada kondisi ● Koloni besar (C. prefingens) ● Sacharolytic dan proteolytic
anaerob ● Koloni kecil (C. tetani) ● Various enzymes are
● Aerotoleran, hidup di ● Tumbuh menyebar di atas produced by different species
udara ambien media ● Clostridium memperoduksi
● blood-enriched media ● Menghasilkan zona lebih banyak toksin
● other media used to grow β-hemolysis di blood agar.
anaerobes
Clostridium botulinum

Toksin ● Tidak menembus blood brain barrier


● Dikelurakan selama pertumbuhan ● Botulinum toxin→ proteolisis: SNARE
dan autolisis protein→ menghambat produk
● Serotipe: A,B, C, D, E, F, G acetylcholine pada sinapsis→
● A,B,E,F → penyebab sakit di manusia kelumpuhanhe
● C→ lImberneck pada burung ● lethal dose: 1–2 μg/kg.
● D→ botulisme di mamalia ● Toksik rusak pada 20 minutes at 100°C
● G→ tidak toksik ● Toksin A,B,F → botulisme pada anak
● Botulinum toxin→ diserap usus dan
menyebar ke aliran darah, berikatan
reseptor membran presipnatik
(sistem saraf)
Clostridium botulinum
Patogenesis
● Makanan kaleng, & vakum
terkontaminasi C. botulinum→
botulisme
● Spora tertelan (makanan kemasan)
→ tumbuh pada anaerob→
produksi toksin
● Madu terkontaminasi → anak2 →
Spora berkembang di saluran
cerna→ neurotoksin→ aliran
darah→ botulisme
● Penyuntikan obat→ spora masuk
ke jaringan → wound botulisme
Clostridium botulinum

Clinical finding Diagnostic Laboratory Test

● Gejala muncul: 18-24 jam setelah toksin ● Deteksi toksin bukan bakterinya →
tertelan diagnosis definitif
● Gejala: gangguan penglihatan, kesulitan ● Toksin dideteksi: serum, cairan lambung,
menelan, kesulitan bicara, kelumpuhan sisa makanan
dan kematian ● Clinical swab atau spesimen pasien
● Tingkat kematian tinggi karena dikirim ke lab secara anaerob
botulisme ● Infant botulism→ patogen dan toksin
● Infant botulism → salah satu penyebab dideteksi dari saluran cerna bukan di
kematian bayi secara tiba2 serum
● C. botulinum dan toksin botulinum ● Deteksi: ELISA atau PCR (gen penyandi
ditemukan di feses bukan di serum toksin)
Aerobic Non–Spore-Forming
Gram-Positive Bacilli
Corynebacterium Diphtheriae

Morphology and Identification


1. Ukuran: diameter 0.5–1 μm
2. Bentuk: irregular swellings di salah satu
sisi → club shaped
3. pewarnaan : aniline dyes
(metachromatic granules) → bentuk
seperti manik-manik
4. Blood agar→ koloni kecil granular,
warna abu-abu, tepi tidak beraturan
5. agar containing potassium tellurite →
coklat-hitam atau terbentuk hallo
berwarna hitam (mereduksi tellurite)
Corynebacterium Diphtheriae

Patogenesis:

● Toksin: gravis, mitis, intermedius, dan


belfanti
● Produksi toksin tergantung konsentrasi
Fe, tekanan osmotis, konsentrasi asam
amino, pH, sumber C dan N ● Toksin difteri → membran mukosa→ merusak
● respiratory or cutaneous diphtheria epitelium→ inflamasi di permukaan kulit→
● Infeksi: luka, saluran pernafasan, kulit lapisan putih/abu-abu (tonsil, faring, laring)
orang yang terinfeksi/carrier ● Limfa leher membesar → pembengkakan
● Penularan: droplet dan kontak dg ● Kerusakan parekimatis, fatty infiltration,
penderita nekrosis di otot jantung, hati, ginjal, kelenjar
adrenal
Wound diphteria

● Banyak menyerang negara tropis


● Psedomembran terbentuk pada luka
yang belum sembuh
● Toksin → kulit → antibodi antitoksin
● C. diphtheriae virulen ditandai:
membangun infeksi, tumbuh secara
cepat, mengahsilkan toksin yang
mudah diserap sel inang
● Tidak menyerang jaringan yang lebih
dalam dan tidak masuk ke aliran darah
Treatment:
Lab diagnostic:
● Antitoksin: kondisi parah
● Swab dari hidung, tenggorokan dan
● Injeksi antitoksin: 20.000 -120.000 unit
bagian lain yang menunjukkan
muscularly/intravena tergantung lama
membran
gejala dan keparahan
● Pengkulturan: blood agar, tellurite
● Antitoksin dihasilkan: horses, sheep,
plate (eg, cystine-tellurite blood
goats, and rabbits
agar [CTBA] or modified Tinsdale’s
● Intravena → kondisi parah
medium (24-48 jam )
● Intramuscular → mild case
● cystine tellurite agar → black with a
● Antitoksin hanya menetralkan toksin yg
brown halo
tidak berikatan dg jaringan
● Uji toksisitas →
● Antibiotik: penicillin, macrolides
immunoprecipitation method, PCR,
Enzyme-linked immunosorbent dan
immunochromatographic strip assay
Listeria Monocytogenes

● Penyebab sakit pada hewan dan


manusia→ listeriosis
● Dapat bertahan di berbagai
kondisi lingkungan (pH rendah,
suhu rendah, kosentrasi garam
tinggi)
● Sering mencemari makanan yang Morphology and Identification
diawetkan Bentuk batang pendek, gram positif, tidak
● Sering menyebabkan wabah menghasilkan spora, motil: 22-28°C
5% sheep blood agar → small zone hemolisis
Fakultatif anaerob, katalse positif, motil
Listeria Monocytogenes
Patogenesis
● L. monocytogenes → kontaminasi
pangan → saluran gastrointestinal
● Protein adesin (Ami, Fbp A, and
flagellin)--> penempelan sel inang
● Internallin A dan B ( dinding sel
bakteri) ><E-cadherin → fagositosis→
enclosed Phagolyosome → pH rendah
→ produksi listeriolysin O →
phagolyosome dilisis→ bakteri masuk
ke sitoplasma → bakteri berkembang

Anda mungkin juga menyukai