Anda di halaman 1dari 74

Neisseria gonorrhoeae

(Gonococcus/GC)
DIAN JENOVA
Neisseria

Neisseria Eikenella Kingella

Non
Patogen Komensal pd orofaring ,
Patogen
kadang anogenital
Dapat menyebabkan infeksi
N lactamica
N. sicca
opportunistik
N. gonorrhoeae N. meningitidis N. Cinerea
(+ 35 spesies)
• Pertama kali diidentifikasi oleh Neisser th 1879
• Hanya menginfeksi manusia  epitel transisional & kolumnar
tdk bersilia (saluran urogenital, orofaring, rectum)
• Penyebab infeksi menular seksual Gonorrhoe
• Penularan melalui kontak seksual

Neisseria gonorrhoeae
Biologi Neisseria gonorrhoeae
• Bakteri kokus gram negatif aerob
• tdk membentuk spora, tdk berflagel, tdk
motil
• d= 0,6-1 µm (0,8 µm)
• Tersusun berpasangan (diplokokus) dg
sisi yg berdekatan rata (menyerupai biji
kopi/ ginjal)
Biologi Neisseria gonorrhoeae
• “ fastidious” :
• Tidak dpt tumbuh pd agar darah biasa,
hanya tumbuh pd agar coklat yg diperkaya /
media dg suplemen pertumbuhan
• Suhu optimum utk pertumbuhan 35 ° C-37 °
C, pH 7,2-7,6
• membutuhkan atmosfer lembab dengan CO2
5%(kapnofilik)
• Oksidase dan katalase positif; asam diproduksi
dari glukosa oksidatif
Laboratory diagnosis of sexually transmitted infections, including human immunodeficiency virus. WHO. 2013
Media Pertumbuhan
• Media Non Selektif :
• Agar coklat
• Agar Mueller Hinton yang dimodifikasi utk bakteri fastidious
• Media Selektif
• Media Thayer Martin
• Media Modifikasi Thayer Martin (mengandung antibiotik
Vancomisin, Colistin, Nystatin & Trimetoprim)
Textbook Of Diagnostic Microbiology,, Sixth Ed, 2019.
Morfologi Koloni
• Kecil
• Bulat
• Translucent / opak
• Cembung
• Permukaan halus
Reaksi Biokimia
• Tes Oksidasi : positif

• Fermentasi glukosa tidak maltosa


Reaksi Biokimia
Fermentasi glukosa tidak maltose
• Inokulasi kultur murni ke dalam
Agar cysteine trypticase yg
mengandung glukosa, maltose &
sukrosa dh kadar 1-2%
• Inkubasi 24 jam

MORFOLOGI
N. gonorrhoeae N. meningitidis
Common Blood Agar
N. gonorrhoeae N. meningitidis
• Tidak tumbuh • Tumbuh
• Hanya tumbuh pada agar coklat / • Setelah inkubasi 24 jam : koloni
media selektif spt Thayer Martin d: 1-2 mm, bulat, cembung, abu-
abu, translusen, dan non
hemolitik
• Growth is poor in liquid media,
producing a granular turbidity
with little or no surface growth
Biochemical
N. gonorrhoeae N. meningitidis
• Memproduksi asam (fermented • Produce Acid (fermented
glucose only) Maltose and glucose)
• Produce Gas • Gas (-)
Resistance
N. gonorrhoeae N. meningitidis
• Mati oleh pengeringan, sabun/ • Highly susceptible to heat,
antiseptiik lainnya
dessication, alterations in pH and
• Bertahan hidup sehari didalam pus yg to disinfectants.
mngontaminasi linen/ kain
• Pada kultur  autolitik dalam 3-4 hari • Die within a few days at room
pada suhu ruangan temperature.
• Freeze-drying is the most reliable method • Killed by heating at 55°C in 5
for long-term storage of gonococci but
storage at –70°C or in liquid nitrogen may minutes.
be more convenient for intermediate
storage.
Characteristics Neisseria gonorrhoeae (Gonococci) Neisseria meningitides
(Meningococci)

Capsule No polysaccharide capsule Yes (has a prominent polysaccharide


capsule; and is divided in to 13
serologic groups on the basis of
capsular antigens)

Pili Yes (One of the most important virulence factor; Yes


nonpiliated strains are avirulent)

Portal of Entry Genital Respiratory


Disease Male: urethritis, proctitis Meningitis and meningococcemia
Female: endocervicitis, PID (contiguous spread),
arthritis, proctitis
Infants: ophthalmia neonatorum
Otitis media
Sinusitis
Bronchitis and bronchopneumonia in elderly
patients with COPD
Characteristics Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitides
(Gonococci) (Meningococci)

Glucose Fermentation Yes Yes

Maltose Fermentation No Yes

Β-Lactamase Production Common Rare (Penicillin G is the


treatment of choice for
meningococcal infection)

Vaccine available No Yes (Conjugate vaccine and


unconjugate vaccine is
available)
Biologi & Faktor Virulensi

• Antigen permukaan luar • reseptor protein u/ transferrin,


• Pili protein laktoferin & hemoglobin
• PorB • Lipooligosaccharide
• Protein Opa • Imunoglobulin protease
• Rmp protein • β-laktamase
Faktor Virulensi
Antigen Permukaan Fungsi
Pili Penempelan pd sel epitel tdk bersilia host(epitel vagina, tuba falopii,
rongga mulut) & menginterferensi fagositosis neutrophil
Transfer materi genetic & utk motilitas
Mengandung pilin protein variasi antigen  rendahnya imunitas
thd reinfeksi
Porin Protein (Por B) Saluran nutrisi & zat sisa masuk/ keluar sel bakteri
Berperan pd pertahanan intraseluler menghambat fusi
fagolisosom neutrophil menghindari terjadinya fagositosis
Menfasilitasi invasi bakteri kedlm sel epitel bersama adhesion lain
(pili &Opa)
Opa Protein Perantara perlengketan dg sel epitel & sel fagosit
Penting u/ sinyal antar sel
Koloni opak peny lokal (endoservisitis, urethritis, faringitis, &
proctitis)
Koloni transparan  PID & infeksi GO disseminata
Faktor Virulensi
Antigen Fungsi
Permukaan
Protein Rmp Melindungi antigen permukaan lainnya (protein por, LOS) dari antibodi

Reseptor Kompetisi dengan sel host utk mendapatkan Fe utk metabolisme


permukaan bakteri
transferrin, lactoferin
& hemoglobin

LOS Tdd Lipid A & inti oligosakarida


Lipid A aktivitas endotoksin

IgA1 protease Merusak IgA inaktivasi Fc & Fab

Β-lactamase Hidrolisis cincin β lactam pd Penisillin


Patogenesis
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Gejala Klinis
PENGAMBILAN SPESIMEN
MIKROBIOLOGI
Persiapan sebelum pengambilan bahan
Tabung disiapkan, beri identitas dengan jelas dan tipe dari
spesimen tersebut, serta tanggal pengambilan spesimen.
Cuci tangan.
Menggunakan alat perlindungan diri: masker, kacamata
pelindung dan sarung tangan
Lokasi
• Pada wanitapengambilan sampel • Pada Pria
• Primer:
• kultur & pem mikroskopik: kanal endoservik – Uretra
• NAAT : kanal endoservik & vagina – NAAT : spesimen urin
• Swab vagina pd anak pra-pubertas dugaan
infeksi karena seksual abuse – Sesuai gejala klinis &
• Sekunder : aktivitas seksual
• Uretra, rectum, orofaring
• Sesuai gejala klinis & aktivitas seksual
Pengambilan sampel untuk kultur
• Kultur memerlukan organisme hidup
• Sampel harus diambil dari lokasi dg epitel kolumnar/ kuboidal
• Ideal : swab dacron/ rayon steril yg dilapisi charcoal
• Hindari penggunaan antiseptik, analgetik / lubrikans sebelum
pengambilan
• Pengambilan spesimen dilakukan sebelum terapi antibiotik dimulai
SWAB OROFARING
• Alat dan Bahan yang Diperlukan
Swab steril jenis dakron/rayon
Tabung steril berisi media transport.
Alat perlindungan diri: masker, kacamata pelindung dan sarung tangan.
• Waktu Pengambilan Spesimen
Spesimen dapat diambil kapan saja sesuai indikasi
SWAB OROFARING
• Cara Mendapatkan Spesimen
Pasien duduk (bila mampu) menghadap ke sumber cahaya dan diusahakan
agar kepala tidak bergerak selama pengambilan.
Lidah ditahan ke arah bawah dengan tongue depressor kemudian swab steril
diapuskan ke setiap tonsil, bagian belakang faring dan daerah lain yang
mengalami inflamasi.
Swab tidak boleh menyentuh permukaan lidah dan buccal. Setiap daerah
permukaan minimal diambil sebanyak 2 apusan, 1 untuk pembuatan preparat
apus dan lainnya disimpan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Swab dimasukkan ke dalam tabung dengan segera.
Pemeriksaan segera dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam atau apabila
menggunakan media transport dapat disimpan pada suhu 4oC (refrigerator)
selama 4 hari dan -20oC untuk waktu yang lebih lama.
SWAB OROFARING
URETRA
• Alat dan Bahan yang Diperlukan
• Swab steril jenis dakron/rayon
• Tabung steril berisi media transport.
• Air atau salin steril
• Alat perlindungan diri: masker dan sarung tangan.

• Waktu Pengambilan Spesimen


• Minimal 1 jam setelah BAK
URETRA
• Cara Mendapatkan Spesimen
Apabila pasien mengeluarkan duh uretra spontan, bahan dapat diambil
langsung. Atau minta pasien melakukan massage ke arah orifisium uretra
Bila tidak didapatkan sekret, duh uretra diambil dengan swab dakron yang
telah dibasahi air atau salin steril. Swab dimasukkan ke dalam uretra lebih
kurang 2-3 cm pada laki-laki dan 1-2 cm pada wanita. Swab diputar secara
lembut 5-10 detik dan dikeluarkan secara perlahan.
Swab dimasukkan ke dalam tabung dengan segera.
Spesimen dikirim ke laboratorium secepatnya.
SWAB URETRA
SWAB REKTAL
• Alat dan Bahan yang Diperlukan
Swab steril jenis dakron/ rayon.
Tabung steril berisi media transport.
Alat perlindungan diri: masker dan sarung tangan.

Waktu Pengambilan Spesimen


• Spesimen dapat diambil kapan saja sesuai indikasi
SWAB
• Cara Melakukan Spesimen REKTAL
 Swab dimasukkan ke dalam anus 2-3 cm. Swab diputar pada seluruh dinding
rectum dan dibiarkan selama lebih kurang 10 detik agar menyerap.
 Swab ditarik keluar perlahan dan segera dimasukkan ke dalam tabung.
 Jika terkontaminasi feses buang swab & ambil spesimen baru
 Pada pasien simptomatis spesimen sebaiknya diambil dengan menggunakan
anuskopi
 Spesimen dikirim ke laboratorium secepatnya.
SWAB REKTAL
SWAB VAGINA
• Hanya untuk pemeriksaan NAAT
• Swab diputar pada dinding posterior vagina selama 5 detik
• Bisa diambil sendiri oleh pasien atau dokter
URINE
• Urine pancaran pertama
• Hanya bisa utk pemeriksaan NAAT
• Pasien tidak perlu membersihkan area genital
• Kumpulkan 10-20 ml urine pertama ke dalam container steril
• Minimal 1 jam setelah pasien BAK
KONJUNGTIVA
• Tarik kelopak mata bawah dan swab sepanjang konjungtiva palpebral
inferior menuju sudut medial mata
• TRANSPORTASI
GO sgt sensitif terhadap kondisi lingkungan (suhu, pengeringan, oksidasi & bahan toksik)
• Pengiriman spesimen ke lab akan menurunkan viabilitas GO
• Idealnya : langsung diinokulasikan kedlm kultur media langsung diruangan konsultasi
• Jika tidak memungkinkan  swab dimasukkan kdlm medium transport khusus Stuart / Amies
• Setelah 48 jam jumlah gonokokus & tingkat recovery menurun .
• Jika waktu transportasi > 48 jam  gunakan nutritive (growth) transport systems that incorporate a
culture medium and provide an atmosphere with enhanced concentration of CO2
• Maximum survival and recovery of gonococci
• inoculated Stuarts or Amies transport medium : stored in the refrigerator at 2–8°C before
transportation to the laboratory.
• Nutritive (growth) transport media : the specimens are pre-incubated in the transport medium at
36±1°C overnight before transportation to the laboratory;
• Transport time does not exceed 2 days
Alur Diagnosis IMS
DUH TUBUH URETRA PERSISTEN

Gejala uretritis yang menetap (setelah pengobatan satu periode selesai)


atau rekuren (setelah dinyatakan sembuh, dan muncul lagi dalam waktu
1 minggu tanpa hubungan seksual) kemungkinan disebabkan oleh
resistensi obat, atau sebagai akibat kekurangpatuhan minum obat, atau
reinfeksi.
REFERENSI
• Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual Kementrian
Kesehatan RI tahun 2015
AST N. gonorrhoeae
• Tidak rutin diperiksa
• Pada kasus gagal terapi
• Dilakukan uji terhadap minimal antibiotik grup A
• Metode
• Agar dilusi
• Difusi cakram
• Difusi gradien
Tes Sensitivitas Antimikroba N. gonorrhoeae
Agar dilution
 Gold Standard  kuantitatif / menentukan MIC
 Agen antimikroba dilarutkan kedalam agar khusus (GC agar base supplemented with
1% defined growth supplement or 1% IsovitaleX/ Vitox ) dengan serial pengenceran
kelipatan dua (serial twofold dilutions)
 Isolat N. gonorrhoeae yg akan dites ditumbuhkan semalaman pada non-selective GC
agar medium dan disuspensikan kedalam Mueller–Hinton (MH) broth/ larutan salin
steril
 104 colony-forming units (CFU) diinokulasikan ke dalam media agar yang
mengandung antimikroba dan dua agar tanpa antimikroba sebagai kontrol
 Inkubasi semalaman pada suhu 35-37oC dengan kadar CO2 5% lihat pertumbuhan
Modifikasi metode agar dilusi lengkap  breakpoint teknik :
menggunakan agar plate dengan konsentrasi antimikroba sesuai
nilai breakpoint “sensitif”, “resistant” atau “ intermediate”
Difusi cakram
Referensi
1. Marsik. F.J, Mister P, 2019, Antimicrobial Susceptibility Testing in
Textbook of diagnostic microbiology, sixth edition, Elsevier.
2. WHO, 2016, Laboratory diagnosis of sexually transmitted infections,
including human immunodeficiency virus
3. CLSI M100, 2020, Performance Standar for AST 30 ed
DETEKSI RESISTENSI PENICILLIN DIPERANTARAI
PLASMID PADA N. gonorrhoeae
• N. gonorrhoeae may carry plasmids that produce an enzyme (ß-lactamase
[penicillinase])  inactivates penicillins such as benzylpenicillin,
penicillin, ampicillin, and amoxicillin
• Metode pemeriksaan
• Metode cakram Nitrocefin
• Metode acidometri
• Metode iodometri
Metode Cakram Nitrocefin
• Simpel, sensitif, spesifik & digunakan secara luas
• Terjadi perubahan warna kuning  merah pada cakram antibiotik
nitrocefin akibat b-lactamase menghidrolisis ring b-lactam dari
kromogenik cephalosporin (nitrocefin)

Anda mungkin juga menyukai