Anda di halaman 1dari 18

MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH


BAKTERI PATOGEN PADA SALURAN PERNAFASAN
Elfride Jernih Maria Hutapea
Fitri Jayanti
Futri Anggraini
Nurul Masitah
Ria Veranita Tarigan
Tabita Tarigan
Tiarma Lusiana
Vinsensius Halawa
Ziza Putri Aisyia Fauzi
PENDAHULUAN

Penyebab infeksi bisa bermacam-macam dan salah satunya adalah bakteri. Ada berbagai
macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa
menular melalui berbagai cara seperti melalui udara, droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa
bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan, diantaranya Mycobacterium
tuberculosis, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Corynebacterium
diphtheriae, Bordetella pertussis, Legionella pneumophil dll.
Morfologi dan Identifikasi Streptococcus
pneumoniae
Ciri
• Sel berbentuk bulat telur atau seperti bola berukuran 1 – 2 µm, famili
Streptococcaceae,
• Bakteri Gram positif

Organisme • Dapat berpasangan atau rantai pendek, pada bagian ujung belakang tiap
pasangan sel berbentuk tombak (runcing tumpul)

• Kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam pembenihan padat


yang diperkaya dengan darah dan cairan jaringan
Kultur • Untuk pertumbuhan terbaik Streptococcus pneumonia perlu
media dengan pH 7,6. bakteri ini tumbuh aerob dan fakultatif
anaerob. Suhu pertumbuhan optimum 37°C

Sifat • Membentuk koloni bulat kecil, mula-mula berbentuk kubah dan


kemudian timbul lekukan di tengah-tengahnya dengan pinggiran yang
meninggi dan α-hemolisis pada agar darah. Pertumbuhannya
pertumbuhan ditingkatkan oleh 5 – 10 % CO2
Morfologi Streptococcus pneumoniae
Faktor Virulensi Streptococcus pneumoniae
• Mencegah terjadinya fagositosis
Kapsul

• Memiliki efek inflamasi


Dinding • Meningkatkan produksi IL-1
sel

• Merupakan protein intraseluler



Pneumol Bersifat sitotoksik
• Menghambat proliferasi limfosit
ysin

• Merupakan protein filament tipis yang memiliki peranan dalam adhesi dan kolonisasi bakteri pada sel epitel nasofaring
Pili

• Melepaskan pneumolysin dan produk yang dihasilkan dinding sel


Autolysin
Patogenesis dan gejala Streptococcus
pneumonia
• Patogenesis
Berawal dari melekatnya kuman pada epitel faring kemudian bereplikasi dan
proses lolosnya kuman dari fagositosis oleh makrofag. Kuman menyebabkan
infeksi diberbagai area tubuh melalui berbagai akses seperti penyebaran secara
langsung, atau secara limfogen-hematogen. Kolonisasi kuman pada individu sehat
menunjukkan bahwa kuman berhasil mengadakan perlekatan dan bereplikasi.
Setelah membentuk koloni, kuman dapat menyebar secara langsung ke saluran
pernapasan.
• Gejala
Demam, berkeringat dan menggigil, batuk kering atau batuk dengan dahak, rasa
sakit pada dada ketika batuk atau menarik nafas.
Pengobatan dan pencegahan Streptococcus
pneumoniae
Terapi
Penicillin G
Antibiotik

Pengobatan Analgetik

Terapi
Simptomati Antipiretik
k

Mukolitik

Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan, menjaga agar sistem kekebalan
tubuh tetap kuat seperti berolahraga, menjaga pola makan, hindari konsumsi minuman beralkohol
Morfologi dan Identifikasi Bordetella pertussis

Ciri • Merupakan kokobasil Gram negative, famili Alcaligenaceae


• Memiliki kapsul

Organisme • Dengan pengecatan toluidine biru, terlihat granula metakromatik bipolar

• Media Bordet – Gengou (agar kentang – darah – gliserol) yang


mengandung Penisilin G
Kultur • Diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 3-7 hari pada lingkungan yang
lembab
• Bordetella pertussis bisa dikenali dengan pengecatan imunofluoresen

Sifat
• Merupakan organisme aerobik sempurna
• Membentuk asam tanpa gas dari glukosa dan laktosa
• Adanya hemolisis pada media yang mengandung darah, berkaitan dengan

pertumbuhan keganasan Bordetella pertussis


• Tidak dapat bergerak dan tidak membentuk spora
Morfologi Bordetella pertussis
Faktor Virulensi Bordetella pertussis

Filamentous Toksin Pertussis Adenylyl cyclase Tracheal cytotoxin


Hemaglutinin • Menyebabkan toxin • Menghambat sintesis
• Memiliki peranan Limfositosis • Menghambat DNA dalam sel yang
dalam pelekatan • Sensitisasi terhadap khemotaksis tersiliasi
bakteri pada sel histamin • Kemampuan • Meningkatkan IL - 1
epitel pada saluran mematikan kuman
nafas bagian atas dari sel leukosit
• Edema lokal
Patogenesis dan gejala Bordetella pertussis
• Patogenesis
Bordetella pertusis ditularkan melalui sekresi udara pernapasan kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan.
Mekanisme patogenesis infeksi oleh Bordetella pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan
terhadap mekanisme pertahanan pejamu, kerusakan lokal dan timbul penyakit sistemik.

• Gejala
Tahap Konvalesen (4-
6 minggu setelah
gejala awal)
Tahap paroksismal (10-
14 hari setelah timbulnya • Batuk terjadi selama
gejala awal) berbulan – bulan
Tahap katarhal (7-10 hari • Dapat terjadi komplikasi
• Batuk bisa disertai
setelah terinfeksi) (pneumonia,
pengeluaran sejumlah
encephalopathy)
• Bersin, mata berair, nafsu besar lendir
makan berkurang, lesu, • Batuk atau lendir yang
batuk kental sering merangsang
terjadinya muntah
Pengobatan dan pencegahan Bordetella pertussis
• Pengobatan
Bordetella pertussis peka terhadap beberapa antimikroba. Pemberian
Erythromicyn selama masa katarhal, dapat mempercepat eliminasi organisme.
Pemberian oksigen dan pemberian obat penenang dapat mencegah kerusakan
pada otak.

• Pencegahan
Pemberian vaksin DPT (Difteri, Pertussis, Tetanus)
Morfologi dan Identifikasi Mycobacterium tuberculosis

Ciri •


Bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 µm
Bakteri Gram negative, famili Micobacteriaceae
Tidak bergerak dan tidak membentuk spora atau kapsul
Organisme • Dapat diwarnai dengan pewarnaan tahan asam

• Media untuk membiakkan mikrobakteria adalah media nonselektif dan media


selektif

Kultur • Media agar semisintetik : Middlebrook 7H10 dan 7H11


• Media Telur Inspisasi : Lowenstein – Jensen
• Media kaldu : Middlebrook 7H9 dan 7H12

Sifat
• Merupakan aerobic obligat yang memperoleh energy dari oksidasi beberapa
senyawa karbon sederhana
• Penambahan CO2 dapat meningkatkan pertumbuhan

pertumbuhan • Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai


• Proliferasi terjadi pada temperature 22-23℃
Morfologi Mycobacterium tuberculosis
Faktor Virulensi Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis tidak memiliki faktor virulensi seperti bakteri
pada umumnya yaitu toksin, kapsul atau fimbria. Sebagian dari struktur dan
sistem fisiologis Mycobacterium tuberculosis telah diketahui berkontribusi
terhadap virulensi.
Faktor Virulensi tersebut diantaranya :
• Mycobacterium tuberculosis dapat menghambat proses fusi fagosom – lisosom
sehingga tidak dapat dicerna
• Mycobacterium tuberculosis memiliki komplek antigen 85 yang berperan
dalam melindungi bakteri dari sistem imun
• Mycobacterium tuberculosis memiliki waktu regenerasi yang lambat sehingga
sistem imun tidak dapat mengenali bakteri atau mengeliminasinya
Patogenesis dan gejala Mycobacterium tuberculosis
• Patogenesis
Mikobakteria dalam droplet dengan diameter 1 – 5 µm dihirup dan mencapai
alveoli. Penyakit dihasilkan dari pembentukan dan proliferasi organisme virulen dan
interaksi dengan inang.

• Gejala
- Batuk kronis
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Berkeringat di malam hari
- Demam
Pengobatan dan pencegahan Mycobacterium
tuberculosis
• Pengobatan
Terapi TBC (Lini 1) : Terapi TBC (Lini 2) :
- Isoniazid - Aminoglikosida
- Rifampicin - Golongan Tionamid
- Ethambutol - Fluorokuinolon
- Pyrazinamid - Sikloserin
- Streptomicyn - Asam Paraamino Salisilat (PAS)
• Pencegahan
- Eradikasi tuberculosis pada ternak dan pasteurisasi susu
- Imunisasi dengan vaksin BCG
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai