Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea

1. Definisi sectio caesarea

a. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan

syarat dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram

(Wiknjosastro, 2010:134).

b. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut untuk

melahirkan janin daei dalam rahim (Mochar, 2013:85).

2. Jenis-Jenis Operasi Sectio Caesarea

Menurut Wiknjosastro (2010) ada beberapa jenis operasi sectio

caesarea yaitu:

a. Sectio caesarea klasik : pembedahan secara sanger.

b. Sectio caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower

segmen caesarea section)

c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarea hysterectomy =

section histerektomy)

d. Sectio caesarea ekstraperitoneal.

e. Sectio caesarea vaginal.

11
12

3. Indikasi Operasi sectio caesarea

a. Indikasi Ibu

1. Panggul sempit

2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

3. Stenosis serviks/vagina

4. Plasenta previa

5. Disproporsi sevalolvelfik.

6. Rupture uteri membakat.

b. Indikasi Janin

1) Kelainan letak.

2) Gawat janin

Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada:

1) Janin mati.

2) Syok, anemia berat, sebelum diatasi.

3) Kelainan kogenital berat (monster)

4. Perawatan Post Seksio Sesarea (SC)

Perawatan Post Seksio Sesarea (SC) sangat diperlukan untuk

mengembalikan kondisi kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun

perawatan Post Seksio Sesaria (SC) yang harus dilakukan oleh bidan yaitu

diantaranya:
13

a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah urine

yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah perdarahan

selama operasi.

b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada

lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score dan

kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh operator.

c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang

tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran jumlah

produksi urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terperinci yang

mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian, dan waktu atau jam

pemberian.

d. Nasihat dan konseling Post Seksio Sesarea (SC)

1) Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan

sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang

diharapkan, minimal mencangkup 24 jam post operasi. Waktu lahir,

jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan operasi. Risiko

fungsi reproduksi pasien dan kehamilan/persalinan yang akan datang,

alat kontrasepsi yang akan digunakan. Jelaskan rencana perawatan dan

perkiraan waktu pasien dapat dupulangkan, sertakan keluarganya

untuk ikut mengawasi pasien, khusus terhadap risikko fungsi

reproduksi berupa bekas Seksio Sesarea (SC).


14

2) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu mengenai

keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat

badan dan keadaan bayi. Risiko fungsi repsroduksi, kehamilan dan

persalinan yang akan datang. Lakukan konseling dan rencanakan

upaya-upaya pencegahan kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi).

Jelaskan hingga pasien memahami, menerima dan dapat memilih

metode kontrasepsi yang sesuai serta jelaskan kembali risiko yang

dihadapi oleh pasien, berikan cukup waktu untuk berdiskusi hingga

diyakini bahwa pasien telah cukup mengerti dan paham (Hardian, dkk,

2013:4).

B. Konsep Dasar Air Susu Ibu

1. Pengertian Air Susu Ibu

Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama

pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Air susu ibu merupakan nutrisi

alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang

dibutuhkan selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. (Puspita, 2014;22).

Air susu ibu adalah makanan utama bayi sehingga tidak ada jenis

makanan lainnya yang dapat menan dingi kualitas ASI. Hanya ASI saja yang

dapat diterima oleh sistem pencernaan bayi sehingga ASI harus diberikan

secara ekslusif selama 6 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif selama 6

bulan pertama akan mengalami pertumbuhan otak yang optimal pada bagian
15

otak dan kemampuan anak dalam bahasa, motorik dan juga emosi (Astuti,

dkk. 2015:152).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu,

yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Walyani, 2015:167)

2. Anatomi dan Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu

a. Anatomi

Penting untuk mengetahui anatomi payudara yang berkaitan

dengan aktivitas fungsional dan berbeda pada masanya sebelum pubertas,

adolesen, dewasa, ,meyusui dan multipara.

Secara vertikal payudara terletak antara kosa II dan VI, secara

hirizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di bagian jaringan subkutan superficial dan

profundus, yang menutupi muskulus pektroralis mayor, sebagian kecil

seratus anterior dan obliqus eksterna.

Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas

fungsionalnya seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas,

pubertas, adolesen, dewasa, menyusu dan multipara.

Pada payudara terdapat puting susu yang terletak setinggi

interkosta IV. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang

merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung syaraf, pembukuh

darah, pembuluh getah bening, serat otot polos sirkuler. Payudara terdiri
16

dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobolus,

selanjutnya masing-masing lobolus terdiri dari 10-100 alveoli dan

masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu/sistem duktus.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang

lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusu 800 gram. Pada

payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.

Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,

sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari

alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobules yang berkumpul menjadi 15-

20 lobus pada setiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam

saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung

membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

Areola sinus laktierus, yaitu saluran dibawah areola yang

besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putting dan bermuara ke

luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot

polos yang bi la berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.


17

b. Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu

Pengeluaran asi merupakan suatu intraksi yang sangat kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormone

(Sukarni, 2013:23). Pengaturan hormone pada pengeluaran ASI, dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Pembentukan Kelenjar Payudara

a) Masa Kehamilan

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas

dari duktus yang baru, percabangan-percabangan dan lobolus,

yang dipengaruhi oleh hormone-hormon plasenta dan korpus

luteum. Hormone-hormon yang ikut membantu mempercepat

pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen, plasenta, karonik

gonadotriopin, insulin, koetisol, hormone tiroid, hormone

paratiroid, dan hormone pertumbuhan.

b) Pada 3 Bulan Kehamilan

Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai

merangsang kelanjar air susu utnuk menghasilkan air susu yang

disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih

dihambat oleh estrogen dan progestero, tetapi jumlah prolaktin

meningkat hanya aktofitas dalam pembuatan kolostrum ditekan.


18

c) Pada Trimester 2 Kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan

kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormone-hormon terhadap

pengeluaran ASI telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa

seorang ibu yang melahirkan bayinya berumur 4 bulan dimana

bayi meninggal, tetap mengeluarkan kolostrum.

2) Pembentukan Air Susu

Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflex yang masing-

masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu

sebagai berikut :

a) Reflex prolactin.

Pada akhir kehamilam, hormone prolactin memegang

perana untuk membuat klorostum terbatas karena aktivitas

prolactin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang

kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan

kurang berfungsi korpus luteum membuat estrogen dan

progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan

bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang

akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi

sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui

medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran


19

faktor-faktor yang menghambat sekresi prolactin dan sebaliknya

merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi

prolactin akan merangsang hipofisis arterior sehingga keluar

proaktin, hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi

untuk membuat air susu.

Kadar prolactin pada ibu menyusui akan menjadi normal

pada tiga bulan setelah melahirkan sampai menyapihan anak dan

pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau

ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu yang melahirkan anak, tetapi tidak dapat

menyusu, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-

2 sampai minggu ke-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan

meningkat dalam keadaan seperti: stres atau pengaruh psikis,

anastesi oprasi dan rangsangan puting susu.

b) Reflex let down.

Bersama dengan pembentukan prolactin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang

dilanjutkan ke hopofisis posterior (neurihipofisis) yang

kemudian dikeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus

yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi

involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air
20

susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk

kesisitem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus

masuk kemulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah

sebagai berikut :

(1) Melihat bayi.

(2) Mendengar suara bayi.

(3) Mencium bayi.

(4) Memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor yang menghambat reflex let down adalah stres,

seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.

3) Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan

mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone-

hormon inai sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan

pemeliharaan penyedia air susu selama menyusui. Bila susu tidak

dikeluarkan akan mengakibatkan kekurangan sirkulasi darah kapiler

yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya

rangsangan menyusui oleh bayi misalnya: kekuatan isapan yang

kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu

menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk


21

mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama

kelahiran.

c. Mekanismen menyusui.

1) Reflex mencari (rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekitar

mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflex mencari pada

bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting

susu menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian

putting susu ditarik kedalam mulut.

2) Reflex mengisap (sucking reflex)

Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan

lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di

belakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-

langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara

berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus

laktiferus sehingga air susu akan mengalir keputing susu, selanjutnya

bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang

mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan

oleh bayi tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.

3) Reflex menelan (swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan

gerakan mengisao yang ditimbukan oleh otot-otot pipi sehingga


22

pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan degan mekanisme

menelan masuk ke lambung. Keadaan akan berbeda bila bayu diberi

susu botol dimana rahang mempuyai peran sedikit pada saat menelan

dot botol, sebab susu mengalir dengn mudah dari lubang dot. Dengan

adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang

kearah bawah dan selanjutya dengan adanya isapan bayi, keadaan ini

akan membantu aliran susu sehingga tenaga yang diperukan oleh bayi

untuk mengisap susu menjadi minimal.

C. Protokol Kesehatan Penanganan COVID-19

1. Jika Merasa Tidak Sehat

a. Jika merasa tidak sehat dengan kriteria:

1) Demam 38 derajat Celcius

2) Batuk/pilek

Istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu minum. Bila

keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau

nafas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Pada saat berobat ke fasyankes, harus lakukan tindakan berikut:

1) Gunakan masker

2) Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar

dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau punggung

lengan
23

3) Usahakan tidak menggunakan transportasi massal

b. Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect

COVID-19:

1) Jika memenuhi kriteria suspect COVID-19, maka akan dirujuk ke

salah satu rumah sakit (RS) rujukan yang siap untuk penanganan

COVID19.

2) Jika tidak memenuhi kriteria suspect COVID-19, maka akan dirawat

inap atau rawat jalan tergantung diagnosa dan keputusan dokter

fasyankes.

c. Jika memenuhi kriteria Suspect COVID-19 akan diantar ke RS rujukan

menggunakan ambulan fasyankes didampingi oleh nakes yang

menggunakan alat pelindung diri (APD).

d. Di RS rujukan, akan dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan

laboratorium dan dirawat di ruang isolasi.

e. Spesimen akan dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. Hasil pemeriksaan pertama akan

keluar dalam 24 jam setelah spesimen diterima.

1) Jika hasilnya positif

a) maka akan dinyatakan sebagai penderita COVID-19.

b) Sampel akan diambil setiap hari

c) Selanjutnya akan dikeluarkan dari ruang isolasi jika pemeriksaan

sampel 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negative


24

2) Jika hasilnya negatif, Anda akan dirawat sesuai dengan penyebab

penyakit.

2. Jika Sehat, namun:

a. Ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara terjangkit COVID-19

b. Merasa pernah kontak dengan penderita COVID-19, hubungi Hotline

Center Corona untuk mendapat petunjuk lebih lanjut di nomor berikut:

119 ext 9.

D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengeluaran Air Susu Ibu

1. Percepatan Pengeluaran Air Susu Ibu

Pengeluaran ASI adalah suatu proses atau pelepasan hormone

oksitosin untuk mengalirkan ASI yang sudah diprosuksi melalui saluran

dalam payudara ibu. Masalah pengeluaran ASI biasanya terjadi pada ibu

yang mengalami proses persalinan melalui tindakan sectio caesarea, hal ini

dapat menimbulkan dampak buruk untuk awal kehidupan bayi dikarenakan

gizi tertinggi awal kehidupan bayi terdapat pada kolostrum yang diproduksi

oleh ibu. Ibu dengan tindakan sectio caesarea akan mengalami kesulitan

untuk melakukan inisiasi menyusui dini karena faktor roming-in, kondisi

sayatan pada ibu yang menimbulkan rasa nyeri, dan kelemahan akibat

pengaruh anastesi yang diberikan pada ibu, oleh karena itu ibu dengan

tindakan operasi caesarea baru bias berhasil menyusui setelah lewat

beberapa jam atau hari setelah pasca tindakan (Mas’adah, 2015:1494)


25

Kecepatan waktu pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea

lebih lambat dibanding dengan ibu post partum normal. Terlambatnya

pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea tersebut disebabkan oleh

berbagai faktor Diantaranya adalah mobilisasi dan posisi menyusui, (Hanifa,

2015).

Proses melahirkan dengan tindakan sectio caesarea akan

menghambat produksi dan pengeluaran ASI dikarenakan pengaruh obat-

obatan anastesi dapat menyebabkan tidak reponsif untuk menyusui.

Menurut Zuhrotunida dan Yunita tahun 2016, pengeluaran ASI

dikatakan cepat jika air susu ibu keluar kurang dari 2 hari dan dapat

dikatakan lambat jika air susu ibu tidak keluar setelah lebih dari 2 hari pasca

tindakan sectio caesarea

2. Posisi menyusui

Posisi menyusui adalah teknik atau cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi secara benar. Untuk

mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan ibu tentang posisi-

posisi menyusui yang benar (Evi, 2016:129)

a. Perlekatan bayi

Perlekatan menyusu (lacth on) adalah menempelnya mulut bayi di

payudara ibu. Perlekatan menyusu yang benar bertujuan untuk membantu

bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah cukup, sehingga produksi
26

ASI meningkat sesuai kebutuhan bayi dan menghindari luka lecet pada

puting susu.

Gambar.2.1 perlekatan menyusu

Tanda-tanda perlekatan yang benar, antara lain:tampak sebagian

besar areola masuk kedalam mulut bayi, mulut terbuka lebar, bibir atas

dan bawah terputar keluar, dagu bayi menempel pada payudara, gudang

ASI termasuk jaringan payudara meregang sehingga membenuk “dot”

yang panjang, puting susu sekitar 1/3-1/4 bagian “dot” saja, bayi menyusu

pada payudara bukan pada puting saja.

Tanda-tanda perlekatan salah, antara lain: tampak sebagian besar

areola mamae berada diluar, hanya puting susu atau sedikit areola yang

masuk mulut bayi, seluruh atau sebagian besar gudang ASI terletak diluat,

lidah tidak melewati gusi hanya poting susu yang menjadi “dot”, bayi

menyusu pada puting susu, bibir mencucu/monyong, bibir bawah terlipat

ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah.


27

b. posisi menyusui

1. Cross-craddle position/posisi transisi/posisi menopang/posisi

menyilang adalah posisi dengan lengan yang berlawanan dengan

payudara. Perut bayi menempel di perut ibu.

Gambar.2.2 Cross-craddle position

2. Football-hold/clutch position/posisi bawah lengan adalah posisi bayi

mengarah ke arah belakang tubuh ibu, kepala bayi di bawah lengan

ibu, lengan ibu menyangga kepala dan leher bayi. Posisi ini sering

digunakan oleh ibu yang melahirkan secara oprasi sesar atau pada ibu

yang berpayudara besar.

Gambar.2.3 Football-hold

3. Cradle-hold yaitu posisi normal atau posisi menggendong bayi yang

sering dilakukan.
28

Gambar.2.4 Cradle-hold

4. side Lying-position yaitu posisi berbaring atau posisi menyusui sambil

tiduran. Posisi ini berbanfaat pada saat menyusui dimalam hari atau

kondisi ibu yang mengharuskan ibu untuk tetap berbaring.

Gambar.2.5 side Lying-position

3. Mobilisasi

Mobilisasi post operasi merupakan suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan. Mobilisasi juga dapat mempercepat proses penyembuhan

luka, dengan melakukan mobilisasi ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat

mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan, fungsi usus dan kandung kemih lebih baik,

merangsang peristaltik usus kembali normal dan mobilisasi juga membantu

mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Hartati, 2017).


29

Mobilisasi dini pada ibu nifas post SC merupakan suatu upaya

melibatkan aktivitas fisik yang akan berpengaruh pada kebutuhan otot

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen yang memerlukan aliran darah yang

kuat. Dengan demikian otot akan menjadi rileks dan memperlancar sirkulasi

darah sehingga sistem neuron akan memberikan sinyal pada hipotalamus

kemudian ke hipofise posterior untuk melepaskan oksitosin dan dibawa oleh

darah ke payudara untuk merangsang sel mioepitel membentuk duktus alveoli

sehingga terjadi pengeluaran kolostrum (Rofi’ah, 2016)

Mobilisasi dini sangat bermanfaat bagi ibu dalam proses

penyembuhan luka, salah satunya yaitu mencegah potensi terjadinya

trombosis dan tromboemli, potensi terjadinya penurunan fungsional, infeksi

dan sebagainya. Infeksi menjadi salah satu penyebab kematian ibu dimana

infeksi terjadi akibat luka yang tidak mendapat penanganan tepat, baik luka

post SC maupun luka bersalin normal.(Kemenkes RI, 2016).

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan oleh ibu setelah tindakan section

caesarea yaitu menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan

memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta

menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan telah dapat

berbaring miring kiri dan kanan untuk mencegah trombisis dan tromboeli,

setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk diatas

tempat tidur. Adanya perasaan takut dan cemas akan mengganggu munculnya

refleks let down sehingga mengganggu pengeluaran kolostrum. Namun


30

demikian, sebagai upaya mengurangi tingkat kecemasan akibat nyeri dan

ketakutan pada bekas luka SC, maka ibu nifas disarankan tetap melakukan

mobilisasi dini dengan pendampingan secara intensif (Rofi’ah, 2016:333)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan visualisasi hubungan antara berbagai

variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada

dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakannya sebagai

landasan untuk penelitiannya. Pengertian lainnya tentang kerangka konsep

penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau

diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Diagram dalam kerangka konsep

harus menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti.

Kerangka yang baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada peneliti

dalam memilih desain penelitian (Masturoh, 2018:82-83).

Percepatan Pengeluaran
Mobilisasi Posisi Menyusui
Air Susu Ibu

Gambar 2.6 kerangka konsep.


31

Anda mungkin juga menyukai