Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MAHASISWA ANESTESI

RSUD BENDAN PEKALONGAN


1. SOP Anestesi umum dan regional
a. SOP pemasangan LMA
Persiapan pasien :
Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur

Persiapan alat :
Laryngeal Mask Airway sesuai ukuran
Stetoskop
Plester dan gunting
Connector (selang penyambung)
Suction
Sarung tangan
Masker
Jeli
Spuit 20 cc
Bag-valve-mask (BVM)

Langkah – Langkah pemasangan LMA :


Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
Pasang sarung tangan dan masker
Periksa integritas balon LMA
Lumasi bagian posterior LMA dengan jeli
Posisikan pasien telentang dengan kepala ekstensi
Buka mulut pasien dengan tehnik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
Lakukan suction, jika perlu
Masukkan LMA ke dalam faring dan teruskan hingga terasa ada tahanan
Kembangkan balon LMA
Sambungkan LMA dengan BVM
Periksa ketepatan posisi LMA dengan auskultasi bunyi paru
Fiksasi LMA dengan plester
Sambungkan LMA dengan connector sumber oksigen
Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
Lepaskan sarung tangan dan masker
Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

b. SOP Pemasangan ETT


Perisapan pasien :
Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lagir,
dan/atau nomor rekam medis)
Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
Persiapan alat :
Scope (Laringoskop dan Stetoskop)
Tube (ETT sesuai ukuran)
Airway (Pipa orofaring atau nasofaring)
Tape (Plester dan gunting untuk fiksasi)
Introducer (mandrin atau stylet)
Connector (selang penyambung)
Suction
Sarung tangan steril
Masker
Jeli
Spuit 20 cc
Bag-Valve-mask (BVM)

Langkah – Langkah pemasangan ETT :


Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
Pasang sarung tangan dan masker
Periksa integritas balon ETT
Pasang mandrin pada bagian dalam ETT
Lumasi ETT dengan jeli
Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
Lakukan pendampingan pasien selama pemasangan dilakukan operator:
Buka mulut pasien dengan tehnik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
Masukkan blade laringoskop dengan tangan kiri sampai epiglottis terlihat jelas
Masukan ETT melewati epiglottis dengan tangan kanan
Kembangkan balon ETT
Angkat Blade laringoskop dari mulut pasien
Pegang ETT dengan satu tangan dan lepas mandrin dengan tangan lainnya
Lakukan suction, jika perlu
Sambungkan ETT dengan BVM
Periksa ketepatan posisi ETT dengan auskultasi bunyi paru
Fiksasi ETT dengan plester
Sambungkan ETT dengan connector sumber oksigen
Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
Lepaskan sarung tangan dan masker
Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien.

c. SOP Anestesi TIVA


Persiapan pasien :
Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lagir,
dan/atau nomor rekam medis)
Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
Persiapan alat dan obat :
Spuid 10 cc, 5cc, 3 cc
Obat obatan yang dibutuhkan seperti ondansentron, profofol, ketamin, midazolam, dan
fentanyl dan jangan lupakan siapkan obat emergency seperti ephedrine

Langkah – Langkah :
Atur posisi pasien dalam tidur terlentang
Pasang monitor alat ukur tanda tanda vital pada pasien
Masukan obat obatan yang dibutuhkan sampai pasien tertidur
Monitor status tanda – tanda vital sign tiap 5 menit selama pembedahan berlangsung
Rapikan alat alat setelah pembedahan

d. SOP Anestesi Spinal


Persiapan alat dan obat :
obat - obatan untuk sedasi dan anestesi (bupivacain, fentanil)
spuit dan spinocan sesuai ukuran
monitor (nadi dan saturasi)
Oksigen
peralatan dan obat resusitasi
rekam medis
ambubag

Persiapan pasien :
dokter anestesi melakukan anamnesis dan pemeriksaan keadaan umum
dokter anestesi memberikan penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan kepada pasien
dan kelurga.
dokter anestesi melakukan informed konsent / persetujuan tindakan
dokter anestesi menyuruh pasien puasa sebelum dilakukan sedasi (dewasa >6 jam dan anak -
anak >4 jam)

Pelaksanaan :
dokter anestesi mengecek hemodinamik pasien
perawat anestesi memposisikan pasien duduk / miring dengan kepala fleksi
perawat anestesi menyiapkan peralatan dan obat - obatan sesuai dengan kebutuhan
perawat anestesi melakukan desinfektan daerah yang akan ditusuk
dokter anestesi melakukan penusukan didaerah lumbal 3-4 / 4-5 setelah itu masukan obat
yang sudah disiapkan lalu diturkan pasien setelah itu
setelah selesai perawat merapikan alat

e. SOP anestesi Epidural


Persiapan alat dan bahan :
Set epidural
Obat obat anestesi
Monitor pasien
Langkah – Langkah :
Posisikan pasien miring kelateral dengan lutut dilipat keperut maksima, kepala tunduk kedada
maksimal atau posisi duduk
Lakukan Tindakan aseptic di daerah yang akan disuntikan
Lakukan penusukan ke intervebrata antara L2/3, L3/4, L4/5 sesuai indikasi dengan jarum
spinal (touhy)
Masukan jarum touhy secara perlahan dengan spuit berisi Nacl 5 cc, dorong spuit sambal
memasukan jarum, bila dirasakan hilangnya tahanan ( loss of resistance) pada spuit pertanda
ujung jarum berada di ruang epidural
Masukan kateter epidural perlahan melalui jarum touhy kea rah cranialsejauh 3 cm
Pastikan jarum masuk ke ruang epidural lalu masukan obat anestesi local
Lakukan test dose yaitu obat dimasukan sebanyak 3 cc tunggu selama 3 menit lalu masukan
obat dengan dosis penuh
Posisikan Kembali pasien dalam keadaan terlentang
Nilai ketinggian hambatan sensorik dan motoric dengan uji prinprick dan skala bromage
Monitoring TTV selama pasien dalam anestesi epidural
Dokumentasikan semua Tindakan yang telah dilakukan

2. Cari perhitungan kebutuhan cairan :


- Pengganti puasa : 2cc x lama puasa x BB
- Setelah operasi : Jenis operasi x BB

3. Cari perhitungan trafusi darah :


- WB : 6 x Hb x BB
- PRC : 3 x Hb x BB

4.
5. Cari dosis obat anestesi :
- Midazolam : 1-2 mg/KgBB
- Fentanyl : 1-2 mcg/KgBB
- Propofol : 1-2.5 mg/KgBB
- Ketamin : 1-4.5 mg/KgBB
- Tramus : 0.5 mg/KgBB
- Rocuronium : 0.6-1.2 mg/KgBB
6.
7.
8. Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di
bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35
adalah alkalosis, di atas 45 asidosis.
Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah
22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis.
Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan
jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya
disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH
alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik
sehingga disebut metabolik alkalosis.
Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan arah dengan pH.
Apabila ada yang berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau
metabolik. Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan
pH sehingga kelainan primernya asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH
menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik.
Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal maka menunjukkan
terjadinya hipoksemia.
Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka
kita bisa menggunakan akronim ROME.
Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah (asidosis) dan sebaliknya.
9. Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai