PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mendapatkan produk yang akan dihasilkan
2. Menerapkan analisis SWOT pada produk terpilih dan mendiskripsikan spesifikasi
produk yang akan dihasilkan secara umum
3. Menguraikan proses dari produk yang didesain
4. Menentukan peralatan atau mesin yang digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan industry berbasis hasil pertanian diawali dengan penentuan produk yang
akan dihasilkan. Sebelum melakukan kajian terhadap aspek lain, penentuan atau perencangan
produk merupakan hal pokok yang akan menentukan perencanaan aspek lain. Setelah suatu
produk ditentukan, analisis SWOT perlu dilakukan untuk menggambarkan spesifikasi produk
terpilih. Analisis SWOT yaitu sebuah bentuk analisis situasi dan juga kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi
sebagai factor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-
masing. Analisis SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisia yang ditunjukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang dihadapi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta
menekan (Marniza,2019).
Faktor-faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman merupakan faktor yang
dinamis dalam SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and threat ) yang dapat
mengambarkan kemampuan perusahaan untuk mengoptimalkan dan mengalokasikan dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya serta situasi yang dihadapi dalam usaha
pencapaian suatu tujuan (Richard, 2010).
Fase Pengembangan Produk Enam fase dalam proses pengembangan produk secara
umum adalah:
0. Perencanaan sebagai 'zerofase' karena kcgiatan ini mendahului persetujuan proyek dan
proses peluncuran pengembangan produk aktual.
1. Pengembangan konsep; Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target
diidentifikasi, alternatif konsepkonsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau
lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
2. Perancangan Tingkatan Sistem: Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi
arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta
komponenkomponen.
3. Perancangan Detail: Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,
material, dan toleransitoleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi
seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
4. Pengujian dan Perbaikan Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi
dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat
dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada
produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang
sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototipe (alpha) diuji untuk
menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah
produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta)
biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak
dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.
Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan
menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk
menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi
kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir.
5. Produksi awal Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem
produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga
kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi
sesungguhnya
Spesifikasi produk adalah uraian umum mengenai ciri spesifik dari produk, dilihat
dari bentuk dan sifat produk. Spesifikasi produk adalah variabel-variabel yang menjelaskan
tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan mengunakan
istilah “kebutuhan produk” atau “karakteristik engineering”. Perusahaan lain memberi istilah
“spesifikasi” atau “spesifikasi teknis” untuk menjelaskan variabel desain utama dari suatu
produk. Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan
toleransitoleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen
standar yang dibeli dari pemasok (Deyorizky, et all, 2018).
Pendinginan
Pencampuran I
Pencampuran II
Pengadukan
Pencampuran III
Pengadukan
Pencetakan
Pendinginan
Pelepasan dari
cetakan / pengirisan
Penggulaan
Pengemasan +
pelabelan
Selesai
2 1
9 8
11
7
6
10 5 a
4
4.6.3 Keuntungan
Harga jual setiap kemasan Permen Jelly Worit berbeda- beda, berkisar antara
Rp 2.500– Rp 60.000 yang disesuaikan dengan kemasan, tempat, dan waktu
penjualan. Harga jual Rp.2.500 adalah harga permen yang dikemas menggunakan
kertas permen tebal dimana isi permen tersebut ada 5 buah dengan berat 5 gram.
Untuk memenuhi 1 box, diisi dengan 20 psc, sehingga 1 box beratnya 500 gr dengan
harga = Rp 49.534 : 2 = Rp 24.767,-. Harga 1 permen dengan berat 5 gram adalah Rp
200,-.
Maka dengan demikian harga jual Permen Jelly Worit 2 box (1 kg) = (Rp
2.500 x 20 psc) x 2 box = Rp.100.000. atau dengan kata lain 1 box dijual Rp 50.000
Keuntungan tiap kg permen Jelly Worit adalah sebesar:
= harga Jual terendah – total Biaya Produksi
= Rp 100.000 - Rp 49.534
= Rp 50.466,-
Maka, apabila dalam 1 bulan tercapai angka penjualan sebesar 180 kg permen
Jelly Worit akan tercapai keuntungan bersih sebesar Rp 9.083.880
biayatetap
BEP(Rp)=
biaya variabel
1−
penjualantotal
BEP rata-rata nilai penjualan (Rp) = Rp 138.973.427
biaya tetap x produksi
BEP ( kg )=
unit penjualan−biaya variabel
BEP rata-rata Jumlah penjualan/produksi (kg) = 1.384,95 kg
5.1 Kesimpulan
1. Produk yang akan dihasilkan berupa permen Jeli wortel dengan tambahan buah jeruk
Sunkist beserta kulitnya yang diberi nama Permen Jelly Worit.
2. Kekuatan yang menggunakan Gula rendah kalori dan perasa buah dan wortel yang
alami dan tanpa pemanis buatan serta menyediakan jasa pembuatan souvenir permen.
Kelemahannya berhubungan dengan daya tahan dan umur simpan produk serta terjadi
pada harga bahan baku yang fluktuasi. Peluang menyediakan jasa pembuatan souvenir
atau pemesanan pada event-event tertentu. Ancamannya berupa munculnya pesaing
baru dan sifat daya tahan produk sendiri yang menjadi perhatian serius untuk
ditangani. Menerapkan analisis SWOT pada produk terpilih dan mendiskripsikan
spesifikasi produk yang akan dihasilkan secara umum
3. Proses dari produk yang didesain berurutan mulai dari pembuatan sari wortel dan
jeruk Sunkist, pembersihan kulit jeruk Sunkist dan pelarutan gelatin, kemudian
dilakukan pemanasan dan pencampuran I, pengadukan dan pencampuran II,
pengadukan dan pencampuran III, pencetakan, pendinginan, pengirisan dan
pentaburan gula, pengemasan dan packaging.
4. Peralatan yang digunakan berupa pisau, pengupas wortel, pengaduk, kompor, dandang
atau panci, penyaringan, gunting, Loyang dan baskom, atau mesin yang digunakan
berupa blender untuk penghalusan wortel dan buah jeruk.
5.2 Saran
Dengan laporan perencanaan ini, pendirian usaha/indusri dapat sesuai atau bahkan
lebih lebih baik dari perencanannya dan pengembangan yang akan dilakukan dapat
diramalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arianie, Ganesstri Padma dan Nia Budi Puspitasari. 2017. Perencanaan Manajemen
Proyek Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektifitas Sumber Daya Perusahaan
(Studi Kasus : Qiscus Pte Ltd). Universitas Diponegoro: Jurusan Teknik Industri.
Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen,Edward Tanujaya,Edisi 9. Salemba Empat.
Nugroho, Deyorizky Setyo, et all. 2018. Pengembangan Produk Tempat Sampah
Penghancur Plastik Berbasis Green Technology. Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 4, No. 4.
Marniza. 2019. Penuntun Praktikum Perencanaan Proyek Industri. Universitas Bengkulu:
Jurusan Teknologi Pertanian.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia.