Abstract Abstrak
This paper describes the dynamics of Paper ini mempermasalahkan dinamika
religious life in the aftermath of religious kondisi kehidupan beragama di Poso pasca
conflict in Poso. The findings show that konflik keagamaan. Temuan penelitian
Poso is inevitably a plural society both menunjukkan bahwa masyarakat Poso
ethnicity and religion. The relationship terdiri dari beragam suku dan agama.
between families and interreligious Sejak dahulu di Poso pertalian keluarga,
marriage have been in practice since in the kawin antar agama sudah terjadi dan
old times and there is no problem with that. tidak menjadi masalah. Sebelum konflik
Prior to the Poso conflict occurring in 1998, Poso terjadi tahun 1998, 2000, dan 2001,
2000 and 2001 respectively, Poso city was kota Poso didominasi pemeluk Islam.
a predominantly Muslim area. While the Sedangkan di wilayah pegunungan seperti
Christian people reside in the highland Tentena, pemeluk Kristen adalah dominan.
areas. This religious topography changed Kondisi keagamaan ini menjadi berbalik
dramatically in the post Poso conflict. In ketika konflik terjadi. Sebenarnya dahulu
the past, Poso people lived harmoniously penerimaan masyarakat Poso terhadap
and respected the outsiders very well. This orang luar sangat baik. Penelitian ini
research used qualitative approach and bersifat kualitatif, sedangkan metodenya
case study as its method. Data collection adalah studi kasus. Data dikumpulkan
includes interviews and observation. The menggunakan teknik wawancara
conclusion is that, religious tolerance mendalam, studi pustaka dan dokumentasi,
among Poso people prior to the conflict was serta pengamatan. Kesimpulannya,
based on Sintuwu Maroso. The meaning of toleransi beragama masyarakat Poso sendiri
this philosophy is twofold: sintuwu means sebelum konflik berlandaskan pada falsafah
to unite or unity, and maroso means being Sintuwu Maroso. Falsafah ini mengandung
strong. Therefore, the two words mean dua makna, yaitu Sintuwu yang berarti
‘a strong unity’. Poso people are always bersatu atau persatuan, sedangkan maroso
pleased to live peacefully and the old berarti kuat. Apabila digabungkan berarti
philosophy is often instrumental to solve persatuan yang kuat. Masyarakat Poso
conflict in the society. selalu ingin hidup damai dan falsafah itu
yang selalu diangkat untuk mendamaikan
Keywords: Tolerance, Religion, Prone masyarakat bila terjadi konflik.
Regions, Conflict, Poso Regency.
Kata kunci: Toleransi, Beragama, Daerah
Rawan, Konflik, Kabupaten Poso.
royong membantu, begitu juga dalam hal harmonis dengan Tuhan (Wawancara
duka cita dan bangun rumah. Sebagai dengan Karman, 26 Maret 2015).
contoh, budaya gotong-royong yang
terstruktur dalam urusan persawahan, Dalam agama Hindu ada tiga konsep
yang diistilah dengan misale. Bila ada untuk mendapatkan keharmonisan, yaitu:
empat orang anggota masyarakat, Pertama, bagaimana kita membangun
hari ini mereka bekerja di tempat si A, harmoni dengan Tuhan, yang disebut
besoknya bergantian bersama-sama di dengan istilah Parahiyangan (membangun
tempat si B, besok lusanya begitu lagi ke hubungan harmonis manusia dengan
tempat yang lain, dan seterusnya. Hal Tuhan); Kedua, membangun hubungan
ini sudah menjadi kesepakatan yang harmonis manusia dengan manusia itu
sudah terjadwal dan tertata, bahkan sendiri; kemudian Ketiga, membangun
kerjanya tidak semerawut. Walaupun hubungan harmonis manusia dengan
budaya ini mengalami pergeseran karena lingkungannya sendiri.
pemberlakuan sistem buruh di Poso
(Wawancara dengan Rinaldy Damanik,
28 Maret 2015). 2. Bentuk-bentuk toleransi beragama
Yang aneh pada tahun 2000 itu, siang dan malam, yang menurun dari
beredar selebaran saling menghujat di generasi ke generasi.
jalan-jalan, juga selebaran tentang cara
membuat senjata rakitan. Siapa saja bisa Budaya “Tarian Dero”, sebuah
bikin senjata rakitan di bengkel-bengkel, budaya asli Poso, di mana semua laki-
sehingga konflik waktu itu sudah pakai laki dan perempuan pegangan tangan.
senjata. Yang tidak bisa dibuat adalah Biasanya didakan saat upacara syukuran,
amunisi, sehingga terjadi perdagangan seperti mantin, pesta ulang tahun, pesta
amunisi. Sasarannya tidak perduli agama adat, pesta panin, dan sebagainya. Umat
apa saja yang penting pihak tertentu Islam tidak boleh mengikuti Tarian
diuntungkan. Dero, di sini kadang terjadi benturan.
Anak muda bila tidak ada acara Tarian
Setelah itu beredar lagi bisnis Dero bakalan tidak mau datang,
senjata otomatis asli, inilah yang makin karena kegembiraan mereka sambil
mengacaukan situasi konflik yang menyanyi, menari mengungkapkan rasa
berkepanjangan, siapa sebenarnya yang kegembiraan bersama, bila sudah lelah
berkepentingan di situ. Saat itu kondisi baru berhenti. Orang Islam ada juga
sudah jelas saling menyerang, faktor yang mengikuti sesuai dengan kesukaan
ekonomi menonjol dengan terjadinya masing-masing.
penjarahan di mana-mana, termasuk di
Tentena, Poso Pesisir, dan Kota Poso. Memelihara anjing dimaklumi
umat Kristen untuk penjagaan rumah,
sementara di lingkungan Islam tidak
seperti itu. Warga di Ampana wilayah
Yang disukai dan tidak disukai oleh
pegunungan memelihara anjing guna
kelompok umat beragama
menjaga kebunnya. Cara mereka
Yang disukai di antara umat memelihara itu sesuai dengan kebutuhan
beragama dalam kebersamaan di untuk menjaga kebun mereka biar lebih
antaranya adalah acara yang bersifat aman.
sosial kemasyarakatan, seperti acara
Terkait stereotip kesukuan dapat
perkawinan dan syukuran. Yang tidak
berpengaruh ke agama. Para pendatang
disukai di antaranya ada pertentangan
dari Bugis, Gorontalo, dan Padang yang
tentang minuman keras. Umat Islam
beragama Islam seolah-olah sama semua
mengharamkan, sementara umat Kristen
dianggap yang bikin kacau datang ke
hanya memberi pembatasan, kadang ini
Poso. Begitu juga sebaliknya, umat Kristen
yang menjadi benturan.
pasti orang Manado, Toraja atau Batak
Kebolehan minuman keras bagi dianggap pekerja keras segala macam.
umat Kristen, itu juga berpedoman
pada ajaran Tuhan (Alkitab) yang tidak
sama sekali mengharamkan, tapi hanya Aktor pendorong toleransi dan
mengingatkan agar tidak berlebihan. intoleransi beragama
Seperti yang umum diajarkan, anggur
itu untuk menghangatkan tubuh, cukup Aktor toleransi beragama
sampai di situ. Kadang ego manusia Aktor atau tokoh toleransi
berlebihan dan tidak bisa dihindari, beragama ambil bagian semua, tidak ada
seperti minum-minuman “sagu” dari semacam tokoh sentral yang menonjol.
pohon Nira, kebiasaan nenek moyang Semua pihak punya sumbangan dan
mereka yang pohonnya tumbuh sendiri. proaktif. Keterlibatan banyak orang
Dahulu sagu merupakan minuman orang semakin lebih bagus, panduannya sudah
tua, sebagai penghangat makan pagi,
HARMONI Mei - Agustus 2016
Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 53
semua agama menginginkan perdamaian masih dipercaya umat. Dsalam hal ini,
(Lies Sigilipu S, 28 Maret 2015). pemerintah punya kewenangan jalur
khusus, sedangkan tokoh agama betul-
Penyebaran faham agama yang betul berdiri pada jalur netral (Desmon
keliru, seperti “semua orang kafir harus Kantjai, 25 Maret 2015).
dibunuh” di Islam dan “jangan bergaul
dengan orang-orang yang berbeda
agama” di Kristen merupakan pemicu
Kesimpulan
sikap intoleransi. Aliran-aliran tertentu
banyak yang fanatik dan tidak suka 1. Raja Talase berperan penting dalam
bergaul dan curiga dengan orang lain, penciptaan toleransi beragama di
seperti penafsiran “pergilah kamu Poso, bahkan dianggap sebagai aktor
jadikan semua bangsa murid-Ku”, toleransi beragama zaman dulu.
“murid-Ku adalah murid orang Kristen”, Beliau pernah membuat maklumat
“Mereka penafsirannya semua harus di tertulis dalam bahasa Poso, “Laut
Kristenkan”. Mereka bisa sangat frontal tidak dipagari, langit tidak ditutup,
dalam penyebaran agama, artinya semua bisa masuk asal kita hidup
tidak perduli dengan orang-orang yang damai”;
beragama, padahal mereka orang yang
beragama. 2. Bentuk toleransi di Poso juga
dikuatkan budaya yang sudah berjalan
Di Universitas Kristen Tentena, ada di masyarakat untuk tidak ada saling
mata kuliah pendidikan perdamaian, mengganggu dalam bertetangga di
yang materinya antara lain: Pertama, lingkungan. Ini didukung dengan
perdamaian dilihat dari sejarah agama; falsafah Sintuwu Maroso yang berarti
Kedua, teori konflik yang menjelaskan persatuan yang kuat;
apa faktor konflik, terutama yang
menyebabkan anarkis. Konflik secara 3. Konflik pada tahun 1998 dilatari
konstruktif sudah ada di dalam buku oleh tiga momen, yaitu: Pertama,
literature; Ketiga, bagaimana membangun suksesi Bupati Poso; Kedua, proses
perdamaian. penegakkan hukum Koperasi Usaha
Tani (KUT) yang melibatkan beberapa
Di sini diceritakan sejarah kelam tokoh masyarakat; dan Ketiga, momen
Poso, sehingga bisa difahami betapa bulan Ramadhan yang bersamaan
pentingnya membangun perdamaian. Ini dengan perayaan Natal;
perlu agar anak-anak muda yang dulu
ketika konflik Poso masih kecil, mereka 4. Secara umum faktor-faktor yang
tahu tentang ide agar Poso tetap damai. mendasari toleransi beragama, antara
lain: a) Dasar hukum masyarakat dan
budaya yang mendorong kerukunan;
b) Aliran atau denominasi yang
Inisiator peningkatan toleransi
sudah masuk pada prinsip keimanan
Inisiatif yang perlu dikembangkan seseorang; dan c) Kerekatan umat
adalah peningkatan peranan tokoh beragama, apalagi didukung dengan
umat, meekalh yang berada di garda PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006.
depan menghadapi umat. Mereka
Daftar Pustaka
________, Kabupaten Poso Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso 2010.
Anis Faranita Dhanik Rachmawati, 2006,Toleransi Antar Umat Islam dan Katolik: Studi
Kasus di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten (Skripsi),
Semarang, IAIN Walisongo.
Bogdan dan Taylor, Steven J., (Terj.) Arif Furkhan, 1992, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Suatu Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, Surabaya, Usaha
Nasional.
Fathurrahman,2008, Toleransi Beragama Antara Penyedia dan Pengguna Jasa Kos-kosan Beda
Agama di Dusun Papringan, Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman, Skripsi, Yogyakarta,
UIN Sunan Kalijaga.
Horton, B., Paul dan Hunt, Chester, L., (dalam) Aminuddin, Ram & Sobari, Tita, (Alih
Bhs.),1999, Sosiologi, Jld.2, Jakarta, Eriangga, Edisi VI.
Muhammad Hisyam. (Ed.), 2006, Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Rentan
Konflik, Jakarta, LIPI.
Nurlaela Ndobe, Sintuwu Maroso Sebagai Nilai Kearifan Lokal dalam Penyelengaraan
Pemerintahan di Kabupaten Poso, http://ellandobe.blogspot.co.id/2010/05/sintuwu-
maroso-sebagai-nilai-kearifan.html, 10 Mei 2010.
Saiful Mujani, 2007, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Tahmidy Lasahido, dkk., Suara Dari Poso Kerusuhan, Konflik dan Resolusi, Aliansi Masyarakat
Sipil untuk Demokrasi (YAPPIKA), Jakarta Timur, 2003.
Teguh Setiawan, 2007, Toleransi Beragama di Kalangan Komunitas Slankers Semarang: Studi
Kasus Organisasi Basis Slankers Club.( Skripsi), Semarang, IAIN Walisongo.
Tim Peneliti, 2006, Survei Opini Publik: Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia,. Jakarta: LSI.
Tim Peneliti, Toleransi Beragama di Daerah Rawan Konflik, Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, tahun 2015.