Anda di halaman 1dari 15

Penelitian

Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 41

Toleransi Beragama di Kabupaten Poso


Ahsanul Khalikin
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kemenag RI,
Jl. MH. Thamrin No. 6 Jakarta
ahsan1901.as@gmail.com
Diterima 18 Oktober, diseleksi 19 Oktober, dan direvisi 24 Oktober 2016

Abstract Abstrak
This paper describes the dynamics of Paper ini mempermasalahkan dinamika
religious life in the aftermath of religious kondisi kehidupan beragama di Poso pasca
conflict in Poso. The findings show that konflik keagamaan. Temuan penelitian
Poso is inevitably a plural society both menunjukkan bahwa masyarakat Poso
ethnicity and religion. The relationship terdiri dari beragam suku dan agama.
between families and interreligious Sejak dahulu di Poso pertalian keluarga,
marriage have been in practice since in the kawin antar agama sudah terjadi dan
old times and there is no problem with that. tidak menjadi masalah. Sebelum konflik
Prior to the Poso conflict occurring in 1998, Poso terjadi tahun 1998, 2000, dan 2001,
2000 and 2001 respectively, Poso city was kota Poso didominasi pemeluk Islam.
a predominantly Muslim area. While the Sedangkan di wilayah pegunungan seperti
Christian people reside in the highland Tentena, pemeluk Kristen adalah dominan.
areas. This religious topography changed Kondisi keagamaan ini menjadi berbalik
dramatically in the post Poso conflict. In ketika konflik terjadi. Sebenarnya dahulu
the past, Poso people lived harmoniously penerimaan masyarakat Poso terhadap
and respected the outsiders very well. This orang luar sangat baik. Penelitian ini
research used qualitative approach and bersifat kualitatif, sedangkan metodenya
case study as its method. Data collection adalah studi kasus. Data dikumpulkan
includes interviews and observation. The menggunakan teknik wawancara
conclusion is that, religious tolerance mendalam, studi pustaka dan dokumentasi,
among Poso people prior to the conflict was serta pengamatan. Kesimpulannya,
based on Sintuwu Maroso. The meaning of toleransi beragama masyarakat Poso sendiri
this philosophy is twofold: sintuwu means sebelum konflik berlandaskan pada falsafah
to unite or unity, and maroso means being Sintuwu Maroso. Falsafah ini mengandung
strong. Therefore, the two words mean dua makna, yaitu Sintuwu yang berarti
‘a strong unity’. Poso people are always bersatu atau persatuan, sedangkan maroso
pleased to live peacefully and the old berarti kuat. Apabila digabungkan berarti
philosophy is often instrumental to solve persatuan yang kuat. Masyarakat Poso
conflict in the society. selalu ingin hidup damai dan falsafah itu
yang selalu diangkat untuk mendamaikan
Keywords: Tolerance, Religion, Prone masyarakat bila terjadi konflik.
Regions, Conflict, Poso Regency.
Kata kunci: Toleransi, Beragama, Daerah
Rawan, Konflik, Kabupaten Poso.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


42 Ahsanul Khalikin

Pendahuluan berbeda agama menjadi penting dan


sangat diperlukan. Terlebih sikap toleran
Manakala budaya toleransi tersebut terdapat di kalangan masyarakat
tidak berkembang di kalangan umat berbeda agama di daerah rawan konflik,
beragama, maka dapat menimbulkan sikap toleran terhadap aspek atau
kerawanan sosial yang pada gilirannya faktor-faktor keagamaan tertentu yang
dapat mengakibatkan konflik sosial, dilakukan seseorang maupun kelompok
termasuk konflik sosial bernuansa agama orang terhadap umat beragama lain di
(Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan daerah rawan konflik dapat ditingkatkan
Keagamaan, 2016: 1). Hal ini pernah dan dikembangkan untuk menangkal
di alami masyarakat Poso di awal era kemungkinan timbulnya konflik serupa
reformasi bangsa Indonesia, di mana pada masa mendatang, sehingga daerah
toleransi umat beragama dulu sudah yang semula dikategorikan sebagai
menjadi bagian hidup mereka sehari-hari. “rawan konflik” diharapkan tingkat
Bahkan, sebuah kultur budaya toleransi kerawanannya berkurang. Sebaliknya,
beragama yang sangat kuat bisa berubah jika sikap intoleransi berkembang di
menjadi tragedi konflik yang cukup suatu daerah, maka dapat menjadi faktor
berkepanjangan. pemicu yang akan mendorong daerah
Masyarakat Poso terdiri dari rawan konflik menjadi daerah konflik
beragam suku dan agama. Sejak dahulu (Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan
di Poso pertalian keluarga, kawin antar Keagamaan, 2016: 4).
agama banyak terjadi dan tidak masalah. Masalah inti penelitian ini adalah
Bahkan, ada hal yang menarik sebelum “Bagaimana Toleransi Beragama di
konflik Poso (1998), dahulu penerimaan Daerah Rawan Konflik Terjadi?”. Secara
masyarakat Poso terhadap orang luar rinci, ada beberapa pertanyaan yang perlu
biasa baiknya. Gambaran awal tadi mendapatkan jawaban, yaitu: Pertama,
bisa disimpulkan bagaimana toleransi bagaimana umat beragama memaknai
beragama bisa terjadi dengan baik, baik toleransi beragama? Kedua, apa saja
sebelum konflik sejak 1998-2004 hingga bentuk-bentuk toleransi beragama
pasca konflik sekarang ini. Contoh yang terjalin di kalangan tokoh agama?
yang kongkrit di kota Poso dominan Ketiga, faktor apa saja yang menjadi
pemeluknya beragama Islam, sedangkan penyebab terbangunnya toleransi
di wilayah pegunungan seperti Tentena beragama? Keempat, kasus-kasus konflik
dominan pemeluknya beragama Kristen, apa saja yang pernah terjadi dan apa
kemudian menjadi hancur ketika terjadi faktor penyebabnya? Kelima, apa hal-
konflik (1998). hal yang disukai dan yang tidak disukai
Menyadari kondisi di atas, maka kelompok umat beragama satu terhadap
pengembangan budaya toleransi di umat beragama yang lain? Keenam, apa
kalangan umat beragama merupakan yang menjadi sumber toleransi maupun
hal yang urgen dan menjadi dambaan intoleransi? Ketujuh, upaya apa yang perlu
bagi kalangan umat beragama demi dilakukan untuk meningkatkan toleransi
terciptanya kehidupan harmonis di beragama di kalangan umat beragama?
kalangan mereka (Tim Peneliti Puslitbang Penelusuran atas pertanyaan itu
Kehidupan Keagamaan, 2016: 2). setidaknya dapat diketahui beberapa
Di daerah-daerah yang cenderung hal: (i) Pemaknaan toleransi beragama
rawan konflik sosial bernuansa agama, oleh umat beragama; (ii) Bentuk-bentuk
kehidupan keagamaan yang dihiasi sikap toleransi beragama yang terjalin di
toleran di kalangan masyarakat yang kalangan umat beragama; (iii) Faktor-

HARMONI Mei - Agustus 2016


Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 43

faktor yang menyebabkan terbangunnya menyikapi pembangunan rumah ibadah


toleransi beragama di kalangan umat yang didirikan umat lain (Tim Peneliti
beragama; (iv) Kasus-kasus konflik yang Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2016:
pernah terjadi dan faktor penyebabnya; 8).
(v) Hal-hal yang disukai atau tidak
disukai kelompok umat beragama satu Tulisan hasil penelitian pada bulan
terhadap kelompok umat beragama yang Maret 2015 di Kabupaten Poso Provinsi
lain; (vi) Sumber toleransi dan intoleransi; Sulawesi Tengah ini merupakan salah
(vii) Upaya-upaya yang perlu dilakukan satu tulisan dari penelitian Toleransi
untuk meningkatkan toleransi beragama. Umat Beragama di Daerah Rawan Konflik di
Berbagai Daerah yang dilakukan Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama Republik
Metode
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, sedangkan bentuk penelitiannya
studi kasus dengan jenis eksploratif. Penjelasan Konsep
Data dikumpulkan menggunakan teknik
wawancara mendalam, studi pustaka dan 1. Dalam Deklarasi Prinsip-Prinsip
dokumentasi, serta pengamatan. Toleransi UNESCO dinyatakan
bahwa toleransi adalah rasa hormat,
Informan terdiri dari unsur para penerimaan, dan penghargaan atas
aktor, pendorong maupun penghambat keragaman budaya dunia yang kaya,
toleransi, tokoh agama, tokoh masyarakat, berbagai bentuk ekspresi diri, dan
tokoh lintas agama yang pro maupun cara-cara menjadi manusia. Toleransi
yang kontra toleransi dan pihak lainnya adalah kerukunan dalam perbedaan;
yang dianggap mengetahui.
2. Sullivan, Peirson dan Marcus,
Ada beberapa penelitian tentang sebagaimana dikutip Saiful Mujani,
toleransi yang telah dilakukan, antara menjelaskan toleransi didefinisikan
lain: l) Anis Faranita Dhanik Rachmawati sebagai a willingness to put up with
(2006) yang mengkaji faktor-faktor yang those things one rejects or opposes,
mempengaruhi terdapatnya toleransi yakni “kesediaan untuk menghargai,
antara umat Islam dengan umat Katolik di menerima, atau menghormati segala
Dukuh Kasaran Desa Pasungan, Klaten; sesuatu yang ditolak atau ditantang
2) Fathurrahman (2008) yang mengkaji oleh seseorang” (Saiful Mujani, 2007:
toleransi beragama di antara penyedia 162);
kos-kosan dan pengguna jasa kos-kosan
beda agama di Dusun Papringan Desa 3. Suatu sikap atau perilaku manusia
Catur Tunggal, Sleman. Penelitiannya yang tidak menyimpang dari aturan,
menghasilkan temuan bahwa karena di mana seseorang menghargai
pengaruh budaya “ewuh pakewuh”, atau menghormati setiap tindakan
maka terbangun toleransi beragama yang dilakukan orang lain. (https://
di kalangan penyedia dan pengguna ultimatesammy, wordpress.
jasa kos-kosan di lokasi penelitian; 3) com/2013/03/23 pengertian sikap dan
Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada perilaku toleran);
tahun 2006 yang melakukan survey opini 4. Benyamin Intan dalam bukunya
publik tentang toleransi sosial masyarakat “Public Religion and the Pancasila-Based
Indonesia, yang mengkaji antara lain State of Indonesia”, mengutip David
tentang hidup bertetangga dengan lain Little, membagi pengertian toleransi
etnis, dengan lain agama, serta bagaimana
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2
44 Ahsanul Khalikin

dalam dua bagian, yaitu: Pertama, baik perorangan maupun kelompok.


dalam devinisinya yang minimal Daerah rawan konflik yaitu daerah yang
yaitu jawaban pada seperangkat masyarakatnya memiliki emosionalitas
kepercayaan, praktik atau atribut dan sensitivitas tinggi di bidang sosial
yang pada awalnya dianggap sebagai dan agama, sehingga rentan terhadap
menyimpang atau tidak bisa diterima, timbulnya konflik sosial bernuansa agama
dengan ketidaksetujuan, tetapi (Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan
tanpa menggunakan kekuatan atau Keagamaan, 2016: 12).
paksaan; Kedua, dalam bentuknya
yang paling kuat, toleransi dapat Data yang dihimpun meliputi: (i)
didefinisikan sebagai sebuah jawaban Gambaran umum lokasi penelitian yang
kepada seperangkat kepercayaan, mencakup tentang kondisi geografis,
praktik atau atribut yang awalnya demografis, pendidikan, dan kehidupan
dianggap sebagai menyimpang keagamaan; (ii) Pemahaman masyarakat
atau tidak bisa diterima, dengan tentang toleransi beragama, sikap dan
ketidaksetujuan yang disublimasi, perilaku mereka tentang perbedaan
tetapi tanpa menggunakan kekuatan agama yang ada di daerahnya; (iii)
atau paksaan. Dengan demikian, sikap Toleransi beragama dan bentuknya yang
toleran bukan hanya membutuhkan mencakup sikap dan perilaku terhadap
kesadaran, tetapi juga semangat, orang atau kelompok orang yang
gairah, perjuangan dalam bersikap beragama lain terkait butir-butir faktor
demi hidup bersama yang lebih baik, keagamaan.
w w w. c o m m o n g r o u n d n e w s . o r g , Untuk mengungkap toleransi
(Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan beragama, mula-mula ditelusuri tentang
Keagamaan, 2016: 9-10); sikap umat beragama dalam memahami
Berdasarkan beberapa batasan perbedaan yang ada di lingkungannya,
di atas dapat dijelaskan bahwa yang termasuk bagaimana mereka memaknai
dimaksud “toleransi” dalam penelitian toleransi itu sendiri. Dalam menelusuri
ini adalah kesediaan menghargai, sikap serta pemahaman mereka
menghormati, dan menerima keberadaan terhadap perbedaan, dilihat mulai dari
umat beragama lain yang diaktualkan tahu-tidaknya mereka tentang adanya
dalam sikap dan perilaku, baik perorangan perbedaan di lingkungannya, ada
maupun kelompok orang, tanpa ada tidaknya komunikasi antarumat berbeda
paksaan. Dengan sikap maupun perilaku agama, hingga kemungkinan kerjasama
tersebut dapat menghasilkan kehidupan yang dilakukan dengan kelompok umat
yang rukun dan damai demi hidup lain.
bersama yang lebih baik di antara umat Selain itu, ditelusuri pula tentang
yang berbeda agama di suatu daerah landasan atau dasar mereka bersikap dan
(Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan berprilaku terhadap orang, kelompok
Keagamaan, 2016: 10). orang atau umat berbeda agama, yang
Toleransi beragama yang dimaksud meliputi nilai-nilai agama, aturan hukum,
dalam penelitian ini adalah toleransi perundang-undangan yang ada, nilai
antarumat beragama, yaitu sikap maupun budaya, kearifan lokal dan kesepakatan
perilaku terhadap hal-hal yang bersifat sosial. Selanjutnya, diungkap tentang
keagamaan yang meliputi: keyakinan, kemungkinan adanya kerjasama berikut
pemikiran maupun perilaku keagamaan bentuk-bentuk kerjasama yang mereka
umat beragama yang mencerminkan bangun, di bidang apa saja, misalnya
toleransi terhadap umat beragama lain, bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,
termasuk olahraga dan seni.

HARMONI Mei - Agustus 2016


Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 45

Gambaran Lokasi Penelitian Islam 39,61%, Kristen 53,70%, Katolik


0,60%, Hindu 6,07%, Buddha 0,01%.
1. Kondisi Geografis dan Demografis Sedangkan tempat ibadah masing-masing
Kabupaten Poso wilayahnya agama tercatat masjid 114 buah, mushalla
membentang dari arah Tenggara ke Barat 67 buah, Gereja Kristen 456 buah, Gereja
Daya dan melebar dari arah Barat ke Katolik 17 buah, dan Pura 11 buah.
Timur, sebagian besar berada di daratan
pulau Sulawesi. Dilihat dari posisinya
permukaan bumi letak wilayahnya secara Hasil Penelitian
umum terletak di kawasan hutan dan
lembah pegunungan. Kawasan lainnya Pemahaman Toleransi dan Perilaku
terletak pada pesisir pantai yang sebagian terhadap Perbedaan Agama
terletak di perairan Teluk Tomini dan 1. Makna toleransi beragama
Teluk Tolo. Luas daratannya, setelah
terpisah dengan Kabupaten Tojo Una- Toleransi beragama sebelum terjadi
una, diperkirakan sekitar 8.712,25 km² konflik masyarakat Poso berlandaskan
atau 12,81% dari luas daratan Propinsi pada falsafah Sintuwu Maroso. Falsafah ini
Sulawesi Tengah. mengandung dua makna, yaitu Sintuwu
yang berarti bersatu atau persatuan,
Kawasan pantai, pegunungan
sedangkan Maroso berarti kuat sehingga
dan perbukitan merupakan batas
apabila digabungkan berarti persatuan
administratif wilayah Kabupaten Poso,
yang kuat (http://ellandobe.blogspot.
sebelah Utara berbatasan dengan Teluk
Tomini dan Provinsi Sulawesi Utara, co.id/2010/05/sintuwu-maroso-sebagai-
sebelah Selatan berbatasan dengan nilai-kearifan.html, 10 Mei 2010). Falsafah
Provinsi Sulawesi Selatan, sebelah Timur kehidupan masyarakat Poso menegaskan
berbatasan dengan wilayah Kabupaten selalu ingin hidup damai, poin itu yang
Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali, selalu diangkat untuk meluruskan dan
sebelah Barat berbatasan dengan wilayah mendamaikan. Masyarakat Poso dulu
Kabupaten Donggala dan Kabupaten selalu berusaha untuk saling kunjung-
Parigi Moutong. mengunjungi, walaupun ada ketakutan
karena provokasi begitu kuat, tapi semua
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pihak berusaha untuk membuktikan
tahun 2010, penduduk Kabupaten Poso kedamaian (Wawancara dengan Lies
berjumlah 209.228 jiwa, dengan penduduk Sigilipu S, 28 Maret 2015).
laki-laki berjumlah 108.747 jiwa dan
penduduk perempuan berjumlah 100.481 Setelah kejadian konflik Poso, umat
jiwa. Kota Poso sendiri berpenduduk Islam Poso takut datang ke Tentena,
mayoritas Muslim, sedangkan Kecamatan meskipun umat Kristen selalu berusaha
Tentena memiliki penduduk mayoritas untuk memberikan peluang agar mereka
Kristen. Meski sebelum konflik kedua datang, bahkan diadakan kegiatan olah
wilayah tersebut komposisinya relatif raga dan sarasehan agar saling berbicara.
beragam, tetapi saat ini keduanya hampir Begitu juga umat Kristen Tentena merasa
secara keseluruhan terpisah berdasarkan takut datang ke Poso, namun umat Islam
perbedaan agama. selalu menjamin rasa aman disertai
keterbukaan yang terus-menerus dari
semua pihak.
2. Kehidupan Keagamaan
Uniknya, di Kabupaten Poso orang
Gambaran pemeluk agama bila mau pesta pernikahan tidak perlu
Kabupaten Poso pada tahun 2010 adalah: banyak modal, masyarakat saling gotong-

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


46 Ahsanul Khalikin

royong membantu, begitu juga dalam hal harmonis dengan Tuhan (Wawancara
duka cita dan bangun rumah. Sebagai dengan Karman, 26 Maret 2015).
contoh, budaya gotong-royong yang
terstruktur dalam urusan persawahan, Dalam agama Hindu ada tiga konsep
yang diistilah dengan misale. Bila ada untuk mendapatkan keharmonisan, yaitu:
empat orang anggota masyarakat, Pertama, bagaimana kita membangun
hari ini mereka bekerja di tempat si A, harmoni dengan Tuhan, yang disebut
besoknya bergantian bersama-sama di dengan istilah Parahiyangan (membangun
tempat si B, besok lusanya begitu lagi ke hubungan harmonis manusia dengan
tempat yang lain, dan seterusnya. Hal Tuhan); Kedua, membangun hubungan
ini sudah menjadi kesepakatan yang harmonis manusia dengan manusia itu
sudah terjadwal dan tertata, bahkan sendiri; kemudian Ketiga, membangun
kerjanya tidak semerawut. Walaupun hubungan harmonis manusia dengan
budaya ini mengalami pergeseran karena lingkungannya sendiri.
pemberlakuan sistem buruh di Poso
(Wawancara dengan Rinaldy Damanik,
28 Maret 2015). 2. Bentuk-bentuk toleransi beragama

Toleransi beragama dan pergaulan Bentuk penerimaan atau toleransi


umat sebelum dan pasca konflik Poso terhadap agama lain selalu ditanamkan
sangat baik Pada hari raya Natal, pada umat Kristen, begitu juga saat umat
pemuda Islam berjaga-jaga di daerah Islam beribadah, termasuk takbiran
yang agak jauh dari kota Poso. Pemuda malam lebaran di jalan-jalan dan ibadat
Anshor, Muhammadiyah, Al-Khairat keagamaan lainnya. Umat Kristen
menawarkan diri kepada pihak Kristen terkadang sebagai penonton, bahkan
(bila diijinkan) untuk membantu menjaga ada juga yang membantu persiapan dan
keamanan hari raya Natal. Begitu juga pelaksanaannya. Hal ini sepertinya tidak
sebaliknya dari pihak Islam, terutama ada lagi sejak terjadi konflik 1998. Saat
masjid-masjid terpencil, pihak Kristen Hari Raya Natal tahun 2014 teman-teman
selalu berpartisipasi saat pengamanan Islam membantu melakukan pengamanan
bulan puasa Ramadhan, Idhul Fitri, dan di sekitar gereja, yang dikoordinir dengan
Idhul Adha (Wawancara dengan Gani T. baik. Begitu pula terhadap umat Hindu
Israil, 26 Maret 2015). saat melakukan Karnaval Ogoh-ogoh
peringatan Hari Nyepi di Poso Pesisir
Penghormatan atau penghargaan (Wawancara dengan Desmon Kantjai, 25
terhadap umat agama lain juga berlaku Maret 2015).
pada umat Hindu Bali di sana. Dalam
konsep Hindu Bali ada istilah Tat Twam Asi Dulu diceritakan bahwa Raja Poso
artinya “aku adalah engkau dan engkau (Raja Talase) berbicara kepada kaum
adalah aku”. Ajaran Hindu meyakini pendatang awal dari Bugis, Gorontalo
bahwa setiap ciptaan Tuhan, termasuk dan lainnya, “Kami tidak pernah pagari
manusia dan tumbuh-tumbuhan ada laut ini untuk orang luar, tapi kami
ruh yang menghidupi kekuatan di juga tidak ingin yang datang berlaku
balik itu yakni kekuatan Tuhan. Secara sewenang-wenang kepada kami di
otomatis siapapun dia di sana pasti ada Poso”. Budaya yang dibangun Raja Talase
Tuhan, berarti wajib siapapun dia tanpa berlaku untuk semua orang. Bila datang
membedakan agama harus menghormati untuk kebersamaan silakan dan tanah
karena ada Tuhan. Bila kita tidak Poso terbuka, namun bila datang untuk
menghormati manusia, tumbuhan dan berbuat tidak baik silakan keluar baik-
lain-lain, secara otomatis kita tidak bisa baik.

HARMONI Mei - Agustus 2016


Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 47

Keturunan yang ada di Poso 4. Kerjasama antarumat beragama


memegang hal itu supaya jangan tertutup,
Pada aspek ekonomi, budaya, dan
tetapi di harapkan yang datang mengerti
politik tidak memandang agama tertentu.
bahwa kehidupan umat Poso ini sudah Kerjasama kegiatan sehari-hari seperti
tenteram, jangan dirusak lagi. Hal itu jual beli tidak ada pembatasan. Orang
selalu diwujudkan dalam menghadapi Islam bertransaksi dengan orang Kristen,
gangguan keamanan “Permista” dari begitu juga sebaliknya. Tidak ada hal-
tahun 1950 hingga awal 1960-an, di hal yang spesifik untuk ditonjolkan,
mana masyarakat sepakat mengusir kecuali dalam acara-acara budaya
keluar gerombolan dari wilayah Poso. khusus kadang-kadang ada simbol yang
Berikutnya, tanah Poso ini bisa tenteram ditonjolkan. Keterlibatan umat beragama
pada kepanitiaan tertentu di Kecamatan
lagi hingga mengalami konflik tahun
umumnya dilibatkan semua.
1998 berturut-turut.

5. Batasan toleransi beragama


3. Hubungan komunikasi antarumat beragama
Batasan yang perlu dihormati bagi
Secara horisontal maupun vertikal umat Islam adalah makanan daging
hubungan antar umat beragama juga babi, ini sensitif tidak boleh bercampur-
baik. Pada aspek politik ada satu contoh, baur dengan makanan lainnya. Bahkan,
periode 2008-2013 sejumlah 30 anggota yang memasak tidak boleh sembarang
DPRD Tingkat II Kabupaten Poso terdiri orang. Dipahami dari sisi ajaran agama
dari Kristen 19 orang dan Islam 11 orang. hal ini harus dihormati, jangan sampai
memaksa. Kemudian, kegiatan-kegiatan
Tahun 2014-2019 anggota DPRD Tingkat
keagamaan yang berada di wilayah
II Kabupaten Poso sebanyak 30 orang
dominan agama lain, tentu berbeda
terdiri dari Kristen 14 orang, Islam 14 dengan di tempatnya sendiri, begitu juga
orang, dan Hindu 2 orang. Jadi, bisa menyangkut hal-hal teknis dengan segala
dibayangkan pasti ada umat Kristen macam pengaturannya.
pilih orang beragama Islam, begitu juga
sebaliknya, demikian juga yang beragama
Hindu. 6. Perlakuan diskriminatif
Di tingkat tokoh maupun akar Di Poso secara umum tidak ada
rumput saling kunjung-mengunjungi, perlakuan diskriminasi. Kalaupun ada,
bantu-membantu tidak ada hal-hal pernah terjadi pada umat Hindu yang
yang diragukan. Bila ada yang berbeda setiap tahun melakukan acara Melasti
ketika dialog, berdiskusi atau berdebat, pergi ke laut sebelum Nyepi. Umat
selanjutnya dalam penyampaian di akar Hindu setempat pernah dilarang tidak
boleh melakukan persembahyangan di
rumput selalu memberitahu kepada
laut, karena pertimbangan (di antaranya)
tokoh umat bahwa hal-hal yang sangat pemeluknya yang sedikit juga alasan
prinsip, seperti masalah ideologi, jangan lainnya. Sudah dikomunikasi dengan
sampai diungkapkan kepada masyarakat. pemerintah, tapi pemerintah sampai saat
Bila sudah dicoba di tingkat pimpinan ini belum pernah menyelesaikan masalah
umat, harus hati-hati dalam diskusi itu. Akhirnya, umat Hindu menyesuaikan
masalah keyakinan, di situlah biasanya diri tidak mesti ke laut, cukup di kuala,
perdebatan sangat tajam. di sungai, atau di Pura saja (Karman, 26
Maret 2015).

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


48 Ahsanul Khalikin

Tujuan Melasti adalah untuk Pihak Kristen aktif menyiarkan


memohon atau menyucikan diri kita agama sesuai dengan akidah mereka,
dan alam semesta dalam diri kita secara tidak saling menyinggung, begitu
simbolis ke laut. Sempat beberapa kali pula pihak Islam. Pimpinan MUI Poso
dilaksanakan, namun ada pihak yang seringkali mengirim Naskah Buletin
tidak membolehkan pantai di sekitar Jum’at dan hari-hari besar keagamaan
masyarakat dipergunakan untuk acara Islam, yang berisi pesan persaudaraan.
ritual keagamaan Hindu. Padahal, Selebaran itu disebut dengan “Pemona
sebelum pelaksanaan itu sudah dapat izin Bersaudara” (Gani T. Israil, 26 Maret
dari Ketua RT, Kepala Desa, Kapolsek, 2015).
Camat. Sebenarnya umat Hindu merasa
Pada dasarnya penyiaran agama itu
kecewa atas perlakuan itu, karena sebagai mengajak orang ke arah yang lebih baik.
warga negara yang diayomi pemerintah Tapi, kadang ada yang keras, kalem atau
berhak melakukannya di mana saja, ada juga yang biasa saja. Misalnya, bagi
tetapi ternyata ada solusi yang masih muslim upacara menyembah patung itu
dibenarkan ajaran agama. tidak boleh, namun karena dalam Hindu
itu bagian dari ajarannya, maka hal itu
tidak pernah dipermasalahkan. Ada
Bentuk-Bentuk Toleransi Antarumat konsep dalam ajaran Hindu dengan istilah
Beragama Mulat Sarira (mawas diri), yang artinya
melihat diri ke dalam, apapun yang
1. Penyiaran agama dikatakan oleh orang lain, harus bangga
Penyiaran agama secara terbuka dengan agamanya sendiri. (Karman, 26
boleh dikatakan tidak pernah terdengar Maret 2015)
lagi, kecuali secara sembunyi-sembunyi
(door to door), sementara di kalangan
Kristen diakui dilakukan kelompok Saksi 2. Pendirian rumah ibadah
Yehuwa. Menurut informan, pertama
Terkadang ditemukan pihak-pihak
kali menangani Saksi Yehuwa waktu
yang keberatan terkait pendirian rumah
diadakan percakapan terbuka dengan ibadah, terutama di kalangan masyarakat
mereka. Di Poso tidak ada ruang lagi bawah. Kadang mereka memaksa sesama
buat Saksi Yehuwa jalan kesana-kemari umat Kristen, di kalangan jemaat sering
memasuki anggota jemaat gereja lainnya memanas terkait jemaat Saksi Yehuwa
(Desmon Kantjai, 25 Maret 2015). yang ingin mendirikan rumah ibadat,
Terkait penyiaran agama sudah biasanya istilah mereka Balai Kerajaan.
pasti ada hal-hal yang sensitif, namun Hal semacam itu terjadi di internal
dengan seringnya pertemuan antar tokoh Kristen, sebab begitu banyak denominasi
di dalamnya, seperti Pantekosta dan
dan pemimpin agama, ada kesepakatan
sejenisnya. Di Poso rumah ibadah berdiri
yang tidak tertulis bahwa yang harus kita
secara alami sesuai kebutuhannya dan
sampaikan adalah sesuatu yang membawa
tidak dipersoalkan oleh masyarakat dalam
kedamaian. Terbukti tidak terjadi gesekan
arti positif. Ada bangunan masjid besar di
yang keras di masyarakat setelahnya.
Tentena, padahal umatnya relative sedikit
Setiap agama diakui menginginkan
(Rinaldy Damanik, 28 Maret 2015).
umatnya lebih banyak, namun disepakati
bukan soal jumlah melainkan umat yang Terkait pendirian rumah ibadah
berkualitas yang lebih penting (Rinaldy sudah diberlakukan Peraturan Bersama
Damanik, 28 Maret 2015). Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri (PBM) No. 9 dan 8 tahun 2006
HARMONI Mei - Agustus 2016
Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 49

dan terlaksana dengan baik di Poso, 4. Perkawinan beda agama


karena telah terpenuhi kriteria-kriteria
dan syarat-syaratnya. Dulu pernah ada Harmonisasi antarumat beragama
umat Kristen satu hingga dua keluarga di Poso salah satu pengikatnya adalah
membangun gereja, tapi sekarang kawin-mawin. Kadang terjadi kawin-
tidak ada lagi. Selama ini mereka selalu mawin atas nama keinginan pribadi anak
menghubungi Forum Kerukunan Umat muda dan sama keluarganya, orangtua
Beragama dan Kementerian Agama dan saudara-saudaranya. Bila terjadi
untuk meminta petunjuk (Gani T. Israil, respon yang agak keras masing-masing
26 Maret 2015). pihak, baik dari Islam maupun Kristen,
terkadang orangtua mengalah karena
Terkait pendirian Pura sampai saat yang bersangkutan sudah saling suka
ini tidak ada masalah, dengan komunikasi (bakusuka). Dia sudah bisa menentukan
yang baik. Sudah ada pemahaman sendiri urusan kawinnya, walaupun
masyarakat agama lain bahwa setiap terkadang menjadi tegang sebab tidak
agama memiliki rumah ibadah masing- mudah menyelesaikannya.
masing, walaupun terkadang ada
kemauan kelompok tertentu yang Anak seorang tokoh Islam
keberatan. Misalnya, orang Hindu yang kawin dengan seorang anak Kristen
berencana mendirikan Pura di tepi misalnya, untuk mengakhiri ketegangan
pantai untuk tempat Melasti, mendapat dilakukan beberapa tahap percakapan
penolakan masyarakat setempat, mereka dan didudukkan masalahnya. Kadang
menyesuaikan diri dan tidak kaku. dibantu oleh aparat pemerintah daerah
untuk menengahinya. Ada kesepakatan
yang baik terutama terkait dengan
kedua anak ini, diusahakan tidak ada
3. Perayaan hari besar keagamaan ketegangan antara keduanya, masih
Budaya saling menghormati, saling banyak yang berpikiran seperti itu.
menghargai, kunjung-mengunjungi Pernikahan adat adalah salah satu
sudah sangat lama dan terjadi di solusinya, karena pernikahan adat tidak
masyarakat Poso. Bila ada hari raya pakai agama. Bagi yang terlanjur hamil,
Natal atau upacara keagaman lainnya, hukum adat mmeberikan sanksi untuk
umat Islam, Hindu dan lainnya datang, memenuhi sejenis pembayaran atau
begitu juga sebaliknya. Acara-acara denda tertentu, apakah mereka menikah
kekeluargaan, seperti pengucapan syukur atau tidak yang penting diurus. Tapi,
(Padungku) di kampung-kampung Islam, pada umumnya mereka dinikahkan
umat lainnya dating. Itu yang mereka sebagai tanggung jawab.
tumbuh kembangkan kembali (Desmon
Kantjai, 25 Maret 2015).

Kalangan tokoh agama tidak 5. Pendidikan agama


jenuh-jenuhnya berupaya meningkatkan
toleransi, walaupun seringkali mereka Pengaruh tingkat pendidikan
berperan semacam pemadam kebakaran. keagamaan sebelum konflik ada tahapan-
Bila terjadi konflik, tokoh agama lagi tahapan. Pendidikan pasti mendukung
yang diminta menyelesaikan. Itu toleransi, semakin tinggi pendidikan
sudah menjadi panggilan tugas mereka biasanya toleransinya juga lebih baik. Ada
semua, apalagi bila sungguh-sungguh pendidikan agama di beberapa sekolah
memerankan diri sebagai tokoh umat. yang beragama lain di Tentena, tapi ini
tanggung jawab pemerintah.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


50 Ahsanul Khalikin

Walaupun GKST punya yayasan 8. Penodaan agama


Kristen, di situ ada murid yang beragama
Islam, namun tergantung distribusi dari Penodaan agama tidak pernah ada
pemerintah untuk guru agama setempat. lagi. Dulu pernah terjadi jauh sebelum
Tenaga guru selalu diusulkan bahwa konflik, seorang penganut muslim yang
sekecil apapun jumlah murid di sekolah bernama Rusli Manuwarfa masuk Kristen
yang beragama tertentu harus diberi dan sekolah teologi di Manado, kemudian
perhatian khusus, tidak bisa dipaksa pulang ke Poso bicara macam-macam
untuk mengikuti ajaran agama lain. tentang ajaran muslim akhimya diproses
secara hukum.

6. Bantuan luar negeri


9. Pengasuhan anak
Bantuan luar berupa sembako,
obat-obatan, dan sebagainya diakui ada Ada panti asuhan dan keluarga
apalagi pernah terjadi konflik. Uniknya, yang mengambil alih anak orang lain
ada lembaga dari luar negeri sekitar tahun kemudian diasuh, tapi belum pernah
2000-an yang kecewa ketika membagi terdengar masalah agama. Mungkin
beras bantuannya pada agama lain, ini saja ada karena tidak diceritakan dan
yang harus diwaspadai. Ada lembaga dipublikasikan, namun sudah dipahami
bantuan luar negeri yang mereka salurkan soal anak-anak seperti itu. Ada juga
sendiri, ada juga lembaga bantuan luar pengasuhan anak beberapa keluarga
negeri yang maunya hanya untuk Kristen. yang masih hubungan keluarga yang
waktu itu, jika ada lembaga bantuan berbeda agama tidak masalah, walaupun
luar negeri yang tidak senang diminta kemudian ada terjadi perubahan atau
mengambil kembali bantuannya, karena peralihan agama.
tidak mungkin dipecah-pecah seperti itu
(Rinaldy Damanik, 28 Maret 2015).
Namun, ada lembaga-lembaga Faktor yang Mendasari Toleransi
bantuan luar negeri yang bagus dan harus Beragama
dicermati, hubungan seperti ini selalu 1. Budaya
ada. Gereja Sinode GKST hingga sekarang
selalu mencermati agar menerima Dasar hukum masyarakat bisa
bantuan harus seperti yang diistilahkan toleran karena budaya, antara lain:
dalam bahasa agama bahwa Tuhan saja Pertama, budaya sudah lama mentradisi
memberikan sinar matahari dan hujan di kalangan masyarakat; Kedua, peran
yang sama kepada makhluknya. tokoh-tokoh umat serta pemerintah Poso
di berbagai tempat yang terus betul-
betul mempersatukan umat. Pemerintah
7. Perawatan dan pemakaman jenazah daerah, khususnya Bupati Poso dan
pejabatnya, betul-betul menunjukkan
Pemakaman yang ada di Poso peran yang positif di tengah-tengah umat
sejak dulu secara natural masing-masing beragama. Mereka tampil tidak pernah
daerah memiliki pemakaman agamanya. membeda-bedakan satu sama lainnya.
Ada kuburan Islam, kuburan Kristen dan Begitu pula peran pejabat Kemenag
agama lainnya, namun tidak ada masalah.
selalu tampil dengan baik, sehingga umat
Dalam hal pelaksanaan pemakaman,
merasa terayomi.
masyarakat saling memberi perhatian,
campur baur memberikan rasa duka cita,
dan saling tolong-menolong.

HARMONI Mei - Agustus 2016


Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 51

2. Nilai-nilai agama Kasus konflik yang pernah terjadi dan


faktor penyebabnya
Aliran atau denominasi dalam
ajaran Kristen sudah masuk pada Kejadian konflik pertama pada
prinsip iman seseorang. Ajaran Kristen tahun 1998 ada tiga momen, yaitu:
mengajarkan untuk taat pada Tuhan Pertama, suksesi Bupati Poso; Kedua,
Yesus serta hidup saling mengasihi dan bersamaan dengan itu ada penegakan
menghormati terhadap yang lainnya, hukum Koperasi Usaha Tani (KUT) yang
yang selalu ditanamkan kepada siapapun. melibatkan beberapa tokoh yang akan
Sebagai ciptaan Tuhan, kita diperintahkan diproses secara hukum; Ketiga, saat itu
untuk saling menghormati, menghargai, bulan Ramadhan bersamaan dengan
membantu satu sama lain. Tidak perayaan Natal.
membiarkan setiap umat mengalami
kesusahan. Momen ketiga inilah yang dipakai,
mulai muncul selebaran yang menghujat
Nilai-nilai toleransi juga terdapat sebelum kejadian. Sebelumnya sudah
pada agama Hindu, seperti Wasudewa biasa ada pawai Natal, saat itu ketika
Kutumbakam yang berarti “kita semua pawai Natal terjadi pelemparan. Ada
bersaudara”, kearifan masyarakat Poso kejadian sebenarnya yang cukup memicu
dengan falsafah Sintuwu Maroso, orang konflik, yaitu perkelahian dua orang anak
Bali dengan konsep “Menyama Braya” muda mabuk berbeda agama. Muncullah
dalam hal kesepakatan sosial dan isu bahwa pembunuhan terjadi di masjid,
konsensus bersama, dengan ketentuan diperkuat dengan isu segala macam.
masing-masing beragam.
Tahun 1998 terjadi konflik
pembakaran rumah, waktu itu orang
berkelahi masih pakai senjata tradisional,
3. Peraturan daerah seperti parang, tombak, pisau, batu dan
Harmoni yang terjalin di Poso lainnya. Tahun 1998 masih bisa diatasi
berdasarkan kerekatan umat beragama, dan belum ada pengungsian. Tahun 1999
namun tidak merujuk dalam berbagai akibat konflik itu mengalirlah bantuan
aturan pemerintah daerah. Yang pasti dari Jepang yang nilainya waktu kira-
pemerintah daerah Poso merujuk kira 3 miliyar rupiah yang dipergunakan
pada PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006. untuk membangun kembali rumah
Dulu pemerintah daerah kuat sekali penduduk.
kerinduannya untuk mengikat umat Tahun 1999 sudah ada pertemuan,
ini, sehingga tidak ada pembedaan satu orang kembali ke Poso secara baik.
dengan yang lain. Ternyata bulan April 2000 meledak
Contoh kongkrit program kembali kerusuhan, lagi-lagi dipicu
pemerintah daerah Poso di antaranya: perkelahian dua anak muda. Saat itu
Safari Ramadhan dan Safari Natal setiap ada dua momen penting, yaitu suksesi
tahun yang tidak dilewatkan, dilakukan pergantian Sekretaris Daerah Poso, yang
dengan cara kunjung-mengunjungi per- bersamaan dengan momen penegakan
Kecamatan dengan mengikutsertakan hukum yaitu bantuan Jepang tahun
umat beragama yang lain. Pada acara 1999 yang tidak pernah disalurkan ke
Safari Natal, Camatnya yang beragama masyarakat dan lagi diproses. Selain itu,
Islam menjadi tuan rumah sekaligus momen peringatan Paskah umat Kristen
ketua panitianya. Saat dikunjungi, dia dan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)
yang menunjukkan dan menentukan di Tingkat Nasional di Ibu Kota Provinsi
mana gerejanya, yang dilibatkan bukan Palu. Jalur lintas Poso jadi jalur kafilah
pada ritual ibadahnya. yang dilewati.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


52 Ahsanul Khalikin

Yang aneh pada tahun 2000 itu, siang dan malam, yang menurun dari
beredar selebaran saling menghujat di generasi ke generasi.
jalan-jalan, juga selebaran tentang cara
membuat senjata rakitan. Siapa saja bisa Budaya “Tarian Dero”, sebuah
bikin senjata rakitan di bengkel-bengkel, budaya asli Poso, di mana semua laki-
sehingga konflik waktu itu sudah pakai laki dan perempuan pegangan tangan.
senjata. Yang tidak bisa dibuat adalah Biasanya didakan saat upacara syukuran,
amunisi, sehingga terjadi perdagangan seperti mantin, pesta ulang tahun, pesta
amunisi. Sasarannya tidak perduli agama adat, pesta panin, dan sebagainya. Umat
apa saja yang penting pihak tertentu Islam tidak boleh mengikuti Tarian
diuntungkan. Dero, di sini kadang terjadi benturan.
Anak muda bila tidak ada acara Tarian
Setelah itu beredar lagi bisnis Dero bakalan tidak mau datang,
senjata otomatis asli, inilah yang makin karena kegembiraan mereka sambil
mengacaukan situasi konflik yang menyanyi, menari mengungkapkan rasa
berkepanjangan, siapa sebenarnya yang kegembiraan bersama, bila sudah lelah
berkepentingan di situ. Saat itu kondisi baru berhenti. Orang Islam ada juga
sudah jelas saling menyerang, faktor yang mengikuti sesuai dengan kesukaan
ekonomi menonjol dengan terjadinya masing-masing.
penjarahan di mana-mana, termasuk di
Tentena, Poso Pesisir, dan Kota Poso. Memelihara anjing dimaklumi
umat Kristen untuk penjagaan rumah,
sementara di lingkungan Islam tidak
seperti itu. Warga di Ampana wilayah
Yang disukai dan tidak disukai oleh
pegunungan memelihara anjing guna
kelompok umat beragama
menjaga kebunnya. Cara mereka
Yang disukai di antara umat memelihara itu sesuai dengan kebutuhan
beragama dalam kebersamaan di untuk menjaga kebun mereka biar lebih
antaranya adalah acara yang bersifat aman.
sosial kemasyarakatan, seperti acara
Terkait stereotip kesukuan dapat
perkawinan dan syukuran. Yang tidak
berpengaruh ke agama. Para pendatang
disukai di antaranya ada pertentangan
dari Bugis, Gorontalo, dan Padang yang
tentang minuman keras. Umat Islam
beragama Islam seolah-olah sama semua
mengharamkan, sementara umat Kristen
dianggap yang bikin kacau datang ke
hanya memberi pembatasan, kadang ini
Poso. Begitu juga sebaliknya, umat Kristen
yang menjadi benturan.
pasti orang Manado, Toraja atau Batak
Kebolehan minuman keras bagi dianggap pekerja keras segala macam.
umat Kristen, itu juga berpedoman
pada ajaran Tuhan (Alkitab) yang tidak
sama sekali mengharamkan, tapi hanya Aktor pendorong toleransi dan
mengingatkan agar tidak berlebihan. intoleransi beragama
Seperti yang umum diajarkan, anggur
itu untuk menghangatkan tubuh, cukup Aktor toleransi beragama
sampai di situ. Kadang ego manusia Aktor atau tokoh toleransi
berlebihan dan tidak bisa dihindari, beragama ambil bagian semua, tidak ada
seperti minum-minuman “sagu” dari semacam tokoh sentral yang menonjol.
pohon Nira, kebiasaan nenek moyang Semua pihak punya sumbangan dan
mereka yang pohonnya tumbuh sendiri. proaktif. Keterlibatan banyak orang
Dahulu sagu merupakan minuman orang semakin lebih bagus, panduannya sudah
tua, sebagai penghangat makan pagi,
HARMONI Mei - Agustus 2016
Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 53

jelas, diharapkan semua pihak aktif. Aktor intoleransi beragama


Kepimpinan Kristen juga menganut
Di kalangan Kristen, diakui ada
prinsip bersama (kolegial), di tingkat
kelompok-kelompok yang ekstrem
Sinode semua harus mengambil bagian.
(radikal. Dia bukan teror secara fisik tapi
Aktor toleransi beragama dirasakan secara fikiran. Khutbahnya di mana-mana
relatif banyak dan selalu ada. Tokoh- mengatakan bahwa di masyarakat ada
tokoh toleransi beragama semua diambil jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, kafir
dari perdamaian Malino. (Lies Sigilipu S, dan seterusnya, ada aliran atau kelompok
28 Maret 2015). tertentu yang muncul, ini sering kali bisa
membuat resah. Para tokoh toleransi coba
Raja Talase, aktor toleransi memberikan pemahaman kepada jemaat
beragama dahulu yang populer namanya bahwa ini bukan soal agama lagi. Kalau
sempat membuat maklumat tertulis saling menghujat agama lain itu termasuk
dalam bahasa Poso tapi luar biasa. Dia penodaan agama yang telah diatur pada
menyebut nama-nama bangsa-bangsa, Undang-undang PNPS No. 1 tahun 1969
bahwa “laut tidak dipagari, langit tidak dan hukumannya berat, sehingga orang
ditutup, semua bisa masuk asal kita itu berhenti untuk melakukannya.
hidup damai”, baik orang Arab, Bugis,
Cina, Gorontalo, Bali atau siapa saja bisa
masuk di Poso yang penting bisa hidup Peningkatan toleransi beragama
damai di Poso.
Upaya peningkatan toleransi
Yang patut dicatat, Raja Talase Upaya yang perlu dipertahankan
waktu itu belum beragama, artinya belum untuk toleransi beragama adalah dengan
ada pengaruh yang kuat dari agama, tapi memperkuat kehidupan umat beragama.
beliau itu sudah punya sikap seperti itu. Sekarang sudah menjadi isu nasional
Maklumatnya bukan dilandasi agama, bahwa gangguan yang terjadi bertitik
tetapi berperspektif sosiologis, walaupun tolak dari pemahaman umat, karena
Raja Talase tidak memahami apa itu beragama dan berkeyakinan masyarakat
sosiologi. Untuk bahasa kita sekarang, itu belum terlalu kuat. Masing-masing
bisa dianggap maklumat sosiologis. keluarga harus menjaga dan tidak
boleh mengabaikan untuk memperkuat
Aktor toleransi beragama yang pemahaman agama yang benar.
banyak kontribusinya membangun Poso Beragama yang benar itu tidak egois dan
adalah Abdul Malik Syahdat (almarhum), mementingkan dirinya-sendiri. Bahwa
Wakil Bupati Poso periode 2005-2009. ada umat yang lain yang sama nilainya,
Beliau sangat nasionalis sekali ketika harus hormati, dikasihi, dan kalau perlu
terjadi konflik. Setelahnya, menyusul harus berbagi.
salah seorang pengurus FKUB Poso Pdt. Memelihara, meningkatkan dan
Desmon Kantjai. Di pihak pemerintah, di menjaga toleransi beragama ke depan,
antaranya Piet Inkiriwang (Bupati Poso mulai dari pendidikan keluarga,
sekarang), T. Syamsuri (Wakil Bupati pendidikan perdamaian, toleransi,
Poso), dan Syahrul Panjili (Sekretaris karakter dan pendidikan agama yang
Daerah Kabupaten Poso). Semua aktor benar adalah hal yang sangat penting.
toleransi itu bila ada masalah selalu Peran guru-guru agama sangat penting,
turun memberikan pemahaman kepada mereka harus disiapkan agar betul-
masyarakat. betul paham mengenai agama. Karena
sesungguhnya apa yang dibicarakan

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2


54 Ahsanul Khalikin

semua agama menginginkan perdamaian masih dipercaya umat. Dsalam hal ini,
(Lies Sigilipu S, 28 Maret 2015). pemerintah punya kewenangan jalur
khusus, sedangkan tokoh agama betul-
Penyebaran faham agama yang betul berdiri pada jalur netral (Desmon
keliru, seperti “semua orang kafir harus Kantjai, 25 Maret 2015).
dibunuh” di Islam dan “jangan bergaul
dengan orang-orang yang berbeda
agama” di Kristen merupakan pemicu
Kesimpulan
sikap intoleransi. Aliran-aliran tertentu
banyak yang fanatik dan tidak suka 1. Raja Talase berperan penting dalam
bergaul dan curiga dengan orang lain, penciptaan toleransi beragama di
seperti penafsiran “pergilah kamu Poso, bahkan dianggap sebagai aktor
jadikan semua bangsa murid-Ku”, toleransi beragama zaman dulu.
“murid-Ku adalah murid orang Kristen”, Beliau pernah membuat maklumat
“Mereka penafsirannya semua harus di tertulis dalam bahasa Poso, “Laut
Kristenkan”. Mereka bisa sangat frontal tidak dipagari, langit tidak ditutup,
dalam penyebaran agama, artinya semua bisa masuk asal kita hidup
tidak perduli dengan orang-orang yang damai”;
beragama, padahal mereka orang yang
beragama. 2. Bentuk toleransi di Poso juga
dikuatkan budaya yang sudah berjalan
Di Universitas Kristen Tentena, ada di masyarakat untuk tidak ada saling
mata kuliah pendidikan perdamaian, mengganggu dalam bertetangga di
yang materinya antara lain: Pertama, lingkungan. Ini didukung dengan
perdamaian dilihat dari sejarah agama; falsafah Sintuwu Maroso yang berarti
Kedua, teori konflik yang menjelaskan persatuan yang kuat;
apa faktor konflik, terutama yang
menyebabkan anarkis. Konflik secara 3. Konflik pada tahun 1998 dilatari
konstruktif sudah ada di dalam buku oleh tiga momen, yaitu: Pertama,
literature; Ketiga, bagaimana membangun suksesi Bupati Poso; Kedua, proses
perdamaian. penegakkan hukum Koperasi Usaha
Tani (KUT) yang melibatkan beberapa
Di sini diceritakan sejarah kelam tokoh masyarakat; dan Ketiga, momen
Poso, sehingga bisa difahami betapa bulan Ramadhan yang bersamaan
pentingnya membangun perdamaian. Ini dengan perayaan Natal;
perlu agar anak-anak muda yang dulu
ketika konflik Poso masih kecil, mereka 4. Secara umum faktor-faktor yang
tahu tentang ide agar Poso tetap damai. mendasari toleransi beragama, antara
lain: a) Dasar hukum masyarakat dan
budaya yang mendorong kerukunan;
b) Aliran atau denominasi yang
Inisiator peningkatan toleransi
sudah masuk pada prinsip keimanan
Inisiatif yang perlu dikembangkan seseorang; dan c) Kerekatan umat
adalah peningkatan peranan tokoh beragama, apalagi didukung dengan
umat, meekalh yang berada di garda PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006.
depan menghadapi umat. Mereka

HARMONI Mei - Agustus 2016


Toleransi Beragama di Kabupaten Poso 55

Daftar Pustaka

­­­­­­­­­­­­­­­________, Kabupaten Poso Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso 2010.
Anis Faranita Dhanik Rachmawati, 2006,Toleransi Antar Umat Islam dan Katolik: Studi
Kasus di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten (Skripsi),
Semarang, IAIN Walisongo.
Bogdan dan Taylor, Steven J., (Terj.) Arif Furkhan, 1992, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Suatu Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, Surabaya, Usaha
Nasional.
Fathurrahman,2008, Toleransi Beragama Antara Penyedia dan Pengguna Jasa Kos-kosan Beda
Agama di Dusun Papringan, Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman, Skripsi, Yogyakarta,
UIN Sunan Kalijaga.
Horton, B., Paul dan Hunt, Chester, L., (dalam) Aminuddin, Ram & Sobari, Tita, (Alih
Bhs.),1999, Sosiologi, Jld.2, Jakarta, Eriangga, Edisi VI.
Muhammad Hisyam. (Ed.), 2006, Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Rentan
Konflik, Jakarta, LIPI.
Nurlaela Ndobe, Sintuwu Maroso Sebagai Nilai Kearifan Lokal dalam Penyelengaraan
Pemerintahan di Kabupaten Poso, http://ellandobe.blogspot.co.id/2010/05/sintuwu-
maroso-sebagai-nilai-kearifan.html, 10 Mei 2010.
Saiful Mujani, 2007, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Tahmidy Lasahido, dkk., Suara Dari Poso Kerusuhan, Konflik dan Resolusi, Aliansi Masyarakat
Sipil untuk Demokrasi (YAPPIKA), Jakarta Timur, 2003.
Teguh Setiawan, 2007, Toleransi Beragama di Kalangan Komunitas Slankers Semarang: Studi
Kasus Organisasi Basis Slankers Club.( Skripsi), Semarang, IAIN Walisongo.
Tim Peneliti, 2006, Survei Opini Publik: Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia,. Jakarta: LSI.
Tim Peneliti, Toleransi Beragama di Daerah Rawan Konflik, Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, tahun 2015.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 15 No. 2

Anda mungkin juga menyukai