Kelas : XI IPS 1
Kata Pengantar
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Menghormati dan Menyayangi Orang Tua dan Guru”
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang di
pegang oleh Ibu Yulianah S.Pd.I Meski telah di susun secara maksimal, akan tetapi kami
sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan
jauh dari kata sempurna. Karenanya kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran dari
para pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat membantu
teman-teman untuk memahami materi bab 8 yang berjudul “Menghormati dan Menyayangi
Orang Tua dan Guru”
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghormati dan menyayangi Orang Tua dan Guru adalah kewajiban kita
selaku anak. Pada hakekat nya orang tua kita ada tiga, yaitu pertama orang tua kandung,
ke dua mertua dan ke tiga adalah guru yang mengajar kita. Mereka bertiga adalah orang
tua bagi kita. Wajib hukum nya menghormati dan patuh kepada mereka. Ingat bahwa
kita bisa terlahir karena lantaran ke dua orang tua kita. Maka manusia yang paling
berjasa terhadap kita tentu adalah kedua orang tua kita. Melalui keduanya Allah
mentakdirkan keberadaan kita. Tanpa susah payah dari kedua orang tua kita maka
mustahil kita ada. Silahkan renungkan, selama kurang lebih 9 bulan seorang Ibu telah
mengandung kita dengan penuh susah payah. Ibu juga lah yang telah menyusui kita,
menjaga kita, dan selalu mencintai kita dengan segenap jiwa raga nya. Ayah, telah
berjuang mencari nafkah sejak pagi hingga sore, bahkan malam hari. Semua demi
mencukupi kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan anak. Selain kedua orang tua, ada
lagi sesorang yang sangat berjasa bagi kita, yaitu Guru. Dia lah yang telah mengajarkan
hal hal luar biasa kepada kita. Dari nya kita tau akan yang baik dan buruk. Dialah guru
sang murobbi ruhi kita. Guru dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuan kepada
murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru
perlu di terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua kandung kita. Dari
uraian di atas maka menghormati orang tua dan guru adalah hal yang wajib kita lakukan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dalam penyusunan makalah ini. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Menghormati
2. Menghormati Orang Tua
3. Cara-cara menghormati Orang Tua
4. Menghormati Guru
C. Tujuan penyusunan
1. Untuk mengetahui pengertian menghormati
2. Untuk mengetahui adab menghormati orang tua
3. Untuk mengetahui Apa saja cara menghormati orang tua
4. Untuk mengetahui adab Menghormati guru
5. Untuk mengetahui apa saja cara menghormati guru
D. Manfaat penyusunan
1. Untuk menambah wawasan mengenai agama Islam dan cara-cara menghormati
dalam Islam.
2. Dapat meningkatkan ilmu agama Islam mengenai bagaimana cara-cara menghormati
dalam Islam.
3. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi serta bermanfaat bagi semua orang
BAB II
ISI
Pengertian menghormati adalah dari kata hormat, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pengertian hormat adalah, menghargai (takzim, khidmad, sopan). Jadi
hormat adalah suatu sikap yang sopan yang di tujukan kepada orang yang lebih tua.
Selain itu Sikap hormat merupakan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, karena
nilai adalah suatu perangkat keyakinan/ perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas
yang memberikan corak khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun
tingkah laku. Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di
dalam al-Qur'an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan
menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan
tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur'an juga menegaskan kepada umat
Islam untuk menghormati kedua orang tuanya. Sebagai muslim yang baik, tentunya kita
memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua kita baik ibu maupun ayah. Agama
Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada
ibu maupun ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan
yang terpuji. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada
umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt
tersebut antara lain:
ك ٱ ْل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمآ أَوْ ِك ََلهُ َما فَ ََل تَقُل لَهُ َمآ أُف
َ ّل إِيَاهُ َوبِٱ ْل َولِ َدي ِْن إِحْ َسنًا ۚ إِ َما يَ ْبلُغ ََن ِعن َد
ٓ َ ِك أَ َّل تَ ْعبُد ُٓوا إ َ ََوق
َ ُّضى َرب
٢٣ َري ًما ً َ َ ُ
ِ َوّل تَنهَرْ هُ َما َوقل لهُ َما قوْ ّل ك ْ َ
َ ٱخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ٱل ُّذل ِمنَ ٱلرَحْ َم ِة َوقُل رَب ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَيَانِى
٢٤ ص ِغيرًا ْ َو
Artinya :
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S.al-Isra/17:23-24).
1. Kewajiban untuk selalu mengesakan ALLAH SWT. Dengan cara menyembah dan
beribadah hanya kepada-Nya serta tidak menduakannya
2. Kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan berkata baik
kepadanya, tidak membentak, tidak pula mengeluh dan membantah perintahnya
baik dengan kata AH maupun yang lainya.
Artinya : dari Abu Amru asy-Syaibani dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Saya
bertanya, 'Wahai Nabi Allah, amal apakah yang paling dekat kepada surga? ' Beliau
menjawab: 'Shalat pada waktunya.' Aku bertanya lagi, 'Dan apalagi wahai Nabi Allah?
' Beliau menjawab: 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Aku bertanya lagi, 'Dan apa
wahai Nabi Allah? ' Beliau menjawab: 'Jihad di jalan Allah'."
Secara umum hadist diatas menegaskan tentang beberapa amal yang mampu
mendekatkan diri pada surga ALLAH SWT. Yang penuh kenikmatan. Apabila kita
analisis lebih dalam, ada beberapa poin yang menjadi isi kandungan, baik yang tersurat
maupun yang tersirat dari hadits tersebut yaitu :
1. Berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang paling utama
2. Berbakti kepada orang tua adalah amalan yang bisa mengantarkan seseorang masuk
ke surga yang penuh kenikmatan
3. Berbakti kepada orang tua disebut setalah salat dan sebelum jihad. Hal ini
menandakan keutamaan ibadah berbakti kedua orang tua
Pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada
setiap keinginan dan kegiatannya karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua.
Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah
Swt. Apalagi seorang anak mau melakukan atau menginginkan sesuatu. Seperti,
mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, yang paling penting adalah
meminta restu kedua orang tuanya.
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul walidain atau bakti kepada orang tua,
hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru
bukan tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita
berbakti kepada kedua orang tua dan guru. Adapun hikmah yang bisa diambil dari
berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.
2. Apabila orang tua kita rida atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun rida.
3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang
dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke jannah
(surga) oleh Allah Swt.
Bergaul kepada orang tua dengan cara baik wajib kita lakukan meskipun suatu saat
bertemu orang tua kita sudah berbeda agama atau menyuruh kita untuk mengikuti
agama mereka. Tanpa harus mengikuti perintahnya yang bertentangan dengan syariat.
Kita tetap harus menghormati mereka dengan baik ALLAH SWT. Berfiman:
َ اح ْبهُ َما ِفى ال ُّد ْن َيا َم ْعرُوْ فًا ۖوَاتَ ِب ْع َس ِب ْي َل َم ْن اَن
َاب َ ك ِبه ِع ْلم فَ ََل تُ ِط ْعهُ َما َو
ِ ص َ َْس ل َ ك عَلٓى اَ ْن تُ ْش ِر
َ ك ِب ْي َما لَي َ َو ِا ْن َجاهَد
َي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَاُنَبئُ ُك ْم ِب َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن
َ َي ثُ َم اِلۚ
َ َاِل
ُ
ِ فَ ََل تَقُل لَهُ َمآ أف َو َّل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَهُ َما قَوْ ًّل ك
َري ًما
Artinya : ".....janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia"(Q.S Al isra/17:23).
3. Bersikaplah rendah hati dihadapan orang tua dan tidak menyombongkan diri
dihadapan mereka
Seorang anak yang baik tentu mampu mengendalikan diri dihadapan orang tua.
Meskipun puncak kejayaan. ia tidak akan pernah lupa orang tua yang telah
mengantarkannya menjadi seperti itu. Meskipun kita berada diposisi yang benar,
sebagai seorang anak kita tetap menghargai dan menghormati kedua orang tua kita
dengan tetap bersikap rendah hati Terhadap keduanya ALLAH SWT. Berfirman:
َ اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال ُّذل ِمنَ الرَحْ َم ِة َوقُلْ رَب ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَينِ ْي
ص ِغ ْيرًا ْ َو
Artinya : "Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil"(Q.S Al isra /17:24)
4. Memberikan nafkah kepada kedua orang tua, apalagi ketika mereka berada dalam
kondisi tidak mampu dan tidak berdaya Allah SWT Berfirman :
Artinya : "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka
infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan
bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui" (Q.S Al Baqarah/2:215).
Mendoakan kedua orang tua merupakan tuntunan yang diajarkan oleh para nabi dan
rasul, ALLAH SWT berfirman tentang doa Nabi Ibrahim a.s:
َ ْ ّللا غَا ِف ًَل َع َما َي ْع َم ُل الظّ ِل ُموْ نَ ە ِانَ َما يُؤَخ ُرهُ ْم ِل َيوْ م تَ ْش َخصُ ِف ْي ِه
َ اّل ْب
صا ُر َ ّ َو َّل تَحْ َس َب َن
Artinya : "Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang
diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai
hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak" (Q.S Ibrahim/14:42).
Berbakti kepada orang tua tidak hanya kita lakukan ketika orang tua masih
hidup. Berbakti kepada orang tua juga dapat kita lakukan meski orang tua telah
meninggal. Dalam hadis dijelaskan bahwa: "Kami pernah berada pada suatu majelis
bersama nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah wahai Rasulullah apakah ada sisa
kebajikan yang dapat aku perbuat setelah kedua orang tuaku meninggal dunia?"
Rasulullah bersabda: "Ya, ada empat hot mendoakan dan memintakan ampun untuk
keduanya, menempati/melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua
orang tua, dan bersilaturahmi yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali
karena kedua orang tua
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang tua yang telah
meninggal adalah seperti berikut.
1. Merawat jenazah dengan cara memandikan, mengafankan, menyalatkan, dan
menguburkannya
2. Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya (utang
atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup).
3. Menyambung tali silaturahmi kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau
memuliakan teman-teman kedua orang tua.
4. Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua orang
tua
5.Mendoakan orang tua yang telah tiada dan memintakan ampun kepada Allah Swt. dari
segala dosa orang tua kita.
Ada satu kisah hormat dan patuh kepada orang tua. Berikut kisahnya
Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia
tinggal di negeri Yaman. Ia seorang fakir dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang
lumpuh dan buta. Uwais Al-Qarni bekerja sebagai penggembala domba. Hasil usahanya
hanya cukup untuk makan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal anak yang taat
beribadah dan patuh pada ibunya. Ia sering kali puasa.Alangkah sedihnya hati Uwais Al-
Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia
sendiri belum pernah berjumpa dengannya. Ketika mendengar Nabi Muhammad giginya
patah karena dilempari batu oleh musuhnya, Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya
dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi
Muhammmad saw. sekalipun ia belum pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan Uwais
Al-Qarni untuk menemui Nabi saw. makin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya,
kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw. dan memandang wajah beliau dari
dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw., kerinduan karena iman.
Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon
izin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah.
Ibu Uwais Al-Qarni terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi
perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku Temuilah Nabi
di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembira mendengar jawaban ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat dan
berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah
berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan
salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni
menanyakan Nabi saw. yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada di
rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat
bertemu dengan Siti Aisyah ra., istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh
ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw., tetapi Nabi saw. tidak dapat
dijumpainya. Dalam hati Uwais bergolak perasaan ingin menunggu bertemu dengan
Nabi, sementara ia ingat pesan ibunya agar ia cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena
ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk
menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw.
Nabi pun pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah, Nabi saw.
menanyakan kepada Siti Aisyah ra. tentang orang yang mencarinya. Siti Aisyah ra.,
menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena lama menunggu,
ia segera pulang kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga
ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw. menjelaskan
bahwa orang itu adalah penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya,
“Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih
ditengah talapak tangannya.” Nabi menyarankan, “Apabila kalian bertemu dengan dia,
mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Waktu
terus berganti. Suatu ketika, Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw. tentang Uwais
Al-Qarni, penghuni langit. Sejak saat itu setiap ada khalifah yang datang dari Yaman,
Khalifah Umar ra. dan Ali ra. selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.
Suatu hari rombongan kafilah itu pun tiba di Kota Madinah. Melihat ada rombongan
kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra. dan Ali ra. mendatangi
mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan
kafilah itu mengatakan bahwa UwaisAl-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga
unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar ra. dan Ali
ra. segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. memberi
salam. Tapi rupanya Uwais sedang ṡalat. Setelah mengakhiri ṡalat-nya dengan salam,
Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra. dan Ali ra. sambil mendekati kedua sahabat
Nabi saw. ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan,
Khalifah Umar ra. dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah
dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais
Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw. bahwa dia
itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra. dan Ali ra. menanyakan namanya, dan
dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”. Akhirnya, Khalifah Umar dan
Ali ra. memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan
dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon doa
dan istighfar dari Anda.” Uwais Al-Qarni akhirnya berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah itu, Khalifah Umar ra. menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada
Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais menampik dengan berkata, “Hamba
mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah
hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-
Qarni meninggal. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang
yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang
yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap
menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa
banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Penduduk Kota Yaman
tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau, wahai Uwais
Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki
apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi,
ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah
sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika
wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang
mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni
sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di
hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw.,
bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
(HR. Muslim dari Ishak bin Ibrahim, dari Muaz bin Hisyam, dari ayahnya, dari qatadah,
dari zurarah, dari Usair bin Jabir)
Dari kisah tersebut, dapat kita tarik satu kesimpulan yaitu : hendaknya kita semua
memuliakan orang tua, utamanya ibu, sebagai jalan membuka pintu gerbang kesuksesan.
Ilmu itu ibarat bekal, sedangkan berbakti kepada orang tua ibaratnya kunci gerbang
kesuksesan. Sangat percuma bagi kita yang banyak bekal akan tetapi tidak memiliki kunci
untuk membuka gerbang kesuksesan itu.
Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya: "belajarlah kalian ilmu untuk
ketenteraman dan ketenangan (jiwa) dan rendah hatilah kalian pada orang yang kamu
belajar darinya (H.R. At-tabrani: 1077).
Hadits itu menjelaskan kepada kita selalu rendah hati kepada tentang kewajiban untuk
orang-orang yang sudah mengajarkan kita ilmu, seperti halnya guru. Bersikap rendah
hati di hadapan guru merupakan salah Satu bentuk dari rasa hormat kita kepada mereka.
Pada hakikatnya guru adalah orang yang memberikan ilmu dan dengan ilmu itu kita
menjadi yang mulia didunia akhirat. Cara mereka memperlihatkan penghormatan
terhadap gurunya antara lain sebagai berikut :
1. Mereka rendah hati terhadap gurunya, meskipun ilmu sudah lebih banyak
ketimbang gurunya.
2. Mereka menaati setiap arahan serta bimbingan guru. Misalnya seorang pasien yang
tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya dan hanya mengikut arahan seorang dokter
pakar yang mahir.
3. Mereka juga senantiasa berkhidmat untuk guru-guru mereka dengan mengharapkan
balasan pahala serta kemuliaan di sisi Allah Swt.
4. Mereka memandang guru dengan perasaan penuh hormat dan ta'zim (memuliakan)
serta memercayai kesempurnaan ilmunya. Ini lebih membantu pelajar untuk
memperoleh manfaat dari apa yang disampaikan guru.
Artinya : “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya"
(Q.S an najm/53: 39)
Salah satu sikap hormat terhadap guru adalah dengan cara merendahkan suara kita
sehingga kerasnya tidak melebihi suara guru. ALLAH SWT. berfirman :
َْض ُك ْم ِلبَعْض اَ ْن تَحْ بَط ِ ت النَ ِبي َو َّل تَجْ هَرُوْ ا لَه ِبا ْلقَوْ ِل َك َجه ِْر بَع
ِ ْصو َ ْيٓاَيُّهَا الَ ِذيْنَ ا َمنُوْ ا َّل تَرْ فَع ُْٓوا اَصْ َواتَ ُك ْم فَو
َ ق
ُ
َاَ ْع َمال ُك ْم َواَ ْنتُ ْم َّل تَ ْش ُعرُوْ ن
4. Melaksanakan perintah guru selama perintah itu tidak betentangan dengan yang
disampaikan oleh ALLAH SWT. Dan Rasullah saw.
Ketika suatu saat kita menemukan perintah guru itu bertentangan dengan ajaran
islam yang disampaikan ALLAH SWT. Dan rasul-nya. Tidak ada kewajiban untuk
menaati dan mematuhi apa saja perintah tersebut. Rasullah saw. Bersabda yang
artinya : “Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Allah dan mendengar
serta taat (kepada pemimpin) sekalipun dia adalah budak Habsyi (orang hitam)”
(HR. Ahmad 17144, Abu Dawud 4607, Turmudzi 2676 dan dishahihkan Syuaib al-
Arnauth).
5. Mendoakan Guru
Sama dengan orang tua, guru adalah orang yang sudah banyak memberikan jasanya
demi keberhasilan kita di masa depan. Oleh karena itu, mendoakan seseorang yang
sudah banyak berkorban, membimbing, dan memberikan kita ilmu demi meraih
cita-cita dan kesuksesan di masa depan adalah salah satu amal kebaikan yang
bernilai tinggi dan mulia dari seorang siswa terhadap gurunya.
6. Bersabar terhadap kesalahan guru
Guru juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang dengan lemah lembut,
juga ada guru yang memiliki cara mengajar yang keras. Ketika sudah berniat untuk
menuntut ilmu, maka sudah seharusnya kita bersabar dalam berjuang di dalamnya,
termasuk bersabar terhadap guru kita. Jangan malah marah atau malas karena tidak
ingin bertemu dengan guru yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Al Imam
As Syafi Rahimahullah mengatakan, “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang
guru Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya” Kewajiban
menuntut ilmu tidak akan berhenti sampai kita mati.
10
Maka pahamilah bagaimana adab yang seharusnya dilakukan terhadap guru. Agar
ilmu yang kita peroleh menjadi berkah dan bermanfat.
Di dalam majlis ilmu, lakukan segala sesuatunya dengan baik. Misalkan ingin
bertanya, maka memohonlah ijin dengan sopan dan tidak menyelanya ketika
berbicara. Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil
Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama
syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut ini beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru
sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat
ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak
kepada orang tua.
2. Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang
muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa
saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan
anggota keluarga.
3. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat
manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut
antara lain pada Al-Qur'an Surah Al-Isra/17:23-24.
B. Saran
Sesuai dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami menyarankan untuk dapat
memahami konsep pemikiran atau mindset yang baik akan sikap dan tindakan yang benar
dalam Menghormati dan Mematuhi kedua Orang tua dan Guru.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5932253/dalil-yang-menjadi-dasar-perintah-untuk-
menghormati-guru-sudah-tahu
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6425790/5-hadits-tentang-guru-bukti-
betapa-islam-memuliakannya
https://tafsiralquran.id/menghormati-guru-adalah-bagian-dari-jihad/
http://eprints.unwahas.ac.id/2167/2/BAB%20I.pdf
13