Teori konstruktivisme (constuctivism) merupakan salah satu teori strategi komunikasi
yang dikelompokkan kedalam karakterisrik komunikasi individu dan pesan yang dikembangkan oleh Jesse Delia, dimana teori ini memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Teori kostruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukan dirinya dalam bentuk yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melewati sesuatu (Morissan, 2018). Secara sederhana, konstruktivisme merupakan sebuah teori komunikasi yang mencoba menjelaskan perbedaan individu dalam kemampuan orang untuk berkomunikasi dalam situasi sosial. Didalam buku Morissan (2018), Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya yaitu “konstruksi pribadi” atau “konstruksi personal” (personal construct) oleh George Kelly yang menyatakan, bahwa orang memahami pengalamamannya dengan cara pengelompokkan berbagai peristiwa menurut kesamaannya dan membedakan berbagai-hal melalui perbedaanya. Perbedaan yang terlihat tidak bersifat natural, tetapi perbedaan itu ditentukan oleh berbagai perangkat yang saling bertentangan (sets of opposite) yang ada dalam sistem kognitif seseorang. Perangkat yang saling bertentangan seperti tinggi- pendek, panas-dingin, hitam-putih dan seterusnya yang di gunakan untuk memahami peristiwa dan benda ini dinamakan konstruksi personal. Sistem kognitif individu terdiri atas sejumlah perbedaan semacam ini dan dengan cara mengelompokkan pengalaman ke dalam sejumlah kategori, maka individu memberikan makna terhadap pengalaman. Menurut teori ini, konstruksi personal diatur atau diorganisasi kedalam skema interpretatif yang akan mengidentifikasi suatu objek dan menetapkan objek itu ke dalam suatu kategori. Dengan skema interpretatif ini, kita juga dapat meresakan suatu peristiwa dengan menempatkannya ke dalam kategori yang lebih besar. Skema interpretative ini berkembang seiring dengan tingkat kedewasaan seseorang, berpindah dari sifat awalnya yang sederhana dan umum menjadi bersifat lebih kompleks dan spesifik. Anak kecil memiliki sistem konstruksi yang lebih rumit. Ketika Anda masih kecil, misalnya, maka anda akan menempatkan semua orang kedalam dua kategori saja : besar dan kecil. Sebaliknya, orang dewasa memiliki jumlah kategori yang sangat banyak yang akan digunakannya untuk membedakan orang-orang disekitarnya (Morrisan, 2018). Teori konstruktivisme mengakui bahwa konstruksi personal memiliki latar belakang sosial, dengan demikian konstruksi personal dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. Karenanya, kebudayaan memiliki peran signifikan dalam menentukan makna suatu peristiwa. Budaya dapat memengaruhi bagaimana tujuan komunikasi ditentukan, bagaimana tujuan harus dicapai, sekaligus tipe konstruksi yang digunakan dalam skema kognitif. Walaupun teori ini mengakui efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif, namun teori konstruktivisme lebih mengutamakan pengamatannya pada berbagai perbedaan individu melalui kompleksitas konstruksi personalnya dan juga strategi yang digunakan dalam berkomunikasi (Morissan,2018). Individu dengan skema interpretatif yang berkembang baik akan melihat banyak perbedaan ketika melihat dunia sekitarnya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki skema interpretatif yang baik. Walaupun sistem konstruksi personal berkembang mulai dari anak-anak hingga dewasa, namun tingkat perkembangannya tidak sama pada setiap orang. Diantara orang dewasa tingkat kompleksitas kognitif mereka berbeda-beda, bahkan juga diantara bagian-bagian dari sistem konstruksi personal yang dalam diri satu individu. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang bisa memiliki pemikiran yang sangat dalam dan terperinci dibidang tertentu, mislanya musik, namun hanya memiliki pemikiran sederhana dalam bidang lainnya, misalnya politik (Morissan,2018). Karena kompleksitas kognitif memiliki peran penting dalam komunikasi, maka konsep ini menjadi bagian penting dalam teori konstruktivisme. Kompleksitas dari suatu sistem atau kesederhanaan sistem merupakan fungsi dari jumlah relatif konstruksi personal dan derajat perbedaan yang dapat Anda buat. Orang tidak memiliki suatu tingkat kompleksitas kognitif yang konsisten atau sama pada setiap topik atau bidang kehidupan, Orang berfikir pada tingkat kecanggihan yang berbeda bergantung pada topiknya. Dalam hal ini, jumlah konstruksi personal yang Anda gunakan pada topik tertentu dinamakan perbedaan kognitif. Mereka yang memiliki kerumitan kognitif dapat melihat lebih banyak perbedaan dari pada mereka yang memiliki sistem kognitif sederhana. Banyak diantara kita yang mengidentifikasi bidang pekerjaan pembukuan atau akuntansi, karena kita tidak memiliki kompleksitas kognitif yang cukup untuk menangani bidang itu (Morissan, 2018). Delia dan rekan menunjukkan bahwa pesan bervariasi menurut kompleksitasnya. Pesan sederhana hanya membahas satu tujuan. Pesan yang kompleks memisah-misahkan sejumlah tujuan dan menangani setiap tujuan secara bergantian, dan pesan yang paling canggih akan mengintegrasikan berbagai tujuan itu kedalam hanya satu pesan. Kita sering kali berupayauntuk mencapai lebih dari satu tujuan dengan satu kali perbuatan dan pesan yang kita sampaikan akan bervariasi dalam hal, seberapa jauh pesan itu dapat mencapai berbagai tujuan secara serentak. Dengan demikian, perbedaan kognitif memengaruhi tingkat kompleksitas pesan yang dibuat (Morissan, 2018). Lebih jauh, pesan persuasif paling sederhana hanya membahas tujuan pribadi Anda tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain, sedangkan pesan persuasif kompleks dirancang tidak saja untuk memenuhi kebutuhan anda tetapi juga kebutuhan orang lain, selain bersifat adaktif yang gampang atau mudah disesuaikan dengan situasi, Misalnya, jika Anda menginginkan seseorang untuk mengubah perilakunya, misalnya menghentikan kebiasaan merokok, Anda perlu melakukan sedemikian rupa tanpa harus membuat orang itu kehilangan muka, tanpa perlu mempermalukannya. Untuk dapat memperlakukan hal ini, Anda harus dapat membuat pesan yang memiliki dua tujuan yaitu menyampaikan pesan tidak merokok dan sekaligus pesan yang melindungi egonya. Hal ini tidak dilakukan dengan menggunakan pesan sederhana, pesan yang lebih kompleks dapat digunakan secara lebih tepat untuk tujuan ini. Para konstruktivis, yaitu pendukung teori konstruktivisme, menemukan bahwa kecendurngan untuk membantu orang lain menyelamatkan mukanya berhubungan dengan kompleksitas kognitif yang dimiliknya (Morissan, 2018). Konstruksi pribadi antara individu (interpersonal contruct) menjadi lebih penting, karena dapat memandu bagaimana kita memahami orang lain. Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal tingkat kompleksitas yang akan digunakannya dalam memandang orang lain. Jika anda termasuk orang yang sederhana secara kognitif maka anda akan cenderung untuk menilai secara sepihak, misalnya, bahwa orang tertentu memiliki sifat tertentu karena mereka berasal dari suku, jenis kelamin atau kelas sosial tertentu (membuat stereotype), sebaliknya jika anda memiliki sistem kognitif yang lebih besar terhadap persepektif orang lain dan memiliki kemampuan lebih baik untuk membingkai pesan sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain. Kemampuan yang disebut dengan perspective taking ini akan mengarahkan seseorang untuk memiliki argumen yang lebih canggih dan menimbulkan daya tarik pada dirinya. Dengan kata lain, sebagian orang tertentu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkat komunikasinya terhadap tingkat komunikasi lawan bicaranya (adjusting one’s communication others). Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan tingkat komunikasinya dengan tingkat komunikasi lawan bicaranya ini disebut dengan istilah person-centered communication (komunikasi terpusat pada orang) (Morissan, 2018). Dalam bukunya, Morissan (2018), mengungkapkan bahwa komunikasi untuk mendapatkan kepatuhan, merupakan satu dari beberapa tipe komunikasi yang dipelajari berdasarkan perspektif komunikasi yang terpusat pada orang. Pesan persuasif dapat diukur mulai dari yang kurang terpusat hingga yang sangat terpusat pada orang, antara lain: a. Pada tingkat yang paling sederhana atau rendah, seseorang dapat mencoba mencapai satu tujuan kepatuhan melalui perintah atau ancaman b. Pada tingkat yang lebih kompleks (lebih terpusat) orang berupaya untuk memberikan pengertian mengapa kepatuhan diperlukan dengan mengemukakan alasan. c. Pada tingkat kompleksitas yang lebih tinggi, komunikasi bahkan dapat menunjukkan simpati melalui empati atas stimulus yang dihadapi. Ketika pesan menjadi lebih baik kompleks makan pesan itu akan lebih memiliki lebih banyak tujuan dan akan lebih terpusat pada orang. Selain itu lebih mampu untuk menimbulkan kenyamanan daripada pesan sederhana. Konstruktivisme pada dasarnya adalah teori dalam memilih strategi. Prosedur riset konstruktivisme yang dilakukan biasanya adalah dengan meminta subjek untuk memiliki berbagai tipe pesan yang berbeda dan mengelompokannya ke dalam berbagai tipe pesan yang berbeda dan mengelompokkannya ke dalam berbagai kategori strategi (Morissan, 2018).