Anda di halaman 1dari 5

Orang Suci yang Berperilaku Ganjil

Bpk. J (45 thn), dirawat untuk kedua kalinya di RSJ. Pasien dibawa ke RSJ oleh keluarga karena
seminggu sebelumnya keluyuran di malam hari, tidak tidur, mondar-mandir, dan sholat terus
menerus. Pasien relapse diduga karena putus obat. Saat di ruangan rawat, klien banyak bicara,
sering melakukan gerakan sholat dengan arah kiblat yang salah, rakaat yang berlebih dan selalu
menggunakan jubah putih. Saat perawat Kinan mengkaji klien sebenarnya apa yang dilakukan
klien, ia mengatakan bahwa ia sedang melakukan ritual agar dosa seluruh umat manusia
diampuni Tuhan. Ia mengaku ia merupakan utusan Tuhan untuk menyerukan kepada manusia
bahwa kiamat sudah dekat. Klien marah ketika dikoreksi terkait rakaat sholat dan arah kiblat
yang tidak sesuai serta saat disampaikan kalau klien mengalami delusi.

1. Bagaimana cara/respon menangani pasien RSJ dengan perilaku menyimpang


- Hargai merelka
- Jangan ikuti halusinasi
- Jangan berbohong karena takut ga dipercaya lagi
- Pahami keadaan mereka, jangan menjauh dari mereka karena orang tersebut membutuhkan
anda
- Perhatikan ucapan, jangan didiamkan. Beri respon positif takutnya km dianggap berubah
- Beri kasih saying dan dukungan agar mereka tidak merasa sendiri
2. Contoh obat penenang untuk pasien gangguan jiwa
3. Bagaimana menciptakan lingkungan yang mendukung kesembuhan pasien
4. Penyebab pasien dapat kambuh dari gangguan jiwa
5. Bagaimana peran keluarga dalam mencegah pasien agar mengurangi frekuensi kekambuhan dan
mendukung pasien untuk sembuh
6. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan gangguan jiwa

LEARNING OBJELTIVE

1. Mahasiswa mengetahui mengenai konsep waham


Manurung, J., & Pardede, J. A. (2022). Mental Nursing Care Management with Delusion of
greatness Problems in Schizophrenic Patients: A Case Study.
a. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Syahfitri et al.,
2018).
Syahfitri, M., Tarigan, R. D., & Syahdi, D. (2018). Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran
Pendekatan Strategi Pelaksanaan ( SP ) 1-4 : Studi Kasus. 1–4.
Gangguan proses pikir : Waham merupakan keyakinan yang salah secara kokoh 2
Stase Keperawatan Jiwa Jekson Manurung dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. Penyakit ini dapat
kambuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan minum obat, ekspresi emosi
keluarga yang tinggi (Prakasa, & Milkhatun, 2020).

Gangguan proses pikir : waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil
dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan
walaupun semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Mbaloto & Ntidi,
2022).

b. Dampak
Dampak yang ditimbulkan dari waham yaitu menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Risiko menciderai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan (Sutejo,
2016).

Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru Press.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya ganguan proses pikir : waham adalah
memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain, merasa
memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan yang luar biasa
jauh diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit yang
sangat parah atau dapat menular ke orang lain, serta menganggap dirinya sudah
meninggal (Sofian, 2017)

c. Penanganan
Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan gangguan proses pikir : waham
dibutuhkan penangan yang tepat. Dengan banyaknya kejadian waham, semakin
jelas bahwa peran perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol
mengatasi waham (Zahnia & Sumekar, 2016). Dalam penanganan waham sudah
ditangani beberapa terapi keperawatan seperti orientasi realita menstabilkan
proses pikir, dan keamanan (Zukna, & Lisiswanti, 2017) dan Strategi pelaksanaan
ini merupakan penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan
pada pasin yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang
ditangani. Strategi pelaksanaan pada Gangguan Proses Pikir Waham mencakup
kegiatan mengenal waham dengan menjelaskan situasi yang dialami pasien saat
ini, dan minum obat secara teratur (Abdillah & Tarwati, 2020).

STUDI KASUS IMPLEMENTASI TERAPI ORIENTASI REALITA (TOR) PADA PASIEN WAHAM

d. ciri2 atau gejala


Gangguan proses berpikir delusi ini merupakan gejala positif dari skizofrenia dan
biasanya orang dengan gejala tersebut melakukan hal-hal sesuai dengan tipe
delusinya yaitu, mereka memiliki ketidakpercayaan yang besar terhadap diri
sendiri dan orang lain, mereka merasa memiliki kekuatan yang besar, mereka
merasa, bahwa mereka dia memang memiliki kesaktian yang luar biasa jauh dari
orang pada umumnya, percaya bahwa dirinya mengidap penyakit yang sangat
serius atau bisa menularkannya ke orang lain dan mengiradirinya sudah
meninggal (Prakasa1 & Milkhatun, 2019).
Prakasa1, A., & Milkhatun. (2019). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan
Proses Pikir Waham dengan Menggunakan Algoritma C4.5di Rumah Sakit
Atma Husada Mahakam Samarinda. Psychopathology, 52(1), 50–58.
https://doi.org/10.1159/000499596

Arifianti, N. P. R. C. (2021). Gambaran Isi Waham Pada Pasien Gangguan Jiwa Di


Uptd Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Perpustakaan
Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2021).

Waham mempunyai ciri-ciri: tidak nyata, tidak logis, menetap, egosentris,


penderita meyakini bahwa hal tersebut merupakan sebuah kebenaran, tidak dapat
dikoreksi, dihayati sebagai hal yang nyata oleh penderita, keadaan yang dialami
penderita waham bukan merupakan bagian sosiokultural setempat (Zukna &
Lisiswanti, 2017).
Zukna, N. A. M., & Lisiswanti, R. (2017). Pasien dengan Halusinasi dan Waham
Bizarre. Jurnal Medula, 7(1), 38-42.

e. Macam2
a. Waham kebesaran (Grandiosity)
Klien meyakini bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan khusus.
Keyakinannya ini diucapkan secara berulang-ulang (Sutejo, 2016)
b. Waham paranoid Klien meyakini bahwa ada seseorang atau suatu kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya (Sutejo, 2016)
c. Waham agama (Religion) Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu
agama. Keyakinan yang tidak sesuai dengan realita itu diulang secara terus-
menerus (Sutejo, 2016) 17
d. Waham somatic (Somatic) Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian dari
tubuhnya terganggu atau terserang suatu penyakit. Keyakinan yang tak sesuai
realitas ini diucapkan secar berulang-ulang (Sutejo, 2016)
e. Waham nihilistic (Nihilistic) Klien meyakini dirinya bahwa sudah tiada atau
meninggal dan keyakinan akan hal ini diucapkan secara berulang-ulang (Sutejo,
2016)
Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru Press.

Waham sendiri terbagi menjadi lima macam, yaitu waham kebesaran, waham
curiga, waham keagamaan, waham somatik, dan waham nihilistik (Khairuzzaman,
2016).
Khairuzzaman, M. Q. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan
Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran Di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera. 4(1), 64–75.

f. Fase terjadinya waham


Proses terjadinya waham melibatkan fase-fase berikut :
a) Fase kurangnya kebutuhan manusia ( Lack of human need)
Waham dimulai dengan terbatasnya kebutuhan fisik maupun psikis kien.
Secara fisik, klien dengan gangguan waham memiliki keterbatasan status
social dan ekonomi. Keinginan klien yang biasanya sangat miskin dan
menderita untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mendorongnya untuk
melakukan kompensasi (pencarian kepuasan dalam suatu bidang tertentu)
yang salah (Sutejo, 2016).
Bisa juga terjadi pada klien yang cukup secara financial, tetapi memiliki
kesenjangan antara realita (reality) dan ideal diri (self-ideal) yang sangat
tinggi. Waham terjadi karena klien merasa bahwa pengakuan atas
keeksisan atau kehadirannya adalah suatu hal yang sangat penting.
Gangguan ini juga 15 terjadi akibat mininya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history) (Sutejo, 2016)

b) Fase kurangnya kepercayaan diri (Lack of self esteem)


Ketiadaan pengakuan diri dari lingkungan, tingginya kesenjangan antara
ideal diri dan realita, dan kebutuhan yang tak terpenuhi sesuai dengan
standard lingkungan membuat seseorang menderita, malu, dan merasa
tidak berharga (Sutejo, 2016)

c) Fase kendali internal dan eksternal (Control internal and external)


Bagi klien dengan gangguan waham, menghadapi kenyataan adalah suatu
hal yang sulit. Klien mencoba berpikir secara logis bahwa apa yang
diyakini dan apa yang dikatakannya adalah suatu kebohongan yang
dilakukan untuk menutupi kekurangan. Kekurangan itu, seperti
ketidakcukupan materi, kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan,
merupakan sesuatu yang belum terpenuhi secara optimal sejak kecil. Oleh
karena itu kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan di lingkungan
tersebut menjadi prioritas utama dan mendominasi dalam hidupnya. Disisi
lain, lingkungan menjadi pendengar pasif dan kurang memberikan koreksi
secara memadai kepada klien dengan alasan toleransi dan menjaga
perasaan (Sutejo, 2016)

d) Fase dukungan lingkungan (Envirronment support)


Kepercayaan beberapa orang dalam lingkungan terhadap klien membuat
klien merasa didukung. Lama-kelamaan, perkataan yang terus menerus
diulang oleh orang dilingkungan tersebut membuat klien kehilangan
kendali diri dan mengakibatkan tidak berfungsinya norma (super ego)
yang ditandai dengan ketiadaan perasaan berdosa saat berbohong (Sutejo,
2016)
e) Fase kenyamanan (Comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya. Ia juga
menganggap semua orang sama, yaitu mereka akan memercayai dan
mendukungnya. Keyakinan ini sering disertai dengan halusinasi dan
terjadi ketika klien menyendiri dari lingkungannya. Pada tahap
selanjutnya, klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi
social (isolasi social) (Sutejo, 2016)
f) Fase peningkatan (Improving)
Ketiadaan konfrontasi dan upaya-upaya koreksi dapat meningkatkan
keyakinan yang salah pada klien. Tema waham yang sering muncul adalah
tema seputar pengalaman traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang) (Sutejo, 2016)

Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru
Press.

2. Mahasiswa mengetahui jenis waham yang dialami Bapak J


Klien meyakini bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan khusus.
Keyakinannya ini diucapkan secara berulang-ulang (Sutejo, 2016)

c. Waham agama (Religion) Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu agama.
Keyakinan yang tidak sesuai dengan realita itu diulang secara terus-menerus (Sutejo,
2016)
3. Mahasiswa mengetahui penanganan farmakologi dan non-farmakologi pada pasien
waham
4. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan waham
5. Mahasiswa mengetahui mengenai pengkategorian pasien psikiatri

Anda mungkin juga menyukai