Bpk. J (45 thn), dirawat untuk kedua kalinya di RSJ. Pasien dibawa ke RSJ oleh keluarga karena
seminggu sebelumnya keluyuran di malam hari, tidak tidur, mondar-mandir, dan sholat terus
menerus. Pasien relapse diduga karena putus obat. Saat di ruangan rawat, klien banyak bicara,
sering melakukan gerakan sholat dengan arah kiblat yang salah, rakaat yang berlebih dan selalu
menggunakan jubah putih. Saat perawat Kinan mengkaji klien sebenarnya apa yang dilakukan
klien, ia mengatakan bahwa ia sedang melakukan ritual agar dosa seluruh umat manusia
diampuni Tuhan. Ia mengaku ia merupakan utusan Tuhan untuk menyerukan kepada manusia
bahwa kiamat sudah dekat. Klien marah ketika dikoreksi terkait rakaat sholat dan arah kiblat
yang tidak sesuai serta saat disampaikan kalau klien mengalami delusi.
LEARNING OBJELTIVE
Gangguan proses pikir : waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil
dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan
walaupun semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Mbaloto & Ntidi,
2022).
b. Dampak
Dampak yang ditimbulkan dari waham yaitu menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Risiko menciderai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan (Sutejo,
2016).
Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru Press.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya ganguan proses pikir : waham adalah
memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain, merasa
memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan yang luar biasa
jauh diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit yang
sangat parah atau dapat menular ke orang lain, serta menganggap dirinya sudah
meninggal (Sofian, 2017)
c. Penanganan
Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan gangguan proses pikir : waham
dibutuhkan penangan yang tepat. Dengan banyaknya kejadian waham, semakin
jelas bahwa peran perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol
mengatasi waham (Zahnia & Sumekar, 2016). Dalam penanganan waham sudah
ditangani beberapa terapi keperawatan seperti orientasi realita menstabilkan
proses pikir, dan keamanan (Zukna, & Lisiswanti, 2017) dan Strategi pelaksanaan
ini merupakan penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan
pada pasin yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang
ditangani. Strategi pelaksanaan pada Gangguan Proses Pikir Waham mencakup
kegiatan mengenal waham dengan menjelaskan situasi yang dialami pasien saat
ini, dan minum obat secara teratur (Abdillah & Tarwati, 2020).
STUDI KASUS IMPLEMENTASI TERAPI ORIENTASI REALITA (TOR) PADA PASIEN WAHAM
e. Macam2
a. Waham kebesaran (Grandiosity)
Klien meyakini bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan khusus.
Keyakinannya ini diucapkan secara berulang-ulang (Sutejo, 2016)
b. Waham paranoid Klien meyakini bahwa ada seseorang atau suatu kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya (Sutejo, 2016)
c. Waham agama (Religion) Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu
agama. Keyakinan yang tidak sesuai dengan realita itu diulang secara terus-
menerus (Sutejo, 2016) 17
d. Waham somatic (Somatic) Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian dari
tubuhnya terganggu atau terserang suatu penyakit. Keyakinan yang tak sesuai
realitas ini diucapkan secar berulang-ulang (Sutejo, 2016)
e. Waham nihilistic (Nihilistic) Klien meyakini dirinya bahwa sudah tiada atau
meninggal dan keyakinan akan hal ini diucapkan secara berulang-ulang (Sutejo,
2016)
Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru Press.
Waham sendiri terbagi menjadi lima macam, yaitu waham kebesaran, waham
curiga, waham keagamaan, waham somatik, dan waham nihilistik (Khairuzzaman,
2016).
Khairuzzaman, M. Q. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan
Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran Di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera. 4(1), 64–75.
Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa (Sutejo (ed.); 1st ed.). Pustaka Baru
Press.
c. Waham agama (Religion) Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu agama.
Keyakinan yang tidak sesuai dengan realita itu diulang secara terus-menerus (Sutejo,
2016)
3. Mahasiswa mengetahui penanganan farmakologi dan non-farmakologi pada pasien
waham
4. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan waham
5. Mahasiswa mengetahui mengenai pengkategorian pasien psikiatri