DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan lagi Maha
Penyayang. Selain itu, Kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan
hidayah-Nya, sehingga penyelesaian makalah. “Cybercrime dan contoh kasusnya”
Kami juga berharap, agar makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca guna
menambah wawasan mengenai cyber crime dan juga agar lebih berhati-hati dalam
menggunakan teknologi dikemudian hari.
Makalah ini kami susun dengan lengkap dan detail, sehingga orang yang
masih awam dapat memahami mengenai informasi yang berkaitan dengan
“Cybercrime dan contoh kasusnya”Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada bapak Tri Imam Munandar, S.H, M.H. dan bapak Haryadi S.H, M.H. selaku
dosen pengampu Hukum Pidana Iptek ( Cyber Crime) yang sudah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Serta terimakasih seluruh pihak yang sudah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kamu memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran bagi
seluruh pembaca.
Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar makalah ini
bisa menjadi sumber informasi serta menjadi bahan ilmu baru bagi pembaca. Sekian
dan terimakasih.
PenuliS
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
Penjelasan .................................................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 28
B. Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman manusia banyak menciptakan teknologi-
teknologi yang akan membantunya dalam melakukan kegiatan sehari-hari hal tersebut
membuat teknologi menjadi hal yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Tapi dalam
berkembangnnya teknologi tersebut tentunya juga menimbulkan dampak negatif.
Cyber crime adalah kejahatan dunia maya yang dilakukan individu atau
sekelompok orang yang menyerang sistem keamanan komputer atau data-data yang
ada di dalam komputer.1 Kejahatan tersebut dilakukan dengan beragam motif, mulai
dari kepuasan diri hingga kejahatan yang dapat merugikan ekonomi atau politik.
Kejahatan dunia maya secara luas didefinisikan sebagai aktivitas ilegal apa pun yang
melibatkan komputer, perangkat digital lain, atau jaringan komputer. Adapun contoh
cyber crime di antaranya, yaitu ancaman keamanan cyber seperti rekayasa sosial,
eksploitasi kerentanan perangkat lunak, dan serangan jaringan.dan masih banyak
yang lainnya.
1
Nugraha Jevi, Cyber Crime adalah Kejahatan Dunia Maya, Ketahui Jenis dan Cara Mencegahnya,
Sabtu, 11 Maret 2023,Diakses pada https://www.merdeka.com/jateng/cyber-crime-adalah-kejahatan-
dunia-maya-ketahui-jenis-dan-cara-mencegahnya-kln.html
Secara umum, cyber crime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama. Dengan kata lain,
seseorang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk melakukan kejahatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian di atas sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud hukum Cyber dan cybercrime serta jenis-jenis dari
cybercrime itu sendiri ?
2. Bagaimana faktor- faktor penyebab terjadinya cybercrime dan penegakkan
hukumnya di Indonesia?
3. Bagaimana analisis contoh kasus dalam Hukum cybercrime?
2
Marita Lita Sari, CYBER CRIME DAN PENERAPAN CYBER LAW DALAM
PEMBERANTASAN CYBER LAW DI INDONESIA, Jakarta, hal 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cyber Crime
Cyber crime merupakan sebuah fenomena baru yang termasuk kedalam salah
satu bentuk kejahatan. R. Nitibaskara menjelaskan bahwa: “Interaksi sosial yang
meminimalisir kehadiran secara fisik, merupakan ciri lain revolusi teknologi
informasi. Dengan interaksi semacam ini, penyimpangan hubungan sosial yang
berupa kejahatan (crime), akan menyesuaikan bentuknya dengan karakter baru
tersebut.” Dikalangan para ahli pun, masih belum memiliki kesatuan pendapat
mengenai definisi dari Cyber Crime. Hal ini dikarenakan kejahatan jenis ini masih
tergolong baru dibandingkan dengan kejahatankejahatan lainnya yang bersifat
konvensional. Ada yang menerjemahkan dengan kejahatan siber, kejahatan dunia
virtual, kejahatan di dunia maya, bahkan ada yang langsung menyebutkan dengan
kalimat Cyber Crime tanpa menerjemahkannya terlebih dahulu.
Cyber law ini bertumpu pada disiplin ilmu hukum yang terdahulu antara lain:
HAKI, hukum perdata, hukum perdata internasional dan hukum internasional. Hal ini
mengingat ruang lingkup cyber law yang cukup luas. Karena saat ini perkembangan
transaksi on line (e-commerce) dan program egovernment pada 9 Juni 2003 pasca
USA E-Government Act 2002 Public Law semakin pesat. Menurut Mas Wigrantoro
Roes Setiyadi dan Mirna Dian Avanti Siregar dalam Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi menyatakan bahwa
meskipun belum ada kesamaan dan kesepahaman mengenai definisi dari Cyber
Crime, namun ada beberapa kesamaan pengertian mengenai kejahatan siber ini, yaitu
dengan kehadiran komputer yang sudah mengglobal mendorong terjadinya aksi
kejahatan siber ini. Secara sederhana, aksi kejahatan siber (Cyber Crime) dapat
diartikan sebagai jenis kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan media Internet
sebagai alat bantunya.
BAB 3
PEMBAHASAN
Cyber crime, atau kejahatan di dunia maya, adalah jenis kejahatan yang
dilakukan melalui komputer dan jaringan. Komputer sendiri merupakan alat utama
untuk melakukan cyber crime ini, tetapi seringkali komputer juga dijadikan sebagai
target dari kejatahan ini
Secara yuridis, cyberlaw tidak sama lagi dengan ukuran dan kualifikasi
hukum tradisional. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan
sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Kegiatan cyber adalah kegiatan
virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.
Dengan demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang
telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.
a. Unauthorized Access
Kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu
sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari
pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Probing dan port merupakan
contoh kejahatan ini. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan
maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu,
ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba
keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan
ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet/intranet. Kita tentu
belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya dibicarakan di
tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh hacker
Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam
data base berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan
Amerika Serikat yang bergerak dibidang ecommerce yang memiliki tingkat
kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of
Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan
tidak berfungsinya situs ini beberapa waktu lamanya untuk melakukan kegiatan
matamata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan computer (computer
network system) pihak asaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan
bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu
sistem yang computerized (tersambung dalam jaringan computer.
b. Illegal Contents
c. Penyebaran virus
d. Data Forgery
f. Cyberstalking
g. Carding
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar
untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan
kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di
internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah
hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif.
j. Hijacking
k. Cyber Terorism
Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam
pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.
Beberapa contoh kasus Cyber Terorism sebagai berikut :
3. Mudah dilakukan dengan resiko keamanan yang kecil dan tidak diperlukan
peralatan yang super modern. Seperti yang kita ketahui, internet merupakan sebuah
alat yang dengan mudahnya kita gunakan tanpa memerlukan alat-alat khusus dalam
mengunakannya. Namun, pendorong utama tindak kejahatan di internet atau
cybercrime yaitu susahnya melacak orang yang menyalahgunakan fasilitas dari
internet tersebut.
4. Para pelaku merupakan orang yang orang yang pada umumnya cerdas,
mempunyai rasa ingin tahu besar, dan fanatik akan teknologi komputer Pengetahuan
pelaku kejahatan komputer tentang cara kerja sebuah komputer jauh diatas operator
komputer. Hal ini merupakan faktor yang sulit untuk dihindari karena kelebihan atau
kecerdasan dalam mengakses internet yang di miliki seseorang di zaman sekarang ini
banyak yang di salahgunakan demi mendapatkan keuntungan semata.
6. Sistem keamanan jaringan yang lemah. Seperti yang kita ketahui bahwa
orang-orang dalam menggunakan fasilitas internet kebanyakan lebih mementingkan
desain yang dimilikinya dan menyepelekan tingkat keamanannya. Sehingga dengan
lemahnya sistem keamanan jaringan tersebut menjadi celah besar bagi sebagian
oknum untuk melakukan tindak kejahatan.
Jika sudah sampai pada aspek pencegahan dan pengayoman terhadap pemilik
informasi dari cybercrime, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkan tahapan
ini merupakan bentuk penghormatan terhadap kreasi – kreasi intelektual. 3Jika selama
ini di Indonesia dikenal sebagai Negara yang kurang serius menangani masalah
cybercrime, maka hal ini menunjukkan kalau masalah perlindungan hak di bidang ini
belum sebaik perlindungan di bidang lainnya.
Kalau kita sepakat mengakui esensi hak, tentulah kita dapat merefleksi makna
hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (1) Undang – Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
3
Ibid, hlm. 143.
dihormati, dijunjung tinggi dam dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
UU HAM tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan umum supaya kita mau
menghormati eksistensi hak asasi manusia, di antaranya hak – hak di bidang
intelektual. Penghormatan yang bisa diberikan, jika itu aparat negara, adalah
melindungi hak – haknya dari perbuatan – perbuatan yang melanggar hukum dan
merugikannya. Salah satu bentuk kejahatan yang mengancam hak intelektual adalah
cybercrime.
Salah satu contoh kasus kejahatan cybercrime adalah pemblokiran ISP Indonesia
oleh komunitas Merchants International di tahun 2004. Sebagai pembenarannya,
banyak ISP Indonesia diblokir oleh komunitas tersebut dan semua pengguna (user) di
Indonesia termasuk warga negara asing yang memegang kartu kredit tidak boleh
melakukan transaksi secara online. Jadi yang diblokir bukan kartu kredit di Indonesia
melainkan IP (Internet Provider) negara Indonesia, yang mana penolakan transaksi
online lewat kartu kredit melalui IP Indonesia seperti Netzo.com, Amazone.com dan
beberapa lainnya, praktis tidak dapat diterima oleh jaringan jual beli secara online.
Hal ini disebabkan prosesnya yang telah atau sedang menghadapi kerentanan akibat
kriminalitas.
Kasus lainnya yang sempat menjadi sensasi di dalam negeri adalah ketika
seorang bocah berusia 15 tahun menjadi hacker saat berlibur di Singapura. Ia dituduh
melanggar cyberlaw di Singapura sehubungan dengan aktivitasnya di IRC (Internet
Relay Chat). Ia langsung ditahan oleh Kepolisian Singapura dan dijerat dengan
Undang – Undang Penyalahgunaan Komputer (Computer Misuse Act).
Oleh karena itu, upaya perlindungan hukum terhadap kegiatan yang dilakukan di
internet, baik yang meupakan kegiatan bisnis (e-business), birokrasi pemerintahan,
pengguna pribadi diperlukan perpanjangan jangkauan “rule of the law” ke dalam
dunia cyber. Hal tersebut sedang dalam proses penanganan di berbagai negara yang
menunjukkan geliatnya di bidang teknologi, khususnya Indonesia dengan
menggunakan pengembangan perlindungan secara teknis dengan berbagai sistem
yang diciptakan oleh para ahli bidang komputer dan network, di samping adanya
implementasi penegakan hukum (law enforcement) yang konsisten dan benar – benar
ditujukan untuk memerangi cyber law.
5. Study kasus
1) Kasus 1
Kronologi kasus
Sekitar tanggal 7 April 2017 AS membuka situs atau website
www.dewanpers.or.id untuk membaca sebuah konten tentang anti hoax yang dimuat
di Facebook. Kemudian timbul keinginan AS untuk mencari celah atau bug dari
website www.dewanpers.or.id tersebut.
Kemudian AS dengan menggunakan Notebook merk Lenovo S-100 dengan
serial number Ub 00276907 warna putih membuka web browser google chrome
untuk mencari cara melakukan pembobolan atau penerobosan atau hacking.
Selanjutnya AS mengetik kata kunci atau teknik dork pada web browser google
crome sehingga muncul berbagai informasi tentang cara-cara melakukan pembobolan
atau penerobosan atau hacking. Setelah AS mendapat informasi antara lain tentang
cara meng-upload file backdoor untuk mengakses suatu database situs atau website
kemudian AS mulai mengakses database situs atau website www.dewanpers.or.id.
Kemudian AS mengetik http://dewanpers.or.id/ assets/media/404.phtml dan
selanjutnya AS mekemudian AS mengetik http://dewanpers.or.id/
assets/media/404.phtml dan selanjutnya AS mengunduh atau meng-upload file
index.html lalu merubah nama file index.php di situs www.dewanpers.id menjadi
indexasli.php sehingga tampilan user interface situs tersebut menjadi gambar garuda
berdarah dengan tulisan:
Analisis
AS telah melanggar pasal 48 ayat (1) jo Pasal 32 ayat (1) UURI No. 11 tahun 2008
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UURI No. 19 tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang menurut perumusan deliknya mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unsur Setiap orang;
Bahwa yang dimaksud dengan unsur dengan sengaja adalah pelaku tahu dan
menghendaki dilakukannya perbuatan yang dilarang atau tahu dan menghendaki
timbulnya akibat yang dilarang. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur
tanpa hak adalah tidak memiliki hak berdasarkan undang undang, perjanjian atau alas
hukum lain yang sah. Termasuk dalam kategori “tanpa hak” adalah melampaui hak
atau kewenangan yang diberikan berdasarkan alas hak tersebut. “Tanpa hak” pada
umumnya merupakan bagian dari “melawan hukum” yaitu setiap perbuatan yang
melanggar hukum tertulis (peraturan perundang undangan) dan atau asas asas hukum
umum dari hukum tidak tertulis.
Hak yang dimaksudkan dalam unsur ini adalah hak untuk mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apapun mengubah, menambah,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik
orang lain atau milik publik. - Mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik,
Akses berdasarkan Pasal 1 butir 15 UU ITE adalah kegiatan melakukan interaksi
dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan. Komputer sesuai
dengan Pasal 1 butir 14 UU ITE adalah alat untuk memproses data elektronik,
magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika dan
penyimpanan. Sistem Elektronik sesuai Pasal 1 butir 5 UU ITE yaitu serangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumpulkan, mengirimkan,
dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
Berdasarkan fakta, bahwa sekitar bulan April - Mei 2017 di rumah AS telah
dengan sengaja dan menyadari melakukan perbuatan hacking / pembobolan /
penerobosan secara illegal terhadap server webhosting http://dewanpers.or.id dengan
cara mencari kata kunci atau teknik dork untuk mencari celah agar dapat meng-
upload file backdoor sehingga bisa mendapat akses masuk ke dalam database situs
www.dewanpers.or.id. Celah atau bug tersebut ditemukan pada Form Pengaduan
Online Dewan Pers di http://dewanpers.or.id/form_pengaduan, dan AS mencoba
meng-upload file backdoor dengan nama 404.phtml yang merupakan file yang
membuat AS memiliki akses seperti admin pada website tersebut dan berhasil.
Setelah memiliki akses selanjutnya merubah database dari situs www.dewanpers.or.id
tersebut dengan cara mengupload file index.html dan merename file index.php di
situs tersebut menjadi indexasli.php sehingga situs tersebut berganti tampilan user
interface lalu mensubmit website http://dewanpers.or.id dan di mirrorkan ke zone-
h.org dan AS juga memposting hasil deface tersebut ke akun facebook atas nama
Aditya Al Fatah dengan fanpages M2404.
Disini AS dengan cara membuka web browser google chrome untuk mencari
cara melakukan pembobolan atau penerobosan atau hacking. Selanjutnya AS
mengetik kata kunci atau teknik dork pada web browser google crome sehingga
muncul berbagai informasi tentang cara-cara melakukan pembobolan atau
penerobosan atau hacking. Setelah AS mendapat informasi antara lain tentang cara
meng-upload file backdoor untuk mengakses suatu database situs atau website
kemudian AS mulai mengakses database situs atau website www.dewanpers.or.id.
2) Kasus 2
Kronologis kasus
Analisis Kasus
Biasanya motif kegiatan carding ini adalah hanya untuk kesenangan. Pelaku carding
biasnya hanya membeli barang yang saat itu mereka inginkan. Bukan barang untuk
keperluan mereka sehari-hari. Sasaran dari cybercrime jenis ini adalah para pengguna
kartu kredit. Carding tidak hanya merugikan pemilik kartu kredit, tapi juga merugikan
perusahaan yang menerima kartu kredit tersebut. Carder (pelaku carding)
menggunakan kartu kredit pemilik untuk membeli suatu barang tertentu.
4
Tempo, 22 Maret 2023
Pasal yang dikenakan
Pasal 30 :
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputerdan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa
pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan
untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan
melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
Pasal 35 :
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.
Pasal 36 :
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang
mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.
Pasal 45
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 46
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat dipidanadengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyakRp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat dipidanadengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyakRp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyakRp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 51
Kesimpulan
Cyber crime adalah kejahatan dunia maya yang dilakukan individu atau
sekelompok orang yang menyerang sistem keamanan komputer atau data-data yang
ada di dalam komputer. Secara umum, cyber crime adalah tindak kriminal yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama.
Dengan kata lain, seseorang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk
melakukan kejahatan.
Cyberlaw adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek
yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan
dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan
memasuki dunia cyber atau maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal
dari Cyberspace Law.
3) Study Kasus
▪ Kasus hacking/pembobolan/ penerobosan secara illegal terhadap server
webhosting http://dewanpers.or.id dengan cara mencari kata kunci atau teknik
dork untuk mencari celah agar dapat meng-upload file backdoor sehingga bisa
mendapat akses masuk ke dalam database situs www.dewanpers.or.id. Pelaku
ADI SYAFITRAH alias M2404 alias pemulungelektronik@gmail.com telah
melanggar pasal 48 ayat (1) jo Pasal 32 ayat (1) UURI No. 11 tahun 2008
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UURI No. 19 tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang menurut perumusan deliknya
mengandung unsur-unsur sebagai berikut, Unsur Setiap orang, Unsur dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum, Unsur dengan cara apapun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik public.
Saran
Marita Lita Sari, Cyber Crime dan Penerapan Cyber Law dalam Pemberantasan
Cyber Law di Indonesia, Jakarta, hal 2.
Nugraha Jevi, Cyber Crime adalah Kejahatan Dunia Maya, Ketahui Jenis dan Cara
Mencegahnya. https://www.merdeka.com/jateng/cyber-crime-adalah-
kejahatan-dunia-maya-ketahui-jenis-dan-cara-mencegahnya-kln.html, diakses
pada tanggal 11 Maret 2023.