Anda di halaman 1dari 3

KAIDAH HUKUM TIDAK TERTULIS

YANG MENGATUR SUMBER DAYA ALAM DI JAMBI

( Hutan Adat Depati Kara Jaya Tuo di Jambi)

Hutan Adat Depati Kara Jaya Tuo terletak di Desa Rantau Kermas, Kabupaten Merangin,
Jambi. Hutan ini masih sangat asri karena masyarakat sangat menjaganya dengan hukum adat
dan kearifan lokal. Hutan Adat Depati Kara Jaya Tuo memiliki luas 130 hektar, yang keberadaan
pengelolaannya berdasarkan hukum adat. Awalnya 24 hektar dari 130 hektar luas Hutan Adat
Depati Kara Jaya Tuo berada dalam Taman Nasional Kerinci Seblat. Namun bersama tokoh
masyarakat, pemda, dan NGO meminta izin untuk kembali pengelolaannya untuk masyarakat
hukum adat. Lalu pada tahun 2016, dikeluarkan izin bahwa seutuhnya 130 hektar dikelola oleh
masyarakat hukum adat. Kemudian akhirnya Hutan Adat Depati Kara Jaya Tuo mendapatkan
pengukuhan legalitas Surat Keputusan Nomor 6745/MENLHK-PSKL/KUM-1/12/2016.

Dalam sisitem aturan hutan adat Depati Kara Jayo Tuo Rantau Kermas melarang:
1. Tidak menebang pohon dan memusnahkan tumbuhan secara liar yang menjadi sumber bagi
makanan hewan, sumber bibit, tanaman yang terletak di dekat sumber air, tebing dan anakan
sungai dan tumbuhan langka.
2. Tidak membuka dan menggarap perladangan baru dan membangun permukiman dalam
kawasan di dalam hutan adat.
3. Tidak memasuki dan memanfaatkan potensi hutan adat tanpa seizin pemerintah desa dan
kelompok pengelola hutan adat.
4. Tidak melakukan penjualan, penggadaian hutan adat beserta isinya dan dijadikan jaminan
5. Tidak membuang sampah yang tidak dapat atau sukar untuk dihancurkan dan tidak
menggunakan bahan cairan beracun dalam melakukan semua kegiatan yang dapat menyebabkan
pencemaran air dan tanah.

Bagi masyarakat yang melanggar ketentuan di atas, maka akan didenda secara adat yaitu:
1 ekor kambing, beras 20 gantang dan uang sebesar 500.000, namun yang lebih berat adalah
sanksi sosial di masyarakat. Mereka yang melanggar hukum adat, tidak diberikan jabatan sekecil
apapun, seperti jabatan ketua RT , selama mereka masih ada di Desa Rantau Kermas.
Hutan adat Depati Jaya Kara Tuo hingga saat ini masih dipertahan kan, masyarakat
Serampas Kecamatan Jangakat Kabupaten Merangin sangat menjaga hutan ini.

Karena masyarakat tidak boleh menebang pohon satupun, namun harus tetap memiliki
penghasilan, masyarakat mengelola hutan adat ini dengan Pohon Asuh. Masyarakat bisa
mengasuh pohon-pohon yang ada di Hutan Adat Depati Kara Jaya Tuo sebesar
Rp200.000/batang per tahun. Sampai saat ini ada sekitar 1100 pohon yang sudah diasuh di Hutan
Adat Depati Kara Jaya Tuo.

Jambi 5 September 2022

Yang Membuat,

Karina Febrika
B10020152
TUGAS 2:
HUKUM SUMBER DAYA ALAM

Nama Mahasisiwa : Karina Febrika


NIM : B10020152
Dosen : Ivan Fauzani S.H,M.H.
Dr. Fauzi Syam S.H,M.H.
Mata Kuliah : Hukum Sumber Daya Alam

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
JAMBI, 2022

Anda mungkin juga menyukai