Anda di halaman 1dari 3

PEMBAGIAN HADIS

A. Pembagian Hadis dari Segi Kwantitas Sanad


1. Hadis Mutawatir
a. Pengertian Hadis Mutawatir
Mutawatir secara etimologi bermakna tatabu’ (terus menerus). Secara terminologi adalah
hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang secara adat tidak mungkin sepakat untuk
berdusta.1
b. Syarat Hadis Mutawatir
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas, disebut sebagai hadis mutawatir jika
telah memenuhi empat syarat2, yaitu:
1) Harus diriwayatkan oleh banyak jalur perawi. Ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan
jumlah minimal banyaknya perawi. Namun pendapat yang dipilih mengatakan, bahwa jumlah
perawihnya mencapai 10 orang.
2) Rawi yang banyak meriwayatkan hadis dari rawi yang banyak pula, mulai dari permulaan
sampai pada akhir sanadnya.
3) Secara adat, mereka mustahil melakukan konspirasi kebohongan.
4) Sandaran akhir (hadis yang diriwayat) dari rawi-rawi itu harus berdasarkan sesuatu yang
indrawi.
c. Hukum Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir merupakan suatu ilmu yang bersifat dharury yaitu pengetahuan yang
meyakinkan. Sehingga seseorang tidak ragu untuk menerima hadis mutawatir dan pasti meyakini
kebenaran hadis tersebut.3
d. Klasifikasi Hadis Mutawatir
Para ulama membagi hadis mutawatir menjadi dua yaitu mutawatir lafdzi dan mutawatir
ma’nawi.
1) Hadis mutawatir lafdzi adalah hadis yang diriwayatkan dengan lafad dan makna yang sama 4,
contoh:
‫ول‬
‫ال َر حس ح‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ َع ْن أَِِب حهَريْ َرة‬،‫صالِ ٍح‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ ‫ َع ْن أَِِب‬،‫ني‬ ٍ‫ص‬ ِ ‫ عن أَِِب ح‬،َ‫ حدَّثَنَا أَبو عوانَة‬،‫ي‬
َ ْ َ ََ ‫ح‬
ٍ
َ ُّ ‫َو َحدَّثَنَا حُمَ َّم حد بْ حن عحبَ ْيد الْغحََِب‬
»‫ فَلْيَتَبَ َّوأْ َم ْق َع َدهح ِم َن النَّا ِر‬،‫ب َعلَ َّي حمتَ َع ِم ًدا‬ ِ ِ
َ :‫صلَّى هللاح َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َ ‫«م ْن َك َذ‬ َ ‫هللا‬
“Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, hendaklah ia bersiap siap menduduki
tempat duduknya dineraka”
2) Hadis mutawatir maknawi adalah hadis yang diriwayatkan dengan makna yang sama tetapi
lafadnya tidak5, contoh:
ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ٍِ ِ
َ َ‫ َع ْن قَت‬،‫ َع ْن َسعيد‬،‫ َوابْ حن أَِِب َعد ٍي‬،‫ َح َّدثَنَا ََْي ََي‬،‫َحدَّثَنَا حُمَ َّم حد بْ حن بَشَّا ٍر‬
ُّ ِ‫ " َكا َن الن‬:‫ال‬
‫َّب‬ َ َ‫ ق‬،‫ك‬ َ ْ ِ َ‫ َع ْن أَن‬،َ‫ادة‬
"‫اض إِبْطَْيه‬ ِ ِ ِ ِِ ٍِ ِ ِ
‫ َوإِنَّهح يَْرفَ حع َح َّّت يحَرى بَيَ ح‬،‫صلَّى هللاح َعلَْيه َو َسلَّ َم لَ يَْرفَ حع يَ َديْه ِف َش ْيء م ْن حد َعائه إَِّل ِف ال ْست ْس َقاء‬ َ
“Nabi SAW. Tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa doa beliau, kecuali dalam sholat
istisqa, dan beliau mengangkat kedua tangannya hingga tampak putih putih kedua ketiaknya”
2. Hadis Ahad
a. Pengertian Hadis Ahad
Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. Kata wahid berarti satu orang. Menurut
istilah, hadis ahad berarti hadis yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau dua orang atau
lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam kategori hadis mutawatir.6
Artinya, hadis ahad adalah hadis yang jumlah perawinya tidak sampai pada tingkatan mutawatir.
b. Hukum Hadis Ahad
Hadis ahad merupakan suatu ilmu yang bersifat nadhori yaitu ilmu yang masih
membutuhkan perenungan dan istidlal.7
c. Klasifikasi Hadis Ahad
Hadis ahad ditinjau dari jumlah jalur perawinya terbagi dalam tiga macam, yaitu hadis
Masyhur, hadis Aziz, dan hadis Gharib.
1) Hadis Masyhur

1
Dr. Mahmud Ath-Thahhan, Taisir Musthalahah Al-Hadits,t.t. hlm 17.
2
Ibid. hlm 18.
3
Ibid. hlm 18.
4
Ibid. hlm 19.
5
Dr. Mahmud Ath-Thahhan, Taisir Musthalahah Al-Hadits,t.t. hlm 19.
6
Ibid. hlm 20.
7
Ibid. hlm 20.

1
2
Menurut bahasa, masyhur berarti sesuatu yang sudah tersebar dan populer sedangkan
menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih yang tidak mencapai
derajat mutawatir. Contoh:
‫)) امل ْسلِ حم َم ْن َسلِ َم امل ْسلِ حمو َن ِم ْن‬:‫ال‬
َ َ‫صلَّى هللاح َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ َّ ‫اَّللِ بْ ِن َع ْم ٍرو َر ِض َي‬
ِ ِ‫ َع ِن الن‬،‫اَّللح َعنْ حه َما‬
‫َّب‬ َّ ‫َع ْن َعْب ِد‬
‫ح‬ ‫ح‬
(( ‫لِ َسانِِه َويَ ِده‬
“Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan sasama muslim lainnya dari
gangguan lisan dan tangan”.
2) Hadis Aziz
Aziz menurut bahasa adalah Asy-safief (yang mulia), sedangkan secara istilah adalah:
‫ان ل يقل رواته عن اثنني ف مجيع طبقات السند‬
“Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang atau lebih dalam semua tingkatan sanadnya”.8
Contoh:
‫ني‬
َ ‫َمجَع‬ ِ ‫ب إِلَْي ِه ِم ْن َوالِ ِدهِ َوَولَ ِدهِ َوالن‬
ِ ْ ‫َّاس أ‬ َّ ‫َح‬
َ ‫ َح َّّت أَ حكو َن أ‬،‫َح حد حك ْم‬
ِ
َ ‫لَ يح ْؤم حن أ‬
“Tidak sempurna iman seseorang darimu sehingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya
sendiri, orang tuanya, anak anaknya, dan orang orang semuanya”.
3) Hadis Gharib
Gharib menurut bahasa “al-munfarid” (menyendiri), sedangkan menurut istilah adalah
hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam meriwayatkannya.9
Contoh:
ِ َ‫ واحلياء حشعبة ِمن ا ِإلمي‬،ً‫ضع و ِستُّو َن حشعبة‬ِ
‫ان‬ َ َ ْ ‫ْ َ َ ََ ح‬ َ ْ ‫ا ِإلميَا حن ب‬
“Iman itu bercabang cabang menjadi 60 cabang dan malu itu salah satu cabang dari iman”.
B. Pembagian Hadis dari Segi Kwalitas Sanad
Hadis Ahad ditinjau dari segi kualitas sanad terbagi dalam tiga macam, yaitu sahih, hasan, dan dhaif.

1. Hadis Shahih
a. Pengertian Hadis Shahih
Secara etimologi, shahih berasal dari akar kata (‫ )صح‬yang memiliki makna sehat dan tidak
cacat yang mana merupakan lawan kata dari lafad (‫ )سقيم‬yang artinya sakit. Sedangkan secara
Terminologi, hadis shahih adalah :
‫ص َل َسنَ حدهح بِنَ ْق ِل الْ َع ْد ِل الظَّابِ ِط َع ْن ِمثْلِ ِه ِم ْن َغ ِْْي حش حذ ْوٍذ َو لَ عِلَّ ٍة قَ ِاد َح ٍة‬ ِ
َ َّ‫َما ات‬
“Hadis Shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, dan diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kuat daya ingatnnya dari orang yang serupa sifatnya, serta hadis tersebut terbebas dari
kejanggalan dan illat yang mencacatkan.”10
b. Klasifikasi Hadis Shahih
Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatihi dan shahih li gairihi. Shahih li dzatihi
adalah hadis yang sesuai dengan kriteria hadis yang sudah disebutkan di atas, sementara hadis
shahih li gairihi adalah hadis hasan li dzatihi yang mempunyai periwayatan lain yang setara
dengannya atau lebih kuat darinya. Dinamakan hadis shahih li gairihi karena keshahihan hadis
tersebut tidak muncul dari sanad hadis itu sendiri, melainkan menerima penguatan dari sanad atau
periwayatan lain sehingga naik tingkatan menjadi hadis shahih11, seperti contoh hadis:
‫ لول أن أشق على أميت ألمرهتم‬:‫ أن النب صلى هللا عليه وسلم قال‬،‫حدثنا ُممد بن عمرو عن أِب سلمة عن أِب هريرة‬
.‫ابلسواك عند كل صالة‬
“Muhammad bin Amr menceritakan kepada kami, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda: Seandainya aku tidak memberatkan kepada
umatku, maka niscaya aku akan memerintahkan untuk bersiwak disetiap shalat.”
Hadis ini dianggap shahih li gairihi karena perawinya yaitu Muhammad bin Alqomah terkenal
sebagai perawi yang jujur dan adil, namun ia termasuk perawi yang tidak kuat hafalannya, sehingga
sebagian ulama men-dhaif-kannya karena buruk hafalannya. Namun, ulama lain menganggap
bahwa Muhammad termasuk perawi yang tsiqah, dikarenakan kejujuran dan kemuliannya,
sehingga hadis tersebut dianggap hasan li dzatihi. Kemudian setelah hadis tersebut mendapatkan

8
Dr. Mahmud Ath-Thahhan, Taisir Musthalahah Al-Hadits,t.t. hlm 26.
9
Muhammad bin alwi al maliki, Al qawaid al asasiyah fi ilm musthalah al hadits (Surabaya : Hai’ah As-
Shofwah,t.th), hlm 30
10
Dardum Abdullah, Ikhtishar Ulum al-Hadits, (Jember : MA NURIS, 2003), hal. 62
11
Dardum Abdullah, Ikhtishar Ulum al-Hadits, (Jember : MA NURIS, 2003), hal. 64
3
penguat oleh perawi lain seperti al-A’raj, Ibrahim bin Abdillah dan lain-lain, maka hadis tersebut
naik tingkatan menjadi hadis shahih li gairihi.12
2. Hadis Hasan
a. Definisi Hadis Hasan
Secara etimologi hadis hasan berasal dari kata (‫ )الحسن‬yang bermakna indah, sedangkan
secara terminologi, hadis hasan adalah :
‫الش حذ ْوٍذ َو العِلَّ ٍة‬ ِ ِ
‫الص ِحْي ِح َو َخ َال ِم ْن ح‬
َّ ‫ضْبطحهح َع ْن َد َر َج ِة‬
َ ‫َّص َل َسنَ حدهح بِنَ ْق ِل الْ َع ْد ِل الَّذ ْي قَ َّل‬
َ ‫َما ات‬
“Hadis yang sanadnya bersambung, dan diriwayatkan oleh perawi yang adil namun daya
ingatannya berada di bawah perawi hadis shahih, serta terbebas dari kejanggalan dan cacat” 13
b. Klasifikasi Hadis Hasan
Sebagaimana hadis shahih, hadis hasan juga terbagi menjadi dua yaitu Hasan li dzatihi dan
Hasan li gairihi. Yang dimaksud dengan hadis hasan li dzatihi adalah sebagaimana hadis yang sudah
didefinisikan di atas. Sementara hadis hasan li gairihi adalah hadis dlaif yang memiliki banyak jalan
periwayatan dan penyebab ke-dlaif-annya adalah lemahnya hafalan perawi, terputusnya sanad
atau adanya status jahalah pada perawinyanya, bukan karena kefasikan atau kedustaan dari
perawinya. Oleh karena itu, hadis dha’if bisa naik tingkatan menjadi hadis hasan li gairihi dengan
dua syarat:
1) Diriwayatkan oleh satu atau lebih jalan periwayatan lain yang minimal periwayatan tersebut
setara atau lebih kuat.
2) Kedhaifan hadis bukan karena kefasikan atau kedustaan dari perawi hadis tersebut.
Berikut contoh hadis hasan li gairihi:
‫حدثنا َيَي بن سعيد وعبد الرمحن بن مهدي عن شعبة عن عاصم بن عبيد هللا قال مسعت عبد هللا بن عامر بن ربيعة‬
‫َيدث عن أبيه * أن امرأة من بين فزارة تزوجت رجال على نعلني فقال هلا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ف حديث‬
‫َيَي أرضيت من نفسك ومالك هبذين النعلني قالت نعم فأجاز‬
“Yahya bin Said dan Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari
‘Ashim bin ‘Ubaidillah berkata : saya mendengar dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah menceritakan
dari ayahnya : bahwasanya seorang perempuan dari bani Fazaroh menikahi seorang laki-laki
dengan mahar sepasang sandal, kemudian Rasulullah saw bertanya kepada perempuan
tersebut,”apakah engkau rela terhadap dirimu dan hartamu atas sepasang sandal ini? Perempuan
itu menjawab “iya”, maka Rasulullah saw membolehkan hal tersebut.”
Hadis di atas berstatus dhaif karena salah satu perawinya yaitu ‘Ashim bin ubaidillah
dikenal sebagai perawi yang lemah hafalannya. Namun, imam Tirmidzi menghasankan hadis
tersebut dikarenakan periwayatan hadis tersebut tidak berasal dari satu jalan saja. 14
3. Hadis Dhoif
Dhoif secara etimologi adalah lemah, sedangkan secara terminologi adalah hadis yang tidak
menghimpun sifat sifat shahih dan hasan.15 Seperti:
َّ ‫صلَّى هللاح َعلَْي ِه َو َسلَّ َم تَ َو‬ ِ َ ‫َن رس‬
‫اْلَْوَربَْني‬
ْ ‫ضأَ َوَم َس َح َعلَى‬ َ ‫ول هللا‬ ‫أ َّ َ ح‬
“Bahwasanya nabi SAW berwudu’ dan mengusap dua kaos kaki.”

12
Dr. Mahmud Ath-Thahhan, Taisir Musthalahah Al-Hadits,t.t. hlm 43.
13
Sayyid ‘Alawy ibnu Abbas Muhammad, Manh al-Lathif fi Ushul al-Hadits al-Syarif, (Jakarta : Dar al-Rohmah), hal.
47
14
Dardum Abdullah, Ikhtishar Ulum al-Hadits, (Jember : MA NURIS, 2003), hal. 67-68
15
Muhammad bin alwi al maliki, Al qawaid al asasiyah fi ilm musthalah al hadits (Surabaya : Hai’ah As-
Shofwah,t.th), hlm 19

Anda mungkin juga menyukai