Anda di halaman 1dari 2

Hikmatul Laili / R / 215040201111067 / No.

15 / Rangkuman
KB 1. Terbentuknya Desa dan Kebudayan Petani
Dusun atau lebih dikelan dengan “Desa” merupakan perkataan yang berasal dari Sansekerta
memiliki arti sebagai tanah air atau tanah kelahiran. Desa memiliki berbagai makna, seperti
desa merupakan bentuk kesatuan hukum yang didalamnya terdapat masyarakat yag mendiami
suatu wilayah dan dapat melakukan pemerintahan sendiri. Desa sendiri memiliki berbagai
sebutan lain pada daerah lainnya, seperti di Maluku dikenal dengan sebutan dusundati, pada
Aceh dikenal dengan sebutan gampong, dan sebagainya. Desa tebentuk dari sejak jaman
sebelum penjajahan dikarenakan sejumlah manusia yang menetap pada suatau daerah sebagai
tempat bermukim pada wilayah tertentu. Manusia yang menetap secara bersama ini melakukan
kerja kolektif seperti bergotong royong membuka hutan, menanam, dan sebagainya. Yang pada
intinya setiap manusia memerlukan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Interaksi diantara manusia yang menetap bersama didalam suatu wilayah dipandu oleh sistem
yang biasa kita sebut dengan Budaya. Budaya sendiri merupakan cara hidup dari sekelompok
masyarakat atau pola-pola perilaku dari masyarakat tersebut. Pola perilaku ini menurut
Koentjaraningrat berdasarkan hakikat hidup manusia, hakikat dan karya manusia, hakikat
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakikat dan kedudukan manusia dengan alam
sekitar dan hakikat dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Pendapat lainnya
mengatakan bahwa Budaya hanyalah sebatas konsep, ide-ide dan sekedar pengetahuan untuk
memberi corak serta arah kelakuan.
Masyarakat yang berperan sebagai petani diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri, terkhusus pada kebutuhan pangan, papan dab sebagian juga dalam kebutuhan sandang.
Petani juga sering digambarakan sebagai suatu kelompok masyarakat yang lemah dimata elit
lokal. Simbol tinggi rendahnya derajat seorang petani adalah luas tanah yang dimiliki, semakin
luas tanah yang dimiliki semakin tinggi deratnya dan hal ini berlaku juga sebaliknya. Petani
dibedakan menjadi petani pedesaan yaitu menanam hanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan petani modern yaitu petani yang menanam tanaman untuk mengejar keuntungan.
KB II. Perkembangan Desa
Pengaruh kebudayaan hindu di Indonesia dapat dilihat dari jejak batu-batu bertulisan pada
Jawa Barat dan panyai Kalimanta Timur dan diperkirakan masuk pada abad ke-4 M.
kebudayaan hindu hanya menyebar pada lapisan teratas, yaitu pada lingkungan istana.
Sedangkan pada daerah pedalaman pengaruh kebudayaan hindu sangat tipis sekali. Hal ini
dikarenakan pada daerah pedalaman tidak ada konsepsi tentang raja sebagai keturunan dewa.
Selaian pengaruh kebudayan hindu, pada daerah pesisir pantai menyebar kebudayaan islam
yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India Selatan dan Parsi. Selain daerah pesisir
pantai, daerah-daerah yang tidak terpengaruh oleh kebudayan hindu juga terpengaruh oleh
kebudayaan islam yang kuat.
Keadaan desa di Indonesia pada saat pengaruh kebudayan eropa ditandai dengan banyaknya
aktivitas perdagangan Portugis. Portugis masuk kedalam Indonesia melalui pelabuhan Malaka
sekitar tahun 1511. Setelah kedatangan Potugis, banyak negara eropa yang datang dan yang
paling memegang pengaruh adalah Belanda dengan serikat dagangnya yaitu VOC. Belanda
memiliki pusat kekuasaan pada kota-kota pemerintahan. Masyarakat Indonesia pada masa ini
memiliki pekerjaan seperti pengrajin batik, tenun, tangan, dan rokok kretek. Pada tahapan
selanjutnya muncullah pegawai negeri sipil. Sedangkan para petani yang hidup didesa memiliki
hidup yang melarat.
Desa didalam konteks Negara Berdaulat adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI. Kepala desa dan Lembaga
musyawarh adalah dua komponen yang harus ada didalam suatu desa.

Anda mungkin juga menyukai