Anda di halaman 1dari 6

Enzim otot membrane sarkoplasma dilepaskan ketika terjadi kerusakan sel otot atau

kerusakan pada membran. Serum enzim otot rangka atau protein adalah salah satu indikator
untuk mendiagnosa status fungsional jaringan otot dan kondisi patologis serta fisiologis.
Enzim juga bisa menjadi salah satu indeks adanya nekrosis atau kerusakan jaringan dan
cedera otot kronis. Enzim otot tersebut antara lain yaitu creatine kinase (CK), aspartat amino
transferase (AST), laktat dehidrogenase (LDH), alanin amino transferase (ALT), dan aldolase
yang sering meningkat pada DM dan PM. Perubahan kadar serum enzim tergantung pada
bentuk dan keparahan penyakit yaitu inflamasi otot, dan terapi yang diterapkan (Dourmishex,
LA dan AL Dourmishev, 2009; Brancaccio et al, 2010).
Tes laboratorium dilakukan dengan menggunakan sampel serum yang diperoleh
dengan sentrifugasi (centrifuge 80-2B, Centribio, RRC) 3,605g selama 6 menit untuk
menentukan serum alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST)
dengan spektrofotometer. Aktivitas serum creatine kinase (CK) ditentukan dalam
spektrofotometer semi-otomatis (Bruns et al, 2019).
Enzim-enzim dalam otot tersebut memiliki sifat dan nilai diagnostik sebagai berikut:
1. Creatine kinase (CK)
Creatine kinase (CK) mengkatalisis pembentukan adenosine trifosfat yang
dikombinasikan dengan kelompok fosfat, digunakan sebagai molekul penyimpan energy
tinggi dan bertanggung jawab untuk transportasi energy dalam serat otot yang disebut
“creatine shuttle fosfat”. CK adalah dimer yang terdiri dari dua subunit, yaitu M (muscle)
dan B (brain). Isoenzim CK MM, MB, dan BB merupakan karakteristik untuk otot rangka,
miokardium, dan otak dengan rasio 10: 2,5: 1, juga ada di kelenjar tiroid, ginjal, dan hati.
Pada penyakit inflamasi otot seperti PM atau DM, kadar CK bias meningkat lebih dari 50
kali lipat lebih tinggi dari batas atas yang normal. CK-MM adalah enzim yang paling
spesifik, ditemukan dalam beberapa domain dari myofibre yang memiliki ATP tinggi yang
mengindikasi adanya kerusakan otot rangka. Terjadi perubahan permeabilitas dan enzim
muncul dalam sistem sirkulasi. CK-MB isoenzim, merupakan cirri khas dari cedera
miokard akut, untuk medeteksi ekstensi infark dan juga dapat meningkatkan DM / PM.
(Dourmishex, LA dan AL Dourmishev, 2009; Brancaccio et all, 2010).
Ketiga isoenzim ini terdapat di dalam sitoplasma dan dua isoenzim (non-sarcomeric
dan sarcomeric) di mitokondria yang meningkat pada miopati mitokondria CK bukan
salah satu tanda spesifik untuk miositis; Namun, pada penyakit inflamasi otot serta
kerusakan otot traumatis, adalah kejadian yang paling sering dapat mengakibatkan
peningkatan enzim (Dourmishex, LA dan AL Dourmishev, 2009; Brancaccio et all, 2010).
Gejala klinis utama dari skeletal gangguan otot yaitu rasa sakit, kelelahan,
kelemahan, dan peningkatan CK serum. Ketika Distrofi otot, nilai CK tinggi dan ketika
jaringan otot hampir benar-benar mengalami perubahan fibrotic dan kondisi patologi otot
lain, seperti defisiensi selenium atau nemaline miopati, nilai CK menurun (Brancaccio et
al, 2010).
Kenaikan CK juga terjadi kerena Rhabdomyolysis infektif, paling sering pada pasien
dengan infeksi saluran pernafasan dan infeksi sitomegalovirus, disebabkan oleh defisiensi
palmitoyltransferase carnitine yang mengganggu oksidasi mitokondria dari asam lemak
rantai panjang (Brancaccio et al, 2010).
Adanya luka atau kerusakan otot, nekrosis otot maka enzim akan keluar dari
jaringan otot, masuk ke aliran darah sehingga dapat mengakibatkan peningkatan CPK
dalam serum. Aktivitas CPK meningkat beberapa jam setelah luka atau cidera otot,
kenaikan maksimal terjadi setelah 12 jam, kemudian akan kembali 24-48 jam setelah
perubahan- perubahan permiabilitas otot berhenti. Aktivitas CPK tinggi menandakan
penyakit otot aktif atau penyakit otot baru. Aktivitas CPK tinggi secara terus menerus
menandakan penyakit otot masih berlangsung (Salasia dan Hariono, 2014).
Nilai CPK dapat digunakan bersama dengan nilai SGOT untuk menetukan prognosis
suatu penyakit otot.
• Bila nilai SGOT tinggi dengan nilai CPK rendah menunjukan penyakit otot tidak
aktif lagi.
• Setelah latihan fisik: nilai CPK, SGOT, dan LDH meningkat sedang.
• Hewan yang terlatih baik, nilai CPK, SGOT, dan LDH hanya meningkat sedikit
setelah latihan (Salasia dan Hariono, 2014).
2. Dehidrogenase laktat
Laktat dehidrogenase (LDH) adalah protein enzim yang interkonversi piruvat dan
laktat, dengan seiring NADH dan NAD. Ada lima isoenzim: LDH1, LDH2, LDH3, LDH4,
LDH5) dalam sel-sel hidup, yang tersusun dari kombinasi antara M-polipeptida dan H-
polipeptida:
 LDH5: empat monomer M
 LDH4: tiga M monomer dan satu H monomer
 LDH3: dua M monomeres dan dua monomeres H
 LDH2: satu M monomere dan tiga monomeres H
 LDH1 terdiri dari empat monomeres.
Rantai M mengkatalisis konversi piruvat ke laktat, sementara rantai H meningkatkan
oksidasi aerobik piruvat. Oleh karena itu, sebagian jumlah rantai M terdapat dalam
peningkatan LDH, fungsi ini secara bertahap menurun karena jumlah H meningkat
dibandingkan dengan M. Aktivitas serum LDH adalah indikasi kerusakan sel, dan
peningkatan tertentu dalam isoenzim yang dapat membantu untuk diagnosis
habdomyolysis akut non-traumatik (Brancaccio et all, 2010).
LDH meningkat pada penyakit otot, hati, nekrosis dari berbagai macam jaringan.
Aktivitas LDH maksimum didapat 48-72 jam setelah kerusakan jaringan dan akan
kembali normal secara pelan-pelan, lebih pelan bila dibandingkan CPK atau SGOT).
Hemolisis menyebabkan LDH meningkat. LDH1 meningkat pada penyakit jantung dan
penyakit hemolitik. LDH5 meningkat pada penyakit otot dan penyakit hati (Salasia dan
Hariono, 2014).
Tingkat kenaikan tergantung pada intensitas dan durasi. Meningkat secara signifikan
setelah rhabdomyolysis akut non-traumatik, dengan isoenzim LDH5 yang meningkat
hingga 10 hari setelahnya (Brancaccioet all, 2010).
3. Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT)
Waktu paruh (T1/2) SGOT dalam serum kira-kira 50 jam. SGOT bukan enzim organ
spesifik, aktivitas tinggi ditemukan di hati, otot skelet atau otot jantung. Jika tidak ada
penyakit hati, peningkatan SGOT kemungkinan berasal dari penyakit otot skelet atau otot
jantung. Aktivitas SGOT meningkat secara lambat, nilai maksimum 24-48 jam setelah
adanya gangguan dan akan bertahan lama dalam serum (Salasia dan Hariono, 2014).
4. Aldolase
Aldolase adalah enzim glikolitik yang mengkatalisis transformasi fruktosa 1-6-
bifosfat di gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfatdalam jalur glikolisis.
Aldolase dapat digunakan bersama-sama dengan CK untuk mengevaluasi status adaptasi
otot. Aldolase terlokalisir di sitoplasma dan inti sel, di mana Aldolase terletak di
heterochromatin. Tiga aldolase isoenzim (A, B, dan C), dikodekan oleh tiga gen yang
berbeda:
 Aldolase A (tipe otot), pengikatan jaringan spesifik pada penyakit otot, seperti distrofi
otot progresif dan polymyositis
 Aldolase B (tipe hati) berada dalam sitoskeleton hati
 Aldolase C berada dalam otak dan jaringan saraf lainnya.
Enzim berada di infark miokard, mencapai maksimum dalam waktu 24-48 jam, dan
kembali normal selama 5 hari ke depan. Enzim ini mengatur kontraksi sel melalui
pengikatan filamen yang reversibel. Degradasi aldolase selama kondisi stres berhubungan
dengan kerusakan jaringan dan pemeliharaan aktivitas serum aldolase yang normal. Serum
aldolase berguna untuk mendiagnosis dan pemantauan aktivitas penyakit (Brancaccio et
al, 2010).
5. Aspartat transferase
Aspartat transferase (AST) adalah amino transferase yang mengkatalisis reaksi:
aspartat + ketoglutarat→ oksaloasetat+ glutamat. Enzim lokal terutama dalam otot skelet
dan miokard otot, hati dan eritrosit. Dapat sebagai nilai diagnostik penyakit hati kronis
dengan akurasi baik. Kerja AST meningkat secara signifikan setelah suatu aktivitas berat,
yang dapat meningkat selama 24 jam. Kenaikan AST dipengaruhi oleh durasi gerak, dan
dapat menjadi dominan bahkan tanpa adanya gejala klinis (Brancaccio et al, 2010).
6. Troponin
Troponin adalah protein yang bekerja untuk mengatur kontraksi otot, membuat
interaksi aktin-myosin yang sensitif terhadap kadar kalsium sitosol. Troponin memiliki
tiga protein yang berbeda dengan berat molekul yang berbeda yaitu: troponin C (TnC)
18.000 Da, troponin I (TNI) 21.000 Da, troponin T (TnT) 37.000 Da. Konsentrasi TnT
meningkat pada gangguan otot kronis, sementara pada infark miokard akut TnT dan TnI
meningkat (Brancaccio et all, 2010).
7. Mioglobin
Mioglobin adalah protein monomer yang terdiri dari 153 asam amino dengan berat
molekul rendah (18 kDa). Mioglobin memiliki untuk penyimpanan oksigen dan
transportasi, juga termasuk regulasi oksida nitrat (NO) di mikrovaskuler dan jaringan
mengakibatkan pelepasan ion dari mioglobin yang peroksidasi membrane mitokondria.
Dalam rhabdomyolysis, terjadi kerusakan dan kemudian terjadi juga nekrosis pada otot
rangka. Myoglobin dilepaskan dari otot yang mengalami dehidrasi atau nekrose, melalui
glomerulus, kemudian keluar bersama urin karena BM rendah dan tidak terikat protein
serum. Peningkatan konsentrasi mioglobin dalam urin dan serum telah dapat
mengakibatkan resiko lebih besar yaitu terkena gagal ginjal akut, dan kematian yang lebih
tinggi. Diagnosis dibuat dengan penentuan serum CK dan mioglobin dalam plasma
(Brancaccioet all, 2010; Salasia dan Hariono, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Brancaccio, Paola, Giuseppe Lippi, NicolaMaffulli. 2010. Biochemical Markers Of Muscular


Damage. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine: New York.
Bruns. L.V. A.T. Ramos, A.P.M. Veiga, S.E. Moron, F.M. Cordova, F.R.C. Miotto, E.B.
Viana, F.C. Zimermann, S. Minharro, N.R. Stefanine, L.F. Sousa. 2019. Evaluation Of
Muscle Tissue And Liver Glycogen Of Cattle Submitted To Transport Over Long
Distances And Subjected To Emergency Slaughter. Vol.71, No.3, p.1067-1075.
Dourmishey, L. A and A.L. Dourmishev,. 2009. Dermatomyositis: Advances in Recognition,
Understanding and Management.Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Salasia, Siti Isrina Oktavia dan Bambang Hariono. 2014. Patologi Klinik Veteriner: Kasus
Patologi Klinis. Penerbit Samudra Biru. Bantul, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai