PENDAHULUAN
oada tahun 2011. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit
ini mentebabkan 1,7 juta kematian pada tahun 2011, hal ini menunjukan
kardiovaskular dari 17 juta jiwa menjadi 23,4 juta jiwa pada tahun 2030. Pada
tahun 2004 penyakit jantung iskemik menyebabkan 7,2 juta (12%) kematian
2007. Pada Intensive Coronacy Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Cipto
bisa terjadi setiap saat pada pasien dengan penyakit jantung koroner. SKA
terdiri dari Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS), Infark Miokard tanpa ST
bentuk dari SKA tersebut bergantung pada derajat oklusi arteri koroner dan
1
berhubungan dengan iskemia berat dan terjadinya nekrosis yang luas yang
atau lebih dari tiga kriteria pemeriksaan yaitu adanya nyeri dada yang menjadi
HFABP.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Landasan Teori
yang bisa terjadi setiap saat pada pasien dengan penyakit jantung koroner. SKA
terdiri dari Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS), Infark Miokard tanpa ST elevasi
(NSTEMI)+ dan Infark Miokard dengan ST elevasi (STEMI). Lebih dari 90%
SKA terjadi karena adanya disrupsi dari plak aterosklerosis yang diikuti agregasi
Bentuk dari SKA bergantung pada derajat oklusi arteri koroner dan
dengan sindrom APTS dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST, dimana
perbedaan keduanya adalah ada atau tidaknya peningkatan penanda serum jantung
seperti CKMB dan Troponin T pada darah, sedangkan oklusi trombus total
3
Gambar 2.1 Klasifikasi Sindrom Koroner Akut
Kejadian SKA bermula dari adanya cedera pada endotel arteri normal
akumulasi dari lipid ekstra seluler pada lapisan intima. Kemudian akumulasi lipid
dan sitokin pro inflamasi menginduksi ekspesi kemokin, salah satunya Monocyte
dalam bentuk makrifag. Makrofag akan menempel pada reseptor scavenger dan
membentuk foam cell. Kemudiansel otot polos yang berada di tunika media akan
Sel otot polos ini senantiasa membelah dan memproduksi matriks ekstraseluler
Sindrom koroner akut terjadi ketika plak mengandung banyak lipid, akumulasi
(vulnerable plaque)+ untuk mengalami disrupsi. Pada saat terjadi disrupsi pada
plak yang rentan, pembuluh darah akan mengalami iskemia hasil dari
4
koroner bisa disebabkan oleh trombus oklusi total atau trombus oklusi subtotal.
2.2 SGOT
jantung dan hati, sementara pada kosentrasi sedang dapat dijumpai pada otot
rangka, ginjal dan pankreas. Konsetrasi rendah dijumpai dalam darah, jika tarjadi
SGOT dalam darah meninggi biasanya karena adanya hemolisis dan pada bayi
baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat dari normal bila terjadi infark yang
disebabkan oleh otot jantung, hepatitis yang disebabkan oleh sel hati karena
hipoksemia.
5
laki-laki : 0-50 U/L
a. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark
b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal) : obstruksi saluran empedu, aritmia
muscularis
temukan di jantung, otot rangka, hati, ginja, otak dan sel darah merah.
Peningkatan LDH di temukan pada infark miokard akut, CVA, kanker, leukemia
dan kolori meter dengan menggunakan spektro fotometer. Pada metode kolori
pengukuran di nyatakan dengan U/L yang setara dengan (mol/menit dari reaksi
6
Tujuan pemeriksaan
keterlibatan organ
Hasil pemeriksaan
48 jam kemudian, Kadarnya menurun setelah hari ke 7-12. Nilai rujukan dewasa
LDH total : 100-190 IU/1, 70-250 U/I. Kadar dapat berbeda berdasarkan metode
2.4 CK-MB
Kreatin Kinase (CK) merupakan enzim yang ditemukan otot jantung dalam
konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka dan dalam konsentrasi
rendah pada jaringan otak. CKMB adalah enzim jantung yaitu Creatine Kinase
(CK) yang disusun oleh subunit M dan B. CK berperan sebagai pengatur produksi
ensim ini terdapat pada jaringan yang memiliki kebutuhan energi yang tinggi
7
CKMB banyak ditemukan di otot jantung, sehingga total serum Creatine
Kinase dan konsentrasi CKMB meningkat ketika terjadi cedera pada miokardium,
Dewasa
Anak
CKMB akan meningkat dalam 3-6 jam setelah terjadi serangan jantung.
Selain karena serangan jantung, CKMB yang tinggi disebabkan oleh MCI akut,
angina pektoris, iskemia, jantung gagal jantung dan trauma pada otot jantung.
2.5 Troponin I
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatus kontraktil otot bergaris. Terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39 kDa),
troponin I (26 kDa), dan troponin C (18 kDa). Tiap-tiap komponen troponin
Setiap subunit troponin mempunyai berbagai isoform tergantung pada tipe otot
dan dikode oleh sebuah gen yang berbeda. Isoform yang spesifik kardiak dan otot
8
bergaris diekspresikan pada otot jantung dan otot bergaris pada dewasa. Struktur
asam amino troponin T dan I yang ditemukan pada otot jantung berbeda dengan
struktur troponin pada otot skeletal, sedangkan struktur troponin C pada otot
jantung dan skeletal identik. Subunit troponin T (TnT) dan troponin I (TnI)
Susunan asam amino subunit TnT isoform fast twitch pada otot skeletal dan
isoform jantung berbeda. Perbedaan isoform tersebut terletak pada residu asam
amino 6-11. Sedangkan isoform slow twitch skeletal TnT diduga identik dengan
isoform jantung, sehingga sering terjadi reaksi silang. TnI mempunyai 3 isoform
slow-twitch dan fast twitch otot skeletal). Ketiga bentuk isoform TnI tersebut
Isoform otot jantung TnI menunjukkan perbedaan 40% dengan isoform TnI
otot skeletal. Manusia mempunyai 31 gugus asam amino yang membentuk TnI
dengan gugus terminal N-nya tidak ditemui pada isoform TnI otot skeletal.
Perbedaan asam amino tersebut dipakai sebagai dasar untuk pembuatan reagen
Pada SKA Kinetika Pelepasan Troponin Setelah Jejas Miokard Ketika terjadi
dan ruang intravaskuler. Protein ini mempunyai ukuran molekul yang relatif kecil
9
Sebagian besar dalam bentuk troponin komplek yang secara struktural
berikatan pada miofibril serta tipe sitosolik sekitar 6-8% pada cTnT dan 2,8-4,1%
pada cTnI.Ukuran molekul yang relatif kecil dan adanya bentuk troponin komplek
Akan terjadi pelepasan troponin dini segera setelah jejas iskemia, diikuti oleh
pelepasan bifasik yang terutama terjadi pada troponin T (cTnT). Sedangkan pada
pelepasannya monofasik. Kadar cTnT mulai meningkat 3-5 jam setelah jejas dan
tetap meningkat selama 14-21 hari. Kadar cTnI mulai meningkat 3 jam setelah
terjadi jejas dan tetap meningkat selama 5-7 hari. Kadar kedua troponin mencapai
Troponin jantung dapat diukur sebagai unit bebas (misalnya cTnI atau cTnT)
dan dilepas selama stadium dini IMA atau sebagai bagian dari komplek (misalnya
sebagai komplek tersier cTnT-I-C atau komplek biner cTnI-C dan cTnT-I), karena
Troponin I hanya petanda terhadap jejas miokard, tidak ditemukan pada otot
skeletal selama pertumbuhan janin, setelah trauma atau regenerasi otot skeletal.
Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam darah
orang sehat dan menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas atas pada
Troponin I lebih banyak didapatkan pada otot jantung daripada CKMB dan
10
kondisi-kondisi seperti myokarditis, kontusio kardiak dan setelah pembedahan
jantung. Adanya cTnI dalam serum menunjukkan telah terjadi kerusakan miokard.
puncak pada 14 sampai 18 jam dan tetap meningkat selama 5 sampai 7 hari.
adalah petanda biokimia IMA yang ideal oleh karena sensitivitas dan
Petanda biokimia ini tidak dipengaruhi oleh penyakit otot skeletal, trauma otot
Kekurangan cTnI adalah lama dalam serum, sehingga dapat menyulitkan adanya
re-infark.
Tetapi dari sudut lain adanya peningkatan yang lama ini, berguna untuk
mendeteksi infark miokard jika pasien masuk rumah sakit beberapa hari setelah
Uji troponin bisa dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif dengan metode
yang beragam. Cara uji yang relatif simpel dan banyak digunakan adalah secara
kualitatif cTnI pada serum manusia sebagai alat bantu diagnosis IMA. Jika sampel
serum ditambahkan pada sample pad, maka sampel serum akan bergerak melalui
konjugasi.
11
Campuran bergerak di antara membran secara kapilari dan bereaksi dengan
antibodi anti-cTnI yang dilapisi pada daerah uji. Kadar cTnI >1,0 ng/mL
menyebabkan terbentuknya pita berwarna pada daerah uji. Tidak adanya cTnI
dalam serum sampel membuat daerah tersebut tetap tak berwarna. Sampel terus
bergerak ke arah kontrol dan membentuk warna pink sampai ungu, menunjukkan
Melakukan prosedur uji tersebut, peralatan dan spesimen harus pada suhu
ruangan (sampel sebaiknya baru dan bila disimpan di pendingin, harus ditunggu
sampai tercapai suhu ruangan). Sampel diteteskan secara vertikal pada sumur
sampel sebanyak 2-3 tetes (100-150 ul). Hasil dibaca antara 5 sampai 15 menit.
Interpretasi meliputi positif dan valid bila 2 pita warna tampak dalam 15 menit
(hasil tes dapat dibaca segera setelah pita warna tampak pada area tes); negatif
bila area tes tanpa pita warna dan area kontrol tampak pita warna dan invalid, jika
2.6 Troponin T
sejarah dalam diagnosis jejas miokard. Saat ini troponin (T atau I) adalah pertanda
biokimia yang lebih dipilih untuk jejas miokard. Troponin memperbaiki CK_MB
dalam spesifisitas, sensitivitas dan lebih lamanya time window untuk mendeteksi
kejadian kardiak. Penjelasan tentang peran troponin pada diagnosis IMA akan
12
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filament tipis
apartus kontraktil otot bergaris. Terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39kDa),
mempunyai berbagai isoform tergantung pada tipe otot dan dikode oleh sebuah
Isoform yang spesifik kardiak dan otot bergaris diekspresikan pada otot dan
dikode oleh sebuah gen yang berbeda. Isoform yang spesifik kardiak dan otot
bergaris diekspresikan pada otot janung dan otot bergaris pada deawasa. Struktur
asam amino troponin T dan I yang ditemukan pada otot jantung berbeda dengan
struktur troponin pada otot skeletal, sedangkan struktur troponin C pada otot
slow and fast twitch skeletal. Susunan asam amino subunit TnT isoform fast
13
twitch pada otot skeletal dan isoform jantung berbeda. Perbedaan isoform tersebut
isoform slow twitch skeletal TnT diduga identik dengan isoform jantung,
sehingga sering terjadi reaksi silang. TnI mempunyai 3 isoform yaitu 1 isoform
fasttwitch otot skeletal). Ketiga bentuk isoform TnI tersebut dikode oleh 3 gen
yang berbeda. Isoform otot jantung TnI menunjukkan perbedaan 40% dengan
isoform TnI otot skeletal. Manusia mempunyai 31 gugus asam amino yang
membentuk TnI dengan gugus terminal N-nya tidak ditemui pada isoform TnI otot
skeletal. Perbedaan asam amino tersebut dipakai sebagai dasar untuk pembuatan
Pada tahun 1960-an telah dihipotesiskan bahwa kontraksi otot bergaris diatur
oleh komplek protein khusus yang berlokasi pada filament aktin yang disebut
tropomiosin.
Tropomiosin terdiri dari 2 bagian yaitu tropomiosin dan troponin. Dalam setiap
sel otot (miosit) terdapat ribuan elemen kontraktil yang disebut sarkomer.
Sarkomer satu dengan yang lain dipisahkan oleh suatu pita gelap yang disebut pita
Protein aktin adalah filamen tipis (struktur mirip benang) yang memanjang dari
pita Z ke arah pusat sarkomer. Protein miosin adalah filamen tebal, dengan pusat
sarkomer dan filamen aktin yang tumpang-tindih. Kontraksi otot terjadi saat
filamen aktin terdorong kearah pusat filament miosin. Ketika terjadi hal demikian,
pita Z ditarik saling menutup satu dengan lainnya dan otot memendek.3 Proses
14
kontraksi dikontrol oleh 2 protein, yaitu troponin komplek 3 protein dan
tropomiosin yang menempel pada filamen aktin. Pada relaksasi sarkomer, tempat
ikatan pada filamen aktin ditutup oleh tropomiosin, yang mengubahnya menjadi
tidak aktif.
aktin. Tempat ini berikatan dengan tonjolan (kepala miosin) dari molekul miosin.
Setiap terjadi ikatan terbentuk jembatan silang. Kepala miosin dari jembatan
silang dipakai dan dilepas dari tempat ikatan aktin. Kepala dimiringkan ke
belakang dan seterusnya (power stroke) dan berjalan langkah demi langkah
mendekati filamen aktin, menariknya ke arah pusat dari filamen miosin. Teori
kontraksi ‘Walk along’ berasal dari fenomena ini. Jembatan silang yang terbentuk
Tropinin sebagai petandan niokimia pada SKA. ketika pelepasan troponin setelah
jejas miokard. Ketika terjadi iskemia miokard, maka membran sel menjadi lebih
molekul yang relatif kecil dan terdapat dalam 2 bentuk. Sebagian besar dalam
bentuk troponin komplek yang secara struktural berikatan pada miofibril serta tipe
13,15 Ukuran molekul yang relatif kecil dan adanya bentuk troponin komplek
pelepasan troponin dini segera setelah jejas iskemia, diikuti oleh pelepasan
troponin miofibriler yang lebih lama, yang menyebabkan pola pelepasan bifasik
15
Sedangkan pada troponin I (cTnI) karena jumlah troponin sitosoliknya lebih
jam setelah jejas dan tetap meningkat selama 14-21 hari. Kadar cTnI mulai
meningkat 3 jam setelah terjadi jejas dan tetap meningkat selama 5-7 hari. Kadar
Troponin jantung dapat diukur sebagai unit bebas (misalnya cTnI atau cTnT)
dan dilepas selama stadium dini IMA atau sebagai bagian dari komplek (misalnya
sebagai komplek tersier cTnT-I-C atau komplek biner cTnI-C dan cTnT-I), karena
janin. Troponin T juga didapatkan selama jejas otot, pada penyakit otot (misal
polimiositis), regenerasi otot, gagal ginjal kronik. Hal ini dapat mengurangi
Troponin T tetap meningkat kira-kira 4-5 kali lebih lama daripada CKMB,
karena sustained release protein yang secara structural berikatan dengan miofibril
yang mengalami desintegrasi, dengan kadar yang masih dapat dideteksi hingga
240 jam setelah IMA.1,6 Peningkatan yang lama dari cTnT akan mengganggu
kerusakan miokard dalam 4-6 jam setelah IMA. Spesifisitas cTnT dalam diagnosis
16
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cTnT dilepas dari sel-sel miokard pada
Hal lain yang dapat mengurangi spesifisitasnya adalah gen untuk cTnT
ditemukan pada otot skeletal selama pertumbuhan janin. Selama jejas otot dan
cTnT dalam darah. Peningkatan kadar cTnT ditemukan pada gagal ginjal kronik,
Penelitian tentang sensitivitas dan spesifisitas cTnT dan cTnI untuk diagnosis
IMA dan mendeteksi jejas miokard telah banyak dilakukan, dengan hasil yang
mendeteksi jejas miokard troponin lebih sensitif dan spesifik dibanding CK-MB.
diagnosis IMA, sedangkan cTnT meningkat pada semua pasien IMA serta
diagnosis IMA dalam 3 jam pertama nyeri dada mirip dengan CK-MB.
setelah onset nyeri. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa spesifisitas uji cTnI
Uji cTnI lebih spesifik dan sama sensitifnya dengan uji CK-MB dalam
diagnosis IMA dalam 7-14 jam setelah onset nyeri.3 Penelitian klinik lain telah
17
didapatkan peningkatan cTnI yang lebih awal daripada CKMB. Penelitian lain
mengevaluasi efek kardioversi pada kadar CK-MB dan cTnI dan menunjukkan
Pada penelitian yang melibatkan 170 pasien yang masuk RS dengan dugaan
off untuk kedua troponin sebesar 0,1 μg/L, didapatkan hasil, setelah 4-8 jam
masuk RS sensitivitas cTnT dan cTnI berturut-turut adalah sebesar 99% dan 96%
Zimmerman et al1 meneliti 955 pasien dengan nyeri dada yang diduga nyeri
iskemik, yaitu pasien dengan lama nyeri dada minimal 15 menit dan berusia >21
tahun.
Dari total 955 pasien tersebut, didapatkan 119 pasien dengan diagnosis IMA
(didasarkanpada gejala klinis dan hasil pemeriksaan CK-MB mass >7 ng/ mL dan
rasio CK-MB mass : CK >2,5% pada >2 sampel dalam 24 jam pertama onset
nyeri dada). Dengan menggunakan cut off untuk cTnT sebesar 0,1 ng/mL dan
cTnI sebesar 1,5 ng/ mL, setelah onset gejala 10 jam, didapatkan nilai sensitivitas
cTnT dan cTnI berturut-turut sebesar 87% dan 96%, sedangkan spesifisitasnya
Untuk mendeteksi adanya jejas miokard, troponin terbukti lebih spesifik dan
sensitif dibanding CK-MB. Troponin secara konsisten tetap sebagai faktor risiko
independen, meskipun gejala, perubahan EKG dan faktor risiko tradisional lain
pada EKG dan petanda biokimia, menyatakan bahwa troponin spesifik jantung
18
Metode Pemeriksaan Troponin
Uji troponin bisa dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif dengan metode
yang beragam. Cara uji yang relative simpel dan banyak digunakan adalah secara
kualitatif cTnI pada serum manusia sebagai alat bantu diagnosis IMA. Jika sampel
serum ditambahkan pada sample pad, maka sampel serum akan bergerak melalui
konjugasi.
antibodi anti-cTnI yang dilapisi pada daerah uji. Kadar cTnI >1,0 ng/mL
menyebabkan terbentuknya pita berwarna pada daerah uji. Tidak adanya cTnI
dalam serum sampel membuat daerah tersebut tetap tak berwarna. Sampel terus
bergerak ke arah kontrol dan membentuk warna pink sampai ungu, menunjukkan
uji yang valid.31 Melakukan prosedur uji tersebut, peralatan dan specimen harus
pada suhu ruangan (sampel sebaiknya baru dan bila disimpan di pendingin, harus
Sampel diteteskan secara vertikal pada sumur sampel sebanyak 2-3 tetes (100-
150 ul). Hasil dibaca antara sampai 15 menit. Interpretasi meliputi positif dan
valid bila 2 pita warna tampak dalam 15 menit (hasil tes dapat dibaca segera
setelah pita warna tampak pada area tes); negatif bila area tes tanpa pita warna
dan area kontrol tampak pita warna dan invalid, angina stabil, ATS dan IMA
adalah hal yang vital untuk menentukan pasien mana yang harus diterapi
trombolisis.
19
Salah satu penyebab rendahnya terapi trombolisis adalah karena kurangnya
sarana diagnostik dini IMA yang reliable yang selain berdampak pada rendahnya
sebagai bukan IMA. Petanda biokimia yang banyak digunakan adalah mioglobin,
tidak kardiospesifik, dapat meningkat pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk
memprediksi IMA pada 0-4 jam setelah nyeri dada dan tidak mendeteksi jejas
pada pasien dengan onset infark yang lama. Saat ini troponin (T atau I)
merupakan petanda biokimia yang lebih disukai untuk mendeteksi jejas miokard,
karena hampir spesifik absolut jaringan miokard dan mempunyai sensitivitas yang
Adanya nekrosis miokard yang kecil tidak terdeteksi pada EKG maupun oleh
CK-MB dan menunjukkan risiko tinggi IMA dan kematian mendadak jangka
pendek maupun jangka panjang. Jadi troponin bisa sebagai diagnostik sekaligus
berkaitan dengan kadar cTnT atau cTnI. Sebaliknya pasien dengan troponin
negatif mempunyai prognosis jangka pendek yang baik. Berdasar adanya petanda
yang spesifik dan sensitif ini telah memberikan perubahan dalam metode terapi.
20
Kendala Pemeriksaan Troponin
Sensitivitas dan spesifisitas uji troponin T dan I telah diteliti secara luas.
Laporan tentang sensitivitas dan spesifisitas uji troponin sangat beragam. Tetapi
secara umum uji troponin sebagai petanda adanya jejas miokard mempunyai
Sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dan lebih superior dibanding CK-
diagnosis IMA disebabkan belum adanya nilai acuan yang standar untuk cTnT dan
penemuan riset.
Acuan batas atas yang secara luas diterima yang menunjukkan IMA adalah
kadar cTnT serum 0,1 sampai 0,2 ug/L atau kadar cTnI serum 1,5 sampai 3,1
μg/L. Faktor lain yang berperan terhadap standarisasi batas acuan adalah adanya
troponin yang ditemukan dalam sitoplasma seperti diuraikan diatas. Disamping itu
apakah sebagai unit bebas (misal cTnT atau cTnI) atau bagian dari unit komplek
2.7 Mioglobin
Mioglobina dalah protein yang berukuran kecil (sekitar 17.200 dalton) yang
terdapat di otot jantung dan otot rangka, berfungsi menyimpan dan memindahkan
oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi keenzim – enzim respirasi di dalam sel
sirkulasi darah. Mioglobin di saring dari darah oleh ginjal dan di ekskresikan
21
pada ginjal dan akhirnya mengakibatkan kegagalan ginjal.
Peningkatan mioglobin serum terjadi 2-6 jam setelah terjadi kerusakan jaringan
otot jantung atau otot rangka, mencapai kadar tetinggi dalam waktu 8-12 jam, dan
kembali normal dalam waktu 18-36 jam. Mioglobin urin dapat di deteksi selama
Pemakaian Diagnostik
terbaru pada jantung atau jaringan otot rangka. Karena mioglobin juga
ditemukan pada ototr angka, peningkatan kadar dapat terjadi pada pasien yang
otot.
Mioglobin memiliki sensitivitas yang tinggi untuk cedera otot, namun tidak
spesifik untuk jantung. Karena itu mioglobin tidak banyak digunakan untuk
Peningkatan mioglobin dalam waktu 12 jam setelah nyeri dada akut harus
dikonfirmasi dengan uji enzim jantung (CK, CK-MB dan Troponin), EKG dan
miokard akut(AMI).
Kadar mioglobin biasanya sangat rendah atau tidak terdeteksi dalam urin.
ginjal dan kegagalan. Pengujian tambahan, seperti BUN, kreatinin, dan urine,
dapat menyebabkan reaksi di pstick positif untuk darah samar karena adanya
aktivitas pseudoperoksidase.
Masalah Klinis
22
Peningkatan kadar mioglobin serum dapat dijumpai pada infark miokard akut
(AMI), cedera otot rangka, luka bakar berat, polimiositis, trauma, prosedur bedah,
intoksisitas alkohol akut disertai delirium tremens, gagal ginjal, stress metabolik.
bakar berat, serta distrofi muskular. Tanda-tanda klinis dan uji lainnya harus
Prosedur
segera setelah AMI akut atau setelah nyeri pengambilan dilakukan pada saat
admission dan setiap 2-3 jam sampai 12 jam. Hindari terjadinya hemolisis. Tidak
darah lengkap atau dalam serum yang disimpan dalam lemari pendingin selama
Mioglobin uria dapat dideteksi dari sampel urine acak untuk dugaan luka trauma
NilaiRujukan
Urine : tidakterdeteksi
1. Sampel untuk uji mioglobin serum diambil satu atau dua hari setelah MCI
23
2. Mengambil sampel urin dalam waktu 3 jam setelah cedera akut. Spesimen
urin ulang harus diambil dalm waktu 24 jam setelah terjadi cedera (otot
3. Hemolisis spesimen darah Injeksi intra musculus (IM) atau sehabis latihan
berat
berukuran kecil 15 kDa yang dibentuk pada jaringan yang memiliki metabolisme
asam lemak aktif, termasuk jantung, hati, dan usus. Fungsi utamanya adalah untuk
pada kardiomiosit, tetapi juga pada otot skeletal, tubulus distal ginjal, otak,
H-FABP merupakan protein berukuran kecil yang terdapat pada otot jantung
dan skeletal sehingga lebih cepat dikeluarkan ke sirkulasi saat integritas membran
terganggu akibat iskemia. H-FABP dapat dideteksi 2-3 jam setelah iskemia dan
turun ke kadar normal dalam 12-24 jam. Kandungan H-FABP pada miokardium
jauh lebih banyak dari otot skeletal dan terbalik dengan jumlah kandungan
Fakta ini dapat digunakan untuk mendiferensiasi cedera yang terjadi apakah
cedera otot skeletal saja atau ada cedera miokardium dengan menggunakan rasio
24
H-FABP dalam plasma jauh lebih rendah dibandingkan mioglobin, peningkatan
Oleh karena itu, H-FABP dapat memberikan sensitivitas dan spesifitas lebih
infarkmiokard akut dilakukan pengukuran saat pasien masuk dan 1-2 jam
menetapkan wanita 5,3 ug/L dan 5,8 ug/L untuk pria. Peningkatan plasma H-
FABP berhubungan dengan peningkatan risiko kematian 2,5 kali dan gagal
jantung 2 kali dalam 10 bulan setelah sindrom koroner akut. Penelitian lain
BAB III
KESIMPULAN
25
Dari kriteria WHO 50% penderita menunjukkan EKG (Electrocardiogram)
yang khas. Tetapi sekitar 20–30% penderita IMA tidak mengeluhkan adanya nyeri
dada atau silent infact misalnya pada penderita Diabetes Mellitus (disfungsi saraf
otonom). Jika tanda-tanda klinis tidak khas dan ST elevasi EKG non diagnostik
dalam diagnosis AMI karena memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi.
Salah satu kriteria diagnosis AMI antara lain adanya simptom iskemik, adanya
koroner. Troponin lebih sensitif dari CKMB untuk deteksi nekrosis otot jantung.
Myoglobin, suatu penanda yang meningkat cepat setelah AMI, diterima sebagai
penanda dini tetapi kurang spesifik bila dibandingkan dengan troponin apabila
atau CKMB. Troponin jantung akan tetap meningkat 7-10 hari setelah onset
kerusakan jantung, oleh karena itu untuk menduga periode reinfark perlu
meningkat cepat lainnya ada H-FABP yang dapat memberikan sensitivitas dan
DAFTAR PUSTAKA
26
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4759524/pdf/main.pdf.
diaksespadatanggal 16 Oktober 2018.
2. BruinsSlot MHE, Heijden G, Rutten FH, Spoel OP, Mast EG, Bredero AC,
et al. Heart-type fatty acid-binding protein in acute myocardial infarction
evaluation (FAME): Background and design of a diagnostic study in
primary care. BMC Cardiovascular Disorders 2008; 8: 8.
27