Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH INDONESIA

Student Movement in Indonesia


“They Forced Them to be Violet”

ANGGOTA:
-ACHMAD NABIL S.
-DELPIN LOSENZA
-EVKA NOPRIN T.S
-EXWIN KAHARAP
-RIZKY IKHWAN S.M
-RAGIL ADITYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“They Forced Them to be Violet”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................2
SINOPSIS................................................................................3
KEUNGGULAN......................................................................4
KEKURANGAN.....................................................................5
PESAN.....................................................................................6
SINOPSIS

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis


Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei–15 Mei
1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di
beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis
finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat
mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam
demonstrasi 12 Mei 1998. Hal inipun mengakibatkan
penurunan jabatan Presiden Soeharto, serta pelantikan B. J.
Habibie.
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, gerakan
mahasiswa di Indonesia harus menghadapi represi militer /
polisi ketika memperjuangan reformasi. Karena mengalami
penindasan dan kekerasan itulah, gerakan mahasiswa
menjadi lebih brutal. Mereka pun menantang militer di jalan-
jalan. Film dokumenter ini menghadirkan rekaman saksi mata
yang mencekam dan menginspirasi dari beberapa bentrokan
paling dramatis dalam sejarah gerakan mahasiswa.
KEUNGGULAN

Mahasiswa merupakan sang tonggak perubahan, perbaikilah


negeri kita dengan Pendidikan. Satu hal yang melatar
belakang tragedi Mei 98 adalah runtuhnya perekonomian Asia
yang menyebabkan jatuhnya nilai Rupiah terhadap Dolar. Hal
tersebut menjadi efek domino, yang kemudian membuat
harga-harga barang dan kebutuhan pokok naik.
Tak ayal hal tersebut membuat rakyat menjerit. Ditambah lagi
dengan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan orde
baru yang dipimpin Soeharto saat itu.
Mahasiswa pun saat itu menjadi tombak pertama yang berani
menyuarakan pikirannya melalui unjuk rasa, meskipun militer
tak kalah garang menghadang mereka. Tragedi Trisakti
merupakan saksi jika mahasiswa saat itu menjadi agen
perubahan untuk negeri ini. Meskipun harus menelan korban,
namun sebuah pembaruan lahir pada Mei 1998 yaitu
Reformasi.

Namun bagi kita yang hidup di era sekarang ini, untuk sebuah
perubahan negeri yang lebih baik lagi tidaklah harus sampai
meneteskan darah. Generasi muda bisa memulainya dengan
belajar sebaik mungkin dan meraih prestasi setinggi-
tingginya.
Pendidikan adalah senjata sebuah perubahan. Maka jika kita
sebagai generasi muda dibekali dengan pendidikan yang baik,
arah negeri ini ke depannya pastilah baik pula.
KEKURANGAN

Terlepas dari kepedihan dan kepiluan akibat kejadian tersebut,


namun kiranya ada sisi lain yang layak untuk dicermati yaitu
dampak lanjutan terhadap tatanan kehidupan bangsa dan
negara. Akibat dari peristiwa tersebut membawa bangsa ini
jatuh dalam jurang keterpurukan. Dampaknya bukan hanya
mengalami berbagai krisis di segala bidang ideologi, politik,
ekonomi , sosial, budaya dan militer (ipoleksosbudmil), akan
tetapi juga telah menghancurkan tatanan kehidupan bangsa
dan negara yang sudah mapan. Hancurnya kemapanan itu
ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto sebagai
penguasa Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998. Dengan
runtuhnya kekuasaan Orde Baru, akhirnya bangsa ini harus
menerima kenyataan, kondisi yang tadinya telah mapan kini
berubah menjadi semrawut dan serba ketidak pastian yang
tekesan tanpa aturan dan arah yang jelas kemana bangsa ini
akan dibawa.

Yang lebih menyedihkan lagi ialah aparat TNI dan Polri


yang harusnya melindungi dan mengamankan masyarakat,
namun yang terjadi saat itu justru yang sebaliknya, dimana
aparat yang gantian diamankan bahkan di sweeping oleh
masyarakat. Memang sungguh ironis, namun apa mau dikata
rakyat saat itu sedang marah dan itu dilakukan oleh
masyarakat sebagai antiklimak pelampiasan balas dendam
kepada Aparat TNI dan Polri yang dianggapnya telah
membelenggu demokrasi selama kekuasaan Orde Baru.
PESAN

Ada beberapa pesan moral yang terkandung dalam film


tersebut:
-Hidup Harmonis dalam perbedaan.
Wibisono mengatakan Indonesia adalah negara yang kaya
budaya. Hal itu dipengaruhi karena beragamnya etnis, suku,
dan ras yang sudah hidup berdampingan di Indonesia sejak
lama.
"Sebenarnya sudah 100 tahunan hidup bersama. Hidup
bersama ini bukan hanya setelah Indonesia merdeka, namun
juga sebelum Indonesia merdeka,"

-Saling menghormati.
"Kalau saling menghormati, tidak perlu terjadi sentimen,
karena berbeda ras, beda agama dan beda suku,"
Tragedi Mei 1998 merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis
Tionghoa yang terjadi pada 13-15 Mei 1998, khususnya di Ibu
Kota, namun juga terjadi di beberapa kota lain. Kerusuhan ini
diawali dengan krisis moneter di Asia dan dipicu tragedi
Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa saat demonstrasi
12 Mei 1998. Tragedi ini diakhiri dengan penurunan jabatan
Presiden Soeharto.

------------------------------------------------------------------------------------
--------

Anda mungkin juga menyukai