Kelompok tidak memiliki pembagian peran yang jelas di dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Hal ini menyebabkan konflik sering kali tidak teratasi. Sedangkan tim secara sadar telah
membentuk peran untuk masing-masing anggotanya agar pembagian tugas lebih jelas.
2. Identitas
Tim memiliki identitas yang kuat, sedangkan kelompok tidak memilikinya. Kelompok dibentuk
hanya untuk tujuan administratif saja.
3. Kohesi
Tim memiliki hubungan yang cukup erat. Masing-masing anggota dengan sendirinya
membangun rasa saling memiliki. Sedangkan hubungan di dalam kelompok tidak begitu erat
karena tidak ada rasa saling memiliki.
4. Fasilitas
Pemecahan konflik di dalam kelompok berjalan lambat karena peran yang kurang jelas.
Sedangkan tim dapat menyelesaikan konflik dengan cepat karena memiliki anggota yang
berperan sebagai fasilitator.
5. Komunikasi
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok hanya sebatas pembicaraan mengenai tugas
mereka. Sedangkan komunikasi yang terjadi di dalam tim sudah menyangkut interaksi
emosional di antara anggotanya.
6. Fleksibilitas
Tugas anggota di dalam kelompok dibagi berdasarkan sistem dan struktur yang berlaku di
dalam organisasi tempat kelompok itu dibentuk. Sedangkan tugas di dalam tim dikerjakan
berdasarkan peran yang telah dibagi sebelumnya.
7. Moral
Masing-masing anggota di dalam kelompok telah melakukan tugas mereka secara rutin dalam
jangka waktu yang cukup panjang sehingga kurang ada antusiasme dalam pengerjaannya.
Berbeda dengan tim yang biasanya dibentuk hanya untuk proyek tertentu.
1. Desain visi, misi, dan strategi organisasi yang imaginable, fasible, communicable;
2. Moral atau semangat tim yan tinggi;
3. Meminimalisir konflik of interest pribadi;
4. Kemampuan mental (intelegensia dan kreativitas) yang tinggi;
5. Seleksi yang berhasil;
6. Introvert atau ekstrovert tidak mendominasi dalam kepribadian;
7. Komposisi susunan tim yang efektif;
8. Kejelasan dan ketegasan peran tim dan anggota-anggotanya;
9. Terbuka untuk dievaluasikan;
10. Pemberdayaan yang efektif.