Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Pendidikan Universitas Islam Lamongan

Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran


Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

TINGKAT MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SMAN 1 BLULUK LAMONGAN

Abdul Kholiq; Dian Luthfiyati


abdulkholiq@unisla.ac.id ; dianluthfiyati@unisla.ac.id
Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat membaca pemahaman siswa SMAN 1 Bluluk
Lamongan. Fokus penelitian ini terdiri atas tingkat membaca pemahaman (1) literal; (2)
inferensial; (3) kritis; (4) kreatif siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-shot
case study. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa. Pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan tes. Penilaian dalam penelitian ini menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Analisis data penelitian dilakukan dengan penghitungan presentase nilai rata-rata siswa dan
persentasenya yang menjadi responden dalam penelitian ini. Kemampuan membaca pemahaman
literal siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan dinyatakan rendah dengan perolehan rata-rata nilai 58,67
dengan patokan nilai 60. Sebesar 90% siswa mampu menjawab pada soal tentang identitas tokoh
dalam bacaan, sedangkan semua siswa tidak mampu menjawab soal tentang penghitungan waktu
dalam bacaan. Tingkat membaca pemahaman inferensial siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan
dinyatakan sangat rendah dengan perolehan rata-rata nilai 40. Sebesar 90% siswa mampu
menjawab pada soal tentang ide pokok dalam bacaan, sedangkan 3,33% siswa tidak mampu
menjawab soal tentang penentuan simpulan dalam bacaan. Tingkat membaca pemahaman kritis
siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan dinyatakan rendah dengan perolehan rata-rata nilai 50. Sebesar
76,67% siswa mampu menjawab pada soal tentang perbedaan dua hal dalam bacaan, sedangkan
86,67% siswa tidak mampu menjawab soal tentang perbandingan dua aspek dalam bacaan.
Tingkat membaca pemahaman kreatif siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan dinyatakan sangat rendah
dengan perolehan rata-rata nilai 36,67. Sebesar 76,67% siswa mampu menjawab pada soal
berkaitan dengan melengkapi kata berimbuhan pada kalimat yang rumpang dalam bacaan,
sedangkan 90% siswa tidak mampu menjawab soal tentang topik kelanjutan dan kalimat lanjutan
dalam bacaan.

Keyword: Membaca Pemahaman, Membaca Literal, Membaca Inferensial, Membaca Kritis,


Kreatif

PENDAHULUAN membaca produktif terdiri atas


Keterampilan berbahasa menjadi keterampilan berbicara dan menulis
fokus pengembangan dalam pembalajaran (Tarigan, 2009). Dilihat dari segi
bahasa. Untuk menguasai bahasa, setiap medianya, keterampilan membaca dan
peserta didik harus menguasai menulis tergolong pada keterampilan tulis,
keterampilan berbahasa. Keterampilan sedangkan keterampilan menyimak dan
berbahasa terdiri atas keterampilan berbicara tergolong pada keterampilan
menyimak, membaca, berbicara, dan lisan. Untuk lebih jelasnya dapat
menulis. Keempat keterampilan tersebut diperhatikan pada bagan berikut.
berkaitan satu dengan yang lain. Kaitan
dari keempat keterampilan berbahasa
tersebut terdapat pada penggolongan aspek
keterampilan berbahasa, yaitu aspek
keterampilan berbahasa reseptif dan aspek
keterampilan berbahasa reseptif.
Keterampilan berbahasa reseptif terdiri
atas keterampilan menyimak dan
membaca, sedangkan keterampilan Bagan Keterampilan berbahasa reseptif dan
produktif (Tarigan, 2009)
1
Setiap keterampilan berbahasa, teks yang sesuai dengan standar pribadi
mempunyai hubungan dengan timbal balik dan standar profesional.
dengan keterampilan berbahasa yang Tingkat pemahaman literal
lainnya. Hubungan tersebut tentunya diartikan sebagai kemampuan membaca
bertaraf pada reseptif dan produktifnya. Di pemahaman pada tingkat eksplisit.
antara keempat keterampilan berbahasa di Pemahaman literal berorientasi pada
atas, keterampilan membaca menjadi tingkat pemahaman yang jawabannya
ujung tonggak dalam meningkatkan (kata atau frase) tertulis pada bacaan.
keterampilan berbahasa siswa. Membaca Tingkat pemahaman inferensial diartikan
adalah proses yang dilakukan pembaca sebagai kemampuan membaca pemahaman
untuk memperoleh pesan yang hendak pada tingkat implisit. Pemahaman
disampaikan oleh penulis melalui media inferensial berorientasi pada jawaban yang
kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 2012). tidak tertulis dalam bacaan.
Kemampuan membaca pemahaman Tingkat pemahaman kritis
merupakan suatu hal yang tidak dapat diartikan sebagai kemampuan membaca
ditinggalkan karena untuk menyerap pemahaman pada tingkat pembandingan.
berbagai informasi tentang perkembangan Pemahaman kritis berorientasi pada
ilmu dan teknologi tersebut diperlukan jawaban benar atau salah tentang 2 hal
kemampuan membaca pemahaman yang yang dibandingkat; penggunaan kata atau
baik (Supriyono, 2014). Keterampilan frase; kabakuan kata yang digunakan
membaca diartikan sebagai keterampilan dalam bacaan. Tingkat pemahaman kreatif
pemahaman isi bacaan dan dibatasi pada diartikan sebagai kemampuan membaca
penguasaan pertanyaan tentang apa, dengan pengujian kreativitas seseorang.
bagaimana, mengapa, dimana, dan Pemahaman kreatif berorientasi pada
kesimpulan berdasarkan masalah dari isi jawaban untuk melengkapi kata, frase,
bacaan (Laily, 2014). Dari uraian di atas klausa, kalimat, atau topik lanjutan dari
tentang membaca pemahaman dapat teks yang dibaca.
disimpulkan bahwa membaca pemahaman Berdasarkan hasil penelitian yang
diartikan sebagai keterampilan membaca dilakukan oleh Programme for
yang menguji bagaimana penguasaan International Student Assessment (PISA)
pembaca tentang bacaan. dinyatakan bahwa membaca siswa
Terdapat empat tingkatan atau Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara
kategori pemahaman membaca, yaitu yang diteliti (dikutip dari Republika,
literal, inferensial, kritis, dan kreatif 2014). Dari hal tersebut terlihat bahwa
(Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie budaya membaca siswa indonesia sangat
dalam Hairuddin, 2007). Pemahaman rendah. Rendahnya budaya membaca
literal adalah kemampuan memahami tersebut akan berdampak pada kemampuan
informasi yang dinyatakan secara eksplisit membaca siswa. Penelitian yang dilakukan
dalam teks dan pemahaman literal PISA mengukur tentang kemampuan
merupakan pemahaman tingkat paling membaca siswa yang disandingkan dengan
rendah. Pemahaman inferensial adalah tingkat kognitif seseorang.
kemampuan memahami informasi yang Sumber lain menyebutkan bahwa
dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) Studi PISA melaporkan bahwa 25% –
dalam teks. Pemahaman kritis merupakan 34% dari siswa Indonesia masuk dalam
kemampuan mengevaluasi materi tingkat literasi-1. Artinya, sebagian besar
teks. Pemahaman kreatif merupakan siswa kita masih memiliki kemampuan
kemampuan untuk mengungkapkan membaca pada taraf ‘belajar membaca’.
respons emosional dan estetis terhadap Siswa pada tingkat literasi-1 hanya mampu
untuk membaca teks yang paling
Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan 2
Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

sederhana, seperti menemukan informasi Tingkat membaca pemahaman


yang ada di dalam bacaan sederhana, peserta didik tentunya berbeda-beda.
mengidentifikasi tema utama suatu teks Peserta didik yang duduk di bangku SMA
atau menghubungkan informasi sederhana akan memiliki tingkat kemampuan
dengan pengetahuan sehari-hari. membaca yang lebih tinggi daripada
Sedangkan untuk taraf tingkat literasi-5, peserta didik yang duduk di bangku SMP
kurang dari 1% siswa Indonesia berada dan SD. Hal tersebut disebabkan oleh
pada taraf tertinggi dari studi PISA ini. perkembangan tingkat berpikir,
Artinya, hanya sedikit dari siswa kita pengalaman membaca, dan banyaknya
memiliki kemampuan membaca yang macam bacaan yang dibaca. Dari hal
canggih, seperti menemukan informasi tersebut, setiap jenjang pendidikan
yang rumit dalam teks yang tidak dikenal memiliki tingkat kemampuan membaca
sebelumnya, mempertunjukkan yang berjenjang pula.
pemahaman yang terperinci, menarik Ukuran rendahnya tingkat
kesimpulan dari informasi yang ada di membaca tersebut adalah pada pendidikan
dalam teks, dan mengevaluasi dengan tingkat nasional. Rendahnya tingkat
kritis, membangun hipotesis, serta kemampuan membaca tersebut perlu
mengemukakan konsep yang mungkin diperjelas lagi pada penelitian-penelitian
bertentangan dengan harapannya sendiri tingkat daerah sebagai gambaran yang
(Wahyuni, 2009). jelas pada tingkat membaca pemahaman di
Dari gambaran data di atas, setiap daerah. Sebagai contoh, hasil
tingkat membaca siswa Indonesia dapt penelitian kemampuan membaca
dikatakan sangat rendah. Rendahnya pemahaman yang berpatokan pada
tingkat membaca tersebut terdapat pada kecepataan baca dan pemahaman bacaan
setiap tingkat membaca pemahaman yang siswa SMA di Surabaya tingkat
telah ditentukan. Secara resmi kemampuan pemahaman siswa SMA di Surabaya tidak
membaca diajarkan di bangku sekolah mencapai batas minimum kelulusan SMA
dasar melalui pembelajaran bahasa. dengan pemahaman bacaan mencapai 70%
Dengan demikian, anak yang telah lulus dengan membaca pemahaman 250 kpm
dari pendidikan dasar diharapkan telah (Kurniawan, 2013).
memiliki kemampuan yang baik untuk Ketidakmampuan siswa dalam
keperluan dalam melanjutkan pendidikan menguasai sasaran pembelajaran
yang lebih tinggi, dan untuk keperluan merupakan salah satu penyebab rendahnya
praktis dalam kehidupan sehari-hari. hasil belajar, salah satunya dalam
Untuk memperoleh keterampilan kemampuan membaca pemahaman Bahasa
membaca, peserta didik harus dilatih Indonesia. Bukti empiris pada laporan
secara terus menerus karena kemampuan pendidikan dari Bank Dunia (dalam Laila,
membaca tidak didapat secara instan. 2009) menunjukkan bahwa kemampuan
Urgensi membaca pemahaman bagi membaca siswa-siswa kelas enam SD
peserta didik tidak hanya untuk (Sekolah Dasar) Indonesia adalah 51,7
kepentingan mata pelajaran bahasa saja, berada di urutan paling akhir setelah
tetapi juga untuk semua mata pelajaran Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura
yang diajarkan di sekolah. Membaca (74,0) dan Hongkong (75,5). Artinya,
pemahaman merupakan aktivitas yang kemampuan membaca siswa Indonesia
harus dilakukan oleh peserta didik demi memang paling buruk dibandingkan siswa
keberhasilan dalam belajar. dari negara-negara lainnya. Dampaknya,
kemampuan anak-anak Indonesia dalam

3
menguasai bahan bacaan juga rendah, METODE
hanya sekitar 30%. Penelitian ini menggunakan
Dari hal tersebut, penelitian pendekatan kuantitatif. Desain penelitian
analisis tingkat keterampilan membaca yang digunakan dalam penelitian ini
pemahaman peserta didik sangat adalah one-shot case study (Arikunto,
diperlukan Sebagai pemetaan tingkat 2010). Lokasi pengambilan data dilakukan
keterampilan membaca pemahaman di SMAN 1 Bluluk Lamongan Populasi
peserta didik di Kabupaten Lamongan. Hal penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN
tersebut dapat digunakan sebagai dasar 1 Bluluk. Teknik sampling dalam
penyusunan kebijakan pendidikan penelitian menggunakan teknik sampel
berdasarkan kondisi peserta didik. Selain proporsi (proportional sampling). Sampel
itu, analisis tingkat keterampilan membaca dalam penelitian ini adalah 30 siswa yang
pemahaman juga dapat digunakan sebagai terdiri atas 10 siswa berpredikat baik, 10
perbandingan tingkat keterampilan siswa berpredikat sedang, dan 10 siswa
membaca pemahaman peserta didik berpredikat buruk.
dengan daerah yang lain. Pengumpulan data penelitian
Sebagai salah satu dilakukan dengan tes. Instrument
prototype/sampel tingkat membaca penelitian ini adalah soal kemampuan
pemahaman siswa Kabupaten Lamongan, membaca pemahaman siswa tingkat SMA
SMAN 1 Bluluk Lamongan dapat dengan terbagi pada empat tingkat, yaitu
dianalisis tingkat membaca pemahaman soal tingkat literal, inferensial, kritis, dan
siswa untuk mewakili Lamongan daerah kreatif. Instrument soal tersebut terdiri atas
Selatan. SMAN 1 Bluluk juga tergolong empat puluh soal yang terdiri atas sepuluh
sebagai SMA yang jauh dari perkotaan soal literal, sepuluh soal inferensial,
karena berjarak 51,3 km dari Kota sepuluh soal kritis, dan sepuluh soal
Lamongan. Penelitian tingkat membaca kreatif.
Pemahaman di SMAN 1 Bluluk Lamongan Penilaian dalam penelitian ini
tersebut akan menjadi salah satu SMA menggunakan Penilaian Acuan Patokan
yang dapat menggambarkan bagaimana (PAP) yang berusaha menafsirkan hasil tes
tingkat membaca pemahaman siswa SMA yang diperoleh siswa dengan
di daerah Selatan Kabupaten Lamongan. membandingkannya dengan patokan
Pengambilan subjek penelitian SMAN 1 yang telah ditetapkan (Nurgiyantoro,
Bluluk tersebut didasarkan pada status 2001:397). Patokan nilai yang digunakan
SMA tersebut yang dijadikan sebagai dalam penelitian adalah 60.00. Dengan
SMA favorit di daerah Lamongan selatan. demikian, dapat ditentukan skor (kurang
Dari uraian di atas, fokus
dari 50.00) berkategori sangat rendah,
penelitian ini terbagi atas empat fokus, (50.00-59.99) berkategori rendah, (60.00-
yaitu (1) tingkat membaca pemahaman 69.99) berkategori sedang, (70.00-79.99)
literal siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan; berkategori tinggi, dan (80 ke atas)
(2) tingkat membaca pemahaman berkategori sangat tinggi.
inferensial siswa SMAN 1 Bluluk Analisis data penelitian dilakukan
Lamongan; (3) tingkat membaca dengan penghitungan presentase nilai rata-
pemahaman kritis siswa SMAN 1 Bluluk rata siswa yang menjadi responden dalam
Lamongan; (4) tingkat membaca penelitian ini. Presentase nilai rata-rata
pemahaman kreatif siswa SMAN 1 Bluluk tersebut disajikan dalam bentuk bagan
Lamongan tingkat literal, inferensial, kritis, dan
kreatif membaca pemahaman siswa
SMAN 1 Bluluk Lamongan. Hasil dari

Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan 4


Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

dari presentase nilai rata-rata tersebut Siswa banyak menjawab benar


klasifikasikan dalam skala likert untuk pada nomor 1 dan 31. Pertanyaan tersebut
menyatakan predikat kemampuan berkaitan dengan identitas tokoh dalam
membaca pemahaman siswa SMAN 1 bacaan. Di sisi lain, dari 30 siswa, tidak
Bluluk Lamongan. ada yang mampu menjawab pertanyaan
nomor 23 dan 32 yang menanyakan
tentang perhitungan waktu dalam bacaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal tersebut terlihat bahwa siswa SMA
Tingkat Membaca Pemahaman Literal sudah mampu mengidentifikasi identitas
Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan siswa dalam bacaan.
Dalam intrumen soal membaca Pada tingkat membaca pemahaman
pemahaman yang diberikan pada 30 siswa literal, siswa SMAN 1 Bluluk
SMAN 1 Bluluk terbagi atas menanyakan mendapatkan nilai maksimal sebesar 80
4 aspek keterampilan membaca dan nilai minimal sebesar 20. Dari rentang
pemahaman siswa, yaitu tingkat membaca nilai 20—80 tersebut dapat dilihat pada
literal, inferensial, kritis, dan kreatif. tabel distribusi frekuensi nilai tingkat
Tingkat membaca pemahaman literal membaca pemahaman literal siswa SMAN
dalam instrument yang diberikan terdapat 1 Bluluk Lamongan.
pada soal nomor 1, 2, 6, 11, 12, 21, 23, 31,
32, 33. Dari 10 soal tersebut, jumlah siswa Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Tingkat
yang menjawab benar dan salah pada Membaca Pemahaman Literal
Skor Frekuensi Persentase
setiap butir soal disajikan pada tabel
20 1 3.33%
berikut. 30 2 6.67%
40 8 26.67%
Tabel Jumlah Siswa Menjawab Benar dan 50 4 13.33%
Salah pada Setiap Butir Soal Membaca 60 1 3.33%
Pemahaman Literal 70 2 6.67%
No Benar Presentase Salah Presentase 80 12 40.00%
1 27 90% 3 10% Dari tabel tersebut, dapat diketahui
2 26 86,67% 4 13,33%
6 16 53,33% 14 46,67%
nilai terendah adalah 20.00, diperoleh oleh
11 22 73,33% 8 26,67% 1 siswa dengan persentase 3.33%. Nilai
12 20 66,67% 10 33,33% tertinggi adalah 80 diperoleh oleh 12 orang
21 21 70% 9 30% siswa dengan persentase 40%. Dari tabel
23 0 0% 30 100% distribusi frekuensi di atas, selanjutnya
31 28 93,33% 2 6,67%
32 0 0% 30 100%
dikategorikan pada tabel kriteria
33 16 53,33% 14 46,67% penskoran berikut.

Tabel Kriteria Penskoran Kemampuan Membaca Pemahaman Literal


No Batas Skor Kategori Frekuensi Persentase
1 0—50 Sangat Rendah 15 50%
2 50—59,99 Rendah 0 0%
3 60—69,99 Sedang 1 3,33%
4 70—79,99 Tinggi 2 6,67%
5 80—100 Sangat Tinggi 12 40%

5
Dari tabel di atas, 50% siswa memiliki literal. Dari data tersebut, kemampuan
kemampuan yang sangat rendah pada membaca pemahaman literal siswa SMAN
tingkatan membaca pemahaman literal. 1 Bluluk Lamongan memiliki variasi
3,33% siswa memiliki kemampuan yang kemampuan membaca pemahaman yang
sedang pada tingkatan membaca sangat tinggi. Untuk dapat melihat rata-
pemahaman literal. 6,67% siswa memiliki rata kemampuan membaca pemahaman
kemampuan yang tinggi pada tingkatan literal siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan,
membaca pemahaman literal. 40% siswa dapat dilihat pada tabel statistik nilai
memiliki kemampuan yang sangat tinggi kemampuan membaca SMAN 1 Bluluk
pada tingkatan membaca pemahaman Lamongan sabagai berikut.
Tabel Statistik Nilai Kemampuan
Membaca Pemahaman Literal Siswa Tabel Jumlah Siswa Menjawab Benar dan
SMAN 1 Bluluk Lamongan Salah pada Setiap Butir Soal Membaca
Aspek Kemampuan Membaca Pemahaman Inferensial
Pemahaman Literal No Benar Presentase Salah Presentase
n 30 3 27 90,00% 3 10,00%
5 17 56,67% 13 43,33%
Mean 58,67 8 4 13,33% 26 86,67%
Modus 80 13 6 20,00% 24 80,00%
Median 55 16 19 63,33% 11 36,67%
Max 80 22 5 16,67% 25 83,33%
Min 20 24 20 66,67% 10 33,33%
34 18 60,00% 12 40,00%
Sum 1760 35 6 20,00% 24 80,00%
36 1 3,33% 29 96,67%
Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata
kemampuan membaca pemahaman literal Dari tabel di atas terlihat bahwa
siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan adalah pada siswa banyak menjawab benar pada
58,67. Jika dikaitkan dalam kriteria nomor 3 dan 24. Pertanyaan tersebut
penskoran penilaian dalam penelitian ini berkaitan dengan ide pokok dalam bacaan.
dapat dinyatakan bahwa kemampuan Di sisi lain, dari 30 siswa, tidak ada yang
membaca pemahaman literal siswa SMAN mampu menjawab pertanyaan nomor 36
1 Bluluk Lamongan adalah rendah. yang menanyakan tentang simpulan dalam
bacaan. Pada tingkat membaca
pemahaman inferensial, siswa SMAN 1
Tingkat Membaca Pemahaman Bluluk mendapatkan nilai maksimal
Inferensial Siswa SMAN 1 Bluluk sebesar 70 dan nilai minimal sebesar 20.
Lamongan Dari rentang nilai 20—70 tersebut dapat
dilihat pada tabel distribusi frekuensi nilai
Tingkat membaca pemahaman
tingkat membaca pemahaman inferensial
literal dalam instrumen yang diberikan
siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan.
pada siswa SMAN 1 Bluluk terdapat pada
soal nomor 3, 5, 8, 13, 16, 22, 24, 34, 35,
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Tingkat
36. Dari 10 soal tersebut, jumlah siswa
Membaca Pemahaman Inferensial
yang menjawab benar dan salah pada Skor Frekuensi Persentase
setiap butir soal disajikan pada tabel 20 4 13.33%
berikut. 30 8 26.67%
40 1 3.33%
50 16 53.33%
60 0 0.00%
70 1 3.33%

Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan 6


Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

Dari tabel tersebut, dapat diketahui siswa dengan persentase 3,33%. Dari tabel
nilai terendah adalah 20.00, diperoleh oleh distribusi frekuensi di atas, selanjutnya
1 siswa dengan persentase 3.33%. Nilai dikategorikan pada tabel kriteria
tertinggi adalah 70 diperoleh oleh 1 orang penskoran berikut.

Tabel Kriteria Penskoran Kemampuan Membaca Pemahaman Inferensial


No Batas Skor Kategori Frekuensi Persentase
1 0—50 Sangat Rendah 29 96,67%
2 50—59,99 Rendah 0 0%
3 60—69,99 Sedang 0 0%
4 70—79,99 Tinggi 1 3,33%
5 80—100 Sangat Tinggi 0 0%

Dari tabel di atas, 96,67% siswa memiliki pemahaman inferensial siswa SMAN 1
kemampuan yang sangat rendah pada Bluluk Lamongan adalah sangat rendah.
tingkatan membaca pemahaman
inferensial. 3,33% siswa memiliki Tingkat Membaca Pemahaman Kritis
kemampuan yang sangat tinggi pada Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan
tingkatan membaca pemahaman Tingkat membaca pemahaman
inferensial. Untuk dapat melihat rata-rata kritis dalam instrumen yang diberikan
kemampuan membaca pemahaman pada siswa SMAN 1 Bluluk terdapat pada
inferensial siswa SMAN 1 Bluluk soal nomor 7, 9, 14, 17, 18, 25, 27, 28, 37,
Lamongan, dapat dilihat pada tabel 38. Dari 10 soal tersebut, jumlah siswa
statistik nilai kemampuan membaca yang menjawab benar dan salah pada
SMAN 1 Bluluk Lamongan sabagai setiap butir soal disajikan pada tabel
berikut. berikut.

Tabel Statistik Nilai Kemampuan Tabel Jumlah Siswa Menjawab Benar dan
Membaca Pemahaman Inferensial Siswa Salah pada Setiap Butir Soal Membaca
SMAN 1 Bluluk Lamongan Pemahaman Kritis
Aspek Kemampuan Membaca No Benar Presentase Salah Presentase
Pemahaman Inferensial 7 4 13,33% 26 86,67%
9 25 83,33% 5 16,67%
N 30 14 17 56,67% 13 43,33%
Mean 40 17 5 16,67% 25 83,33%
Modus 50 18 6 20,00% 24 80,00%
Median 50 25 23 76,67% 7 23,33%
Max 70 27 16 53,33% 14 46,67%
28 21 70,00% 9 30,00%
Min 20 37 15 50,00% 15 50,00%
Sum 1230 38 18 60,00% 12 40,00%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa Dari tabel di atas terlihat bahwa
rata-rata kemampuan membaca pada siswa banyak menjawab benar pada
pemahaman inferensial siswa SMAN 1 nomor 9 dan 25. Pertanyaan tersebut
Bluluk Lamongan adalah 40. Jika berkaitan dengan perbedaan dua hal dalam
dikaitkan dalam kriteria penskoran bacaan. Di sisi lain, dari 30 siswa, banyak
penilaian dalam penelitian ini dapat siswa yang tidak mampu menjawab
dinyatakan bahwa kemampuan membaca pertanyaan nomor 17 yang menanyakan

7
tentang penggunaan kata baku dalam 30 4 13,33%
bacaan. Pada tingkat membaca 40 2 6,67%
pemahaman kritis, siswa SMAN 1 Bluluk 50 3 10,00%
mendapatkan nilai maksimal sebesar 70 60 1 3,33%
dan nilai minimal sebesar 10. Dari rentang 70 14 46,67%
nilai 10—70 tersebut dapat dilihat pada
tabel distribusi frekuensi nilai tingkat Dari tabel tersebut, dapat diketahui
membaca pemahaman kritis siswa SMAN nilai terendah adalah 10.00, diperoleh oleh
1 Bluluk Lamongan. 1 siswa dengan persentase 3.33%. Nilai
tertinggi adalah 70 diperoleh oleh 14 orang
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Tingkat siswa dengan persentase 46,67%. Dari
Membaca Pemahaman Kritis tabel distribusi frekuensi di atas,
Skor Frekuensi Persentase selanjutnya dikategorikan pada tabel
10 1 3,33% kriteria penskoran berikut.
20 5 16,67%

Tabel Kriteria Penskoran Kemampuan Membaca Pemahaman Kritis


No Batas Skor Kategori Frekuensi Persentase
1 0—50 Sangat Rendah 15 50%
2 50—59,99 Rendah 0 0%
3 60—69,99 Sedang 1 3,33%
4 70—79,99 Tinggi 14 46,67%
5 80—100 Sangat Tinggi 0 0%

Dari tabel di atas, 50% siswa memiliki Min 10


kemampuan yang sangat rendah pada Sum 1500
tingkatan membaca pemahaman kritis.
3,33% siswa memiliki kemampuan yang Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata
sedang pada tingkatan membaca kemampuan membaca pemahaman kritis
pemahaman kritis. 46,67% siswa memiliki siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan adalah
kemampuan yang tinggi pada tingkatan 50. Jika dikaitkan dalam kriteria penskoran
membaca pemahaman kritis. Untuk dapat penilaian dalam penelitian ini dapat
melihat rata-rata kemampuan membaca dinyatakan bahwa kemampuan membaca
pemahaman kritis siswa SMAN 1 Bluluk pemahaman kritis siswa SMAN 1 Bluluk
Lamongan, dapat dilihat pada tabel Lamongan adalah rendah.
statistik nilai kemampuan membaca kritis
SMAN 1 Bluluk Lamongan sabagai Tingkat Membaca Pemahaman Kreatif
berikut. Tabel Statistik Nilai Kemampuan Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan
Membaca Pemahaman Kritis Siswa Tingkat membaca pemahaman
SMAN 1 Bluluk Lamongan kreatif dalam instrumen yang diberikan
pada siswa SMAN 1 Bluluk terdapat pada
Aspek Kemampuan Membaca soal nomor 4, 10, 15, 19, 20, 26, 29, 30,
Pemahaman Kritis 39, 40. Dari 10 soal tersebut, jumlah siswa
N 30 yang menjawab benar dan salah pada
Mean 50 setiap butir soal disajikan pada tabel
Modus 70 berikut.
Median 55
Max 70
Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan 8
Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

Tabel Jumlah Siswa Menjawab Benar dan mendapatkan nilai maksimal sebesar 50
Salah pada Setiap Butir Soal Membaca dan nilai minimal sebesar 20. Dari rentang
Pemahaman Kreatif nilai 20—50 tersebut dapat dilihat pada
No Benar Presentase Salah Presentase tabel distribusi frekuensi nilai tingkat
4 23 76,6% 7 23,33% membaca pemahaman kreatif siswa
10 4 13,33% 26 86,67%
15 4 13,33% 26 86,67%
SMAN 1 Bluluk Lamongan.
19 2 6,67% 28 93,33%
20 4 13,33% 26 86,67% Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Tingkat
26 19 63,33% 11 36,67% Membaca Pemahaman Kreatif
29 0 0,00% 30 100% Skor Frekuensi Persentase
30 0 0,00% 30 100% 20 2 6.67%
39 3 10,00% 27 90,00% 30 7 23.33%
40 3 10,00% 27 90,00%
40 20 66.67%
50 1 3.33%
Dari tabel di atas terlihat bahwa
pada siswa banyak menjawab benar pada Dari tabel tersebut, dapat diketahui
nomor 4. Pertanyaan tersebut berkaitan nilai terendah adalah 20.00, diperoleh oleh
dengan melengkapi kata berimbuhan pada 2 siswa dengan persentase 6.67%. Nilai
kalimat yang rumpang dalam bacaan. Di tertinggi adalah 50 diperoleh oleh 1 orang
sisi lain, dari 30 siswa, banyak siswa yang siswa dengan persentase 3,33%.
tidak mampu menjawab pertanyaan nomor Sementara itu, skor 40.00 diperoleh oleh
29 dan 30 yang menanyakan tentang topik 20 siswa dengan persentse 66.67% Dari
kelanjutan dan kalimat lanjutan dalam tabel distribusi frekuensi di atas,
bacaan. Pada tingkat membaca selanjutnya dikategorikan pada tabel
pemahaman kreatif, siswa SMAN 1 Bluluk kriteria penskoran berikut.

Tabel Kriteria Penskoran Kemampuan Membaca Pemahaman Kreatif


No Batas Skor Kategori Frekuensi Persentase
1 0—50 Sangat Rendah 29 96,67%
2 50—59,99 Rendah 1 3,33%
3 60—69,99 Sedang 0 0%
4 70—79,99 Tinggi 0 0%
5 80—100 Sangat Tinggi 0 0%

Dari tabel di atas, 96,67% siswa memiliki Tabel Statistik Nilai Kemampuan
kemampuan yang sangat rendah pada Membaca Pemahaman Kreatif Siswa
tingkatan membaca pemahaman kreatif. SMAN 1 Bluluk Lamongan
3,33% siswa memiliki kemampuan yang Aspek Kemampuan Membaca
rendah pada tingkatan membaca Pemahaman Kritis
pemahaman kreatif. Untuk dapat melihat N 30
rata-rata kemampuan membaca Mean 36,67
pemahaman kreatif siswa SMAN 1 Bluluk Modus 40
Lamongan, dapat dilihat pada tabel Median 40
statistik nilai kemampuan membaca kreatif Max 50
SMAN 1 Bluluk Lamongan sabagai Min 20
berikut. Sum 1100

9
Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata pada soal tentang perbedaan dua hal dalam
kemampuan membaca pemahaman kreatif bacaan, sedangkan 86,67% siswa tidak
siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan adalah mampu menjawab soal tentang
36,67. Jika dikaitkan dalam kriteria perbandingan dua aspek dalam bacaan.
penskoran penilaian dalam penelitian ini Perolehan kriteria penskoran sangat rendah
dapat dinyatakan bahwa kemampuan tingkat membaca pemahaman literal
membaca pemahaman kreatif siswa sebesar 50% siswa SMAN 1 Bluluk
SMAN 1 Bluluk Lamongan adalah sangat Lamongan, sedangkan 46,67% siswa
rendah. mendapat perolehan kriteria penskoran
tingkat kemampuan membaca kritis yang
sedang.
PENUTUP Tingkat membaca pemahaman
Dari analisis data penelitian di atas, kreatif siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan
dapat disimpulkan sebagai berikut. dinyatakan sangat rendah dengan
Kemampuan membaca pemahaman literal perolehan rata-rata nilai 36,67 dengan
siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan patokan nilai 60. Sebesar 76,67% siswa
dinyatakan rendah dengan perolehan rata- mampu menjawab pada soal berkaitan
rata nilai 58,67 dengan patokan nilai 60. dengan melengkapi kata berimbuhan pada
Sebesar 90% siswa mampu menjawab kalimat yang rumpang dalam bacaan,
pada soal tentang identitas tokoh dalam sedangkan 90% siswa tidak mampu
bacaan., sedangkan semua siswa tidak menjawab soal tentang topik kelanjutan
mampu menjawab soal tentang dan kalimat lanjutan dalam bacaan.
penghitungan waktu dalam bacaan. Perolehan kriteria penskoran sangat rendah
Perolehan kriteria penskoran sangat rendah tingkat membaca pemahaman literal
tingkat membaca pemahaman literal sebesar 96,67% siswa SMAN 1 Bluluk
sebesar 50% siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan, sedangkan 3,33% siswa
Lamongan. mendapat perolehan kriteria penskoran
Tingkat membaca pemahaman tingkat kemampuan membaca kreatif yang
inferensial siswa SMAN 1 Bluluk rendah.
Lamongan dinyatakan sangat rendah DAFTAR PUSTAKA
dengan perolehan rata-rata nilai 40 dengan
patokan nilai 60. Sebesar 90% siswa Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
mampu menjawab pada soal tentang ide
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
pokok dalam bacaan, sedangkan 3,33%
Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran
siswa tidak mampu menjawab soal tentang
Bahasa Indonesia. Depdiknas:
penentuan simpulan dalam bacaan.
Dirjen Dikti
Perolehan kriteria penskoran sangat rendah
https://www.republika.co.id/berita/koran/d
tingkat membaca pemahaman literal
idaktika/14/12/15/ngm3g840-
sebesar 96,67% siswa SMAN 1 Bluluk
literasi-indonesia-sangat-rendah
Lamongan, sedangkan 3,33% siswa
Kurniawan, R. (2013). Membaca ,
mendapat perolehan kriteria penskoran
Kecepatan Membaca, Pemahaman
tingkat kemampuan membaca inferensial
Bacaan, Kemampuan Membaca
yang tinggi.
Siswa Kelas XII SMA di Surabaya .
Tingkat membaca pemahaman
Jurnal Bahasa Dan Sastra
kritis siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan
Indonesia, 01, 2.
dinyatakan rendah dengan perolehan rata-
Laily, I. F. (2014). Hubungan Kemampuan
rata nilai 50 dengan patokan nilai 60.
Membaca Pemahaman Dengan
Sebesar 76,67% siswa mampu menjawab
Kemampuan Memahami Soal Cerita
Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMAN 1 Bluluk Lamongan 10
Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 7 No. 1 (2018)
p-ISSN: 2503-1228; e-ISSN: 2621-4172

Matematika Sekolah Dasar . Eduma,


3(1), 52–62.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian
dalan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE
Supriyono. (2014). Optimalisasi
Kemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Peningkatan Penguasaan
Struktur Kalimat. Khazanah
Pendidikan, VII(01), 1–17.
Tarigan, Henry Guntur. (2012). Membaca
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Strategi
Pengajaran dan Pembelajaran
Bahasa. Bandung: Angkasa.
Kurniawan, R. (2013). Membaca ,
Kecepatan Membaca, Pemahaman
Bacaan, Kemampuan Membaca
Siswa Kelas XII SMA di Surabaya .
Jurnal Bahasa Dan Sastra Indonesia,
01, 2.
Laila, N. A. (2009). Pengaruh Pendekatan
CTL (Contextual Teaching and
Learning) terhadap Hasil Belajar
Membaca Pemahaman Bahasa
Indonesia Siswa Kelas IV SD.
Cakrawala Pendidikan, (3), 238–248.
Laily, I. F. (2014). Hubungan Kemampuan
Membaca Pemahaman Dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita
Matematika Sekolah Dasar . Eduma,
3(1), 52–62.
Supriyono. (2014). Optimalisasi
Kemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Peningkatan Penguasaan
Struktur Kalimat. Khazanah
Pendidikan, VII(01), 1–17.
Wahyuni, S. (2009).
Menumbuhkembangkan Minat Baca
Menuju Masyarakat Literat. Diksi,
16(2), 179–189.

11

Anda mungkin juga menyukai