DISUSUN OLEH :
Az Zahra Shafira Subhan
C014221002
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Rismayanti
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp. KJ
NIM : C014221002
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
2
LAPORAN KASUS
EPISODE DEPRESIF BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. BB
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Cerai hidup
Agama : Islam
Alamat : Palaonro, Kabupaten Bone
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 Desember 2022 jam 20.00 WITA dengan keluhan mengamuk.
3
Riwayat pengobatan psikiatri terakhir di RSKD Dadi sekitar awal tahun
2019, keluarga tidak mengetahui obat yang diberikan saat itu. Pasien juga
memiliki riwayat berobat di Avicenna selama beberapa tahun, namun tidak
diketahui obatnya. Terakhir berobat jiwa di Kab. Bantaeng selama lebih dari 1
tahun dan diberi obat Haloperidol 1,5 mg 2x1, Arkine 2 mg 2x1, Lorazepam 2
mg 2x1, Diazepam 5 mg 1x1, Chlorpromazin HCl 25 mg 1x1, dan Fluoxetine
20 mg 1x1. Pasien akhir-akhir ini tidak terkontrol obatnya karena kakaknya
yang biasanya mengingatkan minum obat sedang berada di luar kota dan
ibunya yang tinggal serumah dengan pasien sering lupa mengingatkan pasien
untuk minum obat.
2. Hendaya/Disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial ada
Hendaya dalam pekerjaan ada
Hendaya waktu senggang ada
4
3. Riwayat Penyakit Psikiatri Sebelumnya
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah sendiri dengan bantuan dukun, cukup bulan
dan berat badan lahir tidak diketahui. Riwayat kesehatan dan kondisi psikologis
ibu dalam keadaan baik. Saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan tidak pernah kejang.
2. Riwayat Kanak Awal (1 – 3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tuanya. Riwayat minum ASI ada sampai umur 2
tahun. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal pasien
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak seusianya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (4 – 11 tahun)
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan saudaranya. Pasien mendapatkan
perhatian serta kasih sayang yang cukup. Pasien mengatakan dulu ia suka
bergaul dan berolahraga. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12 – 18 tahun)
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan saudaranya. Hubungan antara pasien
dan keluarganya baik. Pasien rajin beribadah, taat agama, dan menjadi pengurus
masjid di dekat rumahnya, serta rutin mengikuti jamaah tabligh di masjid.
Hubungan pasien dengan teman sebayanya baik dan tidak memiliki konflik.
G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu kandungnya. Hubungan dengan
anggota keluarga baik.
6
Jantung dan paru dalam batas normal
Tidak ada nyeri tekan abdomen
Ekstremitas atas dan bawah dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS 15 : E4M6V5
Tanda Rangsang Meninges : Kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)
Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm
Nervus Kranialis : Dalam batas normal
Sistem Saraf Motorik dan Sensorik Keempat Ekstremitas: Dalam
batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
8
persekutorik (meyakini dirinya mau dibunuh
oleh kakaknya dan meyakini suara-suara yang
didengarnya mau mencelakainya).
F. Pengendalian Impuls
Cukup baik selama wawancara dilakukan
G. Daya Nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Tilikan 1 (Pasien menyangkal dirinya sakit).
I.Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya.
9
berwarna Biru, perawakan sedang, perawatan diri kesan cukup. Kontak
mata ada, verbal ada. Pembicaraan spontan, lancar, dan intonasi biasa,
sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Kesadaran baik dan compos mentis.
Mood sulit dinilai, afek terbatas, terdapat keserasian mood dan afek, dan
rasa empati pasien tidak dapat dirabarasakan. Tidak terdapat hendaya dalam
berbahasa. Terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual,
dan gangguan isi pikir yaitu waham kebesaran dan waham persekutorik.
Produktivitas cukup, kontinuitas kadang irrelevan, dan sirkumstansial.
Taraf pasien dapat dipercaya. Pasien menyangkal dirinya sakit (Tilikan 1).
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu Pasien
mengamuk, berteriak-teriak, mau melempari batu orang di rumahnya,
serta mengambil parang untuk mengancam orang di rumahnya, keadaan
ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, keluarga dan
masyarakat sekitar serta menimbulkan disabilitas pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat
dalam menilai realitas berupa adanya halusinasi auditorik, visual,
gangguan persepsi dan isi pikir sehingga pasien didiagnosis mengalami
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pemeriksaan fisik internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status
mental, ditemukan adanya halusinasi auditorik, dan visual dengan
perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan. Sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) pasien didiagnosis
sebagai Skizofrenia (F20) karena pada pasien ini didapatkan gejala khas
dari Skizofrenia yaitu halusinasi (auditorik dan visual), waham kebesaran
dan waham persekutorik sehingga pasien dapat didiagnosis sebagai
10
Skizofrenia Paranoid (F20.0) berdasarkan Pedoman Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
B. Aksis II
Sebelum sakit pasien merupakan seseorang yang cukup aktif,
ramah, suka bersosialisasi, dan memiliki banyak teman. Data yang
diperoleh masih belum cukup untuk diarahkan kepada salah satu ciri
kepribadian. Tidak ditemukan adanya retardasi mental.
C. Aksis III
Tidak ditemukan adanya gangguan medis umum
D. Aksis IV
Masalah pribadi dari pasien yaitu pasien ditinggal nikah oleh
pacarnya dan saat ini memiliki keinginan untuk menikah lagi namun
belum mendapatkan calon istri.
E. Aksis V
GAF Scale saat ini adalah 70-61 (gejala dan disabilitas sedang)
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Faktor Pendukung :
- Gambaran klinis adalah gejala positif yang menonjol
- Pengobatan ditanggung BPJS sehingga dapat terus berobat
- Tidak ada gangguan organik yang menyertai
- Pasien tidak memiliki penyakit komorbid
- Pasien memiliki support system keluarga yang baik dan memahami
bahwa pasien membutuhkan pengobatan.
Faktor Penghambat :
- Fasilitas kesehatan memiliki jarak yang cukup jauh dari domisili pasien
- Adanya stressor yang masih berlangsung
- Riwayat tidak patuh minum obat
12
memiliki penampilan diri, adanya pengabaian pada diri sendiri atau tampak
tidak terawat, adanya bicara tidak teratur, tidak koheran atau tidak relevan,
dan/atau adanya gangguan emosi yang ditandai dengan apatis atau adanya
ketidakserasian antara perasaan yang ia katakan dengan ekspresi wajah atau
bahasa tubuhnya[2].
Pada umumnya, skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih
(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian[3].
Faktor yang berperan penting dalam skizofrenia adalah gen.
Skizofrenia dicurigai terjadi karena adanya pelepasan dari dopamine yang
berlebihan, pada pasien skizofrenia yang tidak mengonsumsi obat dapat
dilihat pada tomography study nya bahwa reseptor D2 pada nucleus caudate
nya meningkat. Sebuah hipotesa juga menyatakan peningkatan serotonin
menyebabkan gejala positif dan negative, oleh karena itu diberikan
clozapine, antipsikotik yang juga serotonin antagonis, untuk mengurangi
gejala positif. GABA juga berperan dalam patofisiologi skizofrenia karena
pada beberapa studi dikatakan bahwa pasien skizofrenia memiliki neuron
GABA yang berkurang di hippocampus sehingga terjadi hiperaktivitas dari
neuron dopaminergic[2]. Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III
:[4]
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) Thought
- “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
13
b) Delusion
- “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
- “Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan
atau penginderaan khusus)
- “Delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau;
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau;
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas;
e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
14
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuah sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Jenis-jenis skizofrenia dapat dibagi menjadi skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci
(undifferentiated), depresi pascaskizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia
simpleks, skizofrenia lainnya, dan skizofrenia YTT.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDJG-III:[4]
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
• Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
15
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan, kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
sehingga efektif juga untuk mengatasi gejala negatif pasien, seperti gangguan
perasaan (emosi), gangguan hubungan sosial, dan gangguan proses pikir[5].
Antipsikotik atipikal yang diberikan, yaitu Risperidone dan
Clozapine. Risperidone mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2),
α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Risperidone dosis 2 – 5 mg/hari
memiliki afinitas 60 terhadap D2 binding dengan afinitas 5HT2a lebih dari
70%[6]. Dengan demikian, obat ini efektif baik untuk gejala positif maupun
gejala negatif. Risperidone di metabolisme di hati dan diekskresi di urin
sehingga perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum,
risperidone ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi, otonomik, dan
ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis
anjurannya adalah 2-6 mg/hari[7].
Dosis clozapine yang diberikan pada pasien, yaitu 25 mg/24 jam/oral
yang diminum pada malam hari. Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-
16
gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitas) maupun yang
negatif (sosial disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek sedasi
pada Clozapine tinggi sehingga dapat menimbulkan rasa kantuk,
kewaspadaan berkurang, dan kinerja psikomotor menurun. Selain itu,
Clozapine memiliki efek samping paling minimal terhadap gangguan
ekstrapiramidal. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu,
diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Dosis
dapat diberikan 25-100 mg dalam 1-2 kali pemberian[5].
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat antipsikosis berupa
adanya inhibisipsikomotor, sedasi, gangguan otonomik, seperti hipotensi,
mulut kering, gangguan irama jantung, gangguan endokrin, seperti
amenorrhoe, gynaecomastia, serta gangguanekstrapiramidal, seperti dystonia
akut, akathisia, dan sindrom Parkinson (tremor, bradykinesia, rigiditas)[5].
Bila terrjadi sindrom Parkinson maka dapat diberikan Trihexyphenidyl 3-4 x
2 mg/hari atau sulfas atropine 0,5-0,75 mg/IM. Efek samping dapat
irreversible, yaitu terjadinya tardive dyskinesia (Gerakan involunter pada
lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak yang dapat menghilang pada
waktu tidur. Efek ini biasanya timbul pada pemakaian jangka panjang dan
pada pasien usia lanjut. Bila gejala tersebut terjadi, obat antipsikosis dapat
dihentikan secara perlahan atau diganti dengan obat lain seperti Reserpine
2,5 mg/h (dopamine depleting agent) atau Thioridazine (dosis ekivalen)
dimana efek samping ekstrapiramidalnya sangat ringan[5].
Pasien dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu psikoterapi
suportif dan sosioterapi yang dianjurkan setelah pasien tenang. Psikoterapi
dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki
hubungan interpersonal. Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk
keluarga pasien, atau orang sekitar pasien agar dapat menerima keadaan
pasien dan menciptakan suasana yang dapat mempercepat penyembuhan
pasien[2].
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS
P : saya bekerja di bengkel dok tapi akhir-akhir ini sudah tidak bekerja mi
dok
D : Boleh saya tau alasannya bapak tidak bekerja lagi?
P : Saya merasa tidak semangat lagi dan bengkel juga sudah sepi
dok D : pendidikan terakhir ta?
P : saya dulu kuliah pertanian di politeknik pangkep dok dan selesai
D : baik pak, sebelumnya pernah mki berobat?
P : belum dok.
D : Jadi kemarin pertama kali ke dadi ki ya?
P : iya dok
19
D : oiyye, tabe apa keluhannya bapak sampai bapak datang kesini?
P : akhir-akhir ini saya sering susah tidur dok bahkan pernah nda tidur dok
D : baik bapak, bisa kita ceritakan pelan-pelan ya, awal mula kenapa bisa
bapak susah tidur?
P : akhir akhir ini saya banyak pikiran dok, tempat bengkelku saat ini sepi
sekali dok, bahkan pernah dalam satu hari nda ada pelanggan datang di bengkel
saya dok.
D : Oiyye baik bapak, selain itu apa ada lagi yang bikin kita rasa banyak
pikiran pak?
P : Iye ada dok, sekarang saya ada cicilan rumah dok dan belum selesai
pengerjaan rumahnya dok. Mana lagi ibu saya juga lagi sakit dok. Sering saya
kepikiran dengan itu dok dan itumi biasa buatka tiba-tiba sedih dok.
D : Oiyye baik pak, jadi bapak tadi bilang kalau bapak banyak pikiran,
dan susah tidur, selain itu apakah ada rasa seperti tidak ingin melakukan apa
apa, atau ada hal yang bapak suka lakukan tiba tiba tidak suka lagi?
P : iye dok saya sekarang sudah malas beraktivitas, tidak ada mi juga
semangatku kerja apa apa dok.
D : kalau hobi ta? Ada hal yang dulu kira suka lakukan sekarang tidak?
P : Iye dok saya dulu sering main bola dengan teman-teman saya dok,
biasa juga saya dengar musik dok. Dulu saya suka ajak keluarga ku jalan-jalan
tapi sekarang sudah nda bisama nikmati dok.
D : oiyye kalau pekerjaan ta bagaimana pak? Tidak tergangguji, bisa jaki
fokus sama pekerjaanta?
P : akhir-akhir ini sudah tidak dok dok, saya nda fokus mi bekerja dok
dan nda terlalu semangatma bekerja dok apalagi pelanggan di bengkel juga sepi
mi dok jadi kayak nda ada skali mi kubikin kurasa dok
D : pernah ki ada percobaan mau ki lukai dirita?
P : tidak ada ji dok, saya takut kalau mati ka dok, tidak ada nanti urus istri
sama anakku dok.
D : kalau makanta? Nda adaji nafsu makan menurun? Atau berat badanta
turun?
P : menurun skali nafsu makan ku dok, bahkan kalau saya paksa makan
kayak rasa hambar ji itu makananku dok. Saya rasa ji juga berat badanku turun
dok
20
D : oh iye, jadi sekarang kita hanya tinggal sama istri dan anakta? Istri ta
kerjanya dimana?
P : Iye dok, istriku nda bekerja dok, anak-anakku juga masih kecil dok
D : hubunganta sama keluarga ta terutama istri dan anak ta baikji?
P : ia baikji dok
D : Oiyye tadi kita bilang ibu ta lagi sakit, sudah berapa lama mi sakitnya
ibu ta pak?
P : Sudah lama mi dok, mungkin ada 1 tahun ini sakitnya dok, terus bapak
juga sudah lumayan tua jadi saya juga harus bantu rawat ibu ku dok, karena
saudara-saudara ku semua jauh dok.
D : oh iye baik, kalau boleh tau berapa bersaudara ki?
P : saya 6 bersaudara dok, dulu sebelum menikah masih sama-sama
tinggal dengan orang tua dok
D : oh iye, ada lagi keluhan lain yang kita rasa? Seperti dengar dengar
suara atau melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat, mencium aroma yang
orang lain tidak bisa cium, merasa seperti dipegang tapi tidak ada yang pegang?
21
P : disekolah saya punya banyak temanji dok, saya gampang bergaul, saya
suka main bola sama teman-temanku. Saya tidak pernah membuat konflik
disekolah dok
D : oh iye, kalau pulang sekolah bagaimana, biasaji jalan jalan sama
temanta?
P : Iye dok biasa sama-samaka temanku pulang kalau searah rumahku
D : oh iye, kalau saat berkerja? Hubunganta sama rekan kerja baikji?
Tidak pernah ji juga ada konflik?
P : iye tidak ada ji dok, hubungan sama rekan kerja baikji, saya juga
termasuk karyawan yang rajin, dan tidak pernah membuat konflik
D : oh iye, kalau dikeluargata ada yang punya gejala yang sama dengan
kita?
P : tidak adaji dok.
D : terakhir mungkin, untuk kendala aktivitas sehari-hari bagaimana?
mandi dan makanta bagaimana?
P : kalau aktivitas saya paksakan mami dok, untuk mandi saya tetap ji
rajin dan untuk makan saya paksakan ji juga dok walaupun rasanya hambar ki
dok kurasa.
D : oh iye, ada lagi keluhan lain yang kita rasakan selain semua yang kita
ceritakan?
P : tidak ada mi dok, sudah semua
D : oh iye baik, iyek baik pak, mungkin sekian pertanyaan dari saya,
terimakasih banyak pak sudah mau luangkan waktu ta, sehat sehat ki dan jangki
lupa minum obatta.
P : iyek sama sama dok, terimakasih juga.
22