Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

DISUSUN OLEH :
Az Zahra Shafira Subhan
C014221002

RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Rismayanti

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp. KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Az Zahra Shafira Subhan

NIM : C014221002

Judul Lapsus Non - Psikotik : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, 19 Januari 2023

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp. KJ dr. Rismayanti

2
LAPORAN KASUS
EPISODE DEPRESIF BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. BB
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Cerai hidup
Agama : Islam
Alamat : Palaonro, Kabupaten Bone
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 Desember 2022 jam 20.00 WITA dengan keluhan mengamuk.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Keluhan dan Gejala
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang oleh kakak kandung ke PHCU RSKD
Dadi untuk ke-3 kalinya karena mengamuk yang dialami sejak 2 minggu, dan
memberat 1 minggu terakhir. Pasien berteriak-teriak, mau melempari batu
orang di rumahnya, serta mengambil parang untuk mengancam orang di
rumahnya. Pasien juga sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Pasien
mengaku sebagai Nabi dan menganggap semua orang salah. Pasien sering
mendengar suara laki-laki yang diyakini pasien adalah malaikat yang menyuruh
pasien untuk makan, tidur dan sholat. Pasien juga mengaku diminta bunuh diri
oleh setan dari suara yang ia dengar. Pasien berencana ingin menyebarkan
ajaran islam yang sebenarnya di daerahnya.
Awal perubahan perilaku dialami sejak tahun 1988, saat itu pasien
mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya. Penyebab
perubahan perilaku menurut keluarga diduga karena pacarnya menikah dengan
orang lain.

3
Riwayat pengobatan psikiatri terakhir di RSKD Dadi sekitar awal tahun
2019, keluarga tidak mengetahui obat yang diberikan saat itu. Pasien juga
memiliki riwayat berobat di Avicenna selama beberapa tahun, namun tidak
diketahui obatnya. Terakhir berobat jiwa di Kab. Bantaeng selama lebih dari 1
tahun dan diberi obat Haloperidol 1,5 mg 2x1, Arkine 2 mg 2x1, Lorazepam 2
mg 2x1, Diazepam 5 mg 1x1, Chlorpromazin HCl 25 mg 1x1, dan Fluoxetine
20 mg 1x1. Pasien akhir-akhir ini tidak terkontrol obatnya karena kakaknya
yang biasanya mengingatkan minum obat sedang berada di luar kota dan
ibunya yang tinggal serumah dengan pasien sering lupa mengingatkan pasien
untuk minum obat.

2. Hendaya/Disfungsi
 Hendaya dalam bidang sosial ada
 Hendaya dalam pekerjaan ada
 Hendaya waktu senggang ada

3. Faktor Stressor Psikososial


Pasien ditinggal nikah oleh pacarnya. Pasien juga memiliki riwayat bercerai
tahun 2015, dan saat ini memiliki keinginan untuk menikah lagi namun belum
mendapatkan calon istri.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit dahulu seperti infeksi, trauma
kapitis, dan kejang maupun penyakit sistemik berat lainnya yang mempengaruhi
fungsi otak.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah ada riwayat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
Pasien merokok sejak tahun 1996 hingga sekarang dengan rata-rata konsumsi
rokok sebanyak 8 batang per hari, namun apabila dalam keadaan sakit bisa
menghabiskan 16-32 batang per hari.

4
3. Riwayat Penyakit Psikiatri Sebelumnya
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah sendiri dengan bantuan dukun, cukup bulan
dan berat badan lahir tidak diketahui. Riwayat kesehatan dan kondisi psikologis
ibu dalam keadaan baik. Saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan tidak pernah kejang.
2. Riwayat Kanak Awal (1 – 3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tuanya. Riwayat minum ASI ada sampai umur 2
tahun. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal pasien
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak seusianya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (4 – 11 tahun)
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan saudaranya. Pasien mendapatkan
perhatian serta kasih sayang yang cukup. Pasien mengatakan dulu ia suka
bergaul dan berolahraga. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12 – 18 tahun)
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan saudaranya. Hubungan antara pasien
dan keluarganya baik. Pasien rajin beribadah, taat agama, dan menjadi pengurus
masjid di dekat rumahnya, serta rutin mengikuti jamaah tabligh di masjid.
Hubungan pasien dengan teman sebayanya baik dan tidak memiliki konflik.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja.
2. Riwayat Pernikahan
Cerai hidup tahun 2015.
3. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan baik.
Pasien rajin ke masjid untuk shalat berjamaah.
F. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara [♂,♀,♂,♂,♂,♀,♂].
Pasien tinggal bersama saudaranya dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya,
namun saat ini tinggal bersama ibunya karena saudara-saudaranya sudah
5
tinggal terpisah dan ayahnya sudah meninggal. Pasien pernah tinggal bersama
istri dan anaknya [♂(5 tahun)], namun saat ini sudah bercerai. Hubungan
dengan anggota keluarga baik. Riwayat keluarga pasien dengan gangguan jiwa
tidak ada.
Genogram:

G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu kandungnya. Hubungan dengan
anggota keluarga baik.

H. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien menyangkal dirinya sakit, dan ingin segera pulang menyebarkan
ajaran agama yang sebenarnya di daerahnya (Tilikan 1).

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4M5V6)
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- Suhu : 36.5°C
- Pernapasan : 20x/menit
 Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

6
 Jantung dan paru dalam batas normal
 Tidak ada nyeri tekan abdomen
 Ekstremitas atas dan bawah dalam batas normal
B. Status Neurologis
 GCS 15 : E4M6V5
 Tanda Rangsang Meninges : Kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)
 Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm
 Nervus Kranialis : Dalam batas normal
 Sistem Saraf Motorik dan Sensorik Keempat Ekstremitas: Dalam
batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. STATUS MENTAL


Tempat : IGD RSKD Dadi Makassar
Waktu : Kamis, 12 Januari 2023
Waktu : 13.00 WITA
A. Deskripsi Umum
 Penampilan : Tampak seorang laki-laki berumur
45 tahun, wajah sesuai umur, warna
kulit sawo matang, rambut hitam
lurus, memakai baju panjang
berwarna Biru, perawakan sedang,
perawatan diri
kesan cukup.
 Kesadaran : Compos mentis
- Kuantitas : GCS 15 (E4M6V5)
- Kualitas : Berubah
 Aktivitas Psikomotor : Gelisah
 Pembicaraan : Spontan, lancar, dan intonasi biasa
 Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
7
1. Taraf pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan (S1)
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Orang : Baik
- Tempat : Baik
4. Daya ingat
- Jangka panjang : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka pendek : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Suka menulis dan memiliki tulisan yang bagus.
7. Kemampuan menolong : Baik
diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi - Auditorik : Pasien mendengar suara malaikat yang
mengatakan banyak hal, mendengar suara-suara yang
sering mengancam seperti mau memukul dan
membunuhnya, mendengar suara setan yang tidak jelas
serta mendengar suara Allah.
- Visual : Melihat cahaya yang diyakini sebagai Allah
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran :
- Produktivitas : Cukup
- Kontinuitas : Kadang irrelevan dan sirkumstansial
- Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran :
- Pre-okupasi : Tidak ada
- Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran (mengatakan dirinya
Imam Mahdi dan Nabi bernama Samuel, serta
bisa berkomunikasi dengan Allah; Waham

8
persekutorik (meyakini dirinya mau dibunuh
oleh kakaknya dan meyakini suara-suara yang
didengarnya mau mencelakainya).
F. Pengendalian Impuls
Cukup baik selama wawancara dilakukan
G. Daya Nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Tilikan 1 (Pasien menyangkal dirinya sakit).
I.Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki usia 45 tahun datang oleh kakak kandung ke IGD
Jiwa RSKD Dadi untuk ke-3 kalinya karena mengamuk yang dialami
sejak 2 minggu, dan memberat 1 minggu terakhir. Pasien berteriak-teriak,
mau melempari batu orang di rumahnya, serta mengambil parang untuk
mengancam orang di rumahnya. Awal mula perubahan perilaku sejak
tahun 1988, awalnya pasien mengamuk dan menghancurkan barang-
barang di rumahnya. Penyebab perubahan perilaku menurut keluarga
karena pacarnya menikah dengan orang lain. Riwayat pengobatan psikiatri
terakhir di RSKD Dadi sekitar awal tahun 2019, keluarga tidak
mengetahui obat yang diberikan saat itu. Terakhir berobat jiwa di Kab.
Bantaeng selama lebih dari 1 tahun dan diberi obat Haloperidol 1,5 mg
2x1, Arkine 2 mg 2x1, Lorazepam 2 mg 2x1, Diazepam 5 mg 1x1,
Chlorpromazin HCl 25 mg 1x1, dan Fluoxetine 20 mg 1x1. Pasien akhir-
akhir ini tidak terkontrol obatnya karena kakaknya yang biasanya
mengingatkan minum obat sedang berada di luar kota dan ibunya yang
tinggal serumah dengan pasien sering lupa mengingatkan pasien untuk
minum obat.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki
berumur 45 tahun, wajah tampak sesuai usia, memakai baju panjang

9
berwarna Biru, perawakan sedang, perawatan diri kesan cukup. Kontak
mata ada, verbal ada. Pembicaraan spontan, lancar, dan intonasi biasa,
sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Kesadaran baik dan compos mentis.

Mood sulit dinilai, afek terbatas, terdapat keserasian mood dan afek, dan
rasa empati pasien tidak dapat dirabarasakan. Tidak terdapat hendaya dalam
berbahasa. Terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual,
dan gangguan isi pikir yaitu waham kebesaran dan waham persekutorik.
Produktivitas cukup, kontinuitas kadang irrelevan, dan sirkumstansial.
Taraf pasien dapat dipercaya. Pasien menyangkal dirinya sakit (Tilikan 1).
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu Pasien
mengamuk, berteriak-teriak, mau melempari batu orang di rumahnya,
serta mengambil parang untuk mengancam orang di rumahnya, keadaan
ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, keluarga dan
masyarakat sekitar serta menimbulkan disabilitas pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat
dalam menilai realitas berupa adanya halusinasi auditorik, visual,
gangguan persepsi dan isi pikir sehingga pasien didiagnosis mengalami
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pemeriksaan fisik internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status
mental, ditemukan adanya halusinasi auditorik, dan visual dengan
perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan. Sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) pasien didiagnosis
sebagai Skizofrenia (F20) karena pada pasien ini didapatkan gejala khas
dari Skizofrenia yaitu halusinasi (auditorik dan visual), waham kebesaran
dan waham persekutorik sehingga pasien dapat didiagnosis sebagai

10
Skizofrenia Paranoid (F20.0) berdasarkan Pedoman Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
B. Aksis II
Sebelum sakit pasien merupakan seseorang yang cukup aktif,
ramah, suka bersosialisasi, dan memiliki banyak teman. Data yang
diperoleh masih belum cukup untuk diarahkan kepada salah satu ciri
kepribadian. Tidak ditemukan adanya retardasi mental.
C. Aksis III
Tidak ditemukan adanya gangguan medis umum
D. Aksis IV
Masalah pribadi dari pasien yaitu pasien ditinggal nikah oleh
pacarnya dan saat ini memiliki keinginan untuk menikah lagi namun
belum mendapatkan calon istri.
E. Aksis V
GAF Scale saat ini adalah 70-61 (gejala dan disabilitas sedang)

VII. DAFTAR PROBLEM


A. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik namun ditemukan gejala
klinik yang bermakna akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmitter.
Oleh karena itu, pasien membutuhkan farmakoterapi dalam mengatasi
gejala pasien.
B. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam kehidupan pribadi dan
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
C. Sosiologik
Pasien mengalami hendaya dalam penggunaan waktu senggang,
hubungan sosial, dan pekerjaan sehingga pasien memerlukan sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


A. Farmakoterapi
- Risperidone 2 mg 1 tab/12 jam/oral
- Clozapine 25 mg/24 jam/oral (malam)
B. Psikoterapi Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
11
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi
penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi
pasien supaya mau minum obat secara teratur.
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang di sekitar pasien agar
bisa membantu terapi, menerima pasien, mendukung penyembuhan
dengan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung.

IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Faktor Pendukung :
- Gambaran klinis adalah gejala positif yang menonjol
- Pengobatan ditanggung BPJS sehingga dapat terus berobat
- Tidak ada gangguan organik yang menyertai
- Pasien tidak memiliki penyakit komorbid
- Pasien memiliki support system keluarga yang baik dan memahami
bahwa pasien membutuhkan pengobatan.
Faktor Penghambat :
- Fasilitas kesehatan memiliki jarak yang cukup jauh dari domisili pasien
- Adanya stressor yang masih berlangsung
- Riwayat tidak patuh minum obat

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Skizofrenia adalah gangguan psikotik fungsional yang ditandai
dengan adanya keyakinan delusi, halusinasi, dan gangguan dalam pikiran,
persepsi, dan perilaku. Secara tradisional, gejala telah dibagi menjadi dua
kategori utama: gejala positif, yang meliputi halusinasi, delusi, dan

gangguan pikiran formal, dan gejala negatif seperti anhedonia, kemiskinan


bicara, dan kurangnya motivasi[1].
Selain itu, adanya perilaku abnormal, dimana didapatkan perilaku
tidak teratur seperti jalan tanpa tujuan, bergumam atau tertawa diri sendiri,

12
memiliki penampilan diri, adanya pengabaian pada diri sendiri atau tampak
tidak terawat, adanya bicara tidak teratur, tidak koheran atau tidak relevan,
dan/atau adanya gangguan emosi yang ditandai dengan apatis atau adanya
ketidakserasian antara perasaan yang ia katakan dengan ekspresi wajah atau
bahasa tubuhnya[2].
Pada umumnya, skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih
(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian[3].
Faktor yang berperan penting dalam skizofrenia adalah gen.
Skizofrenia dicurigai terjadi karena adanya pelepasan dari dopamine yang
berlebihan, pada pasien skizofrenia yang tidak mengonsumsi obat dapat
dilihat pada tomography study nya bahwa reseptor D2 pada nucleus caudate
nya meningkat. Sebuah hipotesa juga menyatakan peningkatan serotonin
menyebabkan gejala positif dan negative, oleh karena itu diberikan
clozapine, antipsikotik yang juga serotonin antagonis, untuk mengurangi
gejala positif. GABA juga berperan dalam patofisiologi skizofrenia karena
pada beberapa studi dikatakan bahwa pasien skizofrenia memiliki neuron
GABA yang berkurang di hippocampus sehingga terjadi hiperaktivitas dari
neuron dopaminergic[2]. Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III
:[4]
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):

a) Thought
- “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
13
b) Delusion
- “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
- “Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan
atau penginderaan khusus)
- “Delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau;
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau;
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau


berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas;
e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

14
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisaj (excitement), posisi


tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;

h) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,


dan respons emosional yang menumpuk atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama


kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);

• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuah sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Jenis-jenis skizofrenia dapat dibagi menjadi skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci
(undifferentiated), depresi pascaskizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia
simpleks, skizofrenia lainnya, dan skizofrenia YTT.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDJG-III:[4]
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
• Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

15
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan, kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Pada pasien direncanakan untuk pemberian farmakoterapi dengan


tujuan untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien, dan
untuk mengurangi gejala psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, gejala
negatif, gejala positif, serta gejala afek. Obat yang diberikan pada pasien
merupakan obat golongan antipsikotik atipikal. Mekanisme obat anti psikosis
atipikal, disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 receptor yang efektif
untul mengatasi gejala-gejala positif yang dimiliki oleh pasien, seperti
adanya halusinasi dan perilaku yang tidak terkendali, juga berafinitas
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist)

sehingga efektif juga untuk mengatasi gejala negatif pasien, seperti gangguan
perasaan (emosi), gangguan hubungan sosial, dan gangguan proses pikir[5].
Antipsikotik atipikal yang diberikan, yaitu Risperidone dan
Clozapine. Risperidone mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2),
α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Risperidone dosis 2 – 5 mg/hari
memiliki afinitas 60 terhadap D2 binding dengan afinitas 5HT2a lebih dari
70%[6]. Dengan demikian, obat ini efektif baik untuk gejala positif maupun
gejala negatif. Risperidone di metabolisme di hati dan diekskresi di urin
sehingga perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum,
risperidone ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi, otonomik, dan
ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis
anjurannya adalah 2-6 mg/hari[7].
Dosis clozapine yang diberikan pada pasien, yaitu 25 mg/24 jam/oral
yang diminum pada malam hari. Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-

16
gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitas) maupun yang
negatif (sosial disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek sedasi
pada Clozapine tinggi sehingga dapat menimbulkan rasa kantuk,
kewaspadaan berkurang, dan kinerja psikomotor menurun. Selain itu,
Clozapine memiliki efek samping paling minimal terhadap gangguan
ekstrapiramidal. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu,
diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Dosis
dapat diberikan 25-100 mg dalam 1-2 kali pemberian[5].
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat antipsikosis berupa
adanya inhibisipsikomotor, sedasi, gangguan otonomik, seperti hipotensi,
mulut kering, gangguan irama jantung, gangguan endokrin, seperti
amenorrhoe, gynaecomastia, serta gangguanekstrapiramidal, seperti dystonia
akut, akathisia, dan sindrom Parkinson (tremor, bradykinesia, rigiditas)[5].
Bila terrjadi sindrom Parkinson maka dapat diberikan Trihexyphenidyl 3-4 x
2 mg/hari atau sulfas atropine 0,5-0,75 mg/IM. Efek samping dapat
irreversible, yaitu terjadinya tardive dyskinesia (Gerakan involunter pada
lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak yang dapat menghilang pada

waktu tidur. Efek ini biasanya timbul pada pemakaian jangka panjang dan
pada pasien usia lanjut. Bila gejala tersebut terjadi, obat antipsikosis dapat
dihentikan secara perlahan atau diganti dengan obat lain seperti Reserpine
2,5 mg/h (dopamine depleting agent) atau Thioridazine (dosis ekivalen)
dimana efek samping ekstrapiramidalnya sangat ringan[5].
Pasien dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu psikoterapi
suportif dan sosioterapi yang dianjurkan setelah pasien tenang. Psikoterapi
dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki
hubungan interpersonal. Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk
keluarga pasien, atau orang sekitar pasien agar dapat menerima keadaan
pasien dan menciptakan suasana yang dapat mempercepat penyembuhan
pasien[2].

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Hany M, Rehman B, Azhar Y et al. Schizophrenia - StatPearls - NCBI


Bookshelf [Internet]. 2022. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539864/
2. Benjamin James Sadock, MD and Virginia Alcott Sadock M. Kaplan and
Sadock’s synopsis of psychiatry 10th edition Lippincott Williams and
Wilkins [Internet]. Indian Journal of Psychiatry; 2009
3. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-
110334.
4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Cetakan ke 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya,
Jakarta. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
267 p.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ke-
3. Jakarta. Penerbit Bagian Ilmu Kedokt Jiwa, FK Unika Atma Jaya hal.
2007;36–41.
6. T. DiPiro J, Talbert R. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach.
7th ed. McGraw Hill Education; 2008.

7. Herdarsyah F. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan


Gejala-Gejala Positif dan Negatif. Indonesia, 2016.

18
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 12 Januari 2023 di Perawatan


Palm RSKD Dadi
D : Dokter Muda
P : Pasien

D : Assalamualaikum pak, perkenalkan saya naufal dokter muda Nisa


yang mau tanya tanya ki pak, apakah bersedia jaki pak?
P : iyek dok, bersedia dok.
D : siapa nama lengkap ta pak?
P : BB dok
D : nama panggilannya siapa pak?
P : B dok
D : Umurnya bapak berapa?
P : 34 tahun dok
D : Bapak lahir dimana dan ingat tanggal lahirnya?
P : Di Pangkep, 6 juli 1988
D : Bapak sudah menikah ?
P : Sudah dok, ini anak saya datang juga
dok D : Bapak tinggal dimana?
P : di Balangkatala, pangkep dok
D : Tabe apa pekerjaan ta pak?

P : saya bekerja di bengkel dok tapi akhir-akhir ini sudah tidak bekerja mi
dok
D : Boleh saya tau alasannya bapak tidak bekerja lagi?
P : Saya merasa tidak semangat lagi dan bengkel juga sudah sepi
dok D : pendidikan terakhir ta?
P : saya dulu kuliah pertanian di politeknik pangkep dok dan selesai
D : baik pak, sebelumnya pernah mki berobat?
P : belum dok.
D : Jadi kemarin pertama kali ke dadi ki ya?
P : iya dok
19
D : oiyye, tabe apa keluhannya bapak sampai bapak datang kesini?
P : akhir-akhir ini saya sering susah tidur dok bahkan pernah nda tidur dok

D : baik bapak, bisa kita ceritakan pelan-pelan ya, awal mula kenapa bisa
bapak susah tidur?
P : akhir akhir ini saya banyak pikiran dok, tempat bengkelku saat ini sepi
sekali dok, bahkan pernah dalam satu hari nda ada pelanggan datang di bengkel
saya dok.
D : Oiyye baik bapak, selain itu apa ada lagi yang bikin kita rasa banyak
pikiran pak?
P : Iye ada dok, sekarang saya ada cicilan rumah dok dan belum selesai
pengerjaan rumahnya dok. Mana lagi ibu saya juga lagi sakit dok. Sering saya
kepikiran dengan itu dok dan itumi biasa buatka tiba-tiba sedih dok.
D : Oiyye baik pak, jadi bapak tadi bilang kalau bapak banyak pikiran,
dan susah tidur, selain itu apakah ada rasa seperti tidak ingin melakukan apa
apa, atau ada hal yang bapak suka lakukan tiba tiba tidak suka lagi?
P : iye dok saya sekarang sudah malas beraktivitas, tidak ada mi juga
semangatku kerja apa apa dok.
D : kalau hobi ta? Ada hal yang dulu kira suka lakukan sekarang tidak?
P : Iye dok saya dulu sering main bola dengan teman-teman saya dok,
biasa juga saya dengar musik dok. Dulu saya suka ajak keluarga ku jalan-jalan
tapi sekarang sudah nda bisama nikmati dok.
D : oiyye kalau pekerjaan ta bagaimana pak? Tidak tergangguji, bisa jaki
fokus sama pekerjaanta?
P : akhir-akhir ini sudah tidak dok dok, saya nda fokus mi bekerja dok
dan nda terlalu semangatma bekerja dok apalagi pelanggan di bengkel juga sepi
mi dok jadi kayak nda ada skali mi kubikin kurasa dok
D : pernah ki ada percobaan mau ki lukai dirita?
P : tidak ada ji dok, saya takut kalau mati ka dok, tidak ada nanti urus istri
sama anakku dok.
D : kalau makanta? Nda adaji nafsu makan menurun? Atau berat badanta
turun?
P : menurun skali nafsu makan ku dok, bahkan kalau saya paksa makan
kayak rasa hambar ji itu makananku dok. Saya rasa ji juga berat badanku turun
dok

20
D : oh iye, jadi sekarang kita hanya tinggal sama istri dan anakta? Istri ta
kerjanya dimana?
P : Iye dok, istriku nda bekerja dok, anak-anakku juga masih kecil dok
D : hubunganta sama keluarga ta terutama istri dan anak ta baikji?
P : ia baikji dok
D : Oiyye tadi kita bilang ibu ta lagi sakit, sudah berapa lama mi sakitnya
ibu ta pak?
P : Sudah lama mi dok, mungkin ada 1 tahun ini sakitnya dok, terus bapak
juga sudah lumayan tua jadi saya juga harus bantu rawat ibu ku dok, karena
saudara-saudara ku semua jauh dok.
D : oh iye baik, kalau boleh tau berapa bersaudara ki?
P : saya 6 bersaudara dok, dulu sebelum menikah masih sama-sama
tinggal dengan orang tua dok
D : oh iye, ada lagi keluhan lain yang kita rasa? Seperti dengar dengar
suara atau melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat, mencium aroma yang
orang lain tidak bisa cium, merasa seperti dipegang tapi tidak ada yang pegang?

P : tidak adaji dok


D : oiyye, saya mau tau masa kecilta, bagaimana ji saat lahir, normalji kita
dilahirkan? ASI nya cukup bulanji?
P : iya dok saya dilahirkan normal, ASI ku kalau nda salah sampai 2 tahun
dok.
D : oh iye, saat kecil hingga sekarang, pernahki ada sakit infeksi
yang sampai kitadirawat? Atau kecelakaan, kejang kejang?
P : tidak pernah ji dok
D : tabe di mohon maaf sebelumnya, apakah pernah ki konsumsi obat
obattan terlarang? Atau alcohol, merokok?
P : tidak pernah dok
D : oh iye, kalau kehidupan sekolah ta bagaimana? SD sampai SMA
dimanaki?
P : saya SD sampai SMA di Pangkep dok
D : saat sekolah itu tinggal sama siapa?
P : sama orang tua ji dok
D : oh iye, bagaimanji saat disekolah, banyak ji tementa? Tidak ada ji
konflik?

21
P : disekolah saya punya banyak temanji dok, saya gampang bergaul, saya
suka main bola sama teman-temanku. Saya tidak pernah membuat konflik
disekolah dok
D : oh iye, kalau pulang sekolah bagaimana, biasaji jalan jalan sama
temanta?
P : Iye dok biasa sama-samaka temanku pulang kalau searah rumahku
D : oh iye, kalau saat berkerja? Hubunganta sama rekan kerja baikji?
Tidak pernah ji juga ada konflik?
P : iye tidak ada ji dok, hubungan sama rekan kerja baikji, saya juga
termasuk karyawan yang rajin, dan tidak pernah membuat konflik
D : oh iye, kalau dikeluargata ada yang punya gejala yang sama dengan
kita?
P : tidak adaji dok.
D : terakhir mungkin, untuk kendala aktivitas sehari-hari bagaimana?
mandi dan makanta bagaimana?
P : kalau aktivitas saya paksakan mami dok, untuk mandi saya tetap ji
rajin dan untuk makan saya paksakan ji juga dok walaupun rasanya hambar ki
dok kurasa.
D : oh iye, ada lagi keluhan lain yang kita rasakan selain semua yang kita
ceritakan?
P : tidak ada mi dok, sudah semua
D : oh iye baik, iyek baik pak, mungkin sekian pertanyaan dari saya,
terimakasih banyak pak sudah mau luangkan waktu ta, sehat sehat ki dan jangki
lupa minum obatta.
P : iyek sama sama dok, terimakasih juga.

22

Anda mungkin juga menyukai