Musnawati
1
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035, diakses
http://www.bruneiembassy.org/brunei-vision-2035.html .
2
Wawasan Brunei 2035, https://policy.asiapacificenergy.org/sites/default/files/
GOV%20%20Wawasan%20 Brunei%202035.pdf.
3
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035. Op. Cit.
2
4
Department of Economic Planning and Development, 2012, Tenth National
Development Plan (2012- 2017) Brunei Darussalam: Section 2 Economic Performance and
Prospect of Brunei Darussalam. Brunei Darussalm: Prime Minister Office, hal. 23
5
Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses dalam https://oxfordbusinessgroup.com/brunei%E2%80%99s-halal-
industry-earmarked-key- role-economic-expansion (17/11/2020, 13:03 WIB).
6
Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-market.
7
ERIA, Study on Halal Industry Investment in Brunei Darussalam Final Report,
Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, diakses dalam
https://www.eria.org/old/events/Brunei _Halal_EN.pdf (18/11/2020, 23:17 WIB)
8
et.al., The Viability of Halal Food Industry for Brunei Economic Diversification:
SWOT Analysis, International Journal of Social Science, Vol, 3, No, 3, USA: Global Research
and Development Services, hal. 5.
3
Holdings Sdn Bhd sebagai perusahaan nasional resmi yang mengelola dan merupakan
pemilik dari merk “Brunei Halal”. Tujuan dari didirikannya Brunei Wafirah Holdings
Sdn Bhd yaitu untuk melakukan pengembangan, pemasaran, serta melakukan promosi
terhadap produk-produk halal Brunei di seluruh dunia.17 Pada tahun 2016, industri halal
juta. Selanjutnya, di tahun 2017, keuntungan yang didapatkan dari bisnis halal mencapai
BND 43,2. Makanan dan minuman halal merupakan bidang yang paling banyak
industry-generating- investor–appetite/
15
Ministry of Commerce, Chinese Embassy Encourage Halal Food Cooperation
between Brunei and China,
http://bn2.mofcom.gov.cn/aarticle/chinanews/200604/20060401943309.html
16
Cristalina Jalil Marsal. Op. Cit.
17
Khalid, A. M., M. Haji Masr, N. Muhammad and W.L Pang, 2018, Brunei
Darussalam: Halal Meat and Meat Products Processing, in Gross, Jeremy and P.S Intal, Jr.
(eds), Reducing Unnecessary Regulatory Burdens in ASEAN: Country Studies, Jakarta: ERIA,
hal. 94.
18
Xinhua, Brunei Expects Closer Cooperation in Halal Business with China, diakses dalam
http://www.chinadaily.com.cn/business/2017-08/24/content_31059036.htm .
5
pada tahun 2017 mengenai pengembangan industri halal dan ekspor halal.19
19
Borneo Bulletin, Forging Cooperation in Halal Sector, diakses dalam
https://borneobulletin.com.bn/2020/09/forging-cooperation-in-halal-sector-2/
20
Brunei Halal Foods, About Us, diakses dalam http://brunei-halal.com/ghanim-international-
corporation/ (28/02/2023, 13:33 WIB).
21
Ibid.,
6
Islam dan mampu meraup keuntugan dalam pasar halal globalseperti Timur Tengah,
Asia, dan Amerika Utara. Simpor Pharma Sdn Bhd juga merupakan perusahaan farmasi
pertama didunia yang memiliki regulasi dalam mensertifikasi produk obat-obatan,
nutraceutical, dan kosmetik halal.22
Pada 28 Oktober 2018, Simpor Pharma Sdn Bhd mendapat penghargaan dari
Mejelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mendapat nilai A sebagai produsen farmasi dan
kosmetika halal yang telah teruji dari sistem hingga proses produksinya. Produk yang
dihasilkan dari Simpor Pharma Sdn Bhd telah sesuai dengan standar sertifikasi
Kemetrian Kesehatan Brunei dan juga Kementrian Kesehatan Kanada, terlebih telah
tersertifikasi sesuai dengan standar Good Manufacturing Product (GMP). Simpor
Pharma Sdn Bhd memberi perhatian penuh pada tahapan produksinya mulai dari
kualitas, kebersihan, dan kepatuhan untuk menjamin kualitas serta keamanan produk
untuk dikonsumsi dan dipasarkan.
Produk-produk yang dihasilkan oleh Simpor Pharma Sdn Bhd berupa produk
obat-obatan, suplemen kesehatan, vitamin-mineral, suplemen makanan organik, dan
juga kosmetik berbasis halal. Beberapa produk obat-obatan halal berupa obat berbentuk
kapsul, cair, bubuk, dan berbentuk gel lunak. Sedangkan produk kosmetik halal melalui
produksi krim dan gel yang mulai dari produk BB krim hingga krim perawatan berbagai
permasalahan kulit seperti untuk kulit berjerawat, mencerahkan, dan mengatasi penuaan
dini, dan banyak produk kosmetik lainnya menyesuaikan dengan permintaan pasar.
22
Salama, Brunei: Simpor Pharma Sets Sight on Middle East Market,
https://halalfocus.net/brunei-simpor-pharma-sets-sight-on-middle-east-market/
7
dalam industri halal. Hal ini menjadi sebuah tantangan untuk Indonesia dalam
mengembangkan kualitas dan kuantitas dalam industri tersebut.
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin telah mengatur kehidupan umatnya tidak
hanya tentang ibadah tetapi mencakup seluruh bagian kehidupan seperti memenuhi
kebutuhan hidup umat Islam. Halal secara terminologi berarti sesuatu yang dapat
berguna dan tidak menyakiti tubuh, pikiran dan agama (Ngah, B. B. & Abdelali B. Z.
2019). Konsumsi menjadi salah satu pilar dalam ekonomi Islam yang harus sesuai
dengan konsep halal (Insani, T.D. et al. 2019). Hal ini dijelaskan dalam Al-quran dalam
surat Al-baqarah ayat 168 “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang Halal dan
baik (Thayyib)”. Terdapat 3 aspek halal dan thayyib yaitu tidak mengandung unsur
haram, memberikan benefit dampak positif, dan tidak menyakiti akal dan raga.
Perkembangan industri halal di Indonesia akan fokuskan pada pemetaan kendala
yang terjadi saat ini dengan mengelompokkan 5 aspek yaitu aspek pertama kebijakan
yang terdiri dari implementasi Jaminan Produk Halal (JPH) yang masih belum selesai,
masih sedikitnya sertifikasi dan standarisasi produk halal, serta masih belum adanya
roadmap pengembangan industry halal. Selanjutnya aspek kedua yaitu sumber daya
manusia terdiri dari masih banyaknya produsen yang kurang memperhatikan tentang
produk halal dan masih kurangnya pengetahuan produk halal pada pelaku usaha kecil.
Kemudian, Aspek ketiga infrastruktur yaitu kurangnya infrastruktur yang memadai
terutama juga kurangnya koordinasi lembaga yang menangani infrastruktur. Kemudian,
aspek keempat sosialisasi, terdiri dari kurangnya promosi tentang halal dan kurangnya
sosialisasi, pendidikan dan informasi mengenai halal. Aspek kelima produksi, yaitu
beberapa kendala seperti terbatasnya bahan mentah yang sudah memenuhi kriteria halal,
masih ada beberapa sektor yang bergantung pada impor dan terakhir belum adanya
definisi standar produk halal.
Hasil analisis ANP menunjukkan bahwa permasalahan utama pengembangan
industri halal yaitu aspek sumber daya manusia yang akan berdampak baik pada
cepatnya perkembangan industri halal karena memberikan persepsi dan pemahaman
yang lebih baik tentang pasar. Selain sumber daya manusia, kendala selanjutnya yaitu
infrastruktur dan produksi. Infrastruktur menjadi sebuah hambatan dalam
pengembangan industri halal. Hambatan Infrastruktur berkaitan dengan implementasi
dari JPH seperti peraturan, sistem, prosedur, hingga jumlah lembaga penjamin halal.
8
lain turut serta berlomba-lomba dalam mengembangkan produk halal. Seperti sektor
kosmetik, fashion, pariwisata hingga farmasi.
Dalam sejarah perkembangan produk halal, sektor makanan dan minuman
menjadi pelopor terbentuknya label sertifikasi yang sekarang ini sering kita jumpai
dalam kemasan produk maupun tempat makan. Keresahan masyarakat akan maraknya
makanan dan minuman yang mengandung unsur babi membuat pemerintah mencari
solusi untuk membedakan produk yang haram dengan produk yang aman di konsumsi
oleh masyarakat muslim di Indonesia.
Namun seiring berjalannya waktu, tak hanya sektor makanan dan minuman yang dapat
memperoleh label halal. Kini disusul oleh sektor farmasi dan kosmetik yang mulai
mendaftarkan produk-produk mereka agar mengantongi sertifikasi halal dari LPPOM
MUI. Hal ini tak hanya membantu pemerintah dalam mengawasi keamanan produk
yang tersebar di Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan minat masyarakat dalam
membeli produk-produk tersebut.
Pada awalnya, labelisasi halal di Indonesia dimulai dari produk pangan yang
diberi tanda peringatan berbahan dasar babi dan turunannya. Dalam tanda peringatan ini
harus terdapat gambar babi serta tulisan “MENGANDUNG BABI” berwarna merah
kemudian tulisan tersebut berada di dalam sebuah kotak persegi yang juga berwarna
merah. Seperti gambar di bawah ini.
Namun bukan berarti produk lainnya haram dikonsumsi, tetapi bisa saja produk-produk
tersebut belum mengajukan sertifikasi halal pada LPPOM MUI.
Saat ini sudah cukup terlihat peningkatan jumlah produsen atau perusahaan yang
mendaftarkan produk-produk mereka untuk mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM
MUI. Menurut data terakhir berdasarkan aplikasi Sertifikasi Halal Online CEROL-
SS23000 terdapat 44.737 produk yang telah mendapatkan labelisasi halal dari 19.517
perusahaan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (2015 – 2021). Maka dari itu, kini
fokus pemerintah adalah terus menghimbau para produsen untuk mendaftarkan produk-
produk mereka agar mendapatkan sertifikasi halal. Serta memperluas sektor untuk
meningkatkan industri halal di Indonesia seperti dalam bidang kosmetik, fashion,
pariwisata dan lainnya. Supaya tidak hanya sektor pangan saja yang terus diperhatikan,
namun sektor lain pun dapat ikut serta dalam menunjang pertumbuhan ekonomi industri
halal di Indonesia.
Lembaga konsultan Dinar Standard memperkirakan konsumsi produk halal
Indonesia pada tahun 2025 mencapai US$ 281,6 miliar atau Rp 4.033 triliun (kurs Rp
14.300.US$). Konsumsi produk halal diperkirakan tumbuh rata-rata 14,96% per tahun
dalam lima tahun sejak 2020 hingga 2025. Lembaga ini mencatat, konsumsi produk
halal Indonesia pada 2020 mencapai US$ 184 miliar. Produk halal ini meliputi
makanan, fesyen, farmasi, kosmetik, media dan pariwisata. Mayoritas konsumsi dari
komponen tersebut terkontraksi saat dihantam pandemi pada tahun 2020, tetapi
diperkirakan pada rentang 2020-2025 semuanya akan tumbuh positif, terutama pada
sektor pariwisata. "Kami lihat sektor pariwisata halal mengalami dampak paling besar
dari Covid-19, meskipun kita bisa lihat kosmetik relatif lebih baik yang masih berada di
zona positif," kata CEO and Managing Director of Dinar Standard Rafi-Udin Shikoh
dalam diskusi dengan media, Senin (14/3).
Sektor pariwisata halal pada 2020 terkontraksi cukup dalam 70% menjadi US$
3,37 miliar. Namun, sektor ini pada 2025 diperkirakan akan tumbuh paling kuat di
antara lima sektor lainnya dengan pertumbuhan 18,96% per tahun. Sektor makanan
diperkirakan juga tumbuh dua digit sebesar 14,64% setelah saat awal pandemi
terkontraksi 6,44%. Pengeluaran masyarakat untuk makanan halal pada tahun 2020
sebesar US$ 135 miliar. Sektor kosmetik pada 2020 menjadi satu-satunya yang tumbuh
positif yakni 0,71% sebesar US$ 4,19 miliar . Sektor ini masih akan melanjutkan
11
pertumbuhan yang cukup kuat sampai 2025 yakni 12,62%. Sektor lainnya berupa
pengeluaran untuk fesyen halal pada tahun 2020 mencapai US$ 15,6 miliar atau
terkontraksi 4,99% dari tahun sebelumnya. Meski begitu, pada 2025 diperkirakan sektor
ini bisa tumbuh rata-rata 8,34% per tahun. Sektor farmasi dengan kontraksi 4,3% pada
2020 diperkirakan bisa tumbuh hingga 5,83% tiap tahunnya hingga 2025. Pertumbuhan
sektor media akan tumbuh rata-rata 8,95% sampai 2025 setelah pada tahun pertama
pandemi terkoneksi 4,65%.
Konsumsi produk halal domestik pada 2020 yang sebesar US$ 184 miliar ini
belum termasuk sektor keuangan syariah yang mencapai US$ 119,5 miliar. Saat
konsumsi terkontraksi, sektor keuangan syariah justru tumbuh kuat 20,5% selama
periode 2019-2020. Lebih lanjut, dari sisi perdagangan, nilai ekspor produk halal
Indonesia pada tahun 2020 sebesar US$ 8 miliar. Meski demikian, Indonesia masih
mencatat defisit perdagangan produk halal, yang mana nilai impor produk halal
Indonesia mencapai US$ 10 miliar. Adapun produk halal yang diimpor dan ekspor ini
meliputi makanan, fesyen, farmasi dan kosmetik. "Indonesia adalah pasar konsumen
terbesar untuk produk halal yg merepresentasikan 11,3% dari sekitar US$ 2 triliun
konsumsi produk halal dunia, ini perspektif yang bagus bagi investor internasional dan
kita sudah melihat banyak investasi yang masuk ke Indonesia sekarang," kata Rafi-
uddin. Pada tahun 2020, nilai investasi yang masuk ke sektor ekonomi halal mencapai
US$ 5 miliar. Adapun investasi ini mengalir ke sektor makanan, fesyen, farmasi,
kosmetik, perjalanan, media dan sektor keuangan.
Meski Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim
terbesar di dunia, tetapi perkembangan industri halalnya masih belum bisa berkembang
dengan negara lain. Ada empat faktor yang menghambat Indonesia sebagai pusat
industri halal global, di antaranya:
Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas lembaga sertifikasi halal. Sebab,
perusahaan yang belum memiliki sertifikasi halal masih cukup besar.
Pemerintah perlu mendesain agar regulasi sertifikasi halal tidak menghambat
kemajuan pelaku ekonomi khususnya pelaku UMKM.
Pemerintah belum mendukung pertumbuhan industri halal domestik secara
maksimal. Pada industri farmasi misalnya, pemerintah perlu memfasilitasi riset
dan pengembangan bahan baku halal untuk obat dan kosmetik.
12
ekspor. Demi mengakselerasi pengembangan sektor riil ekonomi syariat atau yang
dikenal dengan industri halal, Kemenperin memandang perlu memperkuat seluruh
rantai nilai industri halal (halal value chain) dari sektor hulu sampai hilir. Di antaranya,
dengan membangun kawasan industri halal dan halal hub di berbagai daerah. Sesuai
keunggulan komparatif masing-masing daerah.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan,
Halal Modern Valley di Kawasan Industri Modern Cikande, akan menjadi klaster
industri halal yang terintegrasi pertama dan terbesar se-Indonesia dengan luas mencapai
500 hektare. Berdasarkan masterplan, KIH akan dikembangkan menjadi klaster industri
halal sebagai ekosistem halal dari hulu sampai hilir, termasuk sistem logistiknya dengan
harapan menjadi hub halal internasional di Indonesia. Kawasan Industri Halal (KIH)
Cikande merupakan area yang didesain dengan sistem dan fasilitas untuk
mengembangkan industri yang memproduksi produk halal sesuai prinsip syariat.
Fasilitas pendukung yang telah ada dan akan tersedia di KIH Modern Cikande,
antara lain, proses yang terintegrasi berserta fasilitas pendukung, pusat penelitian dan
pengembangan, politeknik teknologi pangan, sistem manajemen mutu halal, lembaga
pembiayaan syariat, serta pelabuhan. Selain itu, juga akan tersedia fasilitas kepabeanan.
Terkait infrastruktur halal, manajemen KIH Halal Modern Valley telah bekerja sama
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) dalam hal pengembangan dan
desain integrasi industri halal di KIH.
Dalam upaya mengolaborasikan pemain halal dunia untuk
pengembangan supply chain, inovasi dan promosi industri halal, telah ditandatangani
juga perjanjian halal international network global bersama Cordoba Halal Park
Spanyol, Iskandar Halal Park, Johor, Malaysia, dan the Penang International Halal Hub
Penang, Malaysia.
Saat ini, di area KIH Cikande telah beroperasi beberapa tenant, salah satunya PT
Charoen Phoekpand Indonesia. Perusahaan multinasional asal Thailand tersebut
menempati area sekitar 94 hektare dengan beberapa bidang usaha seperti pembibitan
ayam ras, rumah potong, pengepakan daging unggas dan bukan unggas, serta industri
pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035, diakses
http://www.bruneiembassy.org/brunei-vision-2035.html .
Katadata.co.id. Abdul Aziz Said. Konsumsi Produk Halal Indonesia Ditaksir Capai Rp
4.033T pada 2025. https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/ 622f10bbbc328/
konsumsi-produk-halal-indonesia-ditaksir-capai-rp-4033-t-pada-2025.
Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses https://oxfordbusinessgroup.com/brunei%E2%80%99s-
halal-industry-earmarked-key-role-economic-expansion.
Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-
market.
The Viability of Halal Food Industry for Brunei Economic Diversification: SWOT
Analysis, International Journal of Social Science, Vol, 3, No, 3, USA: Global
Research and Development Services.
Norhidayah dan Man Saadan, Perkembangan Pensijilan Halal Negara MABIMS: Satu
AnalisisPerbandingan,https://umexpert.um.edu.my/file/publication
Salama, Brunei Protect Local Interest as We Promote Brunei Halal Brand, diakses
dalam https://halalfocus.net/brunei-protect-local-interest-as-we-promote-brunei-
halal-brand/.
Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-
market/.
Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses https://oxfordbusinessgrou p.com/brunei%E2%80%99s-
halal-industry-earmarked-key-role-economic-expansion
17
Khalid, A. M., M. Haji Masr, N. Muhammad and W.L Pang, 2018, Brunei Darussalam:
Halal Meat and Meat Products Processing, in Gross, Jeremy and P.S Intal, Jr.
(eds), Reducing Unnecessary Regulatory Burdens in ASEAN: Country Studies,
Jakarta: ERIA.
Xinhua, Brunei Expects Closer Cooperation in Halal Business with China, diakses
dalam
http://www.chinadaily.com.cn/business/2017-08/24/content_31059036.htm .