Anda di halaman 1dari 17

1

Perbandingan Dinamika dan Potensi Perkembangan Industri dan


Labelisasi Halal di Indonesia dan Brunei Darussalam

Musnawati

A. Industri Halal di Brunei Darussalam

1. Landasan Kebijakan dan Otoritas Berwenang

Pengembangan industri halal Brunei Darussalam di latarbelakangi oleh adanya


National Development Plan (NDP) ke-9 dan ke-10 yang juga merupakan rencana
pembangunan nasional yang dijadikan sebagai Outline Strategy and Policy for
Development (OSPD).1 National Development Plan ke-9 dan ke-10 merupakan rencana
nasional pertama yang dikeluarkan pemerintah dan diselaraskan guna mencapai tujuan
kerangka kerja pembangunan jangka panjang baru yang telah disusun oleh pemerintah
Brunei untuk mencapai visi nasional jangka panjangnya yang dikenal dengan nama
Brunei Vision 2035.2
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai negara Brunei Darussalam melalui
dibentuknya Brunei Vision 2035. Brunei Darussalam secara lebih luas ingin diakui
sebagai negara yang menghasilkan orang-orang berpendidikan dan sangat terampil
sesuai dengan standar internasional, dapat masuk sebagai 10 negara dengan kualitas
hidup terbaik didunia, dan yang terkahir yaitu dapat menjadi negara dengan ekonomi
dinamis juga berkelanjutan dengan memiliki pendapatan per-kapita yang tinggi.3
Pemerintah Brunei ingin melakukan diversifikasi ekonomi agar negara dapat
mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonominya. Negara tidak ingin hanya
bergantung pada sektor minyak dan gas saja, karena permintaan dan juga harganya yang
tidak stabil. Oleh karena itu, percepatan pertumbuhan ekonomi kemudian difokuskan
untuk melakukan perluasan sektor industri non-migas dan melakukan perdagangan
untuk dapat mencapai rencana diversifikasi ekonomi, salah satu jenis industri baru yang

1
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035, diakses
http://www.bruneiembassy.org/brunei-vision-2035.html .
2
Wawasan Brunei 2035, https://policy.asiapacificenergy.org/sites/default/files/
GOV%20%20Wawasan%20 Brunei%202035.pdf.
3
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035. Op. Cit.
2

dikembangkan adalah industri halal.4


Sebagai negara Islam dan memiliki citra yang bagus, Industri halal dinilai
sebagai satu jenis industri yang harus dimiliki dan dikembangan oleh Brunei
Darussalam. Hal ini karena, industri halal dipandang dapat menjadi platform untuk
mencapai rencana diversifikasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah Brunei
Darussalam.5 Pengembangan industri halal di Brunei Darussalam baru mulai
dikembangkan pada tahun 2009 atas inisiasi dari Kementrian Agama yang bekerjasama
dengan Kementrian Sumber Daya Primer dan Pariwisata.6 Selanjutnya, pada tahun
2010, Brunei secara resmi mengeluarkan branding halal nasionalnya yang merupakan
bagian dari pengembangan industri halalnya dan dikenal dengan nama BHB atau
dikenal dengan “Halal Brunei”.
Beberapa Kementrian menjadi lembaga resmi pemerintah dan diberikan
wewenang untuk mengembangkan industri halal. Kementrian Agama berfungsi untuk
memberi label halal pada setiap produk dan bekerjasama dengan Majelis Ugama Islam
Brunei (MUIB), sedangkan Kementrian Energi dan Industri berfungsi untuk
mempromosikan produk tersebut. Sertifikasi halal Brunei Darussalam dikenal dengan
nama “Brunei Halal” yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama yang juga didukung
oleh Kementrian Energi dan Industri.7 Selain itu, Kementrian Kesehatan yang bertugas
untuk memeriksa kandungan dalam setiap produk yang akan dipasarkan agar terjamin
dalam segi kesehatan.8
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara yang memiliki sertifikasi halal
terbaik didunia. Sertifikasi halal Brunei Darussalam di fokuskan dengan melakukan

4
Department of Economic Planning and Development, 2012, Tenth National
Development Plan (2012- 2017) Brunei Darussalam: Section 2 Economic Performance and
Prospect of Brunei Darussalam. Brunei Darussalm: Prime Minister Office, hal. 23
5
Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses dalam https://oxfordbusinessgroup.com/brunei%E2%80%99s-halal-
industry-earmarked-key- role-economic-expansion (17/11/2020, 13:03 WIB).
6
Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-market.
7
ERIA, Study on Halal Industry Investment in Brunei Darussalam Final Report,
Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, diakses dalam
https://www.eria.org/old/events/Brunei _Halal_EN.pdf (18/11/2020, 23:17 WIB)
8
et.al., The Viability of Halal Food Industry for Brunei Economic Diversification:
SWOT Analysis, International Journal of Social Science, Vol, 3, No, 3, USA: Global Research
and Development Services, hal. 5.
3

pengawasan di sepanjang rantai produksi sebuah produk yang akan dipasarkan.9


Sertifikasi halal Brunei Darussalam mampu mengundang masuknya investasi sekaligus
menarik minat negara lain yang tertarik untuk bergabung dalam bisnis pemrosesan lokal
yang akan diberi label halal Brunei Darussalam agar dapat dipasarkan ke berbagai pasar
internasional.10
Dalam mekanisme dan proses pembuatan sertifikasi halal, ada standarisasi yang
ketat untuk setiap produk yang ingin mendapatkan sertifikasi halal Brunei. Hanya
produsen yang dinilai memenuhi standar halal juga kualitas keamanan yang akan
diberikan sertifikasi halal dari Badan Sertifikasi Halal Brunei (MUIB). Sehingga,
melalui sertifikasi halalnya, Brunei menunjukkan sekaligus memperkuat reputasinya
sebagai salah satu negara diluar kawasan Timur Tengah dengan sertifikasi halal yang
diakui secara internasional.11
Dalam pengembangan industri halalnya, pemerintah Brunei Darussalam
mengadakan Halal Expo pada tanggal 3-6 Juni 2010. Halal Expo merupakan sebuah
forum yang bertujuan untuk mengumpulkan para pemain kunci dalam industri halal.
Secara lebih luas, melalui adanya forum ini diharapkan para pelaku bisnis dapat
melakukan pertukaran ide, membangun jaringan, dan membangun hubungan kerjasama
di semua jenis produk dari industri halal.12 Pemerintah juga mendirikan Bio Innovation
Corridor (BIC) yang merupakan taman halal atau juga dikenal sebagai pusat
pengembangan dan penelitian industri halal.13 BIC dijalankan oleh Kementrian Industri
dan Sumber Daya Primer dan memiliki tugas untuk melakukan pengembangan produk-
produk halal, melakukan penelitian terhadap produk-produk halal sebelum diberi
sertifikasi halal dan dipasarkan, menyediakan infrastruktur dan juga utilitas dasar untuk
memfasilitasi investor yang ingin berinvestasi karena tertarik dengan bisnis halal.14
9
Norhidayah dan Man Saadan, Perkembangan Pensijilan Halal Negara MABIMS: Satu
Analisis Perbandingan, https://umexpert.um.edu.my/file/publication/00002819_146339.pdf.
10
Salama, Brunei Protect Local Interest as We Promote Brunei Halal Brand, diakses
dalam https://halalfocus.net/brunei-protect-local-interest-as-we-promote-brunei-halal-brand/.
11
Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-market/.
12
Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses dalam https://oxfordbusinessgrou p.com/brunei%E2%80%99s-halal-industry-
earmarked-key-role-economic-expansion
13
BorneoBulletin, Bio-Innovation Corridor Investment Opportunities, diakses dalam
http://borneobulletinyearbook.com.bn/bio-innovation-investment-opportunities/
14
Oxford Bussines Group, Brunei Darussalam Halal Generating Investor Appetite,
diakses dalam https://oxfordbussinesgroup.com/news/brunei-darussalam%E2%80%99s-halal-
4

Pemerintah juga melakukan kerjasama dalam pengembangan industri halalnya.

Brunei Darussalam bekerjasama dengan China melalui peningkatan kerjasama

perdagangan dan investasi terutama dibidang industri pengelolaan makanana halal.

Kerjasama ini direalisasikan dengan dibentuknya Brunei-Guangxi Corridor.15

Pemerintah juga bekerjasama dengan Universitas Osaka Jepang, untuk melakukan

penelitian serta mengembangkan metode analisis baru untuk mengetahui kandungan

yang terdapat dalam produk makanan dan minuman.16

Pemerintah juga mendirikan perusahaan nasional yang bernama Brunei Wafirah

Holdings Sdn Bhd sebagai perusahaan nasional resmi yang mengelola dan merupakan

pemilik dari merk “Brunei Halal”. Tujuan dari didirikannya Brunei Wafirah Holdings

Sdn Bhd yaitu untuk melakukan pengembangan, pemasaran, serta melakukan promosi

terhadap produk-produk halal Brunei di seluruh dunia.17 Pada tahun 2016, industri halal

Brunei Darussalam secara keseluruhan menghasilkan keuntungan mencapai BND 88

juta. Selanjutnya, di tahun 2017, keuntungan yang didapatkan dari bisnis halal mencapai

BND 43,2. Makanan dan minuman halal merupakan bidang yang paling banyak

menyumbangkan pendapatan yang diproduksi oleh 24 perusahaan berbeda. 18 Lingkup

regional tepatnya kawasan Asia Tenggara, mengembangkan industri halalnya Brunei

Darussalam telah bekerjasama dengan Filipina, MoU antara keduanya ditandatangani

industry-generating- investor–appetite/
15
Ministry of Commerce, Chinese Embassy Encourage Halal Food Cooperation
between Brunei and China,
http://bn2.mofcom.gov.cn/aarticle/chinanews/200604/20060401943309.html
16
Cristalina Jalil Marsal. Op. Cit.
17
Khalid, A. M., M. Haji Masr, N. Muhammad and W.L Pang, 2018, Brunei
Darussalam: Halal Meat and Meat Products Processing, in Gross, Jeremy and P.S Intal, Jr.
(eds), Reducing Unnecessary Regulatory Burdens in ASEAN: Country Studies, Jakarta: ERIA,
hal. 94.
18
Xinhua, Brunei Expects Closer Cooperation in Halal Business with China, diakses dalam
http://www.chinadaily.com.cn/business/2017-08/24/content_31059036.htm .
5

pada tahun 2017 mengenai pengembangan industri halal dan ekspor halal.19

B. Sektor-Sektor Industri Halal

Industri Makanan dan Minuman Halal

Brunei Darussalam mendirikan Ghanim International Cooperation Sdn Bhd


pada tahun 2009 yang merupakan anak perusahaan dari Brunei Wafhirah Holdings Sdn
Bhd sebagai perusahaan yang memegang dan mengembangkan merk “Brunei Halal
Foods”. Produk yang di pasarkan oleh perusahaan ini merupakan produk yang telah
lulus pengujian dan penelitian, sehingga terjamin dari segi kesehatan dan tentunya
kehalalan. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa perusahaan ini mampu menjunjung
tinggi integritas dengan menjalankan bisnis berdasarkan kualitas halal yang sesuai pada
prosedur yang telah ditetapkan.20
Hal ini yang membuat Ghanim International Cooperation mampu menarik
minat mampu mendapatkan minat pasar serta kepercayaan konsumen, dan memberi
dampak baik pada perkembangan Brunei Halal Brand (BHB). Produk-produk yang
dipasarkan Ghanim International Cooperation berupa makanan dan minuman halal.
Beberapa makanan halal yang dipasarkan seperti makanan olahan siap saji yang terbuat
dari daging sapi dan daging ayam yang berupa frozen chicken, frozen pizza, frozen
dessert, dan aneka makanan ringan (snack). Sedangkan produk minuman yang
dipasarkan berupa susu, minuman berperisa, dan air mineral.21

Industri Farmasi dan Kosmetik Halal


Pengembangan industri farmasi dan komestik halal di Brunei Darussalam
dilakukan oleh perusahaan Simpor Pharma Sdn Bhd, di mana perusahaan ini merupakan
perusahaan patungan antara Canandian Viva Pharmaceutical Inc dan Dana Modal
Pembanguanan strategis, juga bekerjasama dengan investor lokal Brunei Darussalam
dengan nilai investasi mencapai US$ 26 juta. Tujuan Simpor Pharma Sdn Bhd adalah
untuk menjadi produsen farmasi dan kosmetik yang diproduksi sesuai dengan ketentuan

19
Borneo Bulletin, Forging Cooperation in Halal Sector, diakses dalam
https://borneobulletin.com.bn/2020/09/forging-cooperation-in-halal-sector-2/
20
Brunei Halal Foods, About Us, diakses dalam http://brunei-halal.com/ghanim-international-
corporation/ (28/02/2023, 13:33 WIB).
21
Ibid.,
6

Islam dan mampu meraup keuntugan dalam pasar halal globalseperti Timur Tengah,
Asia, dan Amerika Utara. Simpor Pharma Sdn Bhd juga merupakan perusahaan farmasi
pertama didunia yang memiliki regulasi dalam mensertifikasi produk obat-obatan,
nutraceutical, dan kosmetik halal.22
Pada 28 Oktober 2018, Simpor Pharma Sdn Bhd mendapat penghargaan dari
Mejelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mendapat nilai A sebagai produsen farmasi dan
kosmetika halal yang telah teruji dari sistem hingga proses produksinya. Produk yang
dihasilkan dari Simpor Pharma Sdn Bhd telah sesuai dengan standar sertifikasi
Kemetrian Kesehatan Brunei dan juga Kementrian Kesehatan Kanada, terlebih telah
tersertifikasi sesuai dengan standar Good Manufacturing Product (GMP). Simpor
Pharma Sdn Bhd memberi perhatian penuh pada tahapan produksinya mulai dari
kualitas, kebersihan, dan kepatuhan untuk menjamin kualitas serta keamanan produk
untuk dikonsumsi dan dipasarkan.
Produk-produk yang dihasilkan oleh Simpor Pharma Sdn Bhd berupa produk
obat-obatan, suplemen kesehatan, vitamin-mineral, suplemen makanan organik, dan
juga kosmetik berbasis halal. Beberapa produk obat-obatan halal berupa obat berbentuk
kapsul, cair, bubuk, dan berbentuk gel lunak. Sedangkan produk kosmetik halal melalui
produksi krim dan gel yang mulai dari produk BB krim hingga krim perawatan berbagai
permasalahan kulit seperti untuk kulit berjerawat, mencerahkan, dan mengatasi penuaan
dini, dan banyak produk kosmetik lainnya menyesuaikan dengan permintaan pasar.

C. Industri Halal di Indonesia


Trend industri Halal menjadi perbincangan hangat di dunia bisnis internasional
saat ini. Jual beli produk halal mencapai $254 Miliar dan mendongkrak perekonomian
1-3% GDP (Gross Domestic Product) pada negara anggota OKI (Organisasi Konferensi
Islam) (Dinar Standard 2019). Menurut Global Islamic Economy Report 2019/2020
Indonesia menempati posisi ke 5 dalam perkembangan industri halal. Hal tersebut
sangat kontras dengan kondisi Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki
populasi muslim terbesar yang seharusnya memiliki potensi dan kesempatan yang besar

22
Salama, Brunei: Simpor Pharma Sets Sight on Middle East Market,
https://halalfocus.net/brunei-simpor-pharma-sets-sight-on-middle-east-market/
7

dalam industri halal. Hal ini menjadi sebuah tantangan untuk Indonesia dalam
mengembangkan kualitas dan kuantitas dalam industri tersebut.
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin telah mengatur kehidupan umatnya tidak
hanya tentang ibadah tetapi mencakup seluruh bagian kehidupan seperti memenuhi
kebutuhan hidup umat Islam. Halal secara terminologi berarti sesuatu yang dapat
berguna dan tidak menyakiti tubuh, pikiran dan agama (Ngah, B. B. & Abdelali B. Z.
2019). Konsumsi menjadi salah satu pilar dalam ekonomi Islam yang harus sesuai
dengan konsep halal (Insani, T.D. et al. 2019). Hal ini dijelaskan dalam Al-quran dalam
surat Al-baqarah ayat 168 “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang Halal dan
baik (Thayyib)”.  Terdapat 3 aspek halal dan thayyib yaitu tidak mengandung unsur
haram, memberikan benefit dampak positif, dan tidak menyakiti akal dan raga.
Perkembangan industri halal di Indonesia akan fokuskan pada pemetaan kendala
yang terjadi saat ini dengan mengelompokkan 5 aspek yaitu aspek pertama kebijakan
yang terdiri dari implementasi Jaminan Produk Halal (JPH) yang masih belum selesai,
masih sedikitnya sertifikasi dan standarisasi produk halal, serta masih belum adanya
roadmap pengembangan industry halal. Selanjutnya  aspek kedua yaitu sumber daya
manusia terdiri dari masih banyaknya produsen yang kurang memperhatikan tentang
produk halal dan masih kurangnya pengetahuan produk halal pada pelaku usaha kecil.
Kemudian, Aspek ketiga infrastruktur yaitu  kurangnya infrastruktur yang memadai
terutama juga kurangnya koordinasi lembaga yang menangani infrastruktur. Kemudian,
aspek keempat sosialisasi, terdiri dari kurangnya promosi tentang halal dan kurangnya
sosialisasi, pendidikan dan informasi mengenai halal. Aspek kelima produksi, yaitu
beberapa kendala seperti terbatasnya bahan mentah yang sudah memenuhi kriteria halal,
masih ada beberapa sektor yang bergantung pada impor dan terakhir belum adanya
definisi standar produk halal.
Hasil analisis ANP menunjukkan bahwa permasalahan utama pengembangan
industri halal yaitu aspek sumber daya manusia yang akan berdampak baik pada
cepatnya perkembangan industri halal karena memberikan persepsi dan pemahaman
yang lebih baik tentang pasar. Selain sumber daya manusia, kendala selanjutnya yaitu
infrastruktur dan produksi. Infrastruktur menjadi sebuah hambatan dalam
pengembangan industri halal. Hambatan Infrastruktur berkaitan dengan implementasi
dari JPH seperti peraturan, sistem, prosedur, hingga jumlah lembaga penjamin halal.
8

Prioritas selanjutnya adalah kebijakan dan sosialisasi. Selanjutnya, perumusan strategi


dalam pengembangan industri halal berdasarkan pemetaan hambatan yang telah
dilakukan.  Strategi ini dinamakan Strategi Integrasi Industri Halal yang memiliki
tujuan yaitu memaksimalkan peran setiap pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi tersebut
antara lain, pemerintah, konsumen, investor dan industri (Thomson Reuters & Dinar
Standard 2018).
Strategi Integrasi Industri Halal mencakup dua hal. Pertama, mengaji faktor-
faktor yang dapat meningkatkan preferensi perusahaan atau produsen di industri halal
untuk mendapatkan sertifikasi halal, hal ini dapat didorong oleh permintaan di pasar
terutama di Indonesia yang mayoritas umat muslim cenderung menganggap bahwa
semua produk yang beredar adalah produk halal. Karenanya, pengecekan label halal
pada suatu produk yang akan dikonsumsi belum menjadi prioritas. Kedua, Menganalisis
peran setiap pelaku dalam industri halal. Pemerintah sebagai regulator dapat
memaksimalkan dalam merumuskan regulasi terutama dalam sertifikasi halal terutama
dalam membuat perusahaan lebih pemerintah mempertahankan sertifikasi halal.
Konsumen dengan  memaksimalkan terkait urgensi mengkonsumsi produk
berlabel halal maka akan mendorong produsen untuk memperhatikan jaminan halal atas
produknya. Kemudian, lembaga keuangan Syariah sebagai investor. Muhamed, N. A.,
et. Al. (2014) menjelaskan bahwa kolaborasi industri dapat mengarah pada sistem yang
harmonis yang dapat saling mendukung dan investor memiliki peran untuk 
menyalurkan dana jangka panjangnya ke industri halal lainnya. Terakhir, peran industri.
Minimnya  keterlibatan umat Islam dalam industri tersebut dapat menurunkan citra
negara sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam
industri halal, khususnya dalam jangka panjang. Pekerja dan produsen Muslim
diharapkan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang praktik halal, serta standar
hukum dan etika Islam. Hal ini dapat mendorong berkembangnya jumlah produk dan
perusahaan yang berusaha mendapatkan sertifikasi halal.
Pemasaran produk halal di Indonesia semakin berkembang pesat dari tahun ke
tahun. Bukan hanya sebagai kebutuhan, kini konsumsi produk halal seperti tren dan
menjadi gaya hidup di tengah tengah masyarakat Indonesia. Meski sektor makanan dan
minuman masih menjadi produk halal dengan konsumsi tertinggi, namun saat ini sektor
9

lain turut serta berlomba-lomba dalam mengembangkan produk halal. Seperti sektor
kosmetik, fashion, pariwisata hingga farmasi.
Dalam sejarah perkembangan produk halal, sektor makanan dan minuman
menjadi pelopor terbentuknya label sertifikasi yang sekarang ini sering kita jumpai
dalam kemasan produk maupun tempat makan. Keresahan masyarakat akan maraknya
makanan dan minuman yang mengandung unsur babi membuat pemerintah mencari
solusi untuk membedakan produk yang haram dengan produk yang aman di konsumsi
oleh masyarakat muslim di Indonesia.
Namun seiring berjalannya waktu, tak hanya sektor makanan dan minuman yang dapat
memperoleh label halal. Kini disusul oleh sektor farmasi dan kosmetik yang mulai
mendaftarkan produk-produk mereka agar mengantongi sertifikasi halal dari LPPOM
MUI. Hal ini tak hanya membantu pemerintah dalam mengawasi keamanan produk
yang tersebar di Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan minat masyarakat dalam
membeli produk-produk tersebut.
Pada awalnya, labelisasi halal di Indonesia dimulai dari produk pangan yang
diberi tanda peringatan berbahan dasar babi dan turunannya. Dalam tanda peringatan ini
harus terdapat gambar babi serta tulisan “MENGANDUNG BABI” berwarna merah
kemudian tulisan tersebut berada di dalam sebuah kotak persegi yang juga berwarna
merah. Seperti gambar di bawah ini.

Setelah sepuluh tahun kemudian, pada 12 Agustus 1985 Pemerintah mengubah


tanda peringatan tersebut menjadi sebuah logo yang bertuliskan “HALAL”. Label ini
diberikan setelah produsen memberikan komposisi bahan dan melaporkan cara
pengolahan produk mereka kepada Departemen Kesehatan. Kemudian produk tersebut
diperiksa bersama Departemen Agama melalui Tim Penilaian Pendaftaran Makanan
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes.
Menurut data LPPOM MUI pada tahun 2011 hingga 2018 tercatat 727.617
produk yang diproduksi oleh 59.951 perusahaan dan hanya terdapat 69.985 produk saja
yang telah tersertifikasi halal LPPOM MUI. Hal ini menunjukkan hanya 9,6% produk
yang telah mendapatkan sertifikasi halal dan sisanya belum memiliki sertifikasi halal.
10

Namun bukan berarti produk lainnya haram dikonsumsi, tetapi bisa saja produk-produk
tersebut belum mengajukan sertifikasi halal pada LPPOM MUI.
Saat ini sudah cukup terlihat peningkatan jumlah produsen atau perusahaan yang
mendaftarkan produk-produk mereka untuk mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM
MUI. Menurut data terakhir berdasarkan aplikasi Sertifikasi Halal Online CEROL-
SS23000 terdapat 44.737 produk yang telah mendapatkan labelisasi halal dari 19.517
perusahaan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (2015 – 2021). Maka dari itu, kini
fokus pemerintah adalah terus menghimbau para produsen untuk mendaftarkan produk-
produk mereka agar mendapatkan sertifikasi halal. Serta memperluas sektor untuk
meningkatkan industri halal di Indonesia seperti dalam bidang kosmetik, fashion,
pariwisata dan lainnya. Supaya tidak hanya sektor pangan saja yang terus diperhatikan,
namun sektor lain pun dapat ikut serta dalam menunjang pertumbuhan ekonomi industri
halal di Indonesia.
Lembaga konsultan Dinar Standard memperkirakan konsumsi produk halal
Indonesia pada tahun 2025 mencapai US$ 281,6 miliar atau Rp 4.033 triliun (kurs Rp
14.300.US$). Konsumsi produk halal diperkirakan tumbuh rata-rata 14,96% per tahun
dalam lima tahun sejak 2020 hingga 2025.  Lembaga ini mencatat, konsumsi produk
halal Indonesia pada 2020 mencapai US$ 184 miliar. Produk halal ini meliputi
makanan, fesyen, farmasi, kosmetik, media dan pariwisata. Mayoritas konsumsi dari
komponen tersebut terkontraksi saat dihantam pandemi pada tahun 2020, tetapi
diperkirakan pada rentang 2020-2025 semuanya akan tumbuh positif, terutama pada
sektor pariwisata.  "Kami lihat sektor pariwisata halal mengalami dampak paling besar
dari Covid-19, meskipun kita bisa lihat kosmetik relatif lebih baik yang masih berada di
zona positif," kata CEO and Managing Director of Dinar Standard  Rafi-Udin Shikoh
dalam diskusi dengan media, Senin (14/3).
Sektor pariwisata halal pada 2020 terkontraksi cukup dalam 70% menjadi US$
3,37 miliar. Namun, sektor ini pada 2025 diperkirakan akan tumbuh paling kuat di
antara lima sektor lainnya  dengan pertumbuhan 18,96% per tahun.  Sektor makanan
diperkirakan juga tumbuh dua digit sebesar 14,64% setelah saat awal pandemi
terkontraksi 6,44%. Pengeluaran masyarakat untuk makanan halal pada tahun 2020
sebesar US$ 135 miliar. Sektor kosmetik pada 2020 menjadi satu-satunya yang tumbuh
positif yakni 0,71% sebesar US$ 4,19 miliar . Sektor ini masih akan melanjutkan
11

pertumbuhan yang cukup kuat sampai 2025 yakni 12,62%. Sektor lainnya berupa
pengeluaran untuk fesyen halal pada tahun 2020 mencapai US$ 15,6 miliar atau
terkontraksi 4,99% dari tahun sebelumnya. Meski begitu, pada 2025 diperkirakan sektor
ini bisa tumbuh rata-rata 8,34% per tahun. Sektor farmasi dengan kontraksi 4,3% pada
2020 diperkirakan bisa tumbuh hingga 5,83% tiap tahunnya hingga 2025. Pertumbuhan
sektor media akan tumbuh rata-rata 8,95% sampai 2025 setelah pada tahun pertama
pandemi terkoneksi 4,65%.
Konsumsi produk halal domestik pada 2020 yang sebesar US$ 184 miliar ini
belum termasuk sektor keuangan syariah yang mencapai US$ 119,5 miliar. Saat
konsumsi terkontraksi, sektor keuangan syariah justru tumbuh kuat 20,5% selama
periode 2019-2020. Lebih lanjut, dari sisi perdagangan, nilai ekspor produk halal
Indonesia pada tahun 2020 sebesar US$ 8 miliar. Meski demikian, Indonesia masih
mencatat defisit perdagangan produk halal, yang mana nilai impor produk halal
Indonesia mencapai US$ 10 miliar. Adapun produk halal yang diimpor dan ekspor ini
meliputi makanan, fesyen, farmasi dan kosmetik. "Indonesia adalah pasar konsumen
terbesar untuk produk halal yg merepresentasikan 11,3% dari sekitar US$ 2 triliun
konsumsi produk halal dunia, ini perspektif yang bagus bagi investor internasional dan
kita sudah melihat banyak investasi yang masuk ke Indonesia sekarang," kata Rafi-
uddin. Pada tahun 2020, nilai investasi yang masuk ke sektor ekonomi halal mencapai
US$ 5 miliar. Adapun investasi ini mengalir ke sektor makanan, fesyen, farmasi,
kosmetik, perjalanan, media dan sektor keuangan.
Meski Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim
terbesar di dunia, tetapi perkembangan industri halalnya masih belum bisa berkembang
dengan negara lain. Ada empat faktor yang menghambat Indonesia sebagai pusat
industri halal global, di antaranya:
 Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas lembaga sertifikasi halal. Sebab,
perusahaan yang belum memiliki sertifikasi halal masih cukup besar. 
 Pemerintah perlu mendesain agar regulasi sertifikasi halal tidak menghambat
kemajuan pelaku ekonomi khususnya pelaku UMKM. 
 Pemerintah belum mendukung pertumbuhan industri halal domestik secara
maksimal. Pada industri farmasi misalnya, pemerintah perlu memfasilitasi riset
dan pengembangan bahan baku halal untuk obat dan kosmetik. 
12

 Pemberian insentif fiskal. Di Malaysia, industri halal mendapatkan potongan


pajak (tax allowance) investasi dari pemerintah hingga 100 persen yang berlaku
selama 10 tahun. Bahan baku industri tersebut juga dibebaskan dari bea masuk
dan pajak penjualan.
Pemerintah merencanakan Indonesia sebagai pusat Industri halal global. Namun,
untuk menuju hal tersebut perlu kontribusi dari berbagai sektor. Ada tiga sektor utama
yang berkontribusi dalam perkembangan industri halal, yaitu jasa keuangan syariah
sebesar 42%, gaya hidup syariah 4%, dan yang terbesar dari produk halal sebesar
54%. Ekonomi dan keuangan syariah merupakan sumber baru yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah telah menyusun Masterplan
Ekonomi Syariah 2019-2024 sebagai strategi mewujudkan Indonesia sebagai produsen
produk halal dunia. 
Demikian penjelasan tentang industri halal di Indonesia dan perkembangannya.
Untuk menjadi pusat industri halal terbesar di dunia, perlu dukungan semua pihak,
termasuk kita sebagai warga negara dan umat muslim di Indonesia. Salah satu cara
untuk mendukung berkembangnya industri halal di Indonesia adalah menggunakan
produk keuangan syariah untuk pengembangan dana dan asetmu. Kembangkan dana
dan asetmu secara syariah di ALAMI P2P Funding Syariah. Dapatkan ujrah atau imbal
hasil setara dengan 14-16% pa. Kembangkan uang dan asetmu dengan cara mendanai
UMKM yang sedang berkembang di Indonesia, dan akan dikelola secara syariah.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan bahwa target
pembangunan tiga kawasan industri halal dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) pada 2020-2024 akan tercapai pada 2021. Ketiga
kawasan industri halal tersebut adalah Modern Cikande Industrial Estate di Serang
(Banten), Safe n Lock Halal Industrial Park di Sidoarjo (Jawa Timur), serta Kawasan
Industri Halal Bintan Inti Halal Hub, di Kabupaten Bintan. Fenomena pembangunan
kawasan industri halal terjadi setelah keluarnya Peraturan Menteri Perindustrian nomor
17 tahun 2020 tentang Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan dalam Rangka
Pembentukan Kawasan Industri Halal. Di dalam kawasan industri halal juga akan
dikembangkan investasi halal terkait, di antaranya industri kosmetika dan fesyen.
Perlu diketahui, Kemenperin mengembangkan potensi produk dan jasa industri
halal di tanah air. Hal itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan
13

ekspor. Demi mengakselerasi pengembangan sektor riil ekonomi syariat atau yang
dikenal dengan industri halal, Kemenperin memandang perlu memperkuat seluruh
rantai nilai industri halal (halal value chain) dari sektor hulu sampai hilir. Di antaranya,
dengan membangun kawasan industri halal dan halal hub di berbagai daerah. Sesuai
keunggulan komparatif masing-masing daerah.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan,
Halal Modern Valley di Kawasan Industri Modern Cikande, akan menjadi klaster
industri halal yang terintegrasi pertama dan terbesar se-Indonesia dengan luas mencapai
500 hektare. Berdasarkan masterplan, KIH akan dikembangkan menjadi klaster industri
halal sebagai ekosistem halal dari hulu sampai hilir, termasuk sistem logistiknya dengan
harapan menjadi hub halal internasional di Indonesia. Kawasan Industri Halal (KIH)
Cikande merupakan area yang didesain dengan sistem dan fasilitas untuk
mengembangkan industri yang memproduksi produk halal sesuai prinsip syariat.
Fasilitas pendukung yang telah ada dan akan tersedia di KIH Modern Cikande,
antara lain, proses yang terintegrasi berserta fasilitas pendukung, pusat penelitian dan
pengembangan, politeknik teknologi pangan, sistem manajemen mutu halal, lembaga
pembiayaan syariat, serta pelabuhan. Selain itu, juga akan tersedia fasilitas kepabeanan.
Terkait infrastruktur halal, manajemen KIH Halal Modern Valley telah bekerja sama
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) dalam hal pengembangan dan
desain integrasi industri halal di KIH.
Dalam upaya mengolaborasikan pemain halal dunia untuk
pengembangan supply chain, inovasi dan promosi industri halal, telah ditandatangani
juga perjanjian halal international network global bersama Cordoba Halal Park
Spanyol, Iskandar Halal Park, Johor, Malaysia, dan the Penang International Halal Hub
Penang, Malaysia.
Saat ini, di area KIH Cikande telah beroperasi beberapa tenant, salah satunya PT
Charoen Phoekpand Indonesia. Perusahaan multinasional asal Thailand tersebut
menempati area sekitar 94 hektare dengan beberapa bidang usaha seperti pembibitan
ayam ras, rumah potong, pengepakan daging unggas dan bukan unggas, serta industri
pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas.
14

Ada juga PT Paragon Technology dan Innovation, sebuah perusahaan yang


bergerak di bidang kosmetik, dengan merek Wardah Cosmetics, Make Over, dan Emina
Cosmetics. Selain KIH Cikande di Banten, terdapat pula Safe n Lock Halal Industrial
Park di Sidoarjo yang berada di Jawa Timur, serta kawasan industri halal Bintan Inti
Halal Hub. Safe n Lock Halal Industrial Park di Sidoarjo luasnya 148 hektare. Namun,
untuk yang sudah bisa ditempati pelaku usaha, di tahap pertama ada 10 hektare dan
tahap kedua 138 hektare. Jika nantinya penggunaan seluruh lahan seluas 148 hektare
sudah bisa ditempati alias digunakan oleh pelaku usaha, maka untuk pembagian
kuotanya 70 persen bagi UMKM dan 30 persen IKM. Ini sesuai anjuran dari pemerintah
pusat.
Kawasan Industri Bintan Inti dengan luas 6,5-100 Ha. Bintan Inti Halal Food
Hub ada di daerah Bintan Industrial Estate, yaitu Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Di Bintan Inti Halal Food Hub dikembangkan pemrosesan makanan dengan bahan baku
yang halal, mulai dari memperhatikan bahan bakunya baik dari pertanian, perkebunan,
dan peternakan. Selain itu, mereka juga bersedia mendukung jasa pengemasan, cold
chain, dan juga logistik. Sebelumnya, pada 2020, pemerintah menyebut ini ada enam
kawasan industri halal yang sedang dipersiapkan. Keenam, antara lain, Modern Cikande
Industrial Estate di Serang Banten, SAFE n LOCK Halal Industrial Park di Kabupaten
Sidoarjo Jawa Timur, Kawasan Industri Bintan Inti di Kepulauan Riau. Sedangkan tiga
lainnya adalah Kawasan Industri Batamindo di Batam Kepulauan Riau, Kawasan
Industri Jakarta Pulogadung dan Kawasan Industri Surya Borneo di Kalimantan Tengah.
Ketiganya masih dalam proses.
Produk halal adalah produk-produk yang dinyatakan halal sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Industri produk halal merupakan bagian dari ekonomi syariat
yang dikembangkan pemerintah sejak sekitar tiga dasawarsa terakhir. Besarnya jumlah
konsumen produk halal di Indonesia dapat menumbuhkan potensi pengembangan
industri halal untuk memasok permintaan konsumen baik dalam negeri bahkan luar
negeri. Secara demografi, Indonesia merupakan negara dengan persentase penduduk
beragama Islam terbesar di dunia. Berdasarkan sensus  2012, sebanyak 87,18% dari
237.641.326 jiwa penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama Islam. Hal tersebut
tentunya berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan konsumen produk
halal terbesar di dunia. Pada 2017, Indonesia menduduki peringkat pertama Muslim
15

Food Expenditure dengan nilai USD170 miliar. Berdasarkan data yang


dipublikasikan Statista.com, angka ini diproyeksikan meningkat menjadi USD247,8
miliar pada 2025.
16

DAFTAR PUSTAKA
Brunei Economic Development Board, Brunei Vision 2035, diakses
http://www.bruneiembassy.org/brunei-vision-2035.html .

Wawasan Brunei 2035, https://policy.asiapacificenergy.org/sites/default/files/


GOV%20%20Wawasan%20 Brunei%202035.pdf.

Katadata.co.id. Abdul Aziz Said. Konsumsi Produk Halal Indonesia Ditaksir Capai Rp
4.033T pada 2025. https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/ 622f10bbbc328/
konsumsi-produk-halal-indonesia-ditaksir-capai-rp-4033-t-pada-2025.

Department of Economic Planning and Development, 2012, Tenth National


Development Plan (2012- 2017) Brunei Darussalam: Section 2 Economic
Performance and Prospect of Brunei Darussalam. Brunei Darussalm: Prime
Minister Office.

Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses https://oxfordbusinessgroup.com/brunei%E2%80%99s-
halal-industry-earmarked-key-role-economic-expansion.

Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-
market.

RIA, Study on Halal Industry Investment in Brunei Darussalam Final Report,


Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, diakses dalam
https://www.eria.org/old/events/Brunei _Halal_EN.pdf

The Viability of Halal Food Industry for Brunei Economic Diversification: SWOT
Analysis, International Journal of Social Science, Vol, 3, No, 3, USA: Global
Research and Development Services.

Norhidayah dan Man Saadan, Perkembangan Pensijilan Halal Negara MABIMS: Satu
AnalisisPerbandingan,https://umexpert.um.edu.my/file/publication

Salama, Brunei Protect Local Interest as We Promote Brunei Halal Brand, diakses
dalam https://halalfocus.net/brunei-protect-local-interest-as-we-promote-brunei-
halal-brand/.

Ihaf, Brunei Making A Firm Impact on Global Halal Food Market, diakses dalam
http://ihaf.org.ae/2017/08/07/brunei-makin-a-firm-impact-on-global-halal-food-
market/.

Oxford Bussines Group, Brunei’s Halal Industry Earmarket for Key Role in Economic
Expansion, diakses https://oxfordbusinessgrou p.com/brunei%E2%80%99s-
halal-industry-earmarked-key-role-economic-expansion
17

BorneoBulletin, Bio-Innovation Corridor Investment Opportunities, diakses dalam


http://borneobulletinyearbook.com.bn/bio-innovation-investment-opportunities/

Oxford Bussines Group, Brunei Darussalam Halal Generating Investor Appetite,


diakses dalam https://oxfordbussinesgroup.com/news/brunei-darussalam
%E2%80%99s-halal-industry-generating- investor–appetite/

Ministry of Commerce, Chinese Embassy Encourage Halal Food Cooperation between


Brunei and China, http://bn2.mofcom.gov.cn/aarticle/chinanews/.

Khalid, A. M., M. Haji Masr, N. Muhammad and W.L Pang, 2018, Brunei Darussalam:
Halal Meat and Meat Products Processing, in Gross, Jeremy and P.S Intal, Jr.
(eds), Reducing Unnecessary Regulatory Burdens in ASEAN: Country Studies,
Jakarta: ERIA.

Xinhua, Brunei Expects Closer Cooperation in Halal Business with China, diakses
dalam
http://www.chinadaily.com.cn/business/2017-08/24/content_31059036.htm .

BorneoBulletin, Forging Cooperation in Halal Sector, https://


borneobulletin.com.bn/2020/09/forging-cooperation-in-halal-sector-2/

Brunei Halal Foods, About Us, diakses dalam http://brunei-halal.com/ghanim-


international- corporation/ (28/02/2023, 13:33 WIB).

Salama, Brunei: Simpor Pharma Sets Sight on Middle East Market,


https://halalfocus.net/brunei-simpor-pharma-sets-sight-on-middle-east-market/

Anda mungkin juga menyukai