2. Pewarnaan gram dan biakan sputum, biakan darah Etiologi : Mycoplasma pneumonia, Legionella spp, Chlamydia
- - ✓
- -
Lab→ leukositosis ringan, sediaan apusan gram, biakan sputum atau Penilaian derajat keparahan penyakit
CURB-65 o =
-
-
-
-
PSI
→membantu menentukan indikasi rawat inap pasien
Pneumonia Virus
Virus yg sering menyebabkan pneumonia:
Virus influenza (H5N1, H1N1, H7N9, H3N2 dll)
Virus Para Influenza
Respirstory Synctitial Virus (RSV)
Corona virus (Mers CoV, SARS)
Kelainan yang mungkin ditemukan :
Demam suhu > 38 C, batuk, sesak , riwayat bepergian ke
negara timur tengah 14 hari sblm onset
Ro→ infiltrat, konsolidasi, ARDS
Lab : PCR swab tenggorokan dan sputum
Tingkat kesadaran berdasarkan Uji Mental DDx :
Community-acquired pneumonia (CAP)
Infeksi akut parenkim paru yang :
1. berhubungan dengan gejala-gejala infeksi akut
2. disertai adanya
Infiltrat akut pada foto roentgen
ATAU
hasil pemeriksaan auskultasi yang konsisten
dengan pneumonia
(perubahan bunyi napas dan / atau suara
napas kasar yang terlokalisir)
Hospital-acquired pneumonia (HAP) → Pneumonia yang muncul ≥
Pneumonia Berat (IDSA/ATS 2019) 48 jam setelah paasien rawat inap, yang belum mengalami inkubasi
MEMENUHI 1 KRITERIA MAYOR ATAU ≥3 KRITERIA MINOR pada saat pasien masuk Rumah Sakit
Kriteria minor: Ventilator-associated pneumonia (VAP) → Pneumonia yang terjadi
1. Frekuensi napas > 30/menit > 48 sampai 72 jam setelah intubasi endotrakea
2. PaO2/FiO2 < 250 mmHg Healthcare-associated pneumonia (HCAP)
3. Foto toraks menunjukkan infiltrat multilobus Patients dirawat di Rumah Sakit dengan pneumonia yang :
4. Kesadaran menurun/disorientasi 1. telah menerima pengobatan i.v. di rumah,
5. Uremia (BUN > 20 mg/dl) perawatan luka atau panti perawatan khusus
6. Leukopeniac (leukosit < 4000 sel/mm3) 2. telah melakukan pengobatan i.v. sendiri dalam 30
7. Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3) hari terakhir
8. Hipotermia (suhu < 360C) 3. telah rawat inap di Rumah Sakit atau klinik
9. Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan agresif hemodialisis atau menerima kemoterapi i.v. dalam
Kriteria mayor : 30 hari terakhir
1. Membutuhkan ventilasi mekanik 4. telah masuk di bagian perawatan akut Rumah Sakit
2. Septik syok yang membutuhkan vasopresor selama lebih dari 2 hari dalam 90 hari terakhir atau
Alur Dx dan Tx CAP : masuk di fasilitas perawatan jangka panjang
Panduan untuk Penanganan CAP
PASIEN RAWAT JALAN
Pengobatan suportif/simptomatik
Pemberian antibiotik harus diberikan segera mungkin
PASIEN RANAP RUANGAN BIASA
Pengobatan suportif/simptimatik
Pengobatan antibiotik harus diberikan sesegera mungkin
PASIEN RANAP RUANGAN INTENSIF Panduan Rawat Jalan
Pengobatan suportif/simptomatik(Terapi oksigen,
Pemasangan infus → rehidrasi, koreksi kalori, elektrolit)
Obat simptomatik (antipiretik. Mukolitik)
Pengobatan antibiotik harus diberikan sesegera mungkin
Bila ada indikasi pasien dipasang ventilasi mekanis
Strategi Penanganan CAP
Panduan penanganan CAP saat ini merekomendasikan
Stratifikasi pasien ke dalam kelompok risiko
Pemilihan terapi antimikroba empirik yang tepat
Peta kuman, Alergi, penggunaan AB sebelumnya, Efek
samping, patogen lokal, harga
Panduan terapi CAP yang harmonis dapat
Meningkatkan dampak kesehatan
Menurunkan tekanan pada tenaga kesehatan
Faktor Komorbid Memiliki FR MRSA / P.aeruginosa: Rawat inap untuk Ab intravena
Pneumokokus resisten penisilin: Panduan Rawat Inap
Usia > dari 65 tahun
Pakai obat gol B lactam slm 3 bln terakhir
Pecandu alcohol
Penyakit ggn kekebalan
Penyakit penyerta multiple
Bakteri enteric gram neg
Penghuni rumah jompo
Punya penyakit jtg dan paru
Punya Kelaina penyakit yg multiple
Riw ab
P.aeruginosa
Bronkiektasis
Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/h
Pengobatan AB spektrum luas > 7 hari pd bulan terakhir
GIZI kurang
Intervensi Non-Farmakologi untuk mencegah CAP peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
Berhenti merokok – 5A alveoli
ASK / TANYAKAN tentang penggunaan tembakau pada tiap Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk
kunjungan kantor; pelaksanaan dokumentasi secara luas di kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya
perkantoran mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam
ADVISE / NASIHATKAN semua pasien perokok untuk usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami
berhenti merokok malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
ASSESS / NILAI keinginan pasien untuk berhenti; berikan terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
motivasi Pemeriksaan Penunjang
ASSIST / BANTU pasien melalui counselling dan merujuk Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat
ARRANGE / ATUR follow-up untuk mengevaluasi dan digunakan cara:
membangkitkan semangat 1. Pemeriksaan laboratorium
Vaksinasi (pneumococcus dan influenza) Pemeriksaan darah → leukositosis
Influenza (meningkatnya jumlah neutrofil)
1. Subunit yang telah diinaktivasi (IIV) Pemeriksaan sputum → Bahan pemeriksaan
Intramuskular diperoleh dari batuk yang spontan dan
Trivalent dalam. Digunakan untuk pemeriksaan
Diberikan setiap tahun mikroskopis dan untuk kultur serta tes
2. Vaksin hidup yang telah dilemahkan (LAIV) sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
Intranasal Analisa gas darah untuk mengevaluasi
Trivalent status oksigenasi dan status asam basa
Diberikan setiap tahun Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes
imunologi untuk mendeteksi antigen
Bronchopneumonia mikroba
Jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius seperti 2. Pemeriksaan radiologi
bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah Rontgenogram thoraks → Menunujukan
bronkus dan sekitar alveoli. konsolidasi lobar
Patofisiologi : Komplikasi :
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak
nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat
staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
makanan dan minuman. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya
Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut: nanah dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan atau seluruh rongga pleura.
tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli,
Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru
yang meradang
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup
endokardial
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
Abses Paru 2. Fusobacterium nucletum
3. Peptosraptococcus
Overview
Abses paru sekunder kuman penyebabnya
Abses paru adalah proses infeksi paru supuratif yang menimbulkan
1. Staphilococcus aereus
destruksi parenkim dan pembentukan satu atau lebih kaviti yang
E. A- mengandung pus sehingga membentuk gambaran Radiologist Air
Fluid Level.
2. Streptococcus pneumoniae
3. Klebsiella pneumoniae
4. Haemophillus influenza
Abses paru Primer adalah akibat pneumonia aspirasi atau
Patogenesis
bronkogenik
Abses Paru yang paling sering terjadi akibat aspirasi kuman dari
Abses paru Sekunder adalah akibat penyebaran infeksi dari tempat
saluran napas bagian atas → Teraspirasi kedalam Paru Kanan
lain secara :
Abses karena aspirasi dimulai dari suatu infeksi lokal bronkus→
Hematogen
bronkiolus
Limfogen
Pembuluh darah local → Trombosis → Nekrosis + likuefaksi.
Perkontinuitatum
Jaringan granulasi → Nekrosis → kaviti (Air Fluid Level)
Faktor Risiko
Gejala Klinis
Faktor risiko utama :
Akut maupun kronik
Aspirasi sekret orofaring
Prodromal
Proses neurologis
Demam
Defek esophagus
Sesak napas
Intubasi
Malaise
Aspirasi
Anoreksia
Penyakit gigi dan gusi, piorhea
Batuk darah
Obstruksi jalan napas
Nyeri dada
Bronkiektasis
Sianosis
Infark paru
Pemeriksaan Fisik
Fibrosis kistik
Normal
Sindrom disfungsi silia
Dijumpai kelainan apabila teradapat
Sekuester paru
Pneumonia
Gangguan imuniti/sindrom defisiensi imuniti
Atelektasis
Pneumonia emboli
Efusi pleura
Etiologi
Bunyi napas tambahan amforik→pada cavitas besar
Menunjukkan kuman
Radiologis
Abses paru primer disebabkan kuman anaerob yang
Terdapat kaviti berbentuk oval dan bulan dengan dinding tebal dan
terdapat di daerah orofaring. Kuman penyebabnya
gambaran Air Fluid Level didalam kaviti tersebut.
polimikroba dengan predominan kuman anaerob Seperti :
1. Prevotella melanninogenica
Mikrobiologis Bronkoskopi dapat membantu drainase dan pengambilan benda
Pewarnaan gram sputum asing serta diagnosis tumor. Perlu diingat bahwa bronkoskopi
Biakan kuman anaerob perlu dilakukan dengan media khusus mengandung risiko pecahnya abses paru sehingga dapat tumpah ke
Bahan biakan didapat dari bronkus dan menyebabkan asfiksia.
Aspirat trans trakeal
Komplikasi
Cairan pleura (empiema)
Komplikasi yang sering terjadi adalah empiema dengan atau tanpa
Aspirasi paru perkutaneus dengan panduan CT-scan, USG,
fistel bronkopleura. Pecahnya abses mengakibatkan tumpahnya pus
Fluoroskopi
ke dalam saluran napas mengakibatkan penyebaran infeksi lebih
DDx :
luas dan bahkan dapat berakibat asfiksia.
Karsinoma bronkus dengan kaviti
Tuberkulosis paru dan infeksi jamur
Bulla paru yang terinfeksi dengan suatu batas permukaan cairan
Kista paru yang terinfeksi Efusi Pleura Masif
Empiema terlokalisir Overview
Hematoma paru Efusi pleura adalah akumulasi
Sekuester paru cairan di rongga pleura, dan kondisi
Terapi ini mengindikasikan adanya
Pemberian antibiotic dan drainase merupakan kunci terapi abses gangguan keseimbangan produksi
paru. dan pengeluaran cairan pleura
Terapi antibiotic umumnya memerlukan waktu cukup lama untuk Pembentukan cairan pleura: 0,01
mencegah kekambuhan, biasanya memerlukan waktu antara 1 mg/kg BB/jam
sampai 3 bulan Normal sekitar 15-20 cc perhr
Antibiotik Parietal pleura terdiri dari jaringan ikat ireguler yang longgar dan
Prevotella : metronidazole, klindamisin, kombinasi inhibotor dibungkus oleh satu lapis sel mesotelial.
betalaktamase dan karbapenem Di dalam pleura tersebut dijumpai pembuluh darah, terutama
Fusobakterium: klindamisin kapiler, dan lakuna limfatik.
Peptostreptokokus: kombinasi inhibitor betalaktamase, Ujung saraf sensorium dijumpai di pleura parietalis bagian
karbapenem, penisilin dosis tinggi diafragma dan kosta
Bakteriodes: metronidazole Pleura viseralis terdiri dari dua lapisan: mesotelium dan jaringan
Klostridium: metronidazole, penisilin ikat.
Aktinomises: penisilin dosis tinggi, klindamisin Pleura viseralis tidak mengandung serabut nyeri sehingga dapat
Tx : dilakukan manipulasi tanpa menimbulkan gangguan
Drainase postural perlu dilakukan pada penderita abses paru dan Melekat ke paru
harus dilakukan dengan hati-hati. Tindakan drainase ini sangat Lapisan jaringan ikat pada pleura viseralis memiliki dua fungsi
penting dalam penyembuhan abses. penting:
Membantu elastic recoil paru, yang penting dalam proses LDH cairan pleura lebih besar dari dua per tiga batas atas
pengeluaran udara dari paru normal LDH serum
Membatasi pengembangan paru yang berlebihan.
Patogenesis
Peningkatan tek hidrostatik di dlm sirkulasi mikrovaskular
Menurunnya tek negatif di dalm sirkulasi mikrovaskular
Menurunnya tek neg di dalam rongga pleura
Bertambahnya permeabilitas dinding p.darah pleura
Terganggunya penyerapan kembali sairan pleura ke pemb getah
bening
Perembesan cairan dari rongga peritonium ke rongga pleura
0
Efusi Pleura Masif
Efusi pleura masif merupakan terminologi yang digunakan sesuai
dengan size efusi pleura yang ditemukan.
Size efusi pleura berdasarkan foto toraks yaitu:
Diagnosis
Anamnesis
Sesak napas, batuk, nyeri dada pada sisi sakit, nyeri pleuritik
Pasien merasa lebih ringan bila posisi miring ke sisi sakit
Pemeriksaan fisik toraks
Inspeksi: dada bulging pada sisi sakit, ketinggalan bernapas
Palpasi: tactile fremitus melemah pada sisi sakit
Perkusi: beda pada sisi sakit
Auskultasi: suara napas melemah-menghilang pada sisi sakit
Pemeriksaan penunjang : foto toraks, USG toraks, CT scan toraks,
dan aspirasi cairan pleura
Cairan Efusi Pleura : Tx :
Transudat Aspirasi cairan pleura/torakosentesis terapeutik
Eksudat Pemasangan selang dada (toraks drain)
Kriteria light untuk eksudat: (salah satu dari:) ➔ Lokasi ini adalah area yang dibatasi oleh batas tepi otot latissimus
Protein cairan pleura dibagi dengan protein serum lebih dorsi, batas tepi otot pectoralis major, dan superior dari garis
besar dari 0,5 horizontal ruang inter kosta ke-5.
LDH cairan pleura dibagi dengan LDH serum lebih besar dari
0,6
Pencabutan selang dada:
Selang dada dicabut ketika drainase cairan pleura berkurang
mencapai kurang dari 200 ml per hari, resolusi dari
pneumotoraks atau ketika selang dada tidak lagi berfungsi
Pencabutan dilakukan dengan gerakan cepat smentara
asisten mengikatkan jahitan mattress yang telah disiapkan
TBC pada Anak Lokasi infeksi primer terjadi di parenkim yang jauh dari bronkus,
tidak terjadi produksi sputum
Overview :
Sedikit/tidak ada produksi sputum dan tidak terdapat reseptor
Pada anak :
batuk di daerah parenkim menyebabkan jarang muncul gejala batuk
Sulit mendapatkan specimen
Peranan uji tuberkulin/mantoux
Patogenesis
Sering overdiagnosis dan overtreatment
Bisa underdiagnosis dan undertreatment
Sumber penularan : orang dewasa dengan BTA sputum positif
Program TB Nasional penanggulangan lebih ditekankan pada
dewasa
Penanganan TB anak belum mendapat perhatian memadai
Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan dokter penuh, dilanjutkan tappering off selama 1-2 minggu
Gambaran milier/skrofuloderma langsung didiagnosis TB
BB dinilai saat pasien datang FDC OAT Anak :
Demam dan batuk tidak respons terapi baku
Foto thorak bukan alat diagnostik utama
Gbr suggest TB : Pembesaran kelenjar hilus/paratrakeal dengan
/tanpa infiltrat, konsolidasi segmental/lobar, kalsifikasi dengan
infiltrat, atelektasis, tuberkuloma. Gambaran milier diperlakukan
khusus
Penting peran uji tuberkulin
Reaksi cepat BCG ≤ 7 hari harus evaluasi skoring TB
0
Diagnosis TB bila jumlah skor ≥ 6 ( maksimal 14)
Evaluasi Hasil Pengobatan
Tx – berdasarkan Skoring TB Anak Evaluasi pengobatan penting karena diagnosis TB sulit dan tidak
Skor ≥6 → Beri OAT, 2 bulan terapi → Evaluasi jarang terjadi salah diagnosis
Respons (+) → Terapi TB diteruskan Evaluasi penting klinis : menghilang atau membaiknya kelainan klinis
Respons (-) → Rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut yang sebelumnya ada diawal pengobatan,misal :
OAT lini pertama : Penambahan berat badan
Isoniazid Hilangnya demam
Rifampisin Hilangnya batuk
Pirazinamid Perbaikan nafsu makan
Etambutol Apabila respons baik, maka pengobatan dilanjutkan
Streptomisin Apabila respons setelah 2 bulan kurang baik, OAT tetap diberikan
Paduan obat TB sambil dievaluasi lebih lanjut mengapa tidak ada perbaikan
Fase insentif ( 2 bulan pertama ) Kemungkinan : misdiagnosis, mistreatment atau resisten OAT
Fase lanjutan Evaluasi efek samping pengobatan
Prinsip dasar : minimal 3 macam pada fase insentif Gangguan gastrointestinal
Dilanjutkan dengan 2 macam fase lanjutan Hepatotoksisitas
OAT setiap hari, tidak seperti dewasa, bertujuan mengurangi 1. Ditandai peningkatan SGOT & SGPT ≥ 5 kali tanpa
ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi. gejala
2. Atau ≥ 3 kali batas atas normal disertai gejala,
Keadaan TB berat 3. Peningkatan bilirubin total > 1,5 mg/dl
OAT 4 macam 4. Peningkatan SGOT & SGPT dengan nilai berapapun
Diberikan kortikosteroid dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari dibagi disertai ikterus, anoreksia, nausea dan muntah
dalam 3 dosis maksimal 60 mg dalam 1 hari Ruam, gatal serta demam
Asfiksia Tenggelam 3. Jika dihirup 2 liter (orang dewasa) dan 30 sampai 40
mililiter (bayi) dapat mati
Overview :
Lama di air:
Suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh tubuh berada di
Primer → Bila dalam hitungan menit setelah tenggelam,
dalam media cairan dan menutup saluran nafas.
tidak ada pertolongan. (fibrilasi ventrikel dan asfiksia)
Asfiksia karena Tenggelam -
2. – stridor
3. Ringan retaken
Sedang
☐①
1. Sering -
=
2. Mudah terdengar stridor
-
- -
-
= .
4. –
Manifestasi Klinis & Perjalanan Penyakit Pada croup yang lebih parah pemberian nebulisasi epinefrin
Didahului demam tidak begitu tinggi 12−72 jam, hidung berair, nyeri mungkin perlu diulang dengan dosis yang sama.
menelan, dan batuk ringan→batuk nyaring, suara parau & kasar. Kortikosteroid
Gejala sistemik yang menyertai seperti demam, malaise. Kortikosteroid mengurangi edema pada mukosa laring
Bila berat dapat terjadi sesak napas, stridor inspiratorik yang berat, melalui mekanisme antiradang.
retraksi, dan anak tampak gelisah, dan akan bertambah berat pada Uji klinik menunjukkan adanya perbaikan pada pasien
malam hari. laringotrakeitis ringan–sedang yang diobati dengan steroid
Gejala puncak pada 24 jam pertama - 48 jam. Biasanya perbaikan oral atau parenteral dibandingkan dengan plasebo
akan tampak dalam waktu satu minggu. Anak akan sering menangis, Intubasi endotrakeal
rewel, dan akan merasa nyaman jika duduk di tempat tidur atau Intubasi endotrakeal dilakukan pada pasien sindrom croup
digendong yang berat, yang tidak responsif terhadap terapi lain.
Dx & Pemeriksaan Penunjang Antibiotik
Diagnosis → gejala klinis. Tidak diberikan, kecuali pada laringotrakeobronkitis atau
Pemeriksaan fisik: suara serak, hidung berair, peradangan faring, laringotrakeopneumonitis yang disertai infeksi bakteri.
dan FP sedikit meningkat. Diberi terapi empiris sambil menunggu hasil kultur. Terapi
Kondisi pasien bervariasi (sesuai derajat stres pernapasan). awal dapat menggunakan sefalosporin generasi ke-2 atau
Pemeriksaan langsung area laring tidak terlalu diperlukan, bila ke-3.
diduga tjd epiglotitis (serangan akut, gawat napas/respiratory Sedatif dan dekongestan oral tidak dianjurkan.
distress, disfagia, drooling) →sangat diperlukan. Komplikasi & Prognosis
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium & Komplikasi
radiologis (steeple sign) → tidak perlu dilakukan (dapat ditegakkan 15% kasus terjadi komplikasi : otitis media, dehidrasi, dan
dgn anamnesis, gejala klinis, & pemeriksaan fisis. pneumonia (jarang terjadi).
Leukosit >20.000/mm3 yang didominasi oleh PMN → superinfeksi, Sebagian kecil memerlukan intubasi.
misalnya epiglotitis Gagal jantung & gagal napas terjadi pada pasien dgn
Tx : perawatan dan pengobatan tidak adekuat.
Tatalaksana utama : atasi obstruksi jalan napas. Prognosis → Self-limited, kadang-kadang cenderung menjadi berat
Sebagian besar tidak perlu dirawat di RS, cukup dirawat di rumah. bahkan fatal
Dirawat di RS bila dijumpai salah satu dari gejala berikut:
anak berusia di bawah 6 bulan, terdengar stridor progresif, stridor
terdengar ketika sedang beristirahat, terdapat gejala gawat napas,
hipoksemia, gelisah, sianosis, gangguan kesadaran, demam tinggi,
anak tampak toksik, dan tidak ada respons terhadap terapi.
Epinefrin
Nebulisasi epinefrin (1:1000) 0.5ml/Kg (maks 5ml)
Kontraindikasi pada penderita kelainan ventrikel seperti TOF