A. Latar Belakang
Salah satu fenomena yang saat ini bisa dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas
Penyuluhan Agama Islam. Aktivitas penyuluhan Islam kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di
tempat-tempat “konvensional“ seperti masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula
dijumpai di instansi pemerintah, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet.
Namun, fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti
maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi, korupsi, dan
sebagainya. Permasalahan masyarakat Islam saat ini jika kita pikirkan dengan seksama
tidak pernah kunjung habis.1
Lihatlah umat Islam sekarang ini, Perzinaan merajalela, judi menjadi-jadi, minum khamr
jadi kegemaran, suap-menyuap hal biasa, malah yang taat kepada Allah dianggap hina.
Saksikanlah, seorang artis pezina tetap dipuja-puja bahkan didukung oleh masyarakat banyak
terutama kalangan remaja dan para artis, mereka meminta artis pezina tersebut dibebaskan
dari ancaman hukuman dan dipulihkan nama baiknya. Bandingkanlah dengan yang terjadi
pada seorang ustadz yang ditinggalkan jamaah pengajiannya dan dikecam dimana-mana
hanya karena ustadz tersebut menikah lagi secara syar‟i. Kita lihat di media masa baik
televisi maupun Koran yang menunjukkan alangkah rusaknya akhlak manusia bangsa ini.
Alhasil kita lihat setiap hari di televisi, Koran maupun media lainya banyak sekali tindakan
kekerasan dirumah tangga, tawuran antar kelompok, pemerkosaan, pencurian, aborsi dan lain
sebagainya yang merupakan kebejatan akhlak. Dan ini banyak dilakukan oleh orang yang
kebanyakan masyarakat Islam.
Bertubi-tubi tiap hari tiap waktu timbul permasalahan baru. Permasalahan satu belum
selesai sudah muncul permasalahan baru yang menutupi. Sungguh miris ketika kita
renungkan kembali, karena bangsa yang sangat terkenal dengan jumlah penduduknya yang
mayoritas muslim ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang ada. Pribadi-
pribadi muslim itu bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan tujuan, dan cenderung
mengikuti arus zaman saat ini. Fakta yang terjadi yang membuat kondisi umat ini semakin
terpuruk dihimpit permasalahan adalah terdapat kelemahan-kelemahan pada individu-
1
Abdul Hamid.2018. Makalah pembelajaran Penyuluh Agama Islam Non PNS BDK Banjarmasin.
1
individu muslimnya. Mulai dari permasalahan aqidah, hingga masalah pergerakan dan
pengorganisasian yang terus menerus di serang.
Coba kita lihat sebagian besar muslim di Indonesia hanyalah muslim keturunan dan tidak
memahami esensi dari menjadi seorang muslim itu sendiri, sehingga wajar jika nantinya
banyak ditemukan orang-orang yang mengaku muslim tetapi memiliki konsep aqidah
yang salah. Lalu tidak hanya sebatas itu, kondisi umat saat ini juga bisa menggambarkan
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sangat buruk akan Islam. Tidak sedikit orang yang
tidak mengerti mengenai tatacara ibadah sehari-hari. Tidak sedikit pula yang tidak mengerti
akan hukum-hukum syar‟i dan muamalah yang ada di dalam Islam. Atau tidak sedikit pula
yang tidak mengerti akan ilmu-ilmu dalam Islam (fiqih, tarikh, dll).
2
PEMBAHASAN
2
Abdul Hamid.2018. Makalah pembelajaran Penyuluh Agama Islam Non PNS BDK Banjarmasin.
3
1. Pengembangan Materi Sebagai Suatu Tugas
Dalam keputusan Menteri Negara Koordinutor Pengawasan Pembangunun dan
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 30
September 1999 ten tang J abatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya
dan keputusan bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 574
dan nomor 178 tahun 1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan J abatan
Fungsional Pen)uluh Agama dan Angka Kreditnya antara lain ditetapkan bah\"·a salah satu
tugas penyuluh agama tingkat jabatan ahli adalah melakukan kegiatan "PENGEMBANGAN
MATER! BIMBINGAN ATAU PENYULUHAN".
Kegiatan pengembangan materi bimbingan atau penyuluhan adalah salah satu 3sub
unsur dari unsure kegiatan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang termasuk dalam
kegiatan utama. Kegiatan pengembangan materi bimbingan atau penyuluhan adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan bagi penyuluh yang
mempunyai keahlian dalam menyusun Tafsir, sekaligus memberikan arab untuk peningkatan
profesionalisme penyuluh itu sendiri. Sifat tugas dari kegiatan pengembangan materi
adalah sunah (bukan tugas pokok), yaitu apabila mampu melaksanakan kegiatan dapat
dihargai dengan angka kredit dan apabila tidak melaksanakan kegiatan tidak mendapatkan
angka kredit. Angka kredit yang diperoleh dari kegiatan tersebut dimasukkan dalam kegiatan
unsur utama sejajar dengan pelaksanaan kegiatan tugas pokok. Jumlah volume kegiatan
pengembangan materi bimbingan atau penyuluhan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak
dibatasi, maksudnya tergantung dari kemampuan penyuluh agama yang bersangkut-
an. Penghargaan dalam bentuk angka kredit dari kegiatan tersebut akan diperhitungkan
semuanya atau diakui semuanya apabila telah memenuhi kaidah-kaidah tertentu.
2. .Jenis-jenis Pengembangan
Pengembangan materi bimbingan atau penyuluhan yang dimaksudkan dalam rincian
kegiatan penyuluh agama adalah suatu kegiatan penyusunan materi bimbingan atau
penyuluhan dalam menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan.
Apabila kita seorang penyuluh agama dalam melaksanakan tugasnya yaitu menyusun bahan/
materi penyuluhan dengan berpedoman pada butir kegiatan menyusun materi bimbingan atau
3
Abdul Hamid.2018. Makalah pembelajaran Penyuluh Agama Islam Non PNS BDK Banjarmasin.
4
penyuluhan dari sub unsur persiapan bimbingan atau penyuluhan, unsur pelaksanaan tugas
pokok bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan maka jumlah angka kredit yang
diberikan sebagai nilai penghargaan kegiatan tersebut berbeda apabila dibandingkan dengan
butir kegiatan menyusun bahan bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk tafsir tematis.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh norma dan pola penyusunannya. Jenis-jenis
pengembangan materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk menyusun tafsir tematis
dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis menurut sumber rujukannya yaitu:
1. Tafsirtematis bersumberdari kitab suci al-Quran
2. Tafsir tematis bersumber dari hadist
3. Tafsir tematis bersumber dari Kitab Keagamaan4
Tafsir tematis bersumber dari kitab suci al-Quran adalah dalam penyusunan materinya
lebih banyak/ dominan dalam pembahasannya yang bersumber atau merujuk kitab suci al-
Quran dibandingkan dengan rujukan-rujukan lainnya. Komposisi rujukan terse but adalah
70% berasal dari kitab suci al-Quran, 20% bersumber dari Hadist dan 10% bersumber dari
kitab-kitab Keagamaan.
3. Jenis Metode
4
Teknik Penyusnan Rencana Strategis Penyuluhan Agama Islam, 2017 . Balitbang dan Diklat Pusdiklat Tenaga
Teknis Keagamaan, Jakarta.
5
Berdasarkan teknik komunikasi metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang
langsung (muka ke muka/ face to face communication) dan yang tidak langsung (indirect
communication). Metode yang langsung digunakan pada waktu penyuluhan
pertanian/peternakan berhadapan muka dengan sasarannya sehingga memperoleh respon dari
sasarannya dalam waktu yang relatif isngkat (Mardikanto 1993). Misalnya pembicaraan di
balai desa, di sawah, dalam kursus, demonstrasi dan sebagainya. Metode yang langsung ini
dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan
sasaran serta cepatnya respon atau umpan balik dari sasaran (Martanegara 1993). Dalam
kondisi terbatasnya personalia, kurangnya saranan transportsasi, terbatasnya biaya dan waktu
maka metode ini kurang efisien.5
Metode yang tidak langsung digunakan oleh penyuluhan pertanian yang tidak langsung
berhadapan dengan sasaran, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau
media). Contohnya adalah media cetak (majalah, koran), media elektronik (radio, televisi),
media pertunjukan atau sandiwara, pameran dan lain-lain. Metode tidak langsung ini dapat
menolong banyak sekali apabila metode langsung tidak memungkinkan digunakan. Terutama
dalam upaya menarik perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran lewat radio dan televisi
dapat menarik banyak perhatian, bila ditangani secara tepat. Pameran yang baik
diselenggarakannya akan baik memberikan kesan yang lama dan meyakinkan. Demikian pula
halnya dengan pertunjukan film atu slides yang sekaligus dapat memberika hiburan dan
pengetahuan umum kepada masyarakat di pedesaan. Namun metode penyuluhan tak langsung
tidak memungkinkan penyuluh mendapatkan respon dari sasaran dalam waktu realtif singkat
(Mardikanto 1993).
Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi maka penyuluhan dibedakan menjadi
hubungan perseorangan, hubungan kelompok dan hubungan masal. Metode dengan hubungan
perseorangan digunakan penyuluhan pertanian untuk berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan masing-masing orangnya. Misalnya adalah kunjungan ke rumah, ke sawah,
5
Teknik Penyusnan Rencana Strategis Penyuluhan Agama Islam, 2017 . Balitbang dan Diklat Pusdiklat Tenaga
Teknis Keagamaan, Jakarta.
6
ke kantor, pengiriman surat kepada perseorangan dan hubungan telepon. Dalam banyak hal,
hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.
6
Kementerian Agama RI. 2016. Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Agama. Jakarta
7
Beberapa naskah-naskah penyuluhan, diperlukan aktivitas bagaimana
mengembangkan lambang-lambang atau simbol yang diberikan terhadap satu teks
atau peristiwa yang diberikan, agar didapati kejelasan yang menjadi permasalahan, dan
pengembangan itu dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan studi
filologi, phenomenologi, historiografi. 7
1. Pendekatan Filologi
Berbagai teks atau peristiwa yang diberikan merupakan naskah penyuluhan, seperti
halnya teks yang diserupakan lambang dapat dikembangkan makna-maknanya melalui
studi filologi, sebagai pendekatan yang menitik beratkan dengan hubungan budaya dan
seni serta kaitannya dengan rumpun rumpun bahasa lainnya dan kerabat-kerabat bahasa
yang merupakan studi budaya dan seni.
2. Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan ini menitik beratkan pada gejala-gejala yang diberikan terhadap
permasalahan, misalnya pada permasalahan "kebenaran" maka secara phenomenologi
didapatijawabannya pada ungkapan mukaddimah permasalahan surat al-Baqarah ayat 146
yang secara phenomenologis, bahwa al-haq itu yang disimbolkan Allah pada rasul
Muhammad, oleh Yahudi dan Nasrani seperti "gambaran pengenalan" terhadap anak
mereka, dan secara fenomenologis pula melalui ungkapan kesimpulan pada deret hitung
dalam ayat surat yang sama,surat al-Baqarah ayat 148 dipahami bahwa manusia
memahami al-haq diklasifikasikan pada kelompok yang saling berbeda tentang tanggapan
pada al-haq dalam kehidupan masyarakat.
3. Pendekatan Historiography
Suatu permasalahan yang menjadi masalah dapat dianalisis pula melalui historiography,
yaitu studi pendekatan melalui penelitian historis terhdap permasalahan yang diteliti
dengan mengaplikasikan pendekatan historiography dapat mengambil salah satu bentuk
diantara kedua bentuk, dengan mengemukakan alasan-alasan mengapa digunakannya
bentuk itu.
PENUTUP
7
Kementerian Agama RI. 2016. Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Agama. Jakarta
8
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
9
Iberahim Mustafa. 2015. Al Qur’an Dan Terjemahannya. Depag RI, Jakarta.
Kementerian Agama RI. 2016. Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Agama. Jakarta.
Teknik Penyusnan Rencana Strategis Penyuluhan Agama Islam, 2017 . Balitbang dan Diklat
Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jakarta.
Umar Iberahim. 2016. Strategi Management In Action, Hussein Umar, PT Gramedia Utama,
Jakarta.
Abdul Hamid.2018. Makalah pembelajaran Penyuluh Agama Islam Non PNS BDK
Banjarmasin.
10