Anda di halaman 1dari 9

CEGAH STUNTING DENGAN INOVASI

GEMPITA (GENERASI REMAJA PANDAI, INOVATIF DAN BERTAQWA)

&
CETAR (CALON PENGANTIN CERDAS, SEHAT DAN PINTAR)

DISUSUN OLEH :

NURBAITI, S.Keb, Bd

UPT PUSKESMAS PANTAI CERMIN

KABUPATEN LANGKAT

LATAR BELAKANG

Stunting adalah suatu kondisi pada seorang yang memiliki panjang atau tinggi badan kurang jika
dibandingkan dengan umurnya. (Oktavia, 2020).

Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada

umunya atau yang seusia (Atikah, Rahayu, 2018).

Kasus stunting merupakan permasalahan global dan tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurut (Hoffman et

al, 2000; Bloem et al, 2013).

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidak

cukupannutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Mustika & Syamsul,

2018).

Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan status gizi

seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang

lama (kronis). Masalah malnutrisi di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang belum bisa diatasi

sepenuhnya oleh pemerintah. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka

prevalensi stunting Sumut berhasil turun 4,7%, menjadi 21,1%, dari sebelumnya 25,8% pada tahun 2021.

Namun prevalensi balita stunting di Sumatera Utara, Kabupaten Langkat dengan angka 18,6 % masih di

urutan 24 dari 33 berdasarkan kabupaten / kota pada tahun 2022

Torlesse H,.2016 menyatakan Stunting merupakan masalah kesehatan yang harus diperhatikan dan

ditangani sejak dini, karena berdampak sangat panjang untuk kehidupan seseorang.

Kejadian stunting merupakan suatu proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak – kanak

dan sepanjang siklus kehidupan. (Boucot & Poinar Jr., 2018).

Stunting juga akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit 3 degeneratif di usia dewasa (Untung et al.,

2021).

Beberapa studi menunjukkan dampak akibat stunting adalah penurunan prestasi akademik (Picauly & Toy,

2013), meningkatkan risiko obesitas (Hoffman et al, 2000; Timaeus, 2012) lebih rentan terhadap penyakit

tidak menular dan peningkatan risiko penyakit degeneratif (Picauly & Toy, 2013).

Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan seorang, terutama risiko
gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik (Nirmalasari, 2020).

Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan

menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic

Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20% (Atikah, Rahayu, 2018).

Pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang

merugikan. Upaya pencegahan stunting secara dini harus dilakukan supaya wanita usia subur yang akan

mempersiapkan kehamilan sehingga 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak berhasil dipersiapkan

dengan baik (Fauziatin Naila,Apoina Kartini, 2020).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan

untuk kelompok dewasa muda yaitu sebagai berikut, melakukan deteksi dini terhadap penyakit (penyakit

menular dan penyakit tidak menular), meningkatkan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Serta upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai

berikut yaitu, dengan meningkatkan pengetahuan, mengkonsumsi tablet tambah darah jika mengalami

gejala anemia, memperbaiki pola makan (pola makan menyangkut jenis, jumlah, dan frekuensi makanan),

(Khodijah Parinduri, 2021).

Melakukan edukasi kesehatan, melakukan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan mengonsumsi tablet

tambah darah (TTD) 1 kali tiap minggu selama 52 minggu. Dosis dan kandungan tablet tambah darah yang

diberikan biasanya berupa ferrous fumarate folic acid dengan komposisi 60 mg zat besi dan 400 mcg asam

folat. Penelitian serupa juga dilakuan oleh Sumarmi (2018) bahwa pemberian suplemen multimikronutrien

sejak masa pra konsepsi dapat menurunkan kejadian neonatal. Stunting dibandingkan pemberian suplemen

zat besi folat hanya pada masa kehamilan. Dewasa Muda menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

merupakan istilah yang digunakan pada wanita usia subur yang mempunyai kondisi sehat sebelum hamil

agar dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Dewasa muda laki-laki yang akan diperkenalkan

dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta pasangan yang akan dinikahinya KBBI, 2019.
Faktor usia menjadi prasyarat dalam melangsungkan pernikahan yang salah satu tujuannya adalah

melanjutkan generasi penerus. 5 Usia ideal menikah untuk laki- laki antara usia 25-30 tahun dan

perempuan antara usia 20-25 tahun (Hua et al., 2018).

Permasalahan stunting di masa yang akan datang secara langsung berpengaruh erat dengan kondisi calon

ibu, postur tubuh, berat badan, tinggi badan serta kecukupan gizi calon ibu menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya stunting. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi atau intervensi yang

tepat untuk mencegah stunting adalah ketika seseorang akan mempersiapkan kehamilannya, oleh karena

itu dewasa muda yang akan menjadi calon ibu adalah sasaran yang tepat.

RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang di kemukakan adalah seperti berikut :

1. Bagaimana peran serta SDM dari petugas KESPRO dalam membantu menurunan angka stunting.

2. Bagaimana hubungan program KESPRO dengan inovasi GEMPITA dan CETAR dengan

penurunan angka stunting.

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN MAKALAH

Melalui penulisan makalah ini akan dapat mencapai tujuan-tujuan seperti berikut :

1. Mengetahui bagaimana peran serta SDM dari petugas KESPRO dengan penurunan angka stunting.

2. Mengetahui apa saja kegiatan program KESPRO yang berkaitan dapat membantu menurunkan

angka stunting.

3. Mengetahui bagaimana terobosan petugas KESPRO dalam mewujudkan program KESPRO di

wilayah kerja UPT. Puskesmas Pantai cermin.

4. Mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan program KESPRO dalam upaya membantu

menurunkan angka stuning di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pantai Cermin.

KEGIATAN UPT PUSKESMAS PANTAI CERMIN


PKPR GEMPITA (GENERASI REMAJA PANDAI, INOVATIF

DAN BERTAQWA)

UPT Puskesmas Pantai cermin mempunyai wilayah kerja 11 desa dan 1 kelurahan.

Jumlah penduduk lebih kurang 42.291 jiwa. Menurut kelompok umur 10-14 tahun laki-

laki lebih kurang 2.046 jiwa dan perempuan lebih kurang 2.082 jiwa. Umur 15-19n

tahun laki-laki lebih kurang 1.859 jiwa dan perempuan lebih kurang 1.863 jiwa ( Profil

Puskesmas Srtabat , 2019).

Sebelum nya kita akan bahas mengenai GEMPITA (Generasi Remaja Pandai,

Inovatif dan Bertaqwa) yang artinya Remaja yang pandai adalah remaja yang cepat

menangkap pelajaran, mahir, dapat nmenyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat

mengatasi masalah –masalah yang sedang dihadapi dan sebagainya. Dalam hal ini

petugas puskesmas Stabat membina dan membimbing untuk menjadi konselor sebaya

yang akan meningkatkan kepandaian.

Inovatif adalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan

dan keahlian untuk menghasilkan karya baru. Dalam hal ini di kalangan remaja sudah

melakukan sesuatu yang membuat remaja di sekitarnya datang ke posyandu remaja,

contoh para konselor remaja memberi makanan ringan untuk para remaja yang datang

ke posyandu, ada juga kelompok remaja yang berkebun.

Inovatif lainnya UPT Puskesmas Stabat akan melaksanakan kegiatan untuk kecerdasan

konselor remaja tentang kesehatan yaitu mengadakan lomba pidato tentang kesehatan

yang pelaksanaan dalam proses


Sedangkan Bertaqwa adalah menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan

Tuhan.Dalam hal ininkelompok remaja melakukan kegiatan remaja mesjid setiap

minggunya.

Defenisi GEMPITA dalam program PKPR adalah Gerasi Remaja yang mampu

mengatasi masalah- masalah kesehatan dan mampu menciptakan ide dalam masalah

kesehatan tersebut yang tidak melanggar aturan Tuhan.

Diharapkan sekali Remaja di wilayah UPT Puskesmas Stabat menjadi Remaja

GEMPITA.

Kegiatan yang dilakukan UPT Puskesmas Stabat untuk Program PKPR GEMPITA

I. Di dalam gedung

UPT Puskesmas Stabat melakukan pelayanan pada remaja di Poli Remaja

Bila ada remaja punya masalah kesehatan, remaja bisa datang ke UPT

Puskesmas Stabat dengan mendaftar terlebih dahulu di ruang pendaftaran,

kemudian diantar ke Ruang Poli Remaja.

Di ruang Poli Remaja , akan dilakukan anamnese oleh petrugas terkait

masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Dokter akan memeriksa remaja

tersebut dan akan memberi terapi sesuai dengan masalah kesehatan yang

sedang dihadapi.,

Petugas PKPR yang bertugas akan melakukan konseling dan KIE apabila

diperlukan.

II. Di Luar Gedung

UPT Puskesmas Stabat juga melakukan PKPR di luar gedung, diantaranya di

sekolah- sekolah dan posyandu remaja.


Karena masa Pandemi Covid 19 kegiatan di sekolah tidak dianjurkan.Saat ini

kegitan remaja dilakukan di posyandu remaja. Posyandu remaja di desa atau

kelurahan merupakan wadah para remaja untuk memeriksan diri dan

nmemecahkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

Pembentukan posyandu remaja dimulai dengan sosialisasi lintas Sektoral

yaitu camat, kepala desa, lurah dan tokoh masyarakat serta kader- kader

kesehatan bahwa akan di bentuk posyandu remaja.

Kemudian UPT Puskesmas Stabat bersama DINKES Langkat melatih

Konselor sebaya agar dapat nmembantu terlaksananya posyandu remaja.

Konselor sebaya sudah dilatih dan siap untuk membantu pelaksanaan

posyandu remaja. Ada 6 kelompok posyandu remaja di wilayah UPT

Puskesmas Stabat dengan masing-masing ada 4 s/d 5 orang konselor sebaya.

Posyandu remaja mulai terbentuk bulan November 2021 di masing-masing

desa dan kelurahan di wilayah UPT Puskesmas Stabat. Posyandu remaja

dilaksanakan setiap bulan dengan melakukan kegiatan 5 langkah yaitu

langkah 1 pendaftaran, langkah 2 pemeriksaan , langkah 3 pencatatan,

langkah 4 konseling, langkah 5 KIE.

Dalam langkah 2 yaitu pemeriksaan dilakukan oleh konselor sebaya yang

sudah dilatih, seperti : Ukur TD, Ukur BB, Ukur TB, Ukur LILA.

Dalam kegiatan ini dilakukan pemberian PIL FE untuk remaja 4 tablet

dengan dosis 1 kali seminggu.

Konselor sebaya sudah diberi sertifikat untuk membantu mereka dalam

program masuk perguruan tinggi.

Masalah yang dihadapi selama melakukan kegiatan posyandu remaja adalah:

1. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kegiatan poisyandu remaja


2. Masih banyak anggapan remaja bahwa kegiatan dilakukan seperti

posyandu bayi.

3. Tidak ada waktu untuk remaja karena mereka sekolah dan les pada sore

hari

4. Ada 1 kelompok posyandu bremaja yang tidak aktif.

5. Belum terlakjsananya langkah 4 karena konselor sebaya masih

banyak yang belum mengerti tentang masalah kesehatan.

Hasil capaian Kegiatan posyandu remaja


NO Desa/ Kel Nov 20 Des 20 Jan 21 Feb 21 Mar 21 Apr 21
1. Kel.Stabat Baru 9 6 - -
2. Kel. Kw.Bingai 14 22 21 23 16 13
3. Kel.Sidomulio 7 12 12 14 20 16
4. Kel. P. Mabar 12 11 15 14 8 -
5. Desa P.Gemi 19 - 23 14 - -
6, Desa Banyumas 21 18 16 11 18 19

Anda mungkin juga menyukai