Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PURWOKERTO

Pokjar Purwokerto Selatan


Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik MKDK 4002
Tugas Tutorial 2

NIM : 857607798 Nama : Nisa Maulyda NIlai

Evaluasi dari Tutor :

Kerjakan soal berikut ini!

1. Jelaskan 5 komponen penyusun bahasa beserta contoh! (Gunakan kalimat sendiri)

2. Bagaimana gambaran tahap perkembangan emosi berdasarkan usia?

3. Apa yang kamu ketahui terkait karakteristik perkembangan konsep diri anak dan

perkembangan konsep diri pada remaja!

Selamat Mengerjakan !

Lembar Jawaban:

1. 5 komponen penyusun bahasa yaitu :

1) Fonologi adalah cabang diri linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar dalam

bahasa tertentu. Terdapat dua pandangan dalam mempelajari bunyi, yaitu fonetik dan

fonemik. Contoh fonetik yaitu kata “bebek” (unggas) dan “bebek” (rujak yang

ditumbuk). Sementara fonemik yaitu penggunaan bunyi ‘s’ pada kata “sari” dan bunyi

‘d’ pada kata “dari”.

2) Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang memgkaji pembentukan

kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa, serta membahas seluk-beluk bentuk kata

dan fungsi perubahan-perubahan bentuk kata. Contoh, “tas” merupakan morfem tunggal
dan memiliki makna, ketika dipisahkan antara “ta” dan “s” maka akan menghilangkan

makna tersebut (meaningless).

3) Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna yang

terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Semantik mengarah

pada makna bahasa. Contoh, fitur semantik dari ibu berisi orang tua dan wanita. 

4) Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan benar.

Contohnya Ani berkata kepada ibunya, “Aku sedang buah dan sayur makan”. Kalimat

tersebut yang disampaikan tidak benar, maka sintax berfungsi dalam menata kata hingga

membentuk kalimat yang utuh.

5) Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan

bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Contohnya: Ketika Andi melihat

kerbau di sawah, ia berkata kepada temannya “Beni, lihat kerbau itu gemuk sekali”.

2. Gambaran tahap perekembangan emosi, yaitu :

1) 0 bulan/lahir : Mereka sudah dapat mengungkapkan rasa kepuasan, ketertarikan, dan

kesusahan.

2) 2-7 bulan : Mulai dapat menggambarkan berbagai macam ekspresi.

3) 1-2 tahun : Tingkat emosi sudah lebih kompleks. Mereka mulai memiliki rasa malu, iri,

menyesal, dan bangga.

4) 3 tahun : Mulai memiliki kemampuan untuk dapat menilai baik dan buruk.

5) 4-5 tahun : Dapat mengekspresikan perasaan malu, iri, menyesal, bangga, baik, dan

buruk.

6) 6-12 tahun : Anak sudah memiliki rasa malu, gugup, enggan, sombong, merasa bersalah,

dan lain-lain diungkapkan sendiri tanpa bantuan.

7) Remaja-dewasa : Memiliki kompleksitas emosi yang tinggi.

3. Perkembangan konsep diri anak :

1) Karakteristik internal :

Anak-anak cenderung mendeskripsikan diri mereka sebagai anak yang pintar

(psikologis).
2) Karakteristik aspek sosial :

Anak mulai sering menjadikan kelompok sosial sebagai acuan dalam mendeskripsikan

diri.

3) Karakteristik perbandingan sosial :

Anak cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komparatif.

Perkembangan konsep diri pada remaja :

1) Abstract and Idealistic. Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat

gambaran tentang diri mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistis.

2) Differentiated. Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda, remaja lebih

mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang

semakin berdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja lebih

mungkin memahami bahwa dirinya memiliki diri-diri yang berbeda-beda

(differentiated selves), sesuai dengan peran atau konteks tertentu.

3)  Contradictions Within the Self. Setelah remaja mendiferensiasikan dirinya ke

dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda, maka muncullah

kontradiksi antara diri-diri yang berdiferensiasi ini.

4) The Fluctiating Self. Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya

akan memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu. Diri

remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja

berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak

terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal.

5) Real and Ideal, True and False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya

perbedaan antara diri yang nyata (real self) dengan diri yang dianggap ideal

(ideal self) menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif remaja.

6) Social Comparison. Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa dibandingkan

dengan anak-anak, remaja lebih sering menggunakan social comparison

(perbandingan sosial) untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.


7)  Self-Concscious. Karakteristik lain dari konsep diri remaja adalah bahwa

remaja lebih sadar akan dirinya (self-conscious) dibandingkan dengan anak-

anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman diri mereka. Remaja menjadi

lebih introspektif, yang mana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri

mereka dan bagian dari eksplorasi diri.

8) Self-Protective. Mekanisme untuk mempertahankan diri (self-protective)

adalah salah satu aspek dari konsep diri remaja. Dalam upaya melindungi

dirinya, remaja cenderung menolak adanya karakteristik negatif dalam dirinya.

Gambaran diri yang positif seperti menarik, suka bersenang-senang, sensitif,

penuh kasih sayang, dan ingin tahu, lebih sering disebutkan sebagai bagian inti

dari diri remaja yang penting. Remaja memiliki kecenderungan untuk menutupi

keadaan yang dianggapnya tidak penting karena remaja cenderung

menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealistis.

9) Unconscious. Konsep diri remaja pada masa remaja akhir, melibatkan adanya

pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari (unconscious) termasuk dalam

dirinya, sama seperti komponen yang disadari (conscious). Remaja yang lebih

tua akan lebih yakin dengan adanya aspek-aspek tertentu dari pengalaman

mental diri mereka yang berada di luar kesadaran atau kontrol mereka

dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.

10)  Self-Integration. Pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih

berintegrasi, di mana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik

menjadi satu kesatuan. Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya

ketidakkonsistenan dalam gambaran diri mereka pada masa sebelumnya ketika

ia berusaha untuk mengonstruksikan teori mengenai diri secara umum.

Anda mungkin juga menyukai