Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PERGUDANGAN

ANALISIS TSP DAN REDESIGN LAYOUT GUDANG UNTUK


MENGATASI MASALAH PICKING PROBLEM pada TOKO BIN
SUNGKAR

DISUSUN OLEH:
KELAS B
ALDO VISANDA 2010312002
HASTARI WILYANTYAS 2010312009
UMAR HISYAM SUNGKAR 2010312018

DOSEN PENGAMPU:
Santika Sari, S.T., M.T
Dr. Yulizar Widiatama, M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan werehouse
replenishment ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah sistem pergudangan . Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang loyout pada tata letak Alfamart.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Santika Sari, ST., MT , dan
Bapak . Dr. Yulizar Widiatama, M.Eng selaku dosen sistem pergudangan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Jakarta, 21 Oktober 2022

....
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gudang merupakan komponen penting dari rantai pasokan modern. Rantai pasok
melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: produksi, distribusi barang, dari penanganan
bahan baku, sparepart, dan barang dalam proses hingga produk jadi. Gudang (warehouse)
adalah tempat penerimaan, penyimpanan sementara dan persediaan part, material dan
barang yang akan dipakai untuk kebutuhan produksi atau support produksi. Sistem
manajemen pergudangan merupakan suatu proses kegiatan logistik/barang dalam gudang
yang meliputi pengelolaan administratif dan pengelolaan operasional perusahaan. Dengan
demikian, manajemen pergudangan akan selalu berhubungan dengan penatausahaan, tata
kerja, dan tata ruang.

Store Layout adalah pengelolaan dalam hal penentuan lokasi dan fasilitas toko.
Store Layout penting untuk diperhartikan, disamping itu yang perlu diperhatikan adalah
display. Display adalah suatu dekorasi yang dapat menjadi ciri khas dan dapat memikat
konsumen. Display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen
dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Ada
2 jenis golongan alur pengeluaran barang yaitu barang fast moving, adalah barang
dengan aliran yang sangat cepat, atau dengan kata lain barang fast moving ini akan
berada di gudang dalam waktu yang sangat singkat; kemudian ada barang slow
moving, merupakan barang dengan arus aliran barang yang sangat lambat, sehingga
biasanya barang yang slow moving ini akan tersedia di gudang dalam jangka waktu
yang cukup lama.

Dengan memperhatikan kecepatan aliran arus barang diharapkan aliran


barang di gudang menjadi lancar, penumpukan barang di gudang menjadi
berkurang, dan biaya perawatan serta penyimpanan dapat dikurangi. Stok barang
yang bersifat fast moving diharapkan dapat dijaga agar tidak kehabisan stock.
Barang yaang bersifat slow moving juga harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi
penumpukan barang.

Warehouse replenishment diperlukan ketika produk perusahaan mencapai


titik di mana mereka harus dipesan ulang untuk menghindari kekurangan stok.
Warehouse replenishment di sisi lain, mengacu pada salah satu dari dua kejadian
yaitu Pertama, warehouse replenishment gudang berarti mengisi ulang gudang dari
sumber eksternal dengan produk yang dipesan secara rutin oleh perusahaan. Dalam
hal ini, warehouse replenishment adalah antara perusahaan dan vendor, bukan
pelanggan. Kedua, warehouse replenishment dapat berarti memindahkan material
di dalam gudang ke lokasi pemrosesan atau penyimpanan yang berbeda sehingga
memilikinya untuk memenuhi pesanan pelanggan.

Picking adalah proses gudang mengenai pengumpulan produk di gudang


dengan tujuan memenuhi pesanan konsumen. Proses picking bisa mencakup hingga
55% dari total biaya operasional. Maka dari itu, penting untuk mengoptimalkan
proses picking untuk biaya yang lebih efisien. Salah satu cara mengoptimalkan
proses picking adalah menggunakan sistem komputerisasi yang tepat yaitu
warehouse management system. Warehouse management system bisa diakses
melalui aplikasi smartphone. Hal ini tentu mempermudah karyawan untuk
mengetahui daftar pengambilan produk melalui sistem secara praktis.

Sistem picking dalam gudang atau pengambilan barang adalah sebuah cara
mengambil barang di gudang yang bertujuan untuk memenuhi pesanan konsumen.
Pengambilan barang yang sukses adalah langkah penting di dalam sebuah proses
memenuhi pesanan yang memerlukan peralatan berteknologi tinggi dan prosesnya
berfokus pada tenaga kerja untuk mempertahankan tingkat akurasi pesanan yang
tinggi pada semua pesanan yang keluar. Faktanya, menentukan sistem picking
dalam gudang yang tepat adalah sebuah hal yang penting.

Alasannya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari proses picking,


meningkatkan akurasi order, dan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Tapi,
ada beberapa keuntungan dari menggunakan sistem picking, yaitu untuk
mengurangi pengeluaran gudang, meningkatkan kepuasan pelanggan dan membuat
pekerjaan karyawan gudang lebih mudah dan efisien. Selain itu, menentukan sistem
picking dalam gudang yang tepat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
dalam jumlah banyak secara cepat, memastikan ketersediaan stok, pengiriman
barang tepat waktu dan meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Pengertian Penyiapan Barang (Picking) adalah “Mempersiapkan
pengeluaran fisik barang dari gudang yang disesuaikan dengan dokumen
pemesanan dan pengiriman dan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan
penanganan barangnya.” Order processing adalah salah satu elemen didalam
Kelengkapan Order. Istilah order processing umumnya digunakan untuk
menggambarkan suatu proses atau alur kerja yang berhubungan dengan picking,
packing dan pengiriman barang ke customer. Setiap warehouse memiliki keunikan
proses order processing ini dan tidak ada satupun suatu proses yang “fit for all size”.

Order biasanya berasal dari team sales atau pabrik yang melakukan order
untuk pengolahan produksi. Order bisa disampaikan melalui elektronik mail,
telepon, fax ataupun komunikasi lainnya yang memiliki kekuatan informasi
berdasarikan kesepakatan kedua belah fihak. Dalam strategi pengambilan barang
dalam Operasional Pergudangan merupakan salah satu pekerjaan operasional
gudang yang menguras biaya cukup besar dalam proses picking atau pengambilan
barang di gudang. Srategi dalam pengambilan barang yang tujuan akhirnya adalah
mengurangi waktu yang dpakai dalam mengambil barang (travel time).

Banyak kepala gudang yang melihat bahwa otomatisasi adalah solusi


terhadap masalah pengambilan barang di gudang tanpa menerapkan hal dasar
seperti analisis ABC (activity-based-costing) dan/atau pengelompokan pemesanan.
Metode dasar seperti pengelompokan, rute pengambilan barang, pemilihan
peralatan yang tepat, dan proses yang terdokumentasi akan membantu dalam
meningkatkan efisiensi pengambilan barang.

Dalam pembahasan berikut, kita akan membahas 3 (tiga) strategi


pengambilan barang yang terjadi di dalam gudang, yaitu : (1) Picker to Goods, (2)
Goods to Picker, dan (3) Automated Picking.

A. Picker to goods

Mayoritas warehouse dengan otomatisasi minimal akan menggunakan


metode ini. Metode picker to goods yaitu ketika picker berjalan menghampiri ke
lokasi untuk mengambil barang sesuai dengan pesanan customer satu persatu. Cara
ini merupakan cara yang tradisional dan kurang efisien.

 Pick to order

Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam gudang.
Petugas gudang mencari barang sesuai order dan berjalan ke lokasi penyimpanan,
mengambil barang sampai seluruh order telah dilengkapi. Keuntungan dari metode
ini adalah meminimalisir kegiatan handling karena barang berpindah dari tempat
penyimpanan sampai dengan pengiriman dengan 1 (satu) kali penanganan.
Kelemahan metode ini adalah jika pesanan dalam SKU (Stock Keeping Unit) yang
banyak dan jarak antar tempat pengambilan cukup jauh akan dapat meningkatkan
beban pekerja.

 Batch picking

Batch picking adalah metode dimana petugas gudang berjalan ke tempat


penyimpanan dan mengambil produk untuk beberapa order dalam waktu yang
sama, kemudian menempatkan pada tempat tertentu berdasarkan order. Kelebihan
dari metode ini adalah berkurangnya waktu dan jarak tempuh operator (karena
setiap berjalan mengambil beberapa order sekaligus untuk item yang sama) dan
meningkatnya akurasi dalam proses alokasi daln pengambilan barang. Kekurangan
metode ini dimana tidak selalu mengutamakan pemesanan barang yang time-
sensitive , artinya semua order diperlakukan sama tanpa ada prioritas.

B. Zone picking

Dalam metode ini, produk dikelompokkan dalam area tertentu dalam


gudang dan setiap petugas ditugaskan per area secara spesifik dan hanya
diperbolehkan mengambil barang dalam area tersebut. Keuntungan dari metode ini
adalah meningkatnya kecepatan pengambilan barang karena beberapa jenis barang
dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan. Kekuragannya adalah kemungkinan
terjadi bottleneck dalam oengambilan barang.
 Wave picking

Metode wave pcking ini menjadwalkan pengambilan barang dalam waktu


kerja tertentu yang spesifik dalam satu hari kerja. Penjadwalan pengambilan barang
dapat disesuaikan dengan kedatangan kendaraan, pergantian shift kerja dan lain-
lainnya. Kekurangan dari metode ini (dan menjadi kekurangan metode lain) adalah
perlunya pengecekan ulang dalam kode produk dan jumlah produk yang diambil.

 Cluster Picking
Cluster picking adalah proses dari mengambil beberapa produk dari
beberapa pesanan dalam sekali perjalanan. Kemudian picker akan meletakkannya
di wadah yang berbeda. Kelebihan dari metode cluster picking adalah mampu
memudahkan pengambilan barang dalam sekali perjalan.

C. Goods to picker

Metode goods to picker, jika dibandingkan dengan metode picker to goods


meimiliki banyak keuntungan yang bisa disesuaikan dengan sistem yang
dikehendaki oleh perusahaan. Goods to picker adalah menyesuaikan area tempat
penyimpanan dengan area kerja petugas gudang (pick face area), sehingga petugas
tidak perlu berjalan berkeliling area gudang. Beberapa keuntungan terebut adalah
sebagai berikut :

o Mengurangi waktu tempuh yang dilakukan operator dan secara tidak


langsung mengurangi beban kerja operator.
o Mengurangi footprint petugas dalam sistem gudang
o Seleksi barang yang lebih cepat dan teratur.
o Meningkatkan akurasi dalam pemesanan dan pengambilan barang di
gudang.
o Tingkat utilisasi ruang kerja yang lebih baik.
o Meningkatkan efisiensi dari SKU yang dipakai dalam gudang.
D. Automated Picking
Jika kebutuhan Perusahaan adalah peningkatan kecepatan, akurasi, dan
produktifitas maka pilihan dapat mengarah kepada otomatisasi. Operational
warehouse dengan volume yang tinggi semisal dengan jumlah mencapai ribuan
(atau lebih) karton per hari adalah tipe operasional yang dapat dipertimbangkan
menggunakan metode ini. Beberapa Keuntungan metode Automated Picking
adalah :

o Dapat beroperasi dengan system very narrow aisle.


o Untuk warehouse dengan suhu beku (frozen) akan menghemat biaya
konsumsi energy.
o Full tracking melalui aplikasi WMS.

Layout gudang harus bisa memanfaatkan luas dan volume gudang secara
maksimal dengan biaya penanganan yang efisien. Tata letak gudang yang baik
membuat gerak barang lebih efektif dan mempermudah kerja karyawan. Cara
agar layout gudang optimal yaitu dengan memperhatikan prinsip dasar
perancangan tata letak gudang. Prinsip dasar perancangan tata letak gudang yaitu:

 Perhatikan prinsip dasar perancangan tata letak gudang, Keamanan


merupakan prinsip pertama yang harus dipenuhi dalam perancangan tata
letak gudang. Semua produk, alat dan barang di gudang harus dipastikan
tetap aman dari kerusakan dan kehilangan. Kerusakan barang dan
produk di gudang bisa disebabkan oleh serangga, cuaca, kontaminasi
produk lain, proses pergudangan dan sebagainya.
 Pastikan Barang Mudah Dicari, kemudahan mencari barang juga
penting untuk membantu proses identifikasi barang dan pemeliharaan
barang secara optimal. Jika penyusunan barang tidak di atur dengan rapi,
untuk mencari satu produk saja bisa memakan waktu lama. Maka dari
itu, barang di gudang harus disusun dengan teratur berdasarkan jenis,
ukuran dan kriteria lainnya.
 Pastikan Barang Mudah Dijangkau, Kemudahan menjangkau barang
termasuk salah satu tujuan tata letak gudang. Perancangan tata letak
gudang yang baik memastikan karyawan dapat mengambil barang tanpa
menggangu letak barang lain. Hal ini juga berguna dalam pengangkutan
barang menjadi lebih mudah dan cepat.
 Pastikan Barang Mudah Diambil, Kemudahan mengambil barang
berhubungan dengan lancarnya proses aliran barang di gudang. Tata
letak gudang yang baik akan membuat arus perpindahan barang lebih
optimal dan efisien. Untuk mewujudkan hal ini perlu diperhatikan
ukuran tempat penyimpanan atau rak yang sesuai. Selain itu, perlu
mengatur lorong atau gang antar lokasi barang tidak terlalu sempit.
 Maksimalkan Penggunaan Ruang di Gudang, Ruang gudang bisa
dimaksimalkan penggunaannya dengan memahami tujuan
penggunaan warehouse tersebut. Untuk gudang penyimpanan barang
maka perlu penataan tempat penyimpanan barang dan peralatan. Selain
itu, juga perlu mengatur lorong atau gang antar lokasi barang supaya
memudahkan akses ke satu area dan area lainnya.
 Menggunakan Sistem Komputerisasi, Sistem manual lebih cocok untuk
gudang berukuran kecil dan hanya mempunyai satu fungsi saja. Untuk
gudang besar dengan fungsi yang lebih kompleks sebaiknya
menggunakan sistem komputer yang tepat. Warehouse Management
System (WMS) dapat membantu kamu menata gudang dengan optimal,
cepat dan akurat. Warehouse Management System (WMS) membantu
aktivitas pergudangan lebih efektif dan efisien.

Permasalahan rute pada aktivitas order picking dalam mengurangi jarak


tempuh dapat dikategorikan sebagai Travelling Salesman Problem (TSP) Traveling
Salesman Problem (TSP) adalah masalah kombinatorial yang berhubungan dengan
menemukan rute terpendek dan paling efisien untuk diikuti untuk mencapai daftar
tujuan tertentu dimana pada aktivitas tersebut picker harus menuju ke semua lokasi
barang yang akan diambil dan kembali lagi ke lokasi awal dimana picker tersebut
berangkat. Toko Bin Sungkar yang berkawasan di Jl. K.H. Mas Mansyur No.40,
RT.1/RW.7, Kb. Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 10240, adalah toko yang menjual berbagai macam rupa
barang-barang dan makanan organik dari timur tengah, seperti Kurma, Chickpeas
(Kacang Kabul Arab ), Raisins (Kismis), Kacang Almond, Cokelat Turkey, dan
sajadah buatan dari KSA, Pakistan, dan Turkey. Akan tetapi, penataan layout rak
untuk menjajahkan beberapa barang diletakkan belum begitu efektif ditambah lagi
tidak disinkronisasi dengan picking strategy yang optimal. Strategi yang dilakukan
oleh Toko Bin Sungkar belum efisien dalam mengurangi jarak tempuh dari aktivitas
order picking tersebut. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian dalam rangka
merancang tata letak yang lebih baik dengan menggunakan metode TSP agar lebih
efektif dan efisien dalam mengurangi jarak tempuh dari aktivitas order picking.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan tinjauan pada latar belakang di atas, ditentukan beberapa rumusan masalah
pada penelitian ini:

1. Bagaimana sistem manajemen pergudangan yang dilakukan oleh Toko Bin Sungkar ?
2. Bagaimana jarak tata letak barang dengan letak gudang yang dimiliki oleh Toko Bin
Sungkar ?
3. Bagaimana solusi yang dapat diberikan agar tata letak barang yang dimiliki
Toko Bin Sungkar menjadi efektif dan efisien ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi sistem manajemen pergudangan yang dilakukan oleh
Toko Bin Sungkar .
2. Untuk mengidentifikasi jarak tata letak barang dengan letak gudang yang
dimiliki oleh Toko Bin Sungkar.
3. Untuk mengidentifikasi solusi yang dapat diberikan agar tata letak rack yang
dimiliki oleh Toko Bin Sungkar menjadi efektif dan efisien.

1.4 Manfaat Penelitian


Penataan memiliki pengaruh yang besar secara komersial. Dalam penelitian ini
penulis dapat menemukan solusi untuk mengatasi penataan rak yang kurang baik
agar lebih efektif dan efisien di Toko Bin Sungkar.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian yang mencangkup tata
letak rak yang terdapat pada Toko Bin Sungkar. Penelitian ini dilakukan selama
11 hari pada bulan Oktober 2022.
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Toko Bin Sungkar melakukan penyimpanan di gudang yang luasnya


300 m2 yang didalamnya terdiri dari gudang cold storage dan dry storage. Gudang
cold storage digunakan untuk menyimpan buah kurma, kismis, coklat turkey ,dan
makanan yang memerlukan penyimpanan pada pendingin. Adapun pada dry
storage digunakan untuk menyimpan chickpeas, parfume, sajadah, dan mabkhara.
Gudang ini memiliki kapasitas keseluruhan sebanyak 350 ton. Penyimpanan tiap
produk diatur pada penempatannya agar memudahkan proses pengambilan barang
dari gudang ke rak penjualan.

Pemilik Toko Bin Sungkar (PT. BIN SUNGKAR GROUP) sendiri juga
merupakan importir sebelumnya yang mengisi barang-barang timur tengah ke
distributor hingga toko-toko eceran sekalipun, dengan meningkatnya persaingan
kompetitor dan kualitas barang, oleh karena itulah mulai mendirikan toko sejak
2005, hal ini ditujukan untuk memperluas jaringan konsumen serta menjaga para
pedagang agar tidak lari ke importir lain. Seiring berjalannya waktu mulai banyak
terjadi pertukaran pasar dan beragam strategi sehingga terdapat sebagian barang
yang juga didapat oleh Toko Bin Sungkar dari supplier lokal.

Adapun barang yang biasa diimpor Toko Bin Sungkar dari Saudi Arabia
adalah kurma yang terdiri dari 15 jenis macam kurma, seperti kurma tunisia, kurma
mesir, kurma ajwa, kurma sukkari, kurma medjool, kurma mabroom, kurma
shafawi, kurma ruthab,dan lain-lain. Dimana waktu pengiriman barang dari pusat
hingga ke pelabuhan tanjung perak memakan waktu selama 3 minggu sedangkan
jika sampai di pelabuhan tanjung priok selama 5 minggu. Terdapat barang
komoditas lain yang diimpor dari turkey dan pakistan seperti sajadah, chickpeas,
cokelat turkey, dan lain-lain. Selain itu dalam melakukan pemindahan/pengambilan
barang dari gudang ke rak penjualan tergantung pada keadaan. Apabila rak sudah
kosong maka proses perpindahan barang dari gudang ke rak penjualan dilakukan
dan dalam prosesnya tidak menggunakan Material Handling Equipment, melainkan
menggunakan tenaga manusia yang dipanggul ataupun diangkatbisa. Dilihat dari
tiap kegiatan pekerjanya terlihat mengesampingkan prinsip K3.Oleh karena itu,
tidak ada syarat atau beban minimal untuk melakukan pengisian rak penjualan.

Penempatan kasir dalam Toko Bin Sungkar tidak seperti toko-toko lain yang
berada didekat pintu masuk, akan tetapi berada di tengah-tengah hal ini dinilai lebih
efektif karena dapat memantau segala manuver dan aktivitas pembeli untuk plot
tiap rak sudah optimal dan efisien. Pemesanan barang yang ada di gudang toko groz
dilakukan pada saat barang tersebut telah menyentuh batas safety stock atau
tergantung ketersediaan di dalam gudang dan untuk biasanya. Tidak terdapat
jumlah minimum dalam melakukan pemesanan barang hanya saja diketahui bahwa
Toko Bin Sungkar selalu mengadakan barangnya dalam partai besar. Untuk
menghitung TSP nya kita harus mengetahui flow penjualan produk per 6 bulan
terakhir. Dari hasil pengamatan ke toko tersebut kita mengetahui produk yang
paling banyak terjual yaitu kurma (semua jenis), kismis, chickpeas (kacang arab),
cokelat turkey, dan sajadah. Data flow Penjualan Produk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1.1 Flow Penjualan Produk

Flow Penjualan produk per 6 Bulan terakhir


No Produk Terjual Satuan
1 Kurma (All Variant) 150 Ton`
2 chickpeas (kacang arab) 63 Ton
3 Kismis 65 Ton
4 Cokelat Turkey 127 Ton
5 Sajadah 1070 Kodi

Selanjutnya setelah mengetahui flow penjualan produk, sehingga kita


mengetahui lima produk yang paling laku terjual, terjual berapa, dan persedian
awal nya berapa, kita bisa menentukan persediaan akhir dari persediaan awal –
terjual. Untuk menghitung data dalam tabel dapat dijabarkan sebagai berikut:
persediaan awal+persediaan akhir
 prt didapatkan dari =
2
total produk terjual
 TORp didapatkan dari =
prt
180
 WSP didapatkan dari =
TORp
365
 TOR didapatkan dari =
WSP
Setelah menghitung TOR dari setiap produk, kemudian kita klasifikasikan
produk tersebut termasuk fast moving, slow moving, atau non moving. Skala
pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Kategori TOR


Keterangan
Non Moving <1
Slow Moving 1~3
Fast Moving >3

Tabel 1.3 Perhitungan TSP

Flow Penjualan produk per 6 Bulan Toko Bin Sungkar


Persediaan Persediaan
Produk Terjual Satuan prt TORp WSP TOR Kategori
Awal Akhir
Kurma (All Variant) 170 150 20 Ton 95 1,578947368 114 3,201754 Fast moving
Chickpeas Nut 70 63 7 Ton 38,5 1,636363636 110 3,318182 Fast Moving
Kismis 80 65 15 Ton 47,5 1,368421053 131,5385 2,774854 Slow moving
Cokelat Turkey 140 127 13 Ton 76,5 1,660130719 108,4252 3,366376 Fast Moving
Sajadah 1200 1070 130 Kodi 665 1,609022556 111,8692 3,26274 Fast Moving
Berdasarkan perhitungan TSP yang telah dilakukan didapatkan bahwa terdapat
empat produk yang tergolong fast moving yaitu kurma (All Variant), chickpeas nut
(kacang arab), cokelat turkey, dan sajadah, sedangkan yang tergolong slow moving
adalah kismis. Produk yang tergolong fast moving berarti produk
tersebut pergerakannya cepat atau cepat habis. Jadi tidak memerlukan waktu yang
lama untuk suatu produk dibeli kembali oleh pembeli, namun untuk produk yang
tergolong slow moving adalah produk yang pergerakannya lambat atau konstan.
Usulan perbaikan layout nya diutamakan kelima produk ini dengan urutan pertama
yaitu cokelat turkey, chickpeas (kacang arab), sajadah, kurma , dan kismis.
Dalam menghitung rute terpendek pengambilan barang dari gudang ke rak
penjualan, dapat menggunakan metode from to chart maka sebelum itu harus membuat
layout terlebih dahulu seperti ilustrasi di bawah ini.
Tabel 1.4 Design Layout TSP (Kondisi Awal)

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan , kami menukar


penempatan rak mabkhara yang semulanya di depan sebelah kiri menjadi rak
chickpeas (kacang arab) , agar mendapatkan rute terpendek pemindahan rak
chickpeas (kacang arab) dari gudang ke rak penjualan. Untuk sisa dari empat
produk peneliti mempertimbangkan dengan kondisi bangunan Toko Bin Sungkar
sehingga untuk produk kurma (All Variant), cokelat turkey, sajadah, dan kismis
tidak memerlukan sebuah perubahanb hal ini mempertimbangkan besarnya rak
sajadah, dikarenakan rak penjualan sajadah harus berukuran besar. Dan pallet
kurma yang diletakkan sudah efisien berada pada posisi tengah.
Tabel 1.5 Redesign Layout (Kondisi Setelah Perbaikan)

Tabel 1.6 Tabel Perbandingan TSP Kondisi Awal dan Kondisi Perbaikan

Produk Kondisi Awal Kondisi Perbaikan


Kurma 22 unit 22 unit
Kismis 22 unit 22 unit
Chickpeas 34 Unit 20 Unit
Sajadah 48 Unit 48 Unit
Cokelat Turkey 18 unit 12 unit
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Layout pada Toko Bin Sungkar dapat dilihat pada lampiran. Penataan
barang yang dijajahkan yang dijual diletakkan dalam rak dan pallet dengan
memberikan aisle atau jarak yang cukup untuk pembeli dan karyawan
lewat. Disamping itu, Toko Bin Sungkar dilengkapi dengan sistem
keamanan yang memadai seperti cctv pada beberapa spot yang terdapat rak,
selain itu tersedia parkiran yang ada didepan toko baik untuk mobil, motor,
dan sepeda. Barang yang dijual diletakkan dalam rak yang memanjang dan
disesuai dengan ukuran jenis barang tersebut.
Layout pada Toko Bin Sungkar chickpeas (kacang arab) untuk
penempatanya belum efisien berdasarkan perhitungan TSP bahwa produk
tersebut tergolong fast moving namun produk tersebut berada dibelakang
pojok sebelah kanan, oleh karena itu kami melakukan redesign pada tata
letak. Berdasarkan dengan kategori yang diperoleh, produk fast moving
seperti kurma (All Variant), chickpeas nut (kacang arab), dan cokelat
turkey, akan diletakkan didepan dan dengan jarak tempuh rute terpendek ke
gudang agar mobilitas pemindahan barang tersebut mudah dilakukan. Lalu
untuk untuk kategori slow moving seperti kismis rak tengah agar lebih
mudah terjangkau oleh konsumen. Untuk produk sajadah karena dimensi
rak terlalu besar untuk memuat sajadah yang lebar, besar, dan tebal, sudah
efisien karena dari jangkuan terjauh pun mudah dijangkau oleh penglihatan
konsumen, karena berukuran besar dan tinggi.
3.2 Saran

Layout penempatan antara rak, aisle dan benda-benda yang dijual


diperlukan beberapa kontrol agar dapat mengendalikan mobilitas antara
pembeli maupun karyawan dengan pembeli. Kemudian Toko Bin Sungkar
dapat memperindah pajangan produknya dengan menggunakan beberapa
furniture yang didesain sedemikian rupa agar produk tertentu seperti sajadah
dapat lebih rapih dan berestetika juga tidak memakan banyak tempat. Kemudian
Toko Bin Sungkar dapat menjaga serta mengendalikan kebersihan toko
maupun gudang serta yang meliputi kebersihan dari kotoran, hewan (tikus,
kecoa, rayap, dan kutu ). Selanjutnya Toko Bin Sungkar dapat
mengimplementasikan K3 dalam bekerja misalnya, memberi karyawan
waktu istirahat, menggunakan MHE dalam mengangkat ataupun
memindahkan barang, dan menerapkan beberapa prinsip dan regulasi ruang
lingkup K3.
LAMPIRAN

Design Layout Awal


Redesign Layout
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai