Anda di halaman 1dari 2

Dakwah Milenial

Menyiarkan kebaikan di dunia maya merupakan kegiatan dakwah digital yang patut diapresiasi.
Dibutuhkan tenaga, waktu, pikiran, dan kreativitas demi menampilkan hakikat ajaran Islam
dengan cara yang unik dan asik. Ini tentang segmentasi. Bahwa kawula muda dari generasi
milenial, perlu dibuat tertarik dengan berbagai kemasan dakwah yang marketable.
Maka bermunculanlah judul-judul kajian yang bombastis sesuai dengan selera sasaran dakwah.
Pertanyaanya kemudian: apakah hal ini masih dalam konteks “Khatibun naasa ‘alaa qadri
‘uqulihim?” atau, jangan-jangan, sudah sedikit bergeser bahkan melampaui kaidah tersebut dan
berkonsekuensi melahirkan kaidah fiqih dakwah terbaru, “Khatibun naasa ‘alaa qadri
hiwayatihim?”
Karena begitu banyak muda-mudi yang menggandrungi segala sesuatu yang berbau Korea;
mulai dari music, movie, drama, bahkan lifestyle-nya, maka dibuatlah satu tema yang kira-kira
searah dengan kecenderungan tersebut. Bukan main, headline kajiannya, betul-betul out of the
box, “Tadabbur Blackpink.”
Melalui tulisan singkat ini, izinkan al-faqir mengutarakan opini pribadi. Subjektif mungkin. Tapi,
mudah-mudahan, tidak mengurangi kesan dan pesan yang ingin disampaikan. Dengan melihat
persoalan ini, bukan dari sudut pandang legal formal: halal-haram. Juga bukan dari sudut
pandang ideal moral: baik-buruk. Tetapi, ditinjau dari sisi kebahasaan; terkait istilah tadabur
yang terlalu suci untuk disandingkan dengan nama grup musik wanita asal negeri Ginseng yang
menjajakan aurat, nyanyian libidal, dan tarian erotis.
Tadabur, aktivitias yang sangat terpuji. Menjadi sebab utama diturunkannya Al-Qur’an.
Tadabur, menjadi pembeda antara keimanan dan kemunafikan. Tadabur, diawali dengan
memfokuskan hati, berhenti pada satu ayat, menyelam ke samudera kisah, untuk menemukan
butir-butir mutiara hikmah. Maka tadabur, sejatinya, hanya pantas disandingkan dengan
sesuatu yang agung, dan memang harus dihayati, direnungi, dinikmati, lalu diresapi dalam-
dalam.
Sebuah disclaimer yang perlu digarisbawahi: tak ada maksud mengurangi rasa hormat dan
ta’dzhim kepada guru yang membina barisan pemuda, yang namanya tercantum dalam kajian
blackpink. Juga tak ada keinginan menihilkan niat baik team creative di balik flyer tesebut.
Hanya mengutarakan resah dan risih, ketika diksi tadabur ditempatkan bukan pada tempatnya.
Terbesit rasa khawatir yang mungkin berlebihan: apabila topik kajian ini diterima begitu saja, ke
depan, mungkin akan bermunculan judul serupa; Tadabur RedVelvet, Tadabur SNSD, dan
semacamnya. Hybridasi absurd yang mengakibatkan inflasi makna dan peyorasi rasa dari terma
mulia; Tadabur.
Semoga, Allah menerima setiap gerak dakwah dan mengampuni remah-remah kekhilafahan
dalam misi yang suci ini. Mudah-mudahan, generasi muslim lebih dicerahkan dengan wahyu,
dikokohkan dengan iman, dibuat rindu dan candu mendaras ilmu. Dengan tauhid sebagai asas
keilmuan; iman dan amal shaleh, sebagai manifestasi dari syahadatain yang dibanggakan.

Anda mungkin juga menyukai