Anda di halaman 1dari 15

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : NEFAL FEBRIAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042717648

Kode/Nama Mata Kuliah : SKOM4313 / KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Kode/Nama UPBJJ : UPBJJ – UT JAKARTA

Masa Ujian : RABU, 10 - MEI - 2023


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Soal
1. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi verbal dalam komunikasi antarpribadi
dan berikan 1 contoh penggunaan komunikasi verbal yang anda lakukan dalam keseharian
anda!
b. Pada masa pandemi covid 19, muncul banyak kebiasaan baru dan kendala dalam
komunikasi verbal. Salah satunya dengan lebih banyak menggunakan aplikasi meeting online
seperti zoom, whatsapp videocall, TEAMs meeting, dll. Berikan contoh kendala komunikasi
verbal yang anda alami secara pribadi ketika masa pandemi dengan menggunakan konsep-
konsep 7 hambatan komunikasi verbal menurut De Vito (2013)!
2. Selama masa pandemi, Ria, Ana dan Siska berencana untuk belajar kelompok melalui zoom
meeting. Ketika belajar kelompok, Ana terlambat masuk dalam pertemuan karena keasikan
menonton drama korea dan tidak fokus dalam belajar. Sesekali Ana terlihat mematikan
tampilan kamera lalu tertawa sendiri. Ria merasa tersinggung dan kesal kepada Ana dan
menunjukkan muka muram selama pertemuan. Siska melihat kedua temannya demikian lebih
banyak terdiam dan menggelengkan kepala. Dari contoh tersebut, analisalah prinsip
komunikasi nonverbal (menurut DeVito, 2016) apa yang digunakan dalam berkomunikasi dan
jelaskan alasannya; serta analisalah saluran apa yang anda gunakan dalam melakukan
komunikasi non verbal (menurut DeVito,2016)!
3. (a) Berikan contoh bagaimana hubungan antarpribadi yang anda jalin dengan seorang
sahabat anda.! Dari contoh tersebut, analisalah hubungan antarpribadi anda dan sahabat anda
tersebut:
(b) Sebutkan dan jelaskan faktor utama daya tarik (Menurut Floyd (2012)) yang
mempengaruhi daya tarik dalam hubungan antarpribadi anda dengan sabahat anda tersebut! (c)
Ceritakan bagaimana tahapan hubungan yang anda alami dengan sahabat anda tersebut sesuai
dengan teori yang dijabarkan DeVito (1997)!
Jawaban
1. A. Komunikasi adalah proses pertukaran suatu informasi antar individu atau kelompok
dengan adanya makna atau tujuan yang ingin disampaikan. Pesan atau informasi yang
disampaikan dapat berupa komunikasi verbal atau komunikasi non-verbal. Anak
komunikasi pasti sudah tidak asing lagi dengan apa itu komunikasi verbal dan non-verbal.
Secara umum, komunikasi verbal adalah komunikasi yang berbentuk lisan ataupun
tulisan, contohnya adalah penggunaan kata-kata. Sedangkan komunikasi non-verbal
adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, contohnya menggunakan bahasa
tubuh seperti mimik wajah dan gerakan tangan, bahkan intonasi suara dan kecepatan
berbicara.
Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa dilakukan
secara langsung (face to face) atau dengan perantara media, contohnya berinteraksi
menggunakan sosial media atau telepon genggam. Sedangkan komunikasi verbal yang
melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan media seperti surat, postcard, chating di
media sosial, dan sebagainya.
B. Hambatan dalam komunikasi juga dapat disebut dengan gangguan, noise, atau filter.
Menurut Dimbebley dan Burton, kata filter lebih tepat. Mereka berkata bahwa sangat
jarang terjadi komunikasi yang benar-benar terhambat hingga menyebabkan pesan tidak
dapat tersampaikan sama sekali. Hambatan adalah setiap rangsangan tambahan yang tidak
dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan (Mulyana,
2008, h.150). Hambatan atau gangguan selalu ada di dalam saluran komunikasi bersama
pesan yang diterima oleh komunikan. menurut Joseph De Vito noise atau hambatan dalam
komunikasi dapat diartikan secara teknik. Menurutnya, hambatan adalah segala sesuatu
yang dapat mengubah pesan dan/atau menghalangi penerima untuk menerima pesan.
Beberapa ahli memiliki klasifikasi yang berbeda terkait jenis-jenis hambatan dalam
komunikasi. Menurut Joseph De Vito (2013, h.14), ada empat jenis hambatan komunikasi
serta contoh hambatan komuniasi antarpribadi, yaitu
a. Physical noise
Hal ini bisa disebut juga dengan gangguan fisik. Physical noise adalah interferensi atau
hambatan yang berada di luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini menghalangi
transmisi fisik dari sinyal atau pesan. Contoh gangguan fisik ini bisa berupa tulisan
tangan yang tidak terbaca, ukuran huruf yang terlalu kecil sehingga sulit untuk dibaca,
suara kendaraan yang terlalu bising, iklan pop-up, tata bahasa yang buruk, dan lain-
lain. Gangguan fisik lainnya juga dapat berupa banyaknya informasi asing yang tidak
diharapkan. Misalnya, spam pesan dalam email.
b. Physiological noise
Dalam bahasa Indonesia disebut dengan gangguan fisiologis. Gangguan atau hambatan
fisiologis ini merupakan hambatan yang ada di dalam komunikator atau komunikan.
Misalnya saja, pengirim atau penerima memiliki gangguan penglihatan seperti mata
minus sehingga pandangan menjadi rabun, atau memiliki gangguan pendengaran.
Selain itu bisa juga karena artikulasi saat berbicara tidak jelas atau hilang ingatan.
c. Psychological noise
Dengan kata lain gangguan psikologis. Gangguan ini adalah gangguan mental pada
komunikator atau komunikan. Selain itu, gagasan yang sudah terbentuk, bias,
prasangka, pikiran tertutup, dan emosi yang ekstrim merupakan wujud dari gangguan
psikologis. Mungkin beberapa dari kita pernah merasakan berbicara dengan orang yang
menolak mempercayai sesuatu yang baru. Hal ini karena ia memiliki pemikiran yang
tertutup. Ia tidak dapat menerima dengan mudah sesuatu yang belum ia percayai.
d. Semantic noise
Gangguan semantik adalah gangguan yang terjadi ketika komunikator dan komunikan
memiliki sistem makna yang berbeda. Misalnya saja ketika kedua pihak memiliki
perbedaan bahasa atau dialektis, penggunaan jargon, istilah yang ambigu yang
maknanya dapat disalahartikan.
Contoh kasusnya ketika seorang anak suku Jawa menggunakan kata ganti Aku dan
Kamu saat berbicara dengan teman sebaya yang baru dikenalnya. Ia menggunakan kata
ganti Aku Kamu karena merasa itu adalah kata ganti yang sopan saat berbicara dengan
orang yang baru dikenal. Namun, seorang anak dari suku Betawi akan merasa hal itu
terlalu berlebihan. Mereka terbiasa menggunakan kata ganti Lo dan Gue.
Biasanya mereka menggunakan kata ganti Aku dan Kamu dengan orang-orang tertentu
saja, misalnya pacar. Ketika keduanya anak ini berkomunikasi, timbul suatu hambatan
karena mereka memiliki pemaknaan yang berbeda. Hambatan ini tentunya tidak terjadi
pada semua suku Jawa dan Betawi. Sebagian dari mereka sudah saling mengerti dan
memiliki wawasan yang luas akan makna kata-kata yang sering dipakai oleh keduanya.
Dalam setiap proses komunikasi, pasti terdapat hambatan atau gangguan. Hambatan
memang merupakan salah satu komponen dari komunikasi. Hambatan dalam
komunikasi memang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun efeknya dapat diatasi.
Menurut Joseph DeVito ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi
hambatan komunikasi. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek
hambatan dalam komunikasi di antaranya dengan meningkatkan kemampuan bahasa
dan menggunakan pilihan kata yang lebih tepat, mempertajam keterampilan mengirim
dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan
memberikan umpan balik.
2. Menurut DeVito (2016), ada 6 prinsip pesan nonverbal, yakni (1) Pesan nonverbal
berinteraksi dengan pesan verbal; (2) Pesan nonverbal membantu kita mengatur impresi
yang hendak kita berikan; (3) Pesan nonverbal membentuk hubungan; (4) Pesan nonverbal
menyusun percakapan; (5) Pesan nonverbal dapat memengaruhi dan menipu; dan (6)
Pesan nonverbal amat penting untuk mengekspresikan emosi. Prinsip pertama, bahwa
pesan nonverbal berinteraksi dengan pesan verbal, merujuk pada kapasitas pesan
nonverbal dan pesan verbal untuk saling melengkapi, memberi penekanan, menyangkal,
mengontrol, mengulang, dan menggantikan (DeVito, 2016). Bahkan, dalam komunikasi
digital, fungsi dan interaksi kedua jenis pesan tersebut juga terjadi dengan cara yang sama.
Kedua, pesan nonverbal memiliki prinsip bahwa ia membentuk impresi (DeVito, 2016).
Katakanlah Anda ingin meyakinkan kepada teman Anda yang sedang bercerita bahwa
Anda memang orang yang bisa dipercaya; barangkali Anda akan fokus dengan mata
teman Anda, pandangan mata yang sungguh-sungguh, dan gestur terbuka. Sekalipun
demikian, dalam beberapa situasi, memandang mata justru dianggap sebagai bentuk
ketidaksopanan. Penciptaan kesan atau impresi dalam pesan nonverbal dapat bertujuan
agar kita disukai, dipercaya, penyesalan, siap untuk membantu, menyembunyikan
kesalahan, untuk diikuti, atau memberikan gambaran diri. Selain bagian tubuh Anda,
pesan nonverbal yang dimanfaatkan untuk membentuk ekpresi juga bisa berupa artifak
budaya seperti pakaian, tata ruang, kendaraan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, prinsip ketiga mengatakan bahwa pesan nonverbal membentuk hubungan
(DeVito, 2016). Ketika Anda hendak menunjukkan rasa sayang dengan pacar Anda? Apa
saja yang Anda lakukan? Barangkali hanya dengan tatapan mata, sentuhan, atau pelukan,
Anda bisa mengatakan bahwa Anda sayang padanya. Anda tak perlu kata-kata muluk
yang puitik untuk mengatakan sayang. Ketika Anda marah, Anda bisa menyampaikan
lewat tatapan mata atau hembusan nafas yang agak kencang. Bahkan, lewat sebuah
ruangan, seorang pejabat perusahaan bisa menunjukkan bahwa dia punya status dan
kekuasaan dalam perusahaan tersebut. Dalam prinsip keempat, dikatakan bahwa pesan
nonverbal menyusun percakapan (DeVito, 2016). Ketika Anda bercakap dengan kawan,
Anda akan saling mengirim sinyal — memberi dan mengirim isyarat. Anda mungkin tak
perlu mengatakan bahwa “OK, sekarang giliran kamu berbicara”. Mungkin hanya dengan
gestur dan posisi tubuh mendengarkan, kawan Anda kemudian gantian berbicara.
Prinsip selanjutnya atau kelima adalah “pesan nonverbal dapat memengaruhi dan menipu”
(DeVito, 2016). Bayangkan Anda menghadiri sebuah seminar internasional yang dihadiri
beberapa pejabat penting sekelas kepala negara. Dalam rapat tersebut, Anda mengenakan
kaus oblong dan jeans belel.
Prinsip keenam adalah “pesan nonverbal amat penting untuk mengekspresikan emosi”
(DeVito, 2016). Pada praktiknya, tidak semua emosi kita ungkapkan lewat kata-kata.
Ketika kita dihadapkan pada seseorang tengah bahagia, barangkali kita tanpa perlu dia
beritahu, kita memahami bahwa dia sedang berbahagia. Sekalipun demikian, kita perlu
dengan cermat mengamati bahwa seseorang seringkali tersenyum justru untuk
menyembunyikan kesedihannya. Atau, bahkan kita seringkali tertawa meskipun ada
seseorang yang membanyol tetapi jayus.
3. A. Tipe berikutnya adalah persahabatan, di mana interaksi ini terjalin tanpa syarat, sebab
pihak-pihak yang berada didalamnya menjalin koneksi atas kemauan sendiri. Dan
individu-individu tersebut, juga menikmati kehadiran satu sama lain. Seseorang yang
memiliki hubungan persahabatan, menandakan bahwa mereka memiliki kecocokan cukup
tinggi, dan bisa jadi hubungan Anda bersama sahabat, lebih penting dibandingkan dengan
pasangan atau keluarga.
B. beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tank
interpersonal adalah:
a. Kesamaan (similarity)
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, minat, nilai, latar
belakanga dan kepribadian. Mengapa kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu
daya tank interpersonal? Terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan dalam hal ini
yaitu:
• Menurut acuan teori Konsistensi Kognitif dan Heider, jika kita menyukai orang lain kita
ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini supaya seluruh unsur kognitif
kita konsisten. Kita menjadi tidak nyaman ketika orang yang kita sukai atau orang
terdekat kita ternyata menyukai apa yang kita benci atau tidak sukai.
• Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran dan perbedaan menimbulkan
hal yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita meneguhkan
kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social. Orang yang mempunyai kesamaan
dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang
kebenaran pandangan kita.
• Pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita
mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran.
• Kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
kita dan merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita.
Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Kesamaan
sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif.
Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang yang tidak sama
dengan mereka. Individu yang memiliki self monitoring rendah lebih dipengaruhi oleh
kesamaan sikap. Sedangkan high self monitors tertarik kepada orang lain yang memiliki
kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai daripada kesamaan dalam sikap dan nilai.
b. Kedekatan (proximity)
Pada penelitian mengenai ketertarikan, orang cenderung menyukai mereka yang tempat
tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul diantara tetangga yang
berdekatan. Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Semakin dekat jarak fisik, semakin
besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang atau mengalami
repeated exposure. Repeated exposure adalah kontak yang terus menerus dengan sebuah
stimulus, dimana paparan berulang terhadap stimulus akan berakibat pada evaluasi
terhadap stimulus tersebut (Zajonc,1968 dalam Baron & Byrne,2004:264). Apakah hal-hal
yang membuat orang saling menyukai? Hal tersebut antara lain:

• Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan


tetangga sebelah kita daripada orang yang kita temui di luar lingkungan kita. Eksposur
yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka.
• Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.
• Orang yang dekat secara fisik lebih mudah dijangkau daripada orang yang berada di
tempat yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian
interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Diperlukan sedikit usaha
untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaliknya hubungan jarak jauh membutuhkan
waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.
• Berdasarkan teori konsistensi kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan
antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita
dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari
kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan
orang lain yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologis, sehingga kita akan
mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita.
• Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal
paling dekat dengannya. Hal ini menyebabkan is cenderung untuk menekankan aspek-
aspek positif dan meminimalkan aspek-aspek negatif dan hubungan itu sehingga
hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan.
c. Keakraban (familiarity)
Semakin seringnya kita berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang tersebut. Sebagaimana basil penelitian Robert Zajonc tentang efek terpaan
(more exposure effect) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang akan
mengembangkan perasaan positifpada obyek dan individu yang sering mereka lihat
(dalam Dayakisni, 2006:161). Mungkin hal ini bisa dikutipkan dan ungkapan dalam
bahasa Jawa "wiling tresno jalaran soko kulino" (jatuh cinta karena sering atau terbiasa
bertemu) dimana rasa cinta tumbuh dan berkembang seiring intensitas keakraban yang
terjalin antar individu.
d. Daya Tarik Fisik
Ketika kita suka — atau tidak suka- kepada seseorang pada pndangan pertama, reaksi ini
mengindikasikan bahwa sesuatu mengenai orang itu memunculkan afek positif atau
negative. Kemungkinan, reaksi semacam ini didasarkan pada pengalaman dimasa lalu,
stereotip, dan atribusi yang mungkin relevan atau tidak. Misalnya jika seorang asing
mengingatkan kita pada seseorang yang kita ketahui atau kita suka, maka kita cenderung
menyukainya, begitupun sebaliknya, ketika kita memiliki stereotip terhadap kelompok
tertentu maka kita cenderung tidak menyukainya. Namun, reaksi terhadap karakteristik
superficial terjadi cukup sering, meskipun kadangkala tak masuk akal. Hal ini sebagian
besar dipengaruhi oleh daya tarik fisik (physical attractiveness). Dalam masyarakat kita
biasanya muncul stereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu
yang cantik adalah baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepintas seorang
individu akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan
kompetensi semata-mata berdasarkan penampilan. Penelitian Dion (dalam Baron &
Byrne, 2004:278) misalnya tentang penilaian wajah cantik, membuktikan bahwa mereka
cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya dan dianggap memiliki sifat-sifat
baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang
cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang
jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang
lain dan biasanya diperlakukan lebih sopan.
Salah sate alasan mengapa daya tank fisik menjadi faktor yang penting adalah karena daya
tank fisik ini adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika
informasi karakteristik personal lainnya seperti intelegensia atau kebaikan hati tidak cepat
tersedia clan kurang kurang menonjol. Hal lainnya adalah kecantikan bagi pasangan dapat
meningkatkan harga din (radiating beauty effect). Meskipun penampilan fisik mungkin
juga akan berakibat negatif artinya seseorang yang dikelilingi banyak wanita cantik
mungkin akan menjadi kurang menarik (sekalipun jika sendirian sebenarnya dia juga
cantik dan menarik) karena adanya proses pembandingan. Hal ini disebabkan oleh
contrast effect.
Daya tank fisik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Kita dapat
mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik (dalam
Dayakisni, 2006: 162-163) yaitu:
• Orang-orang memiliki harapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan
fisiknya dibandingkan dengan individu yang kurang atau tidak menarik.
• Orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlalcuan yang ber-beda dan lebih
mendapatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial.
• Perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadi an dan
ketrampilan sosial (social skill) barangkali hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri (self-fulfilling prophecy).
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik
cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak yang kurang menarik
fisiknya serta cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik.
• Mereka yang cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih asertif dan lebih
percaya diri.
Meskipun daya tank fisik kuat, banyak orang yang tidak terlalu akurat dalam
memperkirakan bagaimana orang lain menilai penampilan mereka. Laki-laki (terutama),
mempunyai perkiraan yang lebih tentang daya tank mereka bagi orang lain. Masalahnya
lebih berat pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa orang baik laki-laki
maupun perempuan memberikan respons berupa kecemasan penampilan (appearance
anxiety). Kecemasan penampilan adalah pemahaman atau kekhawatiran mengenai apakah
penampilan fisiknya cukup menarik dan mengenai bagaimana penilaian dari orang lain.
Sebagai contoh mereka yang memiliki kecemasan penampilan akan memiliki kepedulian
yang berlebih-an mengenai bagaimana seseorang dilihat, misalnya "saya merasa sebagian
besar teman-teman saya lebih meenarik secara fisik dibandingkan saya".
e. Kemampuan (ability)
Menurut teori pertukaran sosial dan reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran
atau konsekuensi yang positif terhadap diri kita, maka kita cenderung ingin bersamanya
dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi beberapa
ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita menafsirkan kejadian-
kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menyebabkan orang yang memiliki
kompetensi, pintar, lebih disukai daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
Suatu perkecualian yang menarik adalah hasil telaahan Aronson, Willerman & Floyd
(dalam Dayakisni, 2006: 163-164) yang menemukan bahwa orang yang paling disenangi
justru orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan.
la menciptakan empat kondisi eksperimental yaitu:
• Pertama, orang yang memiliki kemagtpuan tinggi dan berbuat salah. Orang-orang
dengan tipe pertama ini dinilai paling menarik.
• Kedua, orang yang berkemampuan tinggi tetapitidak berbuat salah. Orang-orang dengan
tipe kedua ini dinilai menarik.
• Ketiga, orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah. Orang dengan tipe
ketiga ini dinilai sebagai orang yang paling tidak menarik.
• Keempat, orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat kesalahan. Orang biasa
yangbtidak berbuat salah ini ditempatkan dalam urutan ketiga dan sisi 'Jaya tank.
Namun beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa orang semakin tidak menarik
karena ia sering berbuat kesalahan, sekalipun orang tersebut adalah orang yang dianggap
memiliki kompetensi tinggi.
f. Tekanan Emosional (stress)
Bila individu berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan ia cenderung
menginginkan kehadiran orang lain. Dan hal ini lama kelamaan akan menimbulkan rasa
suka kepada orang yang menemaninya tersebut. Hasil penelitian Schahter (dalam
Dayakisni, 2006:164) menunjukkan bahwa subyek dengan rasa takut tinggi lebih ingin
berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut maka
semakin besar pula keinginan untuk berafiliasi dengan orang lain.
Terdapat dua kemungkinan dalam hal proses psikologi yang menyebabkan orang yang
takut melakukan afiliasi dengan orang lain. Pertama, hipotesis pengalihan yaitu orang
yang merasa takut melakukan afiliasi untuk mengalihkan pikiran mereka dari masalah
yang mereka hadapi. Dalam hal ini orang tersebut cenderung tidak mempersoalkan
dengan siapa is berafiliasi. Kedua adalah hipotesis yang diajukan oleh teori perbandingan
sosial (social comparison theory) yaitu bahwa orang berafiliasi untuk membandingkan
perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama. Bila kita
berada dalam situasi yang ba' atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang
bagaimana kita hams bereaksi, kita meminta bantuan orang sebagai sumber informasi.
Dalam hal ini penting bagi kita tntuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi
situasi yang sama. Teori perbandingan sosial ini lebih banyak mendapatkan dukungan
dibanding teori pertama diatas.
g. Munculnya perasaan/mood yang positif (positive emotional arousal)
Keadaan emosi kita (gembira, sedih, takut dan lain-lain) pada suatu waktu akan
mempengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan dan ketertarikkan
interpersonal (Baron & Byrne, 2004:268-269). Psikolog sering menggunakan istilah afek
(affect) yaitu keadaan emosional seseorang, perasaan dan suasana hati. Kita cenderung
tertarik atau suka kepada orang dimana kehadirannya bersamaan dengan munculnya
perasaan positif, bahkan ketika perasaan positif tersebut tidak berkaitan dengan perilaku
orang yang dimaksud. Beberapa telaah penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung
tertarik pada orang-orang yang kita jumpai saat di sekeliling kita menyenangkan.
Misalnya kita lebih menyukai dan menilai positif ketika kita bersama dengan orang lain
berada dalam suatu lingkungan yang nyaman, sebuah ruangan dengan suhu yang sejuk
daripada dalam ruangan yang panas. Sebaliknya ketertarikan kita akan berkurang kepada
orang lain ketika kita bertemua dalam sebuah lingkungan atau ruang pertemuan yang
panas, bising dan padat. Dari contoh situasi diatas, dapat kita lihat bahwa afek
mempengaruhi ketertarikan kita dengan dua cara. Efek langsung (direct effect) terjadi jika
orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat Anda merasa baik atau
buruk, dimana kita cenderung menyukai orang yang membuat diri kita merasa baik dan
sebaliknya, tidak menyukai orang yang membuat kita merasa buruk. Efek asosiatif
(associated effect) terjadi ketika orang lain hadir pada suatu saat dimana keadaan
emosional kita positif atau negative, untuk suatu alasan yang tidak ada hubungannya
dengan orang yang kita respons. Meskipun dia bukanlah penyebab dan apa yang kita
rasakan, tetapi kita cenderung mengevaluasi orang tersebut berdasarkan keadaan afektik
kita.
h. Harga diri yang rendah
Penelitian yang dilakukan Elaine Walster menarik kesimpulan bahwa bila harga dirinya
direndahkan maka hasrat berafiliasi individu akan bertambah dan is makin responsif untuk
menerima kasih sayang dan orang lain.
i. Kesukaan secara timbal balik (resiprocal liking)
Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita maka kita dapat mengharapkan ganjaran
(reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang
menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain membantu kita di masa yang akan
datang dan kita juga akan mengalami perasaan baik atau positif menghadapi suatu
kenyataan bahwa orang lain memikirkan tentang kita menjadi teman (meningkatkan harga
diri). Maka kesukaan akan melahirkan kesukaan dan rasa seperti persahabatan biasanya
memberikan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi. Hubungan timbal balik
merupakan sesuatu yang kompleks. Beberapa studi mengemukakan bahwa seberapa
banyak kita memikirkan orang lain menyukai kita (perceived reciprocity) adalah lebih
penting daripada seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita (actual
reciprocity). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang pada umumnya
menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara
langsung timbal balik. Sebagai ilustrasi hasil penelitian Curtis & Miller (dalam Dayakisni,
2006:166) menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan
bahwa subyek lain menyukai mereka. Maka orang tersebut akan lebih setuju dengan
subyek yang menyukainya itu, akan lebih mengungkapkan din dan lebih memiliki nada
suara dan sikap yang umumnya positif terhadap subyek tersebut, dibandingkan ketika is
tidak dibimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Pada orang pertama
ternyata perilakunya yang demikian itu akan membimbing pada perilaku positif yang
timbal balik oleh subyek lain tersebut dan meningkatkan kesukaan diantara mereka.
Dengan demikian terjadi fenomena self fulfilling- prophecy yaitu keyakinan bahwa ketika
kita disukai orang lain maka mungkin hal tersebut akan menyebabkan kita berperilaku
dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tersebut, sehingga menyebabkan orang
lain itupun akan berbalik menyukai kita juga.
j. Ketika yang berlawanan saling tertarik: saling melengkapi (complementary)
Kita telah melihat bahwa kesamaan sikap dannilai mendorong meningkatnya daya tarik.
Namun bagaimana dengan fenomena sadistis dan masochisme? Keduanya tampak benar-
benar tidak sama, sadistis menyukai untuk melukai orang lain sedangkan masochisme
justru senang diperlakukan kasar oleh orang lain. Dalam hal ini terlihat daya tank yang
berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan berhubungan lebih
lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang dominan membutuhkan
pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan diantara
mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah mungkin untuk tingkah laku yang
dominan submisif.

Complementary need theory mengemukakan bahwa ada beberapa tipe hubungan dekat,
misalnya perkawinan yang mungkin mensyaratkan sistem saling melengkapi agar dapat
berhasil. Namun dalah hubungan tersebut meskipun kebutuhannya berbeda, satu dominan
sedangkan yang lain submisif, hal ini masih dapat dipandang sebagai kasus kesamaan
yang spesifik sebab kedua pasangan memiliki kesamaan pandangan yang sama-sama
setuju mengenai peran yang akan dipenuhi oleh masing-masing pihak. Mereka setidaknya
memiliki kesamaan sikap tentang bagaimana hubungan itu seharusnya dikembangkan,
mereka mungkin menjadi teman baik, karena mereka membutuhkan satu sama lain untuk
memuaskan keinginan mereka. Saling melengkapi mungkin penting dalam hubungan
saling tukar menukar untuk jangka pendek dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya ketika
orang jelas-jelas tidak memahami apa yang mereka duga untuk dilakukan. Untuk
mendapatkan ide-ide barn, mereka mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang lainyang
tak sama yang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dan yang. mungkin dapat
memberi mereka interpretasi barn tentang kejadian-kejadian yang masih menjadi teka-teki
bagi mereka.
C. pertemanan adalah hubungan interpersonal diantara dua orang yang saling produktif,
tergantung, dan dipertahankan melalui kesan saling membebaskan pilihan, serta ditandai
dengan anggapan saling positif. Ada 3 tipe utama pertemnan, yaitu timbal balik,
kesediaan menerima dan asosiasi (Devito, 2007 : 261)

Sumber :
BMP SKOM4313 / KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
DeVito, J.A. (2016). The interpersonal communication handbook (14th ed. global ed.).
Pearson.

Anda mungkin juga menyukai