Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN FOMO (FEAR OF


MISSING OUT) PADA MAHASISWA BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE
FORWARD CHAINING

(STUDI KASUS: UNIVERSITAS NUSA CENDANA)

OLEH

SITI MAHARANI AYUNINGSI ANSHAR

2006080014

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KOTA KUPANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Rancang Bangun
Sistem Pakar Pendeteksi Gangguan FoMO (Fear Of Missing Out) Pada Mahasiswa Menggunakan
Metode Forward Chaining (Studi Kasus: Universitas Nusa Cendana) dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
pada salah satu mata kuliah yaitu penalaran berbasis kasus yang diampuh oleh Bapak Sebastianus
A.S. Mola.,ST.,M.,Kom. Selain itu, penulisan proposal ini juga bertujuan sebagai langkah awal
sebelum melakukan penelitian.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Sebastianus A.S. Mola.,ST.,M.,Kom


yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat penulis jadikan acuan untuk penulisan proposal
di masa yang mendatang.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih
jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi terciptanya proposal yang
lebih baik lagi di masa yang mendatang.

Akhir kata, semoga penulisan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Kupang, 01 November 2022

Penulis

1
ABSTRAK
Fear Of Missing Out (Fomo) merupakan keadaan dimana seseorang merasakan kecemasan
saat tidak mengikuti aktivitas atau momen tertentu, ataupun tren yang tengah booming saat ini,
selain itu juga dapat diartikan sebagai perasaan khawatir dan cemas saat mendapati orang lain
memiliki pengalaman yang lebih berharga dari diri sendiri. Gangguan ini muncul akibat intensitas
penggunaan media sosial yang berlebihan, gangguan ini dapat mengganggu berbagai aspek
kehidupan seperti finansial, kesehatan jiwa serta mempengaruhi hubungan sosial seseorang.
Penelitian kali ini bertujuan uuntuk merancang sebuah sistem pakar berbasis web yang dapat
mendeteksi gangguan fomo (fear of missing out) terutama dikalangan mahasiswa, metode yang
digunakan adalah forward chaining yang bekerja dengan mengumpulkan data ataupun fakta di
lapangan yang selanjutnya diproses untuk mencapai sebuah kesimpulan akhir.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


ABSTRAK ............................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah.......................................................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 6
1.5. Manfaat Penelitian: ..................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 7
2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................................... 7
2.2. Deskripsi Teori ........................................................................................................................... 9
2.2.1. Fear Of Missing Out (FoMO) .............................................................................................. 9
2.2.2. Sistem Pakar ...................................................................................................................... 11
2.2.3. Forward Chaining ............................................................................................................... 12
2.3. Kerangka Pemikiran .................................................................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................................ 14
METODE PENELITIAN..................................................................................................................... 14
3.1. Analisa Kebutuhan .................................................................................................................... 14
3.1.1. Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 14
3.2. Lokasi Penelitian ....................................................................................................................... 14
3.3. Perancangan Penelitian ............................................................................................................. 15
3.3.1. Diagram Konteks................................................................................................................ 15
3.3.2. Use Case Diagram .............................................................................................................. 15
3.3.3. Sequence Diagram .............................................................................................................. 16
3.3.4. Activity Diagram ................................................................................................................ 16
3.4. Teknik Analisis ......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi yang pesat memberikan pengaruh terhadap


beberapa aspek kehidupan salah satunya adalah penggunaan media sosial yang berlebihan.
Penggunaan terhadap media sosial bahkan sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian
orang, akses terhadap media sosial yang semakin mudah untuk dijangkau mengakibatkan
kebutuhan dan kahuasan akan bermedia sosial semakin melonjak naik. Tingkat penggunaan
media sosial di Indonesia sendiri terbilang cukup tinggi dan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun. Dilansir dari tinewss.com jumlah pengguna media sosial
di Indonesia pada awal tahun 2022 setara dengan 68,9% dari total populasi, analisis kepois dari
data reportal mengungkapkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 21 juta pengguna (+12,6%) antara tahun 2021 dan 2022, data tersebut
berasal dari penggunaan facebook, instagram, youtube, tiktok dan media sosial lainnya.
Penggunaan media sosial yang berlebihan ini memicu ketergantungan yang berakibatkan
munculnya berbagai gangguan, diantaranya adalah gangguan fomo atau fear of missing out.

Fear of missing out (FoMO) merupakan keadaan dimana seseorang merasa takut akan
ketinggalan suatu momen atau tren tertentu, dengan kata lain FoMO merupakan suatu sindrom
modern bagi masyarakat yang terobsesi untuk terhubung setiap waktu, fear of missing out
banyak ditimbulkan akibat intensitas bermedia sosial yang tinggi, akibatnya seseorang sering
membandingkan kehidupannya dengan sorotan kehidupan orang lain di media sosial. Fear of
missing out atau fomo cenderung terjadi pada anak-anak generasi milenials atau yang biasa
disebut dengan gen z. Generasi milenial sendiri merupakan generasi yang tumbuh pada era
internet dan digital, karena tumbuh pada era yang serba digital tak dapat dipungkiri
kecenderungan bermedia sosial pada generasi ini lebih tinggi dibandingkan pada generasi-
generasi sebelumnya. Hal ini diperkuat dengan data yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian
yang dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu penelitian Anggraini (2014) tentang fenomena
FoMO sebagai salah satu motivasi konsumen milenial, yang menunjukan hasil bahwa
fenomena FoMO kerap terjadi pada konsumen milenial, selian itu pada penelitian yang
dilakukan oleh Marlina (2017) tentang hubungan Fear Of Missing Out (FoMO) dengan

4
kecenderungan kecanduan internet pada emerging adulthood, menunjukan hasil bahwa
mayoritas diantaranya memiliki tingkat FoMO dalam kategori sedang dengan jumlah 71 orang
(50,7%).

Sistem pakar merupakan sistem yang dapat memberikan solusi sebagaimana yang
dikerjakan oleh seorang pakar, seperti memberikan diagnosis dan saran pengobatan terkait..
Forward Chaining sendiri merupakan metode inferensi dari sistem pakar yang dapat
mengerjakan penalaran dari suatu masalah kepada solusi apabila klausa premis sesuai dengan
situasi (bernilai TRUE) maka proses akan menyatakan konklusi.

Pada penelitian kali ini, sistem pakar dirancang dengan menggunakan metode Forward
Chaining dengan tujuan mendeteksi adanya gangguan FoMO (fear of missing out) pada
kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa pada Universitas Nusa Cendana dengan output
akhir mampu menunjukan hasil yang signifikan terkait gangguan FoMO pada mahasiswa
sebagai langkah awal dalam mencegah ganguan FoMO itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada pembuatan sistem ini adalah “Bagaimana merancang sistem pakar
pendeteksi gangguan FoMO pada mahasiswa berbasis web menggunakan metode Forward
Chaining.”

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah, maka diperlukan batasan-batasan masalah atau ruang
lingkup yang menjadi fokus penelitian kali ini. Batasan-batasan masalah pada penelitian kali
ini berupa:

1. Penlitian akan dilakukan pada mahasiswa Universitas Nusa Cendana.


2. Menggunakan metode Forward Chaining.
3. Menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL.

5
1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah dapat merancang sistem pakar pendeteksi gangguan FoMO
pada mahasiswa berbasis web menggunakan metode forward chaining.

1.5. Manfaat Penelitian:

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai alat bantu dalam mendeteksi gangguan
FoMO (Fear of Missing Out) pada mahasiswa.

6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai sistem pakar dalam mendiagnosa gangguan psikologis seperti FoMO
dengan menggunakan metode forward chaining belum banyak dilakukan. Adapun penelitian yang
berhubungan dengan pendiagnosaan gangguan psikologis sebagai berikut:

Penelitian [1] menggunakan pendekatan forward chaining yang menjelaskan basis


pengetahuan disertai dengan perancangan aplikasi. Penelitian [2] menggunakan metode forward
chaining, dimana hasil dari penelitian ini memberikan informasi untuk mendiagnosa 15 data
penyakit dan 16 data gejala gangguan kecemasan dengan hasil pengujian Alpha Test terhadap 10
responden yang memiliki nilai presentasi sebesar 0,6 atau 60% dengan presentase pengujian black
box sebesar 100% diagnosa yang dihasilkan sama dengan analisa psikologi dan buku rujukan
PPDGJ-III sehingga dapat disimpulkan bahwa aplikasi sistem pakar yang dibuat layak digunakan.
Penelitian [3] menggunakan metode forward chaining, output dari program ini menghasilkan nama
salah satu gangguan kecemasan disertai dengan solusinya. Penelitian [4] juga menerapkan metode
forward chaining yang menggunakan data mentah penyakit dab gejala yang didapat dari referensi
studi pustaka yang juga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk graph pengetahuan, table keputusan,
pohon keputusan dan kaidah ptoduksi. Selanjutnya, penelitian [5] menggunakan metode forward
chaining, hasil outputan sistem pakar berupa tipe autisme hasil diagnose, presentase diagnosa dan
solusi dari diagnosa.

Penelitian [6] menggunakan algoritma forward chaining dan teorema bayes, sistem yang
dibangun mampu mendiagnosis 8 jenis parafilia dengan 31 gejala. Penelitian [7] menggunakan
kombinasi metode forward chaining dan certainty factor, dalam membangun sistem ini dilkukan
pengumpulan basis pengetahuan, representasi nilai certainty factor oleh pakar dan implementasi
sistem berbasis website. Presentase dari hasil ujicoba sistem terhadap pakar adalah 93% sesuai.
Penelitian [8] menggunakan metode kombinasi certainty factor dan forward chaining yang
didalamnya mencakup 62 gejala dan 10 penyakit. Penelitian [9] menggunakan metode certainty
factor dan forward chaining, hasil pengujian dan evaluasi menyatakan bahwa aplikasi ini sesuai
dan layak untuk mendiagnosa gangguan mental pada anak. Penlitian [10] menggunakan metode

7
forward chaining, aplikasi yang dihasilkan diharapkan dapat membantu petugas medis dan calon
dokter kejiwaan /psikiater dalam mendiagnosa gangguan afektif.

Penelitian [11] dengan menggunakan metode forward chaining dalam menentukan


kesimpulan dan certainty factor dalam nilai CF pada setiap bobot gejala yang diderita, akan didapat
diagnose awal jenis penyakit gangguan kecemasan yang diderita berdasarkan basis pengetahuan
dari 3 orang pakar. Penelitian [12] menggunakan metode forward chaining berbasis web dan
bahasa pemrograman PHP serta database MySQL, output dari program ini berupa 5 tipe gangguan
yaitu washers and cleaners, checkers, orderers, obsessionals dan hoarders. Penelitian [13]
menggunakan metode forward chaining dan waterfall digunakan untuk membangun sistem pakar
ini, aplikasi sistem pakar ini berbasis android menggunakan bahasa pemrograman dart agar
memudahkan pasien dalam mendiagnosa penyakit bisa dicek hanya menggunakan perangkat.
Penelitian [14] menggunakan metode certainty factor dan forward chaining, perhitungan pada
metode ini menggabungkan nilai MB (measure of increased belief) dan MD (measure of increased
disbelief) yang didapatkan dari pakar dan juga mengklasifikasikan gangguan kepribadian narsistik
tersebut. Penelitian [15] menggunakan metode certainty factor dan forward chaining, input yang
diterima aplikasi ini adalah biodata dan pertanyaan psikologi seputar gejala yang dialami user.
Output yang dihasilkan adalah diagnosis, serta presentase kemungkinan penyakit yang diderita
oleh user.

Penelitian [16] menggunakan metode forward chaining sistem ini dirancang untuk
mendeteksi gangguan bipolar sebagai langkah awal pencegahan. Penelitian [17] menggunakan
metode forward chaining dengan mengambil beberapa data dari hasil survey dan penelitian di SLB
Negeri Surakarta dan referensi dari penelitian lain sebagai bahan tambahan data. Penelitian [18]
juga menggunakan metode forward chaining dalam membangun sistem pakar menggunakan data
gejala-gejala yang dialami sampai dengan menghasilkan output berupa hasil diagnose penyakit.
Penelitian [19] menggunakan metode forward chaining berbasis android, pada sistem ini terdapat
beberapa fitur seperti informasi, diagnose, video, bantuan dan tentang, sistem ini lolos uji coba
black box sehingga dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Penelitian [20] menggunakan
metode forward chaining dirancang dengan hasil keluaran berupa gejala dan penyakit serumpun
dalam oengembangan sistem yang lebih lanjut.

8
Penelitian [21] menggunakan metode forward chaining didapatkan hasil perancangan
sistem pakar yang berbasis pengetahuan psikologi dalam mendiagnosis gangguan perkembangan
motoric kasar pada anak usia dini menggunakan metode UCD (User Centered Design) yang
berorientasi kebutuhan user. Penelitian [22] menggunakan metode forward chaining mendapatkan
sebuah ssistema pakar yang mampu mendeteksi tingkat stress pada orangtua di masa pandemic.
Penelitian [23] menggunakan backward dan forward chaining, hasil dari sistem pakar ini akan
menampilkan beberapa fitur menu program untuk memudahkan pengguna dalam mendiagnosa.
Penelitian [24] menggunakan metode forward chaining, sistem pakar dirancang untuk mendeteksi
gejala sindrom Tourette pada anak usia 7-10 tahun. Penelitian [25] menggunakan metode forward
chaining, hasil uji blackbox menunjukan tingkat keberhasilan 100%, kemudian hasil user
acceptance test (UAT) menunjukan tingkat penerimaan pengguna terhadap sistem sangat baik
dengan tingkat presentase 97,1%.

2.2. Deskripsi Teori

2.2.1. Fear Of Missing Out (FoMO)

Penggunaan media sosial di era digital sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang. Hal
ini disebabkan karena informasi yang semakin mudah untuk diakses. Mudahnya akses ke internet
menyebabkan ketergantungan yang berlebihan bagi sebagian orang, indiviidu dengan
ketergantungan yang berlebihan cenderung ingin selalu terhubung dan merasakan kecemasan yang
berlebihan apabila tidak selalu terhubung sepanjang waktu, gangguan ini dinamakan dengan
FoMO atau fear of missing out.

Fear of Missing Out (FoMO) Merupakan sebuah gangguan yang terjadi akibat penggunaan
media sosial yang berintensitas tinggi, gangguan ini menyebabkan seseorang merasa kurang puas
atas dirinya apabila tidak terhubung sepanjang waktu, selalu merasa kehilangan momen berharga
dan cenderung membandingkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan orang lain. Menurut Self
Determination Theory (SDT), sindrom FoMO merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan
psikologis yang mencakup pada self dan relatedness pada individu tidak terpenuhi, selain itu
menurut (Przbylski, Muryama, Dehann, & Gladwell,2013) dikatakan bahwa sindrom FoMO dapat
menyebabkan perasaan kehilangan, stress dan merasa tertinggal dengan update terbaru. Individu

9
dengan gangguan FoMO umumnya tidak mengetahui apa yang hilang tetapi akan terus merasa
kehilangan ketika oran lain memiliki momen yang berharga.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sindrom FoMO (Fear of Missing Out), yang
pertama gender, trait kepribadian, tidak adanya komunikasi face to face dan terdapat faktor need
(Rosdianiar, 2008). Menurut Pervin (1975) trait merupakan sifat permanen perilaku yang terletak
pada individu, sedangkan menurut Marshal (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi
munculnya ketakutan atau kecemasan pada individu saat tertinggal update terbaru melalui media
sosial adalah the big five personality. Sindrom FoMO dikatakan sebagai mediator yang
menghubungkan kebutuhan psikologis dengan sosial (Przbylski et al, 2013), FoMO juga menjadi
perantara antara faktor motivasi dan keterlibatan media sosial (Alt, 2015). Disampin itu, sindrom
FoMO juga digunakan sebagai predictor pada pecandu smartphone (Chotpitayasunondh &
Douglos, 2016). Individu memiliki kebutuhan psikologis dasar termasuk kompetensi dan
keterkaitan yang harus dipenuhi (Deci & Ryan, 2014). Sindrom FoMO telah terbukti memediasi
kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpenuhi dan keterlibatan media sosial. Billieux et al (2015)
mengungkapkan individu merasa tidak aman dan cemas secara sosial untuk memuaskan
penggunaan media sosial.

Menurut JWTIntellegence (2012) berikut merupakan aspek-aspek sindrom FoMO (Fear


of Missing Out), diantaranya:

• Perasaan takut kehilangan terhadap informasi terbaru yang ada di internet.


Perasaan ini akan muncul ketika individu tidak mendapatkan informasi apapun di
internet maupun media sosial.
• Perasaan gelisah atau gugup ketika tidak menggunakan internet sedangkan
orang lain menggunakannya. Jika individu yang mengalama sindrom FoMO maka
ia tidak ingin ketinggalan apapun melebihi individu yang lainnya.
• Perasaan tidak aman karena tertinggal informasi yang tersebar di internet.
Individu pada aspek ini akan tergantung terhadap media sosial atau internet, yang
mana individu sudah menyerah pada kenyamanan tersebut.

10
2.2.2. Sistem Pakar

Menurut E. Fraim Turban (1992), sistem pakar merupakan sebuah program yang
mengkomputerisasi laporan yang mencoba untuk menirukan proses pemikiran dan
pengetahuan dari pakar-pakar dalam menyelesaikan masalah. Sistem ini dibuat untuk
memanfaatkan proses penalaran agar dapat mencapai hasil simpulan berdasarkan data dan
fakta yang ada. (Jackson, 1999) mengungkapkan sistem pakar merupakan sebuah sistem yang
menggunakan pengetahuan manusia dimana pengetahuan tersebut dimasukkan ke dalam
sebuah komputer dan kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
biasanya membutuhkan kepakaran atau keahlian manusia. Lestari (2012) mengungkapkan
beberapa tujuan dari dibuatnya sistem pakar:

A. Interpretasi (Sistem pakar bertujuan untuk membuat sebuah kesimpulan atau deskripsi dari
sekumpulan data yang masih mentah (raw data) yang mana pengambilan keputusan
tersebut berdasarkan hasil observasi.)
B. Prediksi (Sistem pakar mampu memproyeksikan akibat dari situasi dan kondisi tertentu)
C. Diagnosis (Sistem tersebut mampu menentukan penyebab terjadinya malfungsi di dalam
situasi yang kompleks berdasarkan gejala yangdapat teramati dengan diagnosis yang tepat)
D. Perancangan desain (Dibuat untuk menentukan rancangan konfigurasi terkait komponen
sistem yang cocok dengan tujuan kinerja tertentu dengan memenuhi suatu kendala tertentu)
E. Perencanaan (Tujuan sistem ini untuk merencanakan serangkaian Tindakan yang mendapat
tujuan pada tahap kondisi awal tertentu)
F. Monitoring (Sistem ini juga melaksanakan hasil pengamatan berdasarkan suatu kondisi
yang diharapkan)
G. Debugging (Sistem pakar mampu menentukan serta menginterpretasikan berbagai cara
untuk mencegah terjadinya malfungsi atau kegagalan pada fitur tertentu)
H. Instruksi (Bertujuan untuk mendeteksi kemampuan dan tinglat defisiensi terhadap
pemahaman mengenai domain subjek).
I. Kontrol (Bertujuan mengatur pola tingkah laku suatu lingkungan yang kompleks)

11
2.2.3. Forward Chaining

Forward chaining merupakan salah satu metode dalam sistem pakar yang bekerja dengan
cara melakukan pelacakan ke depan, dimulai dengan mengumpulkan fakta-fakta di lapangan,
kemudian menggunakan premis yang ditentukan oleh user, yang nantinya premis-premis itu akan
disesuaikan dengan fakta-fakta tadi menggunakan suatu aturan tertentu yang kemudian diproses
untuk mendapatkan sebuah fakta baru kemudian fakta baru tersebut diproses lagi sehingga
menghasilkan kesimpulan terakhir dimana kesimpulan tersebut dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Penggunaan metode ini dipilih karena terdapat banyak cara atau aturan
yang berbeda untuk mendapatkan kesimpulan yang sedikit, dan ingin mendapatkan kesimpulan
dari fakta-fakta yang sudah ada sebelumnya. Contoh penggunaan metode forward chaining dalam
menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut:

Misalkan untuk menentukan warna binatang bernama tweety. Data awal adalah tweety
terbang dan bernyanyi. Misalkan ada 4 aturan:

- If x melompat dan memakan serangga, maka x adalah katak


- If x terbang dan bernyanyi, maka x adalah burung kenari
- If x adalah katak, maka x berwarna hijau
- If x adalah burung kenari, maka x berwarna kuning
• Yang dicari pertama adalah aturan nomor 2, karena antaseden-nya
cocok dengan kata (if tweety terbang dan bernyanyi)
• Konsekuen (then tweety adalah burung kenari) ditambahkan ke data
yang dimiliki
• If tweety adalah burung kenari, maka tweety berwarna kuning (tujuan).

Dari contoh diatas terdapat 4 rule yang akan dicari pernyataan yang cocok dan yang
akhirnya menghasilkan keluaran atau tujuan yaitu menentukan warna binatang bernama tweety.

12
2.3. Kerangka Pemikiran

MASALAH

Terdapat gangguan Fear of Missing Out yang dapat


menyebabkan kecemasan hingga stress yang berlebihan.

PENDEKATAN
PENGEMBANGAN
Forward Chaining Method
Analisa dan Perancangan UML

PENGUKURAN
IMPLEMENTASI
Pengujian Sistem Pakar dengan Black
Box dan White Box Membuat sistem pakar hasil terapan
metode Forward Chaining

BAB III
HASIL
METODE PENELITIAN
Sistem pakar untuk mendeteksi gangguan fear of missing
out (fomo) menggunakan metode forward chaining

Gambar 1.1. Kerangka Pemikirian

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Analisa Kebutuhan

Penerapan metode Forward Chaining pada sistem pakar ini akan membutuhkan
beberapa informasi seperti gejala-gejala awal gangguan FoMO pada individu terkait
sampai dengan saran pengobatan (jika tersedia) terhadap gangguan yang diderita.

3.1.1. Metode Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respon untuk dijawab.
Penelitian kali ini menggunakan data yang diambil dari hasil pengisian kuesioner yang diisi
oleh mahasiswa Universitas Nusa Cendana.

b. Studi Literatur

Merupakan data yang berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan kasus


atau domain yang hampir sama untuk mendukung penelitian ini, selain itu sumber literatur
yang diambil juga didapat melalui buku-buku, dokumen maupun dari website terkait.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kota
Kupang, NTT. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperkecil atau
memberi batasan sesuai dengan sample yang akan diambil.

14
3.3. Perancangan Penelitian

3.3.1. Diagram Konteks

Input Gejala Input Gejala


Sistem
Pakar
Deteksi
Gangguan Psikolog
User

Hasil Diagnosa Hasil Diagnosa

Gambar 3.1. Diagram Konteks


Diagram konteks bekerja dengan cara menjelaskan lingkup kerja suatu sistem atau
penggambaran suatu sistem secara umum. Proses yang akan terjadi pada diagram ini
meliputi penginputan gejala gangguan yang selanjutnya akan diproses untuk kemudian
dapat menghasilkan diagnose yang sesuai dengan gangguan yang terkait.

3.3.2. Use Case Diagram

Gambar 3.2. Use Case Diagram

15
3.3.3. Sequence Diagram

Gambar 3.3. Sequence Diagram Sistem pakar

3.3.4. Activity Diagram

Gambar 3.4. Activity Diagram

16
3.4. Teknik Analisis

Sistem paakar yang dirancang pada penelitian kali ini menggunakan metode
inferensi forward chaining, berdasarkan inputan dari user yang meliputi gejala-gejala
sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat. Hasil akhir berupa kemungkinan gangguan
serta solusi yang diberikan kepada user.

Kode Gejala Ciri Gejala


G01 Cemas saat orang lain memiliki pengalaman berharga
G02 Cemas saat orang lain menceritakan pengalaman berharga
G03 Gelisah saat tidak ikut bersenang-senang dengan teman-teman
G04 Cemas saat tidak mengetahui kegiatan teman-teman
G05 Sedih ketika tidak ikut nongkrong
G06 Selalu ingin update ke media sosial ketika punya pengalaman menyenangkan
G07 Selalu ingin mengikuti update kegiatan teman ketika sedang berlibur
G08 Gelisah saat orang lain mendapat banyak likes di postingan media sosial
G09 Kesal saat melihat postingan teman-teman yang berlibur atau jalan-jalan keluar kota/negri
G10 Selalu ingin posting foto ketika bepergian ke tempat yang keren
G11 Merasa harus mengetahui berita terbaru di media sosial
G12 Setiap membeli produk yang viral, selalu ingin diposting
G13 Merasa hidup akan membosankan tanpa media sosial
G14 Merasa sedih ketika melewatkan kesempatan berfoto bersama teman-teman yang diunggah di media sosial
G15 Selalu memberi respon cepat ketika ada notifikasi dari aplikasi media sosial
G16 Merasa cemas saat diblokir sahabat atau teman di media sosial

Tabel 1.1. Daftar gejala

Tingkat
No Gangguan G01 G02 G03 G04 G05 G06 G07 G08 G09 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16
1 Rendah F F F F T F F F F F F F T T F T
2 Sedang T T F F T F F T F T F F T T F T
3 Tinggi T T T F T T F T T T T T T T T T
4 Akut T T T T T T T T T T T T T T T T

17
Tabel 1.2. Dataset

Keterangan:

- T = True
- F = False

Dari tabel dataset dan data gejala diatas dapat dibuat algoritma forward chaining sebagai
berikut:

- If Gejala 5 And Gejala 13 And Gejala 14 And Gejala 16 Then Rendah.


- If Gejala 1 And Gejala 2 And Gejala 5 And Gejala 8 And Gejala 10 And Gejala 13 And
Gejala 14 And Gejala 16 Then Sedang.
- If Gejala 1 Gejala 2 And Gejala 3 And Gejala 5 And Gejala 6 And Gejala 8 And Gejala 9
And Gejala 10 And Gejala 11 Gejala 12 And Gejala 13 And Gejala 14 And Gejala 15 And
Gejala 16 Then Tinggi.
- If Gejala 1 Gejala 2 And Gejala 3 And Gejala 4 And Gejala 5 And Gejala 6 And gejala 7
And Gejala 8 And Gejala 9 And Gejala 10 And Gejala 11 Gejala 12 And Gejala 13 And
Gejala 14 And Gejala 15 And Gejala 16 Then Akut.

Data yang dimasukan oleh pengguna berdasarkan gejala yang ada, kemudian akan
dilakukan pencarian dataset menggunakan metode forward chaining berdasarkan gejala yang
paling cocok. Misalnya gejala yang dialami user atau pengguna adalah gejala 1, gejala 2, gejala
5, gejala 8, gejala 10, maka tingkat gangguan yang dialami oleh pengguna tergolong dalam
tingkat sedang sesuai dengan rule yang ada. Selanjutnya, akan diberikan hasil diagnosa kepada
pengguna beserta dengan tingkat gangguan dan saran pengobatan terkait jika tersedia.

NO Tingkat Gangguan Saran Pengobatan


1
2
3
4

Tabel 1.3. Tabel tingkat gangguan dan saran

18
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. T. Aldisa, “Sistem Pakar Mendeteksi Kondisi Kesehatan Mental Dengan Metode Forward
Chaining Berbasis Android,” JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), vol. 9, no. 2, hlm. 396–
403, 2022.
[2] F. Farajullah dan M. Murinto, “Sistem Pakar Deteksi Dini Gangguan Kecemasan (Anxiety)
Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web,” JSTIE (Jurnal Sarj. Tek. Inform.,
vol. 7, no. 1, p. 1, 2019, doi: 10.12928/jstie. v7i1. 15800, 2019.
[3] A. E. Putri, B. Satya, dan E. Seniwati, “Implementasi Metode Forward Chaining Pada Sistem
Pakar Pendiagnosis Gangguan Ansietas (Studi Kasus: Pijar Psikologi),” Jurnal Mantik
Penusa, vol. 2, no. 2, 2018.
[4] F. P. Juniawan, “Penggunaan Metode Forward Chaining Dalam Perancangan Sistem Pakar
Diagnosa Gangguan Kejiwaan,” Jurnal Informatika Global, vol. 8, no. 1, 2017.
[5] Y. Apridiansyah, N. D. M. Veronika, dan R. Oktarini, “Desain Dan Implementasi Sistem
Pakar Untuk Menentukan Tipe Autisme Pada Anak Usia 4-6 Tahun Dengan Metode Forward
chaining,” Pseudocode, vol. 4, no. 2, hlm. 97–104, 2017.
[6] A. F. P. Ningrum, “Sistem Pakar Diagnosis Parafilia Menggunakan Algoritma Forward
Chaining Dan Teorema Bayes,” PhD Thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 2022.
[7] H. Khatimi dan R. Maulana, “Sistem Pakar Diagnosa Jenis Gangguan Jiwa Skizofrenia
Menggunakan Kombinasi Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor,” Jurnal
Teknologi Informasi Universitas Lambung Mangkurat (JTIULM), vol. 2, no. 2, hlm. 51–58,
2017.
[8] D. Dwi Rahmadani Ivan, “Sistem Pakar Diagnosa Mandiri Mental Illness (Gangguan Jiwa)
Menggunakan Metode Kombinasi Certainty Factor Dan Forward Chaining Pada Remaja
Berbasis Android,” PhD Thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2022.
[9] E. B. Sambani, Y. H. Agustin, dan N. _ Srihermaning, “SISTEM PAKAR DIAGNOSIS
PENYAKIT GANGGUAN MENTAL PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE
CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS WEB,” Jurnal VOI
(Voice Of Informatics), vol. 9, no. 2, 2020.

19
[10] N. Pravitasari, “Sistem Pakar Untuk Menentukan Gangguan Afektif,” Faktor Exacta, vol.
10, no. 3, hlm. 237–246, 2017.
[11] S. M. Lalu, “Sistem Pakar Mendiagnosis Awal Penyakit Mental Gangguan Kecemasan
(Anxiety Disorder) Pada Remaja Di Pusat Informasi Konseling Remaja Nusa Tenggara Barat
Menggunakan Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor,” PhD Thesis, Universitas
Mataram, 2020.
[12] S. Rohana, T. Hastono, dan S. Oyama, “Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Obsessive
Compulsive Disorder Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web,” Jurnal
Dinamika Informatika, vol. 11, no. 1, hlm. 80–91, 2022.
[13] M. Darmawan dan W. Agung, “Sistem Pakar Diagnosa Mental Ilsess Pada Anak Korban
Broken Home Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Android,” Jurnal Nasional
Komputasi dan Teknologi Informasi (JNKTI), vol. 5, no. 5, 2022.
[14] M. Jufri, “Sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan kepribadian narsistik menggunakan
metode certainty factor dan forward chaining,” PhD Thesis, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2019.
[15] I. N. Khawarizmi, A. Triayudi, dan I. D. Sholihati, “Diagnosa Depresi Pada Mahasiswa
Menggunakan Metode Certainty Factor dan Forward Chaining,” INTI Nusa Mandiri, vol. 14,
no. 2, hlm. 239–244, 2020.
[16] R. Limanda, “rancang bangun sistem pakar untuk mendeteksi gangguan bipolar
menggunakan metode forward chaining,” PhD Thesis, Universitas Multimedia Nusantara,
2018.
[17] D. Kuncoro, “IMPEMENTASI METODE FORWARD CHAINING UNTUK
MENDETEKSI ANAK AUTIS”.
[18] W. Wahid, G. W. Nurcahyo, dan S. Sumijan, “Sistem Pakar Metode Forward Chaining
Untuk Psikoterapi Kejiwaan Terhadap Penyakit Kepribadian Genetik,” Jurnal Informasi dan
Teknologi, hlm. 112–118, 2020.
[19] F. Handayani, D. Djamaludin, dan N. Komalasari, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Autisme Dan ADHD Pada Anak Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Android,”
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik, vol. 1, no. 3, hlm. 216–225, 2020.

20
[20] L. Sudarmana dan F. Lestari, “Sistem Pakar Untuk mendiagnosis Gangguan Jiwa
Schizophrenia,” Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT, vol. 3, no. 1, hlm. 40–44,
2018.
[21] L. P. Wanti, I. N. Azroha, dan M. N. Faiz, “Implementasi User Centered Design Pada
Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini,”
Media Aplikom, vol. 11, no. 1, hlm. 1–10, 2019.
[22] D. Rika, “SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI TINGKAT STRES ORANG TUA
SISWA DENGAN PEMBELAJARAN DARING MENGGUNAKAN METODE
FORWARD CHAINING,” PhD Thesis, STMIK Amik Riau, 2022.
[23] N. Wulandari dan A. Y. Siregar, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa dan Klasifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus Dengan Backward Dan Forward Chaining Pada Slb Cahaya Pertiwi di
Bekasi,” Jurnal Ilmu Komputer, vol. 1, no. 1, hlm. 1–1, 2018.
[24] H. Sutisna dan F. Amelia, “Implementasi Metode Forward Chaining Pada Sistem Pakar
Diagnosa Sindrom Tourette,” Reputasi: Jurnal Rekayasa Perangkat Lunak, vol. 3, no. 2,
hlm. 25–30, 2022.
[25] F. HARISFA, “SISTEM PAKAR DETEKSI DINI GANGGUAN ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVE DISODRDERS PADA RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN RIAU,” PhD
Thesis, UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU, 2020.

21

Anda mungkin juga menyukai