Anda di halaman 1dari 8

Nama : Amrin

Nim : 859411707

Tugas : Tutorial 1 Pembelajaran IPA di SD

1. a. Tiga ciri-ciri model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:


1) Berpusat Pada Siswa
Dalam model pembelajaran ini, ciri yang paling menonjol adalah siswa diberikan
kesempatan untuk melakukan penyelidikan, penemuan, serta penyelesaian masalah secara
aktif dan mandiri. Guru mengambil peran sebagai pembimbing dan fasilitator selama
pembelajaran berlangsung. Secara umum aktivitas pembelajaran dikendalikan oleh
peserta didik secara mandiri.
2) Adanya Kegiatan Eksplorasi dan Pemecahan Masalah
Sebagai bentuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pada praktiknya akan
banyak kegiatan ekplorasi dan problem solving yang dilaksanakan secara mandiri.
Kegiatan eksplorasi menjadi bagian dari pemecahan masalah selama proses belajar
berlangsung. Jadi, melalui model ini, akan terlihat peserta didik yang lebih aktif
mengeksplorasi berbagai hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3) Adanya Kegiatan Mengasosiasikan Pengetahuan yang Sudah Dimiliki
Ciri yang satu ini akan memberikan hasil output (keluaran) yang lebih bermakna. Peserta
didik akan diarahkan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan atau
pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan begitu, peserta didik akan memiliki
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara utuh dan tidak terpisah-pisah.
b. Contoh penerapan teori belajar bruner dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD
KD IPA 3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan keterkaiatannya dengan indra penglihatan,
materi pokok : sifat cahaya dapat menembus benda bening dengan memperhatikan alat
dan bahan serta cara pelaksanaan pembelajaran
A. Alat dan bahan
1. Gelas bening atau plastic bening
2. Korek api
3. Lilin
4. Kertas
5. Air
6. Untuk membuat dudukan :
* Paku dan Palu
* Kayu
B. Cara pelaksanaan pembelajaran
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat dudukan dengan menggunakan kayu dan paku
3. Menempelkan lilin di ujung dudukan dan menyalakannya.
4. Meletakan gelas bening pada ujung dudukan dengan arah yang berlawanan lilin
pada jarak 25 cm. Dan mencatatkannya pada hasil pengamatan table.
5. Mengulangi lagi langkah empat dengan jarak yang berbeda yaitu 30 cm, 20 cm, dan
15 cm. Dan mencatatkannya pada hasil pengamatan table
6. Mengisi gelas bening dengan air sampai pada jarak 25 cm serta meletakan kertas
dibelakang gelas. Dan mencatatkannya pada hasil pengamatan table
7. Mengulangi lagi langkah enam dengan jarak yang berbeda yaitu 30 cm, 20 cm, dan
15 cm. Dan mencatatkannya pada hasil pengamatan table
Pembahasan
Haloo adik adik yang ganteng ganteng dan cantik cantik balik lagi nih sama kakak kece.
Gimana kabar kalian? Insyaallah sehat sehat terus yaa. Kali ini kakak a1m akan mencoba
membantu menjawab pertanyaan ini ya, kuy deh dibaca pelan pelan biar masuk hati ya
• Persamaan cahaya
Cahaya merupakan merupakan suatu energy yang berbentuk gelombang elektromagnetik
kasat mata yang panjang gelombangnya berada pada kisaran 380 750 nm. Pada bidang
fisika, cahaya merupakan suatu radiasi gelombang elektromagnetik kasat mata maupun
tidak. Cahaya disusun oleh suatu paket partikel yang disebut sebagai foton.
• Sifat-sifat cahaya
1. Cahaya dapat menembus benda bening
2. Cahaya dapat merambat lurus
3. Cahaya dapat dipantulkan
4. Cahaya dapat diuraikan
5. Cahaya apat dibiaskan

2. Tahap perkembangan anak menurut Peaget antara lain :


a. Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai
perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan
pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar)
dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama selama tahap
sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara
alami dari tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut,
anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak
secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang
begitu saja.
b. Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi
kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan,
atau memisahkan ide atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari membangun
pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia
bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa
merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam
permainan simbolik.
c. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan
ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak,
karena menandai awal pemikiran logis. Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk
menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada
objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume,
orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum
bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
d. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia
12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa
melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan
membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

3. a) Pendekatan konsep
Aspek : Pengaruh Kalor terhadap wujud benda
Standar Kompotensi : Kemampuan memahami pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud
benda, perpindahan kalor, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompotensi Dasar : Siswa mampu
1) Menjelaskan karakteristik suhu suatu zat saat mengalami perubahan wujud.
2) Menentukan kalor yang diperlukan untuk perubahan wujud.
3) Mendeskripsikan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
Pendekatan dan prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
b. Menjelaskan karakteristik suhu suatu benda saat mengalami perubahan wujud
c. Menjelaskan banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud suau zat
b) Pendekatan inkuiri
Aspek : Pengaruh Kalor terhadap wujud benda
Standar Kompotensi : Kemampuan menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud
benda, perpindahan kalor, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompotensi Dasar : Siswa mampu
1) Menganalisis karakteristik suhu suatu zat saat mengalami perubahan wujud.
2) Menentukan kalor yang diperlukan untuk perubahan wujud.
3) Menyajikan hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
Pendekatan dan prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
b. Mengamati karakteristik suhu suatu benda saat mengalami perubahan wujud
c. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud suau zat
d. Peserta didik melakukan percobaan memanaskan es dalam dalam gelas kimia hingga
menguap
e. Peserta didik menuliskan data hasil percobaan pada table pengamatan

4. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penggunaan strategi/metode belajar


adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi Siswa
Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa merupakan faktor utama
yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Ada beberapa tingkatan
dalam tujuan pembelajaran, tujuan yang paling tinggi yaitu Tujuan Pendidikan Nasional
(TPN), kemudian dijabarkan pada Tujuan Satuan Pendidikan (institusional), Tujuan
Bidang Studi/Mata Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran (Instruksional). Tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar merupakan pernyataan yang diharapkan dapat
diketahui, disikapi dan atau dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Rumusan tersebut sebagai dasar acuan dalam melakukan pembelajaran. Oleh karena itu,
pemilihan metode mengajar harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang akan dicapai siswa. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan, misalnya SD, SMP, SMA, SMK dan seterusnya. Tujuan bidang
studi adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran atau suatu bidang studi,
sedangkan tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang harus dicapai dalam suatu pokok
bahasa.
b. Karakteristik Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode mengajar adalah
karakteristik bahan pelajaran. Ada beberapa aspek yang terdapat dalam materi pelajaran,
aspek tersebut terdiri dari :
1) Aspek konsep (concept), merupakan substansi isi pelajaran yang
berhubungan dengan pengertian, atribut, karakteristik, label atau ide dan gagasan
sesuatu. Artinya, guru akan memilih metode mana yang dianggap sesuai jika akan
mengajarkan tentang konsep, begitu juga dengan aspek yang lainnya.
2) Aspek fakta (fact), merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang lalu, data-data yang memiliki esensi objek dan waktu,
seperti nama dan tahun yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah.
3) Aspek prinsip (principle), merupakan substansi isi pelajaran yang
berhubungan dengan aturan, dalil, hukum, ketentuan, dan prosedur yang harus
ditempuh. Aspek proses (process), merupakan substansi materi pelajaran yang
berhubungan dengan rangkaian kegiatan, rangkaian peristiwa, dan rangkaian
tindakan.
4) Aspek nilai (value), merupakan substansi materi pelajaran yang
berhubungan dengan aspek perilaku yang balk dan buruk, yang benar dan salah,
yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi banyak orang.
5) Aspek keterampilan intelektual (intellectual skills), merupakan
substansi materi pelajaran yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan
menyelesaikan persoalan atau permasalahan, berpikir sistematis, berpikir logis,
berpikir taktis, berpikir kritis, berpikir inovatif, dan berpikir ilmiah.
6) Aspek keterampilan psikomotor (psychomotor skills), merupakan substansi materi
pelajaran yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan fisik.
c. Waktu yang Digunakan
Pemilihan metode mengajar juga harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia
dalam jam pelajaran, ada beberapa metode mengajar yang dianggap relatif banyak
menggunakan waktu, seperti metode pemecahan masalah, dan inkuiri. Penggunaan
metode ini kurang tepat jika digunakan pada jam pelajaran yang alokasi waktunya relatif
singkat sehingga penguasaan materi tidak akan optimal demikian pula dengan
pembentukan kemampuan siswa.
d. Faktor Siswa(Peserta Didik)
Faktor siswa merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
metode mengajar, selain faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas. Aspek yang
berkaitan dengan faktor siswa terutama pada aspek kesegaran mental (faktor antusias dan
kelelahan), jumlah siswa dan kemampuan siswa. Guru harus bisa mengelola
pembelajaran berdasarkan jumlah siswa dan harus mengatur tempat duduk supaya sesuai
dengan kondisi siswa dalam belajar. Posisi tempat duduk tidak harus seperti kelas formal
reguler, tetapi bersifat fleksibel dan mendukung terhadap proses pembelajaran. Demikian
pula dengan kemampuan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Umpamanya
dalam proses pembelajaran, guru akan menggunakan metode eksperimen atau pemecahan
masalah maka siswa yang bersangkutan harus sudah memahami tentang cara belajar
eksperimen atau yang lainnya.
e. Fasilitas, Media, dan Sumber Belajar
Supaya memperoleh basil belajar yang optimal maka setiap peristiwa pembelajaran harus
dirancang secara sistematis dan sistemik. Prinsip-prinsip belajar yang dijadikan landasan
dalam pembelajaran diantaranya adalah ketersediaan fasilitas, media, dan sumber belajar.
Guru tidak akan memilih metode mengajar yang memungkinkan menggunakan fasilitas
atau alat belajar yang beragam jika di sekolahnya tidak memiliki fasilitas dan alai belajar
yang lengkap. Dalam hal ini perlu diupayakan, apabila guru dan siswa akan
menggunakan alat atau fasilitas maka guru bersangkutan sebelum pembelajaran harus
mempersiapkan terlebih dahulu. Media pesan lisan (bahasa) harus dapat dipahami siswa
sehingga siswa tidak menimbulkan verbalisme. Pemberdayaan media maupun bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.

5. a) Perbedaan antara metode Demonstrasi dengan metode Eksperimen yaitu :


Dimana metode demonstrasi merupakan metode yg menggunakan alat peraga dalam
proses pembelajaran serta pelaksanaannya lebih berpusat pada guru. Metode eksperimen
dimana metode ini kita melakukan suatu percobaan ataupun pengamatan dan tidak hanya
berpusat kepada guru sebagai sumber belajar, tetapi juga melibatkan siswa itu sendiri
untuk menggali sumber belajar.
b) Pokok bahasan : Pengaruh Panas terhadap Benda
1) Metode belajar yang digunakan yaitu metode demonstrasi yang merupakan cara
mengajar dimana seseorang guru menunjukkan suatu proses misalkan membakar
logam sampai memuai, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati, mendengar, mungkin meraba dan merasakan proses yg dipertunjukkan
oleh guru tersebut. Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna.
2) Proses pembelajaran, sebelum kegiatan berlangsung kita harus mempersiapkan dan
meneliti alat-alat serta bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kndisi dan
tempatnya. Selama demosntrasi bberlangsung, kita harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya. Untuk pokok bahasan
ini hal-hal yang harus didemonstrasikan antara lain:
a. cara mengukur panas
b. jika logam dipanaskan, maka logam itu akan bertambah panjang
jika air dipanaskan volumenya akan bertambah
c. udara jika dipanaskan akan mengenbang
d. panas dapat merambat secara konduksi, konveksi dan radiasi.
3) Evaluasi metode yang digunakan, untuk keberhasilan metode, kita nilai berhasil jika
selama kegiatan siswa mengamati dengan baik dan mendapat pengalaman nyata,
sehingga siswa dapat memahami dengan baik setiap informasi yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai