Anda di halaman 1dari 1

SASTRA MILIK SISWA SATU UNTUK SEMUA

10 MINGGU, 19 MARET 2023

Oleh : Syakira Mufida Putri


Dewan
LANGIT
“Kenapa?” tanyaku sambil
menaikkan alis tidak mengerti.
sempat berpikir, apakah kelak
saya bisa menerbangkan pesawat
Kami menikmati mi masakan
Mang Opi. Sore-sore begini
saja.
“Tidak apa-apa,” jawab
sendirian. Dengan memandangi
langit, aku mengingat kenangan-
 SMP Satya Dharma “Sebelum pindah ke sekolah itu dan menembus awan-awan memang enak kalau makan mi, Bintang sambil tersenyum kecil. kenangan bersama Bintang.
Sudjana ini, aku selalu dirundung oleh indah itu? Saya berusaha apalagi baru saja hujan. Aku bingung. Sesampainya Apakah mungkin kami dapat
teman-temanku. Mereka bilang sebisanya untuk giat belajar agar “Sembilan ribu ‘kan, Mang? di sekolah, bel berbunyi. Seperti bertemu kembali?
HAI, namaku Langit, Langit aku anak broken home, anak yang bisa mewujudkannya. Saat Ini ya, makasih, Mang!” ucap kami biasa guru yang mengajar pada Sebuah amplop kecil sampai
Aryudha. Umurku 13 tahun. gak punya bapak. Aku takut untuk melihat langit, saya selalu berterima kasih kepada Mang Opi. pelajaran pertama memasuki di depan pintu rumahku. Aku
Rumahku berada di sebuah kembali bergaul. Aku hanya takut ditemani oleh sahabat saya, Setelah itu, kami pergi ke kelas. Pelajaran dimulai. Aku mengambilnya. Aku duduk di
kampung yang dekat dengan kejadian seperti dulu terulang Bintang. Sekian saja cerita saya. lapangan dan bertemu teman- melirik Bintang yang duduk di kursi ruang tamu. Aku
bandara. Jadi, setiap kali aku kembali.” Terima kasih.” teman yang lain. Kami bermain sampingku. Ia beberapa kali membukanya pelan, tapi pasti.
memandang langit di luar rumah, Aku terdiam mendengar cerita Ceritaku singkat. Teman- sepak bola bersama sampai pukul menarik napas panjang. Aku Itu sebuah surat kecil. Tertulis
pasti ada saja pesawat yang Bintang. Aku berusaha membu- teman sekelas dan juga Pak Riko 17.30. Saat yang lain pulang, aku tidak tahu apa artinya. nama pengirimnya di bagian
terlihat melewati atap rumahku. juknya dan meyakinkannya memberikan tepuk tangan. Aku dan Bintang duduk di pinggir Sepulang sekolah depan surat itu, Bintang. Aku
Aku memiliki sahabat, bahwa aku dan teman-teman tersenyum sambil berjalan lapangan yang posisinya langsung “Loh, mau langsung pulang? segera membaca surat kecil itu.
namanya Bintang. Langit dan lain di sekolah tidak akan kembali ke tempat duduk. menghadap ke arah matahari Enggak ke warung Mang Opi?” Halo, Langit. Ini Bintang. Maaf,
Bintang, memang unik sekali merundungnya seperti teman- “Mengesankan sekali, ya, cerita terbenam. Sore itu mataharinya tanyaku saat melihat Bintang aku tidak memberitahumu saat
kehidupanku. Aku dikelilingi temannya dulu. Ia pun akhirnya Langit. Unik. Jadi, cita-cita kamu sangat cantik. Aku melihat jalan begitu saja meninggalkanku aku akan pindah, aku hanya takut
oleh sesuatu yang berhubungan mau membuka diri dan ingin menjadi pilot, ya, Langit?” pesawat yang melintas. Aku dan di belakang. membuatmu sedih. Sekarang
dengan namaku, Langit. bersahabat denganku. tanya Pak Riko. Bintang berlari mengikuti arah “Maaf, untuk hari ini enggak aku ada di Kalimantan, mama
Awal persahabatanku dengan Hari ini aku sangat berse- “Iya, Pak. Pilot yang sukses,” pesawat itu terbang. Saat pesawat dulu, Lang,” katanya. pindah kerja di sini. Kemarin
Bintang tidaklah mulus. Saat mangat untuk bersekolah karena jawabku bangga. mulai hilang, kami pun tertawa Aku hanya mengangguk pelan. kami berangkat menaiki kapal
pertama Bintang bergabung di hari ini ada pelajaran favoritku, “Wahh.. keren sekali. Oh, ya, kemudian berbaring di atas Aku bingung. Ada apa sebenarnya pukul 09.00, mama menitipkan
kelasku sebagai siswa baru, ia yaitu Bahasa Indonesia. Jarak anak-anak, pesan bapak, rumput lapangan itu. Wajah dengan Bintang hari ini. salam kepada Pak Ucok untukmu
sangat pendiam, tidak suka dari rumah ke sekolah kami belajarlah dengan rajin, kedua orang tuaku terbayang Keesokan paginya dan keluarga, apakah dia sudah
bergaul, pemurung, dan suka ditempuh selama 15 menit berusahalah menjadi yang terbaik saat aku sedang enak berbaring. Aku bersiap berangkat sekolah. menyampaikan salam dari
menyendiri. Aku yang sesekali dengan berjalan kaki. Sesampai dan raih cita-citamu, banggakan Aku mengingat betapa susahnya Biasanya setiap berangkat sekolah mama? Langit, akan kuusahakan
mencoba menyapa dan di sekolah, aku segera meletakkan orang tuamu. Tunjukkan kepada mereka bekerja keras untukku yang menjemput Bintang, tetapi untuk bertemu denganmu,
mengajaknya berteman justru tasku di meja lalu segera duduk mereka bahwa kamu bisa. Kalian dan kakak-kakakku. Semoga kali ini dia tidak datang mungkin bukan sekarang tapi
tak diacuhkannya. di teras untuk melihat matahari semua harus menjadi orang kelak aku menjadi orang sukses menjemputku. Akhirnya, aku saat kita sama-sama sudah
Bukan Langit namanya, jika terbit dari ufuk timur. Langit pun sukses!” Kami semua mengangguk agar bisa membanggakan mereka. menjemputnya ke rumahnya. dewasa. Sama-sama sudah
tidak memiliki rasa penasaran cerah berwarna biru. Peman- semangat. Malam harinya hujan turun Sesampai di rumahnya, aku sukses. Aku selalu mendoakanmu,
yang tinggi. Suatu hari kucoba dangan ini sangat indah. Aku Waktu menunjukkan pukul dengan derasnya. Sebenarnya memanggil-manggil namanya. semoga kamu baik-baik saja di
untuk mengikuti Bintang ke tersenyum lebar saat melihat 16.05. Bel berbunyi empat kali, Bintang mengajakku dan “Bintang, Bintang!” teriakku sana, sehat selalu. Jangan terlalu
rumahnya. Betapa terkejutnya langitnya. Langit biru sangat tanda kegiatan belajar mengajar beberapa teman lain pergi ke memanggil namanya. Namun, banyak menyendiri, Aku tau
aku, ternyata rumah Bintang membawa kebahagiaan bagiku. usai. Ketua kelas memimpin doa rumah pohon dekat lapangan tidak ada jawaban. Tiba-tiba Pak semenjak tidak ada aku, kamu
hanya berselang beberapa rumah Ditambah lagi cuaca pagi yang lalu anak-anak memberi hormat sambil bercerita hal-hal yang Ucok, tetangga Bintang, keluar. selalu menyendiri dan tidak
dari rumahku. hangat, menambah semangatku kepada guru terakhir yang menyeramkan. Akan tetapi, aku “Ada apa kau kemari, Langit? interaksi dengan banyak orang.
Saat aku berada di pintu pagar untuk memulai hari. mengajar di kelas. memilih membaca buku di kamar. Kau panggil nama dia, tak kan Lupakan semuanya, anggap
rumahnya, kucoba mengamati Jam dinding di kelas “Terima kasih, Bu Guru,” ucap Hujan mulai reda. Baru saja aku keluar anak itu. Bintang dengan semua baik-baik saja, Langit.
keadaan sekeliling. Tiba-tiba saja menunjukkan pukul 07.00. Jam anak-anak serempak. membuka halaman buku keluarganya sudah pindah ke Walaupun kita berjauhan, tapi
ada yang melongok dari pagar. pelajaran pertama adalah Bahasa Aku pulang sekolah bersama selanjutnya, Bintang dan Kalimantan kemarin. Tidak tahu, kita tetap memandang langit
Aku pun terkejut. Indonesia. Pak Riko masuk Bintang, tetapi kami tidak beberapa temanku menyorakiku kau?” ucap Pak Ucok. dan bintang yang sama
“Ngapain kamu di sini?” tanya sembari menyapa anak-anak. langsung pulang ke rumah. Kami dari luar rumah. Aku segera turun Aku yang mendengarnya Aku sangat merindukanmu,
orang itu, yang ternyata adalah “Selamat pagi, anak-anak. mampir membeli makan di dari kasur dan berlari ke luar langsung lemas. Rasanya kaki Langit.
Bintang. Hari ini bapak ingin kalian warung Mang Opi. rumah menyambut mereka. dan tanganku mati rasa. Bibirku Salam hangat, Bintang Terta
“E-eh, maaf, tadi aku ngikutin menceritakan hobi kalian yang “Mang, mi rebus dua sama Kami pergi ke rumah pohon. terasa kaku. Semua kata yang Abadi
kamu dari belakang karena mau unik. Yang ingin maju silakan!” air putih ya!” pesan Bintang. Aku tidak terlalu tertarik dengan ingin aku ucapkan sebelumnya Kalimantan, 12 Maret 2019
tahu rumah kamu,” ucapku sedikit ucap Pak Riko. Aku mengangkat Dengan santai kami duduk sambil cerita-cerita seram yang langsung hilang tertelan
gugup. Bintang hanya melihatku tangan lalu Pak Riko menunjukku. mengobrol di warung Mang Opi. dikisahkan teman-teman. Aku tenggorokan. Berat rasanya, sakit. Aku segera menutup surat
dengan muka datar lalu dia Aku pun berjalan dan berdiri di “Setelah ini mau ke lapangan lebih suka turun untuk melihat Mengapa Bintang tidak kecil itu dan mengelap air mataku.
melangkah pergi. hadapan teman-teman sekelas. tidak, Tang? Kita main dulu langit usai hujan. Biasanya saat memberitahuku? Apa salahnya Kalimat itu membuatku
“Bisakah kita berteman?” “Hobi unik saya adalah sebentar. Sekalian kita lihat sedang sedih aku memang suka memberitahuku sebelum dia menangis. Aku berniat membalas
tanyaku. Aku meyakinkan diriku melihat langit, seperti nama saya. matahari terbenam,” ajakku. melihat langit yang baru saja benar-benar hilang dari hidupku? surat itu dan mengirimkannya
untuk bertanya hal itu kepadanya. Mungkin dulu orang tua saya “Ayo! Tapi, kenapa kamu tuh turun hujan ataupun awan Mulai sekarang semuanya kepada Bintang. Sudah tiga
Langkahnya terhenti. sengaja memberi nama saya beberapa tahun terakhir ini suka mendung, lalu merenung. Tiba- kujalani sendirian. Sekarang aku minggu lebih aku menunggu
“Mengapa kau selalu ingin Langit agar saat beranjak dewasa banget lihat benda-benda di tiba ada yang memegang melihat langit tanpanya lagi. Aku balasan surat dari Bintang, tapi
berteman denganku?” tanya hidup saya dikelilingi oleh sesuatu langit, apalagi matahari, Lang? pundakku. Aku terkejut. Saat benar-benar sendiri. Aku jarang balasan itu tak kunjung datang.
Bintang tanpa menoleh ke arahku. yang berhubungan dengan langit Kamu baik-baik saja kan, Lang?” aku menoleh, ternyata itu Firman, berinteraksi lagi dengan banyak Aku pikir dia tidak akan
“Mengapa kau tidak ingin dan saya memiliki cita-cita tanya Bintang khawatir. teman sekelasku juga. Mereka orang di sekitarku. Aku tidak membalasnya lagi. Aku merenung
memiliki teman?” balasku ingin setinggi langit. Tiap pagi dan “Gak apa-apa, cuma suka mengajakku pulang karena jam semangat bersekolah seperti sambil memandangi matahari
tahu. petang saya selalu memandang saja lihat langit, enak dilihat, menunjukkan pukul 22.00. dulu lagi. Aku tidak pernah terbenam di lapangan seperti
Ia menoleh ke arahku dan langit. Biasanya saat sedang indah,” kataku sambil menengok Hari Rabu, tidak seperti biasa, mengunjungi warung Mang Opi biasa. Aku memegangi kedua
berjalan mendekat. “Aku hanya melihat langit, ada beberapa ke atas, melihat langit. Bintang terlihat tidak ceria. Aku lagi. Akan tetapi, aku masih lututku dengan erat. Aku juga
ingin sendiri untuk sekarang.” pesawat yang melintas. Saya Tak lama pesanan kami datang. bertanya apakah dia baik-baik memandangi langit walaupun merindukanmu, Bintang. (*)

ULASAN

Memetik Hikmah Tak Hanya dari Langit


YULFI ZAWARNIS waktu, ruang, dan suasana mendukung jalan cerita, salah tersebut, penulis memunculkan itu dan mengelap air mataku. jalan ke luar bagi perasaan galau,
Analis Kata dan Istilah terjadinya cerita. Komplikasi satunya di bagian tokoh utama konflik cerita. Akan tetapi, Syakira Kalimat itu membuatku bahagia, sedih, sunyi yang
Kantor Bahasa Provinsi merupakan urutan kejadian diminta bercerita di depan kelas perlu lebih berhati-hati dalam menangis. mencekam. Hal-hal itulah yang
Lampung dalam cerita pendek. Setiap oleh gurunya. Hal ini membuat merangkai cerita agar tidak Dalam kutipan tersebut dan disampaikan oleh Alberthiene
kejadian akan berhubungan pembaca semakin mengenal muncul kontradiksi yang dapat beberapa bagian lain dalam cerita Endah, seorang jurnalis, penulis
MENULIS fiksi bukanlah dengan sebab akibat. Kejadian karakter tokoh utama. membuat cerita terasa kurang dimunculkan karakter laki-laki biografi, dan penulis skenario
persoalan mudah, tetapi juga ini akan memunculkan konflik. Konflik dan klimaks dalam natural. yang menunjukkan sisi feminin. film terkemuka dalam salah satu
bukan persoalan yang rumit. Pada akhirnya konflik akan cerpen ini juga sudah dapat Dalam cerpen tersebut Saat laki-laki menangis mungkin bukunya.
Banyak orang yang mencoba mengarah pada klimaks, yaitu dirasakan oleh pembaca sehingga dikisahkan Langit yang memiliki hanya sebagian kecil yang betul- Alberthine Endah juga
untuk menulis fiksi, tetapi saat sebuah konflik mencapai pembaca merasa tertarik untuk banyak teman dan punya rasa betul bisa mengeluarkan air mata. memberi tips untuk menjadi
akhirnya berhenti di satu, dua, tingkat intensitas tertinggi. Pada membaca cerpen tersebut hingga ingin tahu yang tinggi. Dengan Sebagian di antara mereka malah seorang penulis, yakni sering-
atau tiga paragraf tanpa resolusi, pengarang akan selesai. sifatnya ini tentu Langit tidak lebih memilih menyembunyikan sering ke toko buku agar muncul
menyelesaikan ceritanya. Pada menceritakan penyelesaian dari Awal persahabatanku dengan hanya memiliki teman seorang kesedihan nya. Selain itu, harapan, semangat, sekaligus
akhirnya, penulis yang benar- konflik yang dialami oleh tokoh. Bintang tidaklah mulus. Saat saja. Akan tetapi, di akhir cerita persahabatan dua laki-laki dan pesaing saat melihat buku yang
benar tekun dan berbakat yang Dalam cerpen “Langit” karya pertama Bintang bergabung di Syakira mengisahkan bahwa dua orang perempuan tentu bertebaran. Selain itu, agar dapat
dapat menggali ide, mengolah Syakira diceritakan kisah tokoh kelasku sebagai siswa baru, ia Langit merasa kesepian saat berbeda emosi dan psikologinya. menjadi penulis yang baik, kita
gagasan menjadi topik, kemudian utama, Langit, secara ringkas. sangat pendiam, tidak suka Bintang sudah pindah ke kota Oleh karena itu, seorang penulis perlu mengoleksi buku yang baik
merangkainya menjadi kata-kata Orientasi cerita tersebut dimulai bergaul, pemurung, dan suka lain. memerlukan riset yang memadai dan unik sehingga akan terbangun
penuh makna. dengan perkenalan diri dan latar menyendiri. Aku yang sesekali Mulai sekarang semuanya sebelum menulis. daya imajinasi, daya pikir, dan
Menulis cerpen sebagai salah belakang tokoh Langit. Langit dan mencoba menya pa dan kujalani sendirian. Sekarang aku Menulis fiksi bukan sekadar wacana yang bermutu. Yang tak
karya fiksi yang sederhana, relatif, Bintang dikisahkan sebagai dua mengajaknya berteman justru melihat langit tanpanya lagi. menjadi sarana bagi penulis kalah penting adalah mengamati
lebih mudah dibanding menulis orang remaja laki-laki yang tak diacuhkannya. Aku benar-benar sendiri. untuk menuangkan ide, gagasan, kiprah para penulis dan
ragam fiksi lain seperti roman bersahabat. Persahabatan Bukan Langit namanya, jika Selain itu, keberanian Syakira pikiran, dan khayalannya. Lebih mempelajari cara mereka meraih
atau novel. Hal ini karena cerpen keduanya terjadi karena inisiatif aku tidak memiliki rasa penasaran menghadirkan tokoh utama laki- dari itu, menulis fiksi adalah pencapaian. Jangan lupa
merupakan cerita sederhana Langit yang penasaran terhadap yang tinggi. Suatu hari kucoba laki dengan latar belakangnya sarana bagi penulis untuk terbang meluangkan waktu untuk
yang dikemas dengan alur, latar, Bintang. Urutan kejadian, untuk mengikuti Bintang ke yang seorang perempuan bebas melayang ke dataran mana membaca setiap hari. Menikmati
dan suasana yang sederhana. komplikasi, dikisahkan oleh Syakira rumahnya. Betapa terkejutnya memerlukan ketelitian dan pun yang ingin disinggahi. Penulis hidup dan menjaga motivasi juga
Menurut Sumber Belajar dengan cukup apik. Setelah aku, ternyata rumah Bintang kejelian. Syakira perlu lebih dapat menulis apa saja tentang menjadi bagian penting untuk
Kementerian Pendidikan dan memperkenalkan tokoh utama, hanya berselang beberapa rumah banyak membaca dan mengamati tokoh-tokoh ciptaannyadan melahirkan sebuah karya.
Kebudayaan, struktur cerita syakira memperkenalkan tokoh dari rumahku. sifat-sifat laki-laki agar tokoh gambaran situasi yang dilamun- Pada akhirnya, menulis adalah
pendek terdiri atas tiga bagian, sampingan, Bintang. Perkenalan Dari kutipan tersebut dapat yang diciptakannya lebih kannya. Fiksi merupakan dunia cara seseorang mengabadikan
yaitu orientasi, komplikasi, dan tokoh utama tidak berhenti di awal diketahui bahwa Langit adalah mendekati sosok tokoh laki-laki fleksibel yang siap menampung dirinya. Teruslah membaca,
resolusi. Orientasi berisi paragraf, tetapi juga diselipkan orang yang mudah bergaul dan dalam dunia nyata. segala hasrat penulis untuk teruslah menulis, dan teruslah
pengenalan latar cerita, yaitu di bagian-bagian lain yang mudah berteman. Dalam kutipan Aku segera menutup surat kecil menulis sesuatu. Fiksi adalah berkarya, Syakira! Salam! (*)

Siswa SMP/MTS dan SMA/SMK/MA dapat mengirimkan karya melalui posel posel sastramiliksiswa.kbpl@gmail.com
sastramiliksiswa.kbpl@gmail.com dengan melampirkan biodata singkat (nama, asal sekolah, kelas, nomor telepon (WA),
alamat posel, dan nomor rekening bank aktif ). Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Layanan Terpadu Kantor
Bahasa Provinsi Lampung (WA: 085171020192).

Anda mungkin juga menyukai